Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT

Nama : Indah Aprilia

NIM : 19484011016

Kelas : D3 19

Matkul : Teknologi Sediaan Solid

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. (FI edisi IV). Berdasarkan metode pembuatan, dapat
digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam cetakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja (tahan karat). (Ditjen POM, 1995).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kompa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan yang berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah (Ditjen POM, 1979).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan farmasetika yang sesuai. (Ansel, 1989). Kriteria
sediaan tablet adalah stabil secara fisika dan kimia, secara ekonomi dapat
menghasilkan sediaan yang dapat menjamin agar setiap sediaan mengandung obat
dalam jumlah yang benar dalam pemakaian obat. Penerimaan kepada pasien
(ukuran, bentuk, rasa, warna), dan untuk mendorong pasien menggunakan obat
sesuai dengan aturan.
Pada pembuatan tablet terdapat 3 metode diantaranya ialah granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Menurut Ansel (1989) jenis-jenis tablet
ada 13 jenis tablet, diantaranya ialah tablet effervescent.

I.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan granul effervescent dengan metode
granulasi dan mengevaluasinya.
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien (perbedaan
konsentrasi) terhadap karakteristik sediaan yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Effervescent didefinisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan


sebagai hasil dari reaksi kimia. Tablet Effervescent adalah tablet tidak bersalut,
umumnya mengandung senyawa asam dan karbonat atau bikarbonat yang
bereaksi dengan cepat dengan adanya air dengan melepasakan karbon dioksida.
Menurut (Lieberman, dkk., 1992) effervescent dapat didefenisikan sebagai
bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia
larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida
sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda).
Tablet Effervescent adalah tablet yang dibuat dengan mencetak granul
garam effervescent atau bahan lain yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan
gas ketika kontak dengan air. Campuran effervescent telah diketahui dan
digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan
metode yang nyaman untuk pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang
telah diukur sebelumnya dengan disolusi.
Larutan effervescent berkilau, lezat, dan menyediakan zat aktif
dalam bentuk larutan dengan ketersediaan hayati yang terjamin bagi orang yang
sulit menelan tablet atau kapsul biasa. (Siregar dan Wikarsa, 2010). Tablet
effervescent diharapkan bisa terlarut dalam air sebelum digunakan.
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan
cara pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam
sitrat atau asam tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke
dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat
sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida
serta air.
 Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu
menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga
menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu
memperbaiki rasa obat-obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).
Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat
dan asam tartrat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan
kesulitan pada pembentukan granul. Menurut Ansel dkk. (1999), jika asam sitrat
digunakan sebagai satu-satunya sumber asam maka akan dihasilkan massa
campuran yang lengket dan sulit dibuat granul. Sedangkan jika hanya digunakan
asam tartrat akan dihasilkan granul dengan kompaktibilitas yang rendah, mudah
hancur dan rapuh.
Perbandingan asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang biasa
digunakan adalah 1: 2: 3, 4. Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (a)
serta asam tartrat dan natrium bikarbonat (b) dapat dilihat sebagai berikut:
a)      H3C6H5O7. H2O  3NaHCO3  Na3C6H5O7  4H2O  3CO2
b)      H2C4H4O6 + 2NaHCO3 ® Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2
BAB III
STUDI PRAFORMULASI

III.1 Formulasi Zat Aktif


Bobot dalam 1 sachet adalah 5 gram

Nama Zat Jumlah


Vitamin C 30 mg
Asam Tartrat 0,75 gram
Asam Sitrat 0,75 gram
Na.Bikarbonat 1,7 gram
PVP 2,5 %
Aerosil 0,5 %
Aspartam 3%
Essence qs
Laktosa Ad 5 g

III.2 Preformulasi Zat Aktif


1. VITAMIN C (FI. Ed: III: 47)
a) Nama Latin : ACIDUM ASCORBICUM
b) Sinonim : Asam Askorbat / Vitamin C
c) Rumus Struktur :

d) BM / RM : 176,13 / C6H8O6
e) Pemerian : serbuk hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau;
rasa asam oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam
keadaan kering. mantap diudara dalam larutan. Cepat teroksidasi.
f) Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) p; praktis tidak larut dalam klorofrom p, dalam eter p dan dalam
benzen p
g) Suhu lebur : lebih kurang 190
h) Khasiat : Antiskorbut

2. ASAM TARTAT (FI. Ed: III: 654)


a) Nama Latin : ACIDUM TATRACURA
b) Sinonim : Asam Tatrat
c) Rumus Struktur :

d) Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih: tidak


berbau, rasa sangat asam
e) Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%), P; sukar larut dalam eter P
f) Khasiat : Sebagai pereaksi asam
g) Titik didih : 275 C
h) Titik lebur : 171-174 C (L- tartaric): 206 C (DL, racemic); 146-
148 C (meso)

3. ASAM SITRAT (FI. Ed: III: 625)


a) Nama latin : ACIDUM SITRACUM
b) Sinonim : Asam Sitrat
c) Rumus struktur :
d) Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih, rasa asam
kelat agak higroskopik dalam udara lembab
e) Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5
bagian etanol (95%)
f) Khasiat : Sebagai pereaksi asam
g) Titik lebur : 153 C
h) Titik didih : 175 C

4. NATRIUM BIKARBONAT (FI. Ed: III: 424)


a) Nama latin : NATRII SUBCARBONAS
b) Sinonim : Natrium Subkarbonat / Natrium Bikarbonat
c) Rumus struktur :

d) Pemerian : Serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram;


tidak rasa asin
e) Kelarutan : Larut dalam II bagian air, Praktis tidak larut dalam
etanol (95%) P
f) Khasiat : Antasidum / sebagai pereaksi Basa
g) Tidik didih : 851 C

5. PVP (FI. Ed: III: 510)


a) Nama latin : POVIDOMUN
b) Sinonim : Povidum, Polivinilpirolidon
c) Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau
tidak berbau, higroskopik
d) Kelarutan : Mudah larut dalam air; dalam etanol (95%) P dan dalam
kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak
larut dalam eter P
e) Khasiat : zat tambahan (pelincir)
f) Titik didih : 150 C
6. AEROSIL (Handbook of excipents hal 185 edisi IV)
a) Nama latin : SILIKON DIOKSIDA
b) Sinonim : Asam silkat
c) Rumus struktur :

d) Pemerian : serbuk koloid silikon dioksida ukuran partikel sekitar


15 nm. Warna putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa dan serbuk
e) Kelarutan : praktis tidak larut dalam organik solven, air dan
asam, larut dalam alkoli
f) Berat jenis : 0,029 – 0,042
g) PH : 3,5 – 4,0
h) Khasiat : Agent pengikat

7. ASPARTAM (Martindale, 2009)


a) Nama latin : METIL ESTER
DIPEPTIDA
b) Sinonim : Aspartam
c) Rumus struktur :

d) Pemerian : senyawa yang tidak berbau, putih atau hampir putih,


sedikit higroskopik, serbuk kristal
e) Kelarutan : sedikit larut dalam air (Pada suhu 20 C, PH 4,5 –
6,0) sebanyak 36% dan dalam alkohol (pada suhu 25 C sebanyak 0,4%).
Praktis tidak larut dalam diklorometana n-heksana dan dalam metile
klorida
f) Khasiat : Pemanis

g) Titik lebur : 246-247 C


h) Titik didih : terurai

8. LAKTOSA (FI. Ed: III: 338)


a) Nama latin : LACTOSIUM
b) Sinonim : laktosa, saccharum lactis
c) Rumus struktur :
d) Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
e) Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, (larut dalam 1 bagian air
mendidih; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam
kloroform p dan dalam eter
f) Khasiat : zat tambahan
g) Titik lebur : 202,8 C (307,0 F; 475,9 K)
h) Titik didih : 668,9 C (1,236 F; 942 K) kelarutan dalam air
BAB IV

PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

1. Vitamin C 30 mg x 20 = 600 mg
2. Asam Tartrat 750 mg x 20 = 15.000 mg
3. Asam Sitrat 750 mg x 20 = 15.000 mg
4. Natrium Bikarbonat 1700 mg x 20= 34.000 mg
Berat total = 600 mg + 15.000 mg + 15.000 mg +
34.000 mg = 64.600 mg

Berat tablet yang dibuat = 5.000 mg x 20 = 100.000 mg

2,5
5. Berat PVP 2,5 % = x 5000 mg=125 mg x 20=2.500 mg
100

0,5
6. Berat Aerosil 0,5 % = x 5000 mg=25mg x 20=500 mg
100
3
7. Berat aspartam 3 % = x 5000 mg=150 mg x 20=3.000 mg
100
8. Berat Laktosa = 100.000 mg - (64.600 mg + 2.500 mg +
500 mg + 3.000 mg)
= 100.000 mg – 70.600 mg
= 29.400 mg
2,5
Berat PVP 2,5% Fase Asam = x ( 30.600 mg+29.400 mg )
100
= 0,025 x 60.000 mg = 1500 mg
2,5
Berat PVP 2,5% Fase Basa = x 34.000 mg=850 mg
100

BAB V

PROSEDUR PEMBUATAN

Semua bahan ditimbang dan diayak

Vitamin C, Asam Sitrat, Asam Tartrat, Laktosa dan sebagian PVP dicampur dalam satu wadah
kemudian campuran tersebut disemprot dengan larutan essence gula asam dalam alcohol (1:4) hingga
massa dapat dikepal.

Campuran (vitamin c + asam sitrat + asam tartrat + laktosa + sebagian pvp) diayak dengan ayakan
mesh 14 kemudian granul basah yang didapat dikeringkan dalam oven pada suhu 60-80C selama 18
jam

Granul yang sudah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 16. Selanjutnya hasil ayakan ini disebut
komponen asam

Dalam wadah lain, Natrium Bikarbonat dan sisa PVP dicampur lalu disemprot dengan essen gula asam
dalam alkohol (1:4) hingga dapat dikepal.

Campuran (natrium bikarbonat + sisa PVP) diayak dengan ayakan mesh 14 kemudian granul basah
didapat dikeringkan dalam oven pada suhu 40 derajat C selama 16 jam

Granul yang sudah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 16. Selanjutnya hasil ayakan ini disebut
komponen basa
EVALUASI

1. Kadar Lembab
Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan laminasi,
sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkanterjadinya
penempelan pada dinding die sehingga tablet menjadi gumpil.

Alat:

Cawan / Kaca arloji

Oven / lemari pengering

Cara:

Timbang seksama 5.0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot
konstan (105oC) selama 2 jam.

Perhitungan:

W ∘−W 1
×100 %
% MC = W∘

MC = Moisture Content, kandungan lembab

WO = Bobot granul awal

W1 = Bobot granul setelah pengeringan


Persyaratan: 2-4%

Untuk granul effervescent, kadar lembab yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-
0,7%

Data yang didapat

WO = g

W1 = g

g−g
×100 %
% lembab = g % lembab = %

2. Sifat Alir
Untuk mendapatkan sifat alir yang baik maka bahan harus mempunyai bentuk yang
sama dan memiliki kontak antar partikel yang kecil. Pengukuran sifat alir dapat
dengan metode langsung. Yaitu mengukur kecepatan air granul dan metode sudut
diam / sudut Baring. Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh
terhapat keseragaman bobot tablet yang dihasilkan.

Alat:

Corong alat uji waktu air (metode langsung)

Stopwatch

Cara:

Timbang 25,0 g granul tempatkan pada corong alat uji waktu air dalam keadaan
tertutup. Buka penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 kali

Persyaratan:

100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik.

Data yang didapat

Percobaan Ke Berat Granul (g) Waktu yang didapat


( detik )
1
2
3
Rata-rata

3. Uji Sudut Diam


Uji sudut diam merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi fluidas
granul secara tidak langsung menggunakan alat silinder tetap dengan penyangga
dengan cara memasukan sejumlah granul ke dalam silinder dalam keadaan lubang
bagian bawah ditutup kemudian setelah pengisian selesai ditutup dibuka dan granul
dibiarkan mengalir. Sudut diam yang diukur merupakan tinggi gundukan granul
yang terdapat di atas pengga dibagi dengan diameter penyangga.

Nilai sudut diam dapat menggambarkan seberapa baik fluidas granul yang
diukur, dimana jika granul memiliki fluidas yang kurang baik maka akan sulit
mengalir melalui lubang dibagian dasar silinder sehingga akan membentuk
gundukan yang tinggi diatas peyangga, sebaliknya jika granul memiliki fluidas baik
akan lebih mudah mengalir melalui lubang silindersehingga gundukan yang tersisa
diatas penyangga tidak terlalu banyak.

Data yang didapat

tg ɑ = h/r (Lachman ed III 615)

h = tinggi gundukan

d = diameter

A (angle of repose) Tipe aliran


<25 Excellent
25-30 Good
30-40 Passable
>40 Very poor

4. Kompresibillitas
Kompresibillitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
kemampuan granulat untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat
tekanan dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan stabil. Kompresibillitas
juga berhubungan dengan sifat alir granul.
Alat:

Jouling Volumeter

Cara:

Timbang seksama 20.0 g granul

Masukan kedalam gelas ukur dari alat Jouling Volumeter.

Catat volume awal (ml)

Hitung 100 ketukan. Catat volumenya sampai volume konstan.

Perhitungan:

Vo−Vn
x 100 %
Kp = Vo

Kp = % Pemampatan/ Kompresibilitas botol granul awal

Vo = Volume awal

Vn = Volume pada jumlah tiap ketukan

Persyaratan:

Jika Kp (% Pemampatan) kurang dari 20% keteraturan fabrikasi akan tercapai

Data yang di dapat:

Ʃ Ketukan Vo (ml) Vn (ml)


10 Ketukan
50 Ketukan
100 Ketukan
200 Ketukan

Vo−Vn
x 100 %
Kp = Vo

Kp = %

5. Waktu Larut (Granul Effervescent)


Masukkan granul sesuai bobot granul pada formula ke dalam gelas berisi
200 mL air. Catat waktu yang diperlukan granul untuk larut dalam air dengan
stopwatch. Waktu larut yang baik adalah kurang dari 10 detik dan membentuk
larutan yang jernih, sehingga residu yang tidak terlarut dalam air harus seminimal
mungkin.

BAB VI

HASIL DAN KEMASAN


BAB VII

PEMBAHASAN

Formulasi Granul Effervescent Sari Kering Lidah Buaya sebagai Makanan


Tambahan

Tabel 1. Formulasi Granul Effervescent Sari Kering Lidah Buaya

Formula
Nama Bahan 1 2 3
Sari kering lidah buaya 3,00 3,75 4,50
Asam sitrat 3,15 3,15 3,15
Natrium bikarbonat 4,50 4,50 4,50
Lakotasa 3,80 3,05 2,30
PVP 0,30 0,30 0,30
Aerosil 0,075 0,075 0,075
Perasa lemon 0,175 0,175 0,175

Hasil dan Pembahasan

Daun lidah buaya sebanyak 15 kg menghasilkan 9,25 kg daging lidah buaya.


Hasil freeze drying berupa 700 g serbuk kering (rendemen 7,57%). Hasil penapisan
fitokimia menunjukkan sari kering lidah buaya mengandung kuinon, flavonoid, dan
saponin. Serbuk kering lidah buaya dibuat dalam tiga formula granul effervescent
dengan kualitas seperti tertera pada Tabel 2.
Table 2. Hasil Pemeriksaan Kulitas Granul Effervescent

Sifat fisik F1 F2 F3
Kadar air (%) 0,22 ± 0,05 0,21 ± 0,02 0,20 ± 0,02
Kerapatan curah (g/ml) 0,5336 ± 0,0001 0,5348 ± 0,0016 0,5341 ± 0,0007
Kerapatan mampat (g/ml) 0,6154 ± 0,0005 0,6160 ± 0,00007 0,6178 ± 0,00007
Kecepatan alir (g/s) 9,61 ± 0,73 9,64 ± 0,84 9,71 ± 0,65
Sudut istirahat (o) 27,15 ± 0,41 27,46 ± 0,40 27,79 ± 0,80
pH 5,82 ± 0,03 5,83 ± 0,05 5,83 ± 0,05

Daging lidah buaya dimasukkan ke dalam air mendidih untuk menghilangkan


zat pahit yang ada pada lendir. Serbuk kering sari lidah buaya berwarna putih
kekuningan, sangat ringan (voluminous) dengan rasa dan bau seperti lidah buaya.
Untuk memperbaiki rasa sediaan, serbuk kering dibuat dalam sediaan effervescent.
Semua bahan yang digunakan berbentuk serbuk, sehingga aliran sediaan bersifat
kurang baik. Laju aliran diperbaiki dengan metode granulasi basah untuk membentuk
granul effervescent, granul mengalir lebih cepat dan seragam dibandingkan dengan
serbuk. Asam sitrat berfungsi membuat proses effervescing karena asam sitrat akan
terhidrolisis oleh air sehingga melepaskan asam yang akan bereaksi dengan natrium
bikarbonat untuk menghasilkan gas karbon dioksida dan air. Natrium bikarbonat juga
digunakan sebagai pengering granul.

Sediaan effervescent mampu membuat absorpsi zat aktif meningkat,


dikarenakan karbon dioksida yang terbentuk oleh reaksi effervescent menginduksi
permeabilitas zat aktif sehingga mengubah jalur paraseluler. Jalur paraseluler adalah
rute utama dari absorpsi zat aktif hidrofilik karena solute berdifusi ke dalam ruang
interseluler di antara sel epitel. Karbon dioksida (CO2) mampu memperluas ruang
interseluler di antara sel, sehingga meningkatkan absorpsi dari zat aktif yang bersifat
hidrofilik dan hidrofobik. Absorpsi zat aktif hidrofobik meningkat disebabkan oleh
molekul gas karbon dioksida yang nonpolar berpartisi pada membran sel, yang
meningkatkan lingkungan hidrofob lalu menyebabkan zat aktif yang hidrofob dapat
terabsorpsi.

Pada awal penelitian pemanis yang digunakan adalah sukrosa, namun sukrosa
bersifat higroskopis, sehingga granul yang dihasilkan cenderung lebih basah dan sulit
dikeringkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan mengganti sukrosa menjadi laktosa
sebagai pemanis dan pengering granul. Rasa manis laktosa lebih rendah daripada
sukrosa, karena itu digunakan aspartam sebagai peningkat rasa manis dari sediaan
yang dibuat.

Penggunaan PVP konsentrasi 0,5−5% menghasilkan granul yang kuat dan


cepat larut. Pemanis dan perasa lemon untuk memberikan rasa segar dan memperbaiki
aroma dari sari kering lidah buaya.

Kadar air yang rendah membuat granul menjadi kering dan rapuh. Kerapuhan
granul yang baik adalah kurang dari 1%. Kadar air yang tinggi adalah penyebab granul
menjadi basah dan memiliki daya alir yang buruk, sehingga saat pengemasan akan
menjadi sulit. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak sari kering
lidah buaya dalam sediaan, maka semakin kecil kadar air yang terkandung dalam
sediaan. Hal ini disebabkan sari kering lidah buaya memiliki kadar air rendah dengan
partikel serbuk yang kecil. Kandungan air dari granul effervescent dipengaruhi adanya
kelembapan ruangan. Keberadaan air dalam granul effervescent akan memicu reaksi
effervescing sebelum proses pelarutan. Reaksi effervescing dari komponen asam dan
basa berjalan lambat dan reaksi hampir jenuh atau tidak terjadi reaksi sama sekali
ketika granul dilarutkan. Hal ini ditunjukkan dengan lama waktu yang diperlukan oleh
granul effervescent untuk larut sempurna dan menjadi bagian yang terdispersi.

Granul memiliki aliran yang baik dengan nilai 12−16, sesuai dengan nilai indeks
konsolidasi Carr. Nilai indeks Carr akan dipengaruhi oleh ukuran partikel. Jika terdapat
perbedaan ukuran partikel, maka partikel yang lebih halus akan mengisi rongga partikel
yang lebih besar. Indeks Carr yang baik dapat terjadi saat distribusi massa serta ukuran
partikel granul yang seragam dan memudahkan proses pabrikasi saat pengemasan.
Granul bersifat mudah mengalir apabila memiliki nilai laju alir 4−10 g/s dan nilai sudut
istirahat dengan tipe aliran yang baik, yaitu 25−30º.

Sudut istirahat dengan nilai kurang dari atau sama dengan 30 o menunjukkan
bahwa bahan tersebut dapat mengalir secara bebas. Kecepatan alir granul yang tinggi
dapat menyebabkan sudut istirahat yang rendah dan menghasilkan granul yang baik.
Aliran yang baik ini karenak adanya aerosil. Aerosil dapat menyerap kandungan air dari
dalam granul dan juga dapat mengatasi penempelan antar partikel sehingga akan
mengurangi gesekan antar partikel. Aerosil akan membentuk lapisan tipis pada partikel
padat dan menyebabkan adsorpsi secara total atau sebagian, supaya granul yang
dihasilkan tidak menempel pada saat proses pengemasan.

Granul effervescent sari kering lidah buaya yang dihasilkan bersifat sedikit
asam dengan pH 5,82−5,83. Jika serbuk lidah buaya yang ditambahkan semakin
banyak maka pH granul yang dihasilkan akan semakin asam. Hal tersebut karena di
dalam lidah buaya terkandung senyawa flavonoid, yaitu senyawa turunan fenol yang
bersifat asam. Rasa asam dikarenakan banyaknya ion hidrogen dari flavonoid yang
terionisasi.

Analisis secara statistik menunjukkan bahwa F1 merupakan formula yang


paling disukai dengan konsentrasi sari kering lidah buaya paling kecil sebesar 20%. Hal
tersebut disebabkan rasa dari lidah buaya yang kurang menyenangkan, meskipun telah
digunakan perasa lemon, tetapi sari kering lidah buaya masih terasa karena lidah buaya
memiliki aroma dan rasa yang kuat. Rasa granul effervescent lidah buaya dapat
diperbaiki dengan menambahkan pemanis buatan misalnya saja aspartam. Sukrosa
merupakan pemanis alami, tetapi membuat granul yang dihasilkan menjadi basah
sebab sukrosa bersifat higroskopis. Oleh karena itu, sukrosa tidak digunakan.

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sari kering lidah buaya diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang
memenuhi persyaratan dengan kadar air sebesar 0,20−0,21%, kerapatan curah
0,5341−0,5384 g/mL, kerapatan mampat 0,6154−0,6178 g/mL dengan indeks Carr
13,14−13,55%, kecepatan alir 9,61−9,71 g/s, sudut istirahat 27,15−27,79 o, dan pH
5,82−5,8. F1 sebagai formula yang paling disukai.

B. Saran

Agar dikemudian hari bisa dipraktekkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, Terjemahan:


Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan, Edisi keempat, Penerbit UI Press

Lieberman. 1992. Pharmaceutical Dosage Form, vol 1. Marcell Dekker, inc. New
York

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Edisi ke-4. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54-55, 98-115.

Banker, G.S. dan Anderson, N.R. 1994. Serbuk In the Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, Ed III. Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi. UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai