KEPERAWAAN GERONTIK
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Dhika Andriani SR18212098
Agi Ehsya Putra SR172110084
Ferdinan Prasetyo D.C SR172110082
Reksi SR1721100
i
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian.......................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................3
C. Tanda Dan Gejala...........................................................................................4
D. Patofisiologi....................................................................................................6
E. Pathway...........................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................11
H. Komplikasi....................................................................................................12
I. Penatalaksanaan Medis.................................................................................13
BAB III........................................................................................................................18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................18
A. Asuhan Keperawatan....................................................................................18
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................18
BAB IV........................................................................................................................19
KASUS ASUHAN KEPERWATAN..........................................................................19
A. Kasus.............................................................................................................19
B. Pengkajian.....................................................................................................19
C. Diagnosa Keperawatan.................................................................................19
iv
D. Intervensi Keperawatan................................................................................19
E. Implementasi Keperawatan...........................................................................19
F. Evaluasi Keperawatan...................................................................................19
BAB V.........................................................................................................................20
PENUTUP...................................................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di wilayah Amerika Serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada jenis
kelamin laki-laki berusia 60-70 tahun yang mengalami gejala-gejala Benigna
Prostat Hiperplasi (BPH) dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90% mengalami
gejala-gejala Benigna Prostat Hiperplasi (BPH). Hasil riset mengatakan
bahwa laki-laki yang hidup di daerah pedesaan sangat rendah terkenan Benigna
Prostat Hiperplasi (BPH) dibandingkan dengan laki-laki yang hidup di daerah
perkotaan. Ini terkait dengan gaya hidup seseorang. Laki-laki yang bergaya
hidup modern cenderung lebih besar terkena Benigna Prostat Hiperplasi (BPH)
1
2
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) terjadi pada usia yang semakin tua (>45
tahun) dimana saat keadaan fungsi testis menurun. Penurunan yang diakibatkan
oleh fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormon testosteron dan
dehidrotesteosteron sehingga memicu pertumbuhan atau pembesaran prostat.
Ketika masalah terjadi masalah psikososial pada lansia baik secara biologis
maupun psikologis yang berkepanjangan dan tidak segera diatasi maka akan
menimbulkan masalah baru dalam kehidupan sehari-hari lansia yang
bersangkutan seperti masalah kesejahteraan, masalah kemandirian baik
kemandirian, baik kemandirian untuk melakukan perawatan diri maupun untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang akan menyebabkan menurunnya kualitas
hidup lansia tersebut (Nugroho, dalam Muhlth 2016).
B. Rumusan Masalah
Melihat banyaknya orang yang menderita penyakit BPH, yang menjadi
permasalahan pada asuhan keperawatan serta uraian latar belakang masalah
diatas, maka kami tertarik mengambil kasus dengan BPH. Maka dapat
dikemukakan rumusan masalah : “………”
C. Tujuan
1. Umum
Untuk memahami konsep asuhan keperawatan benigna prostat hyperplasia,
dan memberikan pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien BPH
3
2. Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius (Yuli Reni, 2014).
4
5
D. Etiologi
1. Dihydrotestosteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan
rasa tidak nyaman pada epigastrik.
F. Patofisiologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun.
Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi
anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal
menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular
pada prostat.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg
disebabkan oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif
atau aabsolut. Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan
hiperplasi prostat.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor
(b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang
lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini
difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma
karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
8. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin
tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme
infektif. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam
buli-buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri.
Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat
terjadi pielonefritis. Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama
kelamaan dapat menyebabkan hernia dan hemoroid.
12
G. Pathway
13
G. Pemeriksaan Penunjang
A. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
leukosit,sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus
diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih,
batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan
hematuri. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi
dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik.
B. Pemeriksaan
prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak
perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific
antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila
PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai
PSA > 10 ng/ml
C. Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua
defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya
menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi
jantung dan pernafasan harus dikaji.
D. Pemeriksaan radiologis
H. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak
mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan
apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan
15
yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam
vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis
(Sjamsuhidajat, 2005)
I. Penatalaksanaan Medis
- Hematuri
1. Prostatektomi
17
b) Prostatektomi Perineal.
c) Prostatektomi retropubik.
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem perkemihan adalah
usia diatas 60 tahun.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan : infeksi saluran
kemih, inkontinensia urin dan BPH adalah klien mengeluh nyeri saat
berkemih, urin tisak terkontrol atau urin keluar menete (retensio urin).
3. Riwayat penyakit sekarang
Rriwayat kesehatan saat ini dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan
sampai klien dibawa ke RS, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat
pelayanan kesehtan serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Seperti riwayat penyakit perkemihan sebelumnya, riwayat pekerjaan , serta
dengan adanya riwayat penyakit infeksi saluran kemih, penggunaan obat-
obatan.riwayat mengkonsumi alkohol dan merokok.
5. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
sama karena faktor genetik.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan perkemihan biasanya
tampak lemah.
2. Kesadaran
Kesadaran Composmentis, Apatis sampai Samnolen.
3. Tanda – Tanda Vital
Suhu meningkat (>37C), Nadi meningkat (70-82 x/menit), tekanan darah
meningkat, pernapasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4. Pemeriksaan Review of system (ROS)
a. Sistem pernafasan (B1: Breathing)
22
23
I. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus sistem
perkemihan dengan BPH adalah :
1. Nyeri akut b.d agen injuri (biologi, kimia, fisik) ditandai dengan klien
melaporkan nyeri secara verbal atau nonverbal, posisi untuk mengurangi
nyeri, ekspresi wajah meringis.
2. Inkontinensia Urin b.d kelemahan otot pelvis dan struktur penyangganya,
ketidakmampuan bladder untuk mengeluarkan urin ditandai dengan klien
melaporkan tetesan urin sesuai dengan peningkatan tekanan abdomen,
frekuensi BAK (lebih sering tiap 2 jam).
3. Retensio urin b.d adanya kelemahan destrusor, adanya obstruksi ditandai
dengan klien mengatakan urin keluar sedikit, sering berkemih, urin keluar
menetes, adanya urin sisa, adanya rasa penuh di kandung kemih.
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
24
1. Mengontrol nyeri
2. Menunjukkan tingkat nyeri
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
A. Kasus
Tn. F usia 63 tahun, datang ke RS dengan diagnosa BPH dan harus dilakukan
operasi dengan keluhan pancaran kencing lemah, miksi tidak puas sejak 6 bulan yang
lalu. Klien juga mengeluh frekuensi BAK bertambah terutama malam hari, nyeri
berkemih. Pasien juga mengalami kesakitan mengawali dan mengakhiri berkemih.
Saat ini klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian bawah dan
nyeri saat BAK. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri terasa terus
menerus. TD: 130/90 mmHg, S: 37c, RR: 22 x/menit, N: 80 x/menit.
K. Pengkajian
1. Identitas klien :
Nama : Tn.F
Umur : 63 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Benigna Prostat Hiperplasi
Alamat : Pontianak
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian bawah
dan nyeri saat BAK. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri
terasa terus menerus.
b. Riwayat Penyakit
Sekarang Klien mengatakan ± 1 minggu yang lalu mengeluh nyeri pada
saat BAK, klien dibawa oleh keluarga ke RS di UGD oleh dokter
diagnosa BPH dan harus dilakukan operasi, dan pada tanggal 29 oktober
2020 dilakukan operasi oleh dokter.
3. Pola fungsional
a. Pola Aktivitas dan Latihan
26
27
L. Pemeriksaan fisik
TD: 140/90 mmHg, S: 37c, RR: 22 x/menit, N: 80 x/menit
Abdomen:
I : terdapat luka pembedahan daerah suprapubis,panjang luka ± 5 cm dan
terdapat ± 5 jahitan, luka bersih, tidak ada pus, tidak bengkak, tampak warna
kemerahan, tidak ada edema, terpasang drainase.
A : Peristaltik 10x/ menit
P :Suara tympani
P :tidak terdapat nyeri tekan
Genetalia : Tampak bersih
M.Analisa data
Data Etiologi Problem
DS : klien mengatakan nyeri Agen pencedera Nyeri akut
pada luka bekas operasi bagian fisik (prosedur
bawah perut, nyeri saat BAK, operasi)
nyeri seperti ditusuk-tusuk,
panas, skala nyeri 6, terus-
menerus
DO: wajah klien tampak
tegang menahan sakit,
P: Post op BPH
Q: seperti ditusuk-tusuk, panas
R: di bagian abdomen bawah
S: Skala 6
T: Terus menerus
TTV: TD: 140/90 mmHg, N:
80x/ menit, RR: 22x/ menit, S:
37C
28
N. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) ditandai dengan : nyeri
pada luka bekas operasi bagian bawah perut, nyeri saat BAK, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, panas, skala nyeri 6, wajah klien tampak tegang menahan sakit.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pasca operasi, ditandai dengan : klien
mengatakan setelah operasi hanya tiduran ditempat tidur, aktivitas dibantu
keluarga, klien tampak bedrest ditempat tidur.
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif, ditandai dengan : luka bekas operasi
terasa panas, terlihat panjang luka ± 5 cm dan terdapat ± 5 jahitan, luka bersih,
tampak kemerahan , tidak ada pus, tidak bengkak. Terpasang kateter.
O. Intervensi keperawatan
1. Dx 1:
a. Kaji skala nyeri
b. Atur posisi klien senyaman mungkin
29
Nunez, C., Cansino, J. R., Bethencourt, F., Pérez‐Utrilla, M., Fraile, B., Martínez ‐
Onsurbe, P., ... & Royuela, M.(2008). TNF/IL‐1/NIK/NF‐κB transduction
pathway: a comparative study in normal and pathological human prostate
(benign hyperplasia and carcinoma).
30