Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

Pembangunan Pendidikan
Menurut faham umum kata pembangunan lazim diartikan dengan pembangunan ekonomi
dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan pembangunan fisik. Persepsi yang keliru
dengan menganggap bahawa pembangunan itu semata-mata hanya mencakup pembangunan
material berdampak pada terhambatnya pembangunan sistem pendidikan, sebab pembangunan
itu semestinya mencakup manusia dan lingkungannya.
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan dengan jelas bahwa tujuan dari
pembangunan nasional ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata
materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara Republik  Indonesia yang
merdeka, berdaulat dan bersatu dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tenteram,
tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan
damai.
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan ini dapat dikatakan untuk membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia. Berhasil atau tidaknya
program pembangunan ini, faktor manusia memegang peranan yang sangat penting, sehinggga
diperlukan manusia-manusia Indonesia yang baru dan peka terhadap perubahan dan
pembaharuan. Oleh karena itu, pembangunan dalam bidang pendidikan penting sekali. Pertama,
karena pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan bangsa, dan pembangunan
nasional meliputi seluruh aspek kehidupan bangsa. Kedua, pembangunan dalam bidang
pendidikan merupakan syarat mutlak bagi berhasilnya seluruh progaram pembangunan itu
sendiri.
Menurut Farrel, hakekat pembangunan nasional meliputi tiga unsur pokok, yaitu :
1)      Generasi yang lebih baik dalam suatu bangsa ( pembangunan ekonomi )
2)      Distribusi yang semakin merata untuk mendapatkan akses kesehatan (pembangunan sosial )
3)      Organisasi struktur pembuat keputusan ( pembangunan politik )
Pendidikan tidak memberikan arti apa-apa dalam suatu masyarakat jika masih terdapat jurang
perbedaan struktur ketidakadilan sosial. Anak-anak yang memiliki prestasi rendah walaupun
berpendidikan tinggi tidak semujur anak-anak kaya karena: 1) bursa tenaga kerja (mungkin
karena sistem politik) dapat dimanipulasi  oleh pembuat keputusan untuk memepertahankan
sanak saudara (KKN); 2) karena sistem pendidikan telah berkembang lebih cepat daripada
sektor-sektor ekonomi modern, maka terdapat “pengangguran terdidik” yang memiliki dampak
negatif pada anak-anak golongan ekonomi lemah daripada anak-anak yang hidup berkecukupan;
dan atau 3) karena sistem pendidikan berkembang dengan cepat, kualifikasi pendidikan jadi
menurun. Pekerjaan-pekerjaan yang beberapa tahun lalu hanya menuntut ijasah pendidikan dasar
mungkin sekarang menuntut ijasah pendidikan menengah atau di atasnya.
Pembangunan dalam bidang pendidikan ini adalah sangat penting karena membangun
pendidikan berarti membangun manusia-manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan
nasional. Sedangkan keberhasilan pembangunan nasional terutama ditentukan oleh faktor
manusianya.
Oleh karena itu perlu pembangunan dan pembaharuan yang menyeluruh dalam dunia
pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
pembangunan sekarang. Hal ini terbukti dari gejala-gejala yang terdapat dalam masyarakat
bahwa:
a)      Para pelajar dan lulusan sekolah kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
memecahkan maslah yang dihadapinya dalam masyarakat.
b)      Mereka kurang bisa menerapkan pengetahuan yang didapatnya dari sekolah.
c)      Para pemakai lulusan dari berbagai jenis dan tingkatan sekolah tidak puas dengan keahlian
yang dimiliki lulusan tersebut.
d)     Banyaknya putus sekolah dan jumlah pengangguran intelektuil di masyarakat.

Menurut Langeveld, setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya
manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik. Manusia dipandang sebagai subyek
pembangunan karena manusia menggarap lingkungannya secara dinamis. Perekayasaan terhadap
lingkungan ini lazim disebut pembangunan. Jadi, pendidikan mengarah ke dalam diri manusia,
sedang pembangunan mengarah ke luar, yaitu ke lingkungan manusia.
Pendidikan komparatif, menurut pandangan Albatch, Arnone, dan Kelly, membahas
bagaimana negara-negara membuat perencanaan untuk melakukan ekspansi, meningkatkan dan
mendemokratisasikan sistem pendidikan. Pendidikan komparatif ini mencakup tema-tema
perluasan dan reformasi pendidikan, pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan,
dan hasil-hasilnya. Secara khusus, perhatian pendidikan komparatif ini adalah pemerataan 
kesempatan untuk mencapai hasil pendidikan bagi kelompok-kelompok yang secara tradisional
tidak menguntungkan. Pendidikan  komparatif ini memberikan sumbangan bagi pendidikan para
pembelajar yang profesional, untuk pembuatan kebijakan dan praktek yang jelas, dan penciptaan
pengetahuan dengan cara memberikan sejumlah kategori dan cara-cara pembahasan yang lebih
analisis tentang realitas pendidikan dan masyarakat.
Pendidikan Formal sebagai Agen Perubahan
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan rumah. Sekolah
merupakan tempat latihan persahabatan dan persaudaraan. Suasana sekolah ditentukan oleh
petugas-petugas yang berbeda-beda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan. Banyak orang tua
yang menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya itu kepada
sekolah. Dengan demikian, guru di sekolah berperan sebagai pendidik pengganti orang tua yang
harus bertanggung jawab atas pendidikan.

Program pendidikan dasar dan prasekolah bertujuan untuk: (1) memeperluas jangkauan dan
daya tampung SD dan MI, SMP dan MTs dan lembaga pendidikan prasekolah sehingga
menjangkau anak-anak dari seluruh lapisan masyarakat; (2) meningkatkan kesamaan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan bagi kelompok yang kurang beruntung, termasuk mereka yag
tinggal di daerah terpencil dan kumuh perkotaan, daerah bermasalah, masyarakat miskin, dan
anak yang berkelainan; (3) meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan prasekolah dengan
kualitas yang memadai; (4) meningkatkan peranan komite sekolah meliputi perencanaan,
implementasi dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah; dan (5) meningkatkan
pelaksanaan manajemen pendidikan dasar dan prasekolah berbasis pada sekolah dan masyarakat.

Sasaran yang akan dicapai oleh program pengembangan pendidikan sekolah tingkat dasar
sampai dengan akhir tahun 2007 adalah (1) meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan
Angka Partisipasi Kasar/Murni (APK/M) sekolah tingkat dasar, (2) meningkatnya daya tampung
SLTP/MTs, (3) terlaksananya layanan pendidikan dasar bagi masyarakat miskin dan anak
terlantar, (4) meningkatnya proporsi guru yang berpendidikan minimal D-2 untuk guru SD/MI
dan minimal D-3 untuk guru SLTP/MTs, (5) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dasar
yang memadai, serta (6) terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/masyarakat
(school/community based management).
Pada hakekatnya sekolah sebagai lembaga pendidikan, salah satu fungsinya ialah
menyiapkan anak didiknya agar mampu menyesuaikan diri dan mampu berpartisipasi secara
aktif di dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.

Oleh karena itu sekolah-sekolah dan dunia pedidikan harus  harus menyesuaikan diri
dengan perkembangan. Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing
untuk memeperoleh bekal yang telah didapat dari lingkungan keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Bekal yang dimaksud berupa bekal dasar lanjutan (dari SD dan sekolah
lanjutan) ataupun bekal kerja langsung yang dapt digunakan aplikatif (Sekolah Menengah
Kejuruan dan Perguruan Tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal yang
berguna sebagai sarana penunjang di berbagai bidang.

Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembangannya
lembaga pendidikan yang ada di Indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-
beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang
sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja, dan
corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak kelembagaan yang
berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-tujuan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, yaitu untuk mengejar
ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden
pada tanggal 11 Juni 2003 telah mengesahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang
baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan
pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut
antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan
globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam
perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga
pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan
harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua mengenali individu yang berbeda-
beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.
Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat :
1) Pengembangan pribadi
2) Pengembangan warga
3) Pengembangan budaya
4) Pengembangan bangsa
Peran sesungguhnya dari lembaga pendidikan adalah sebagai jembatan pengantar kita
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakan bahwa “pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari
pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir batin, material dan
spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi individu yang
menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga pendidikan
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai,
dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang di masyarakat, maka
pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan tentunya menjadi tema pokok
dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan.
Pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan:
1). Umum
2). Kejuruan
3). Akademik
4). Profesi
5). Advokasi
6). Keagamaan.
Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat
Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (Mts) atau
bentuk lain yang sederajad.
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun diselenggarakan
pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal (TK, atau Raudatul
Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam bentuk ( TPQ, kelompok bermain, taman/panti
penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar terdiri
atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan
(MAK) atau bentuk lain yang sederajad.
Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan
1). Diploma
2). Sarjana
3). Magister
4). Doktor,
Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1). Akademi
2). Politeknik
3). Sekolah tinggi
4). Institut atau universitas
Secara umum lembaga-lembaga tinggi ini dibentuk dan diformat untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta
menyelenggarakan program akademik, profesi dan advokasi. Semua lembaga formal di atas
diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan gelar akademik kepada setiap
peserta didik yang telah menempuh pendidikan di lembaga tersebut. Khusus bagi perguruan
tinggi yang memiliki program profesi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakan
doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu
yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.
Untuk menanggulangi permasalahan yang cukup aktual dan meresahkan masyarakat saat
ini, seperti pemberian gelar-gelar instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan
lain-lain, pemerintah telah mengatur dan mengancam sebagai tindak pidana dengan sanksi yang
juga telah ditetapkan dalam UU Sisdiknas yang baru (Bab XX Ketentuan Pidana, pasal 67-71).
Sumbangan  Pendidikan pada Pembangunan
            Pendidikan sebagi upaya bulat dan menyeluruh hasilnya tidak dapat segera dilihat. Ada
jarak penantian yang cukup panjang antara dimulainya proses usaha dengan tercapainya hasil.
            Namun demikian jika ditinjau secara seksama tidaklah dapat dipungkiri bahwa andil yang
diberikan oleh pendidikan pada pembangunan sungguh sangat besar. Jika pembangunan
merupakan system  makro, maka pendidikan merupakan sebuah komponen atau bagian dari
pembangunan.
            Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat ditinjau dari beberapa segi, antara
lain :
a)      Segi Sasaran
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi .Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan citra
manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya
pembangunan yang manusiawi.
Prof. Dr. SlametIman Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia yang
baik. Manusia yang baik di mana pun ia berada akan memperbaiki lingkungan.
b)      Segi Lingkungan
1.      Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan baik tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu juga ditanamkan
keyakinan-keyakinan terutama yang bersifat religious. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan
pada  masa kanak-kanak sebelum perkembanganrasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik
dan keyakinan peting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk
pembangunan.
2.      Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah ( Pendidikan Formal ),peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal
yang telah diperoleh dari lingkungan keluarga berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Bekal tersebut dipersiakan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang  pembangunan
di berbagai bidang.
3.      Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat  ( Pendidikan Non Formal ), peserta didik memperoleh bekal praktis
untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan proses
belajarnya melalui jalur pendidikan formal. Pada masyarakat yang sedang berkembang, sistem
pendidikan mengalami perkembangan pesat. Hal ini berkaitan erat dengan semakin
berkembangnya sektor swasta yang menunjang pembangunan.
c)      Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi memberikan bekal kepada para peserta didik
secara berkesinambungan. Dengan bekal dasar yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar
dapat diartikan bahwa pendidikan memberikan bekal dasar kepada warga negara yang tidak
sempat melanjutkan pendidikan untuk dapat terlibat dalam gerakan pembangunan.
Pada jenjang pendidikan menengah diberikan dua macam bekal, yaitu bekal bagi yang ingin
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan bekal kerja bagi yang tidak ingin melanjutkan.
Sedangkan pada pendidikan tinggi diberikan bekal keahlian menurut bidang tertentu.
d)     Segi Pembidangan Kerja
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik,
keungan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-
lain.pembangunan sektor kehidupan tersebut dapat diartikann sebagai aktivitas, pembinaan,
pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup
warga Negara sebagai suatu bangsa sehingga tetap jaya di kancah internasional.
Pembinaan dan pengembangan bidang-bidang tersebut hanya mungkin dikerjakan jika diisi oleh
orang-orang memiliki kemampuan seperti yang dibutuhkan. Orang-orang yang dimaksud hanya
tersedia jika pendidikan berbuat untuk itu.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumbangan pendidikan terhadap
pembangunan adalah sebagai berikut:
1)      Pada langkah pertama, pendidikan menyiapkan manusia sebagai sumber daya pembangunan.
Kemudian manusia selaku sumber daya pembangunanmembangun lingkungannya.
2)      Pada instansi terakhir, manusialah yang menjadi kunci pembanguna. Kesuksesan
pembangunan sangat bergantung pada manusianya.
3)      Pendidik memegang peranan penting karena merekalah yang menciptakan manusia pencipta
pembangunan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perubahan dalam Pembangunan


Menurut Thomas dan Postlethawaite latar belakang perkembangan perkembangan
pendidikan di tujuan negara diawali semenjak perang dunia II. Lebih jauh kedua pakar tersebut
mengupas model untuk menganalisis kekuatan kausal yang menghasilkan perubahan-perubahan.
Sebuah penyebab atau kausal merupakan suatu faktor yang perlu ada agar suatu peristiwa terjadi.
Menurut prinsip multiple causation, sebuah peristiwa tidaklah secara sederhana menghasilkan
sebuah kekuatan tunggal tetapi selalu hasil dari banyak kekuatan. Lebih dari pada itu, kedua
pakar di atas mengetengahkan 7 type kekuatan yang dapat mempengaruhi tingkat dan
kelengkapan perubahan. Ketujuh faktor tersebut dalah sebagai berikut: 1) magnitudute of
intended faktor, 2) ketersediaan alternatif, 3) motivasi dan filsafat, 4) stabilitas sosial dan
organisasional, 5) kemudahan mengakses sumber-sumber, 6) efisiensi organisasi dan teknis, dan
7) kesesuaian dana.
Dougherty dan Hammack mengemukakan pendapatnya tentang bagaimana peran ilmu-
ilmu sosial membantu pemahaman dan tindakan untuk menangani krisis dalam pendidikan
dengan melalui pembahasan tiga isu penting, yaitu: 1) sumber-sumber krisis yang terjadi; 2)
penyebab-penyabab mengapa begitu banyak pembelajar tidak belajar dengan baik; dan 3)
landasan hubungan yang sangat kuat antara latar belakang keluarga dan prestasi akademik.
Asumsi-Asumsi tentang Pendidikan dan Pekerjaan
Masyarakat kita memandang dunia pendidikan ini sebagai alat untuk mendapatkan
pekerjaan, ataupun yang berhubungan dengan uang. Adanya asumsi yang menempatkan
pendidikan sebagai suatu hal yang dapat meningkatkan volume pekerjaan memang tidak bisa
dipungkiri. Di satu sisi pendidikan mampu menyediakan dan menangani pekerjaan yang memang
menuntut kualifikasi pendidikan tertentu. Pendidikan di lain pihak kadang menimbulkan pasokan
tenaga kerja yang berlebihan manakala pendidikan itu tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat
atau dunia kerja,sehingga menciptakan pengangguran.
Pandangan sumbang terhadap pendidikan memang tidak bisa dihindari. Dalam sektor-
sektor tertentu penyedia tenaga kerja terbatas,sedangkan suplai tenaga kerja terus berproduksi.
Ini tidak mengherankan akan melahirkan persoalan baru, yaitu over product of the manpower.
Akibatnya, melimpahnya jumlah pengangguran akan terus bertambah. Bahkan pada sekitar tahun
1980-an, sektor tenaga kerja terpengaruh oleh perkembangan teknologi baik mesin maupun
komputer.

Pendidikan di satu sisi menciptakan efisiensi kerja,dan di  lain pihak menciptakan


besarnya pengangguran. Perkembangan teknologi ini akan membawa konsekuensi ekonomi,
yaitu banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dapat menimbulkan peningkatan
jumlah penggangguran yang selanjutnya menambah angka kemiskinan baru.

Dalam kondisi tertentu, pendidikan mampu menyediakan tenaga kerja yang handal dan
mampu melakukan pekerjaan berteknologi tinggi. Kualifikasi pendidikan tertentu diperlukan
untuk menangani pekerjaan tertentu pula. Apabila ada perbandingan yang memadai antara
jumlah tenaga kerja yang terampil yang dibutuhkan seimbang dengan kebutuhan masyarakat,
maka tidak akan terjadi masalah apa-apa.

Pendidikan mungkin menjadi semacam investasi untuk meningkatkan produktivitas pada


masa mendatang. Kebijakan pendidikan sebagai suatu sarana untuk mengurangi kemiskinan
nampaknya mengarah pada suatu ungkapan: mendidik orang sebanyak mungkin. Tetapi,
pengangguran itu akan terjadi pada dua sampai tiga puluh tahun yang akan datang. Sementara itu
dana yang disediakan untuk mengembangkan pendidikan perlu ditentukan lebih dahulu untuk
menentukan sumber-sumber yang mungkin dipilih. Hal tersebut dilakukan guna menciptakan
kemampuan produktivitas dan di pihak lain kemungkinan untuk menciptakan pekerjaan baik
pada saat ini maupun masa yang akan datang. Nampaknya, suatu kebijakan bukan saja
meningkatkan pendidikan boleh jadi pada suatu saat menjadia alat yang sangat efektif untuk
memberantas kemiskinan. Dengan demikian, perencanaan pendidikan diarahkan untuk
mengurangi masalah  pekerjaan dalam  arti luas bahwa perencanaan itu tidak bisa menghindar
dari masalah yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang memadai.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan mmempunyai misi pembangunan. Mula-mula membangun manusianya,
kemudian manusia yang sudah terdidik menjadi sumber daya pembangunan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi menyiapkan anak didiknya agar
mampu menyesuaikan diri dan mampu berpartisipasi secara aktif di dalam masyarakat yang terus
mengalami perubahan dan perkembangan.

Ada berbagai asumsi tentang pendidikan dan pekerjaan, tapi semuanya itu merupakan
pencerminan pendidikan itu sendiri, sehingga dalam sosial kemasyarakatan sampai kapanpun
asumsi akan tetap ada.
 DAFTAR PUSTAKA

Toisuta, Willy, L., Soewadji & Karo-Karo, I.U.1979. Pendidikan Nasional. Jakarta: Kurnia Esa.
Tirtarahardja, U. & Sulo, L. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Mbulu, J. & Setyosari, P.2005. Pengantar Pendidikan.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Asdi Mahastya.


Nurgiyantoro, Burhan, 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai