NIM : 19484011016
Kelas : D3 19
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. (FI edisi IV). Berdasarkan metode pembuatan, dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam cetakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (tahan karat). (Ditjen POM, 1995).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kompa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan yang berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah (Ditjen POM, 1979).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan farmasetika yang sesuai. (Ansel, 1989). Kriteria
sediaan tablet adalah stabil secara fisika dan kimia, secara ekonomi dapat
menghasilkan sediaan yang dapat menjamin agar setiap sediaan mengandung obat
dalam jumlah yang benar dalam pemakaian obat. Penerimaan kepada pasien
(ukuran, bentuk, rasa, warna), dan untuk mendorong pasien menggunakan obat
sesuai dengan aturan.
Pada pembuatan tablet terdapat 3 metode diantaranya ialah granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Menurut Ansel (1989) jenis-jenis tablet
ada 13 jenis tablet, diantaranya ialah tablet effervescent.
I.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan granul effervescent dengan metode
granulasi dan mengevaluasinya.
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien (perbedaan
konsentrasi) terhadap karakteristik sediaan yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d) BM / RM : 176,13 / C6H8O6
e) Pemerian : serbuk hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau;
rasa asam oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam
keadaan kering. mantap diudara dalam larutan. Cepat teroksidasi.
f) Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) p; praktis tidak larut dalam klorofrom p, dalam eter p dan dalam
benzen p
g) Suhu lebur : lebih kurang 190
h) Khasiat : Antiskorbut
1. Vitamin C 30 mg x 20 = 600 mg
2. Asam Tartrat 750 mg x 20 = 15.000 mg
3. Asam Sitrat 750 mg x 20 = 15.000 mg
4. Natrium Bikarbonat 1700 mg x 20= 34.000 mg
Berat total = 600 mg + 15.000 mg + 15.000 mg +
34.000 mg = 64.600 mg
2,5
5. Berat PVP 2,5 % = x 5000 mg=125 mg x 20=2.500 mg
100
0,5
6. Berat Aerosil 0,5 % = x 5000 mg=25mg x 20=500 mg
100
3
7. Berat aspartam 3 % = x 5000 mg=150 mg x 20=3.000 mg
100
8. Berat Laktosa = 100.000 mg - (64.600 mg + 2.500 mg +
500 mg + 3.000 mg)
= 100.000 mg – 70.600 mg
= 29.400 mg
2,5
Berat PVP 2,5% Fase Asam = x ( 30.600 mg+29.400 mg )
100
= 0,025 x 60.000 mg = 1500 mg
2,5
Berat PVP 2,5% Fase Basa = x 34.000 mg=850 mg
100
BAB V
PROSEDUR PEMBUATAN
Vitamin C, Asam Sitrat, Asam Tartrat, Laktosa dan sebagian PVP dicampur dalam satu wadah
kemudian campuran tersebut disemprot dengan larutan essence gula asam dalam alcohol (1:4) hingga
massa dapat dikepal.
Campuran (vitamin c + asam sitrat + asam tartrat + laktosa + sebagian pvp) diayak dengan ayakan
mesh 14 kemudian granul basah yang didapat dikeringkan dalam oven pada suhu 60-80C selama 18
jam
Granul yang sudah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 16. Selanjutnya hasil ayakan ini disebut
komponen asam
Dalam wadah lain, Natrium Bikarbonat dan sisa PVP dicampur lalu disemprot dengan essen gula asam
dalam alkohol (1:4) hingga dapat dikepal.
Campuran (natrium bikarbonat + sisa PVP) diayak dengan ayakan mesh 14 kemudian granul basah
didapat dikeringkan dalam oven pada suhu 40 derajat C selama 16 jam
Granul yang sudah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 16. Selanjutnya hasil ayakan ini disebut
komponen basa
EVALUASI
1. Kadar Lembab
Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan laminasi,
sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkanterjadinya
penempelan pada dinding die sehingga tablet menjadi gumpil.
Alat:
Cara:
Timbang seksama 5.0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot
konstan (105oC) selama 2 jam.
Perhitungan:
W ∘−W 1
×100 %
% MC = W∘
Untuk granul effervescent, kadar lembab yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-
0,7%
WO = g
W1 = g
g−g
×100 %
% lembab = g % lembab = %
2. Sifat Alir
Untuk mendapatkan sifat alir yang baik maka bahan harus mempunyai bentuk yang
sama dan memiliki kontak antar partikel yang kecil. Pengukuran sifat alir dapat
dengan metode langsung. Yaitu mengukur kecepatan air granul dan metode sudut
diam / sudut Baring. Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhapat keseragaman bobot tablet yang dihasilkan.
Alat:
Stopwatch
Cara:
Timbang 25,0 g granul tempatkan pada corong alat uji waktu air dalam keadaan
tertutup. Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 kali
Persyaratan:
Nilai sudut diam dapat menggambarkan seberapa baik fluidas granul yang
diukur, dimana jika granul memiliki fluidas yang kurang baik maka akan sulit
mengalir melalui lubang dibagian dasar silinder sehingga akan membentuk
gundukan yang tinggi diatas peyangga, sebaliknya jika granul memiliki fluidas baik
akan lebih mudah mengalir melalui lubang silindersehingga gundukan yang tersisa
diatas penyangga tidak terlalu banyak.
h = tinggi gundukan
d = diameter
4. Kompresibillitas
Kompresibillitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
kemampuan granulat untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat
tekanan dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil. Kompresibillitas
juga berhubungan dengan sifat alir granul.
Alat:
Jouling Volumeter
Cara:
Perhitungan:
Vo−Vn
x 100 %
Kp = Vo
Vo = Volume awal
Persyaratan:
Vo−Vn
x 100 %
Kp = Vo
Kp = %
BAB VI
PEMBAHASAN
Formula
Nama Bahan 1 2 3
Sari kering lidah buaya 3,00 3,75 4,50
Asam sitrat 3,15 3,15 3,15
Natrium bikarbonat 4,50 4,50 4,50
Lakotasa 3,80 3,05 2,30
PVP 0,30 0,30 0,30
Aerosil 0,075 0,075 0,075
Perasa lemon 0,175 0,175 0,175
Sifat fisik F1 F2 F3
Kadar air (%) 0,22 ± 0,05 0,21 ± 0,02 0,20 ± 0,02
Kerapatan curah (g/ml) 0,5336 ± 0,0001 0,5348 ± 0,0016 0,5341 ± 0,0007
Kerapatan mampat (g/ml) 0,6154 ± 0,0005 0,6160 ± 0,00007 0,6178 ± 0,00007
Kecepatan alir (g/s) 9,61 ± 0,73 9,64 ± 0,84 9,71 ± 0,65
Sudut istirahat (o) 27,15 ± 0,41 27,46 ± 0,40 27,79 ± 0,80
pH 5,82 ± 0,03 5,83 ± 0,05 5,83 ± 0,05
Pada awal penelitian pemanis yang digunakan adalah sukrosa, namun sukrosa
bersifat higroskopis, sehingga granul yang dihasilkan cenderung lebih basah dan sulit
dikeringkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengganti sukrosa menjadi laktosa
sebagai pemanis dan pengering granul. Rasa manis laktosa lebih rendah daripada
sukrosa, karena itu digunakan aspartam sebagai peningkat rasa manis dari sediaan
yang dibuat.
Kadar air yang rendah membuat granul menjadi kering dan rapuh. Kerapuhan
granul yang baik adalah kurang dari 1%. Kadar air yang tinggi adalah penyebab granul
menjadi basah dan memiliki daya alir yang buruk, sehingga saat pengemasan akan
menjadi sulit. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak sari kering
lidah buaya dalam sediaan, maka semakin kecil kadar air yang terkandung dalam
sediaan. Hal ini disebabkan sari kering lidah buaya memiliki kadar air rendah dengan
partikel serbuk yang kecil. Kandungan air dari granul effervescent dipengaruhi adanya
kelembapan ruangan. Keberadaan air dalam granul effervescent akan memicu reaksi
effervescing sebelum proses pelarutan. Reaksi effervescing dari komponen asam dan
basa berjalan lambat dan reaksi hampir jenuh atau tidak terjadi reaksi sama sekali
ketika granul dilarutkan. Hal ini ditunjukkan dengan lama waktu yang diperlukan oleh
granul effervescent untuk larut sempurna dan menjadi bagian yang terdispersi.
Granul memiliki aliran yang baik dengan nilai 12−16, sesuai dengan nilai indeks
konsolidasi Carr. Nilai indeks Carr akan dipengaruhi oleh ukuran partikel. Jika terdapat
perbedaan ukuran partikel, maka partikel yang lebih halus akan mengisi rongga partikel
yang lebih besar. Indeks Carr yang baik dapat terjadi saat distribusi massa serta ukuran
partikel granul yang seragam dan memudahkan proses pabrikasi saat pengemasan.
Granul bersifat mudah mengalir apabila memiliki nilai laju alir 4−10 g/s dan nilai sudut
istirahat dengan tipe aliran yang baik, yaitu 25−30º.
Sudut istirahat dengan nilai kurang dari atau sama dengan 30 o menunjukkan
bahwa bahan tersebut dapat mengalir secara bebas. Kecepatan alir granul yang tinggi
dapat menyebabkan sudut istirahat yang rendah dan menghasilkan granul yang baik.
Aliran yang baik ini karenak adanya aerosil. Aerosil dapat menyerap kandungan air dari
dalam granul dan juga dapat mengatasi penempelan antar partikel sehingga akan
mengurangi gesekan antar partikel. Aerosil akan membentuk lapisan tipis pada partikel
padat dan menyebabkan adsorpsi secara total atau sebagian, supaya granul yang
dihasilkan tidak menempel pada saat proses pengemasan.
Granul effervescent sari kering lidah buaya yang dihasilkan bersifat sedikit
asam dengan pH 5,82−5,83. Jika serbuk lidah buaya yang ditambahkan semakin
banyak maka pH granul yang dihasilkan akan semakin asam. Hal tersebut karena di
dalam lidah buaya terkandung senyawa flavonoid, yaitu senyawa turunan fenol yang
bersifat asam. Rasa asam dikarenakan banyaknya ion hidrogen dari flavonoid yang
terionisasi.
BAB VIII
A. Kesimpulan
Sari kering lidah buaya diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang
memenuhi persyaratan dengan kadar air sebesar 0,20−0,21%, kerapatan curah
0,5341−0,5384 g/mL, kerapatan mampat 0,6154−0,6178 g/mL dengan indeks Carr
13,14−13,55%, kecepatan alir 9,61−9,71 g/s, sudut istirahat 27,15−27,79 o, dan pH
5,82−5,8. F1 sebagai formula yang paling disukai.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lieberman. 1992. Pharmaceutical Dosage Form, vol 1. Marcell Dekker, inc. New
York
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Edisi ke-4. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54-55, 98-115.
Banker, G.S. dan Anderson, N.R. 1994. Serbuk In the Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, Ed III. Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi. UI Press, Jakarta.