Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas hasil laporan praktikum “Pemeriksaan HIV

Metode Immunochromatografi (rapid test)”

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar

penulis dapat memperbaiki laporan selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Wasalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Gorontalo, April,2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................2

1.4 Manfaat Praktikum..................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Sejarah HIV AIDS...................................................................................3

2.2 Pengertian HIV.........................................................................................4

2.3 Cara Penularan HIV.................................................................................5

2.4 Gejala HIV...............................................................................................6

2.5 Cara Pencegahan HIV/AIDS...................................................................8

2.6 Penanganan HIV/AIDS...........................................................................9

2.6 Pemeriksaan HIV...................................................................................10

BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................12

3.1 Waktu Dan Tempat................................................................................12

3.2 Metode...................................................................................................12

ii
3.3 Prinsip....................................................................................................12

3.4 Pra Analitik............................................................................................12

3.5 Analitik..................................................................................................13

3.6 Pasca Analitik........................................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................14

4.1 Hasil.......................................................................................................14

4.2 Pembahasan...........................................................................................14

BAB V PENUTUP................................................................................................17

5.1 Kesimpulan............................................................................................17

5.2 Saran......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang system

kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (Acquired

Immunodeficiency Sindrom) yang merupakan sekumpulan gejala

abnormalitas imunologis dan klinis yang diakibatkan oleh HIV

(Nyoko.,dkk.2016).

Penyebaran virus HIV sudah masuk dalam tahap feminisasi (perempuan

yang terinfeksi makin tinggi). Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian, bahwa

di Asia tahun 2008 diperkirakan ada 50 juta perempuan berisiko terinfeksi

HIV dari pasangan intimnya. Penyebab terjadinya feminisasi AIDS salah

satunya faktor ketidakadilan gender yang masih kuat di masyarakat

(Isni.Khoiriyah.2016).

Infeksi HIV bisa terjadi bila virus tersebut atau sel-sel yang terinfeksi

virus masuk ke dalam aliran darah. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium,

penderita yang telah terinfeksi HIV, akan terinfeksi lebih lanjut dengan

bakteri, virus, atau protozoa yang menyebabkan multiplikasi AIDS virus pada

penderita tersebut. Adapun macam cara pemeriksaan yang dapat digunakan

untuk mendeteksi antibodi yang spesiÞk terhadap HIV yakni secara kualitatif

dan kuantitatif. Salah satu metode pemeriksaan yang digunakan sebagai

screening test diagnosa AIDS adalah ImunokromatograÞ Rapid Test (cara

1
kualitatif) (Harti.,dkk.2014). Berdasarkan latar belakang diatas maka

dilakukan pemeriksaan HIV dengan metode Immunokromatografi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeriksaan HIV dengan metode Immunokromatografi?

1.3 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui cara pemeriksaan HIV dengan metode

Immunokromatigrafi.

1.4 Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan HIV dengan metode

Immunokromatografi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah HIV AIDS

Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat

pada tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983.

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for

Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia

pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui

disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di

Los Angeles (Djuanda, adhi. 2007).

Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia

(pandemi), termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996

diperkirakan telah terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri

dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data

yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan PLP Depertemen

Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS

sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia. Data

jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori “Gunung

Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang

semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang

terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum

diketahui (Djuanda, adhi. 2007).

3
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu

singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak

negara. Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal

penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai

bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik, kebudayaan dan

demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh negara

maju maupun negara berkembang (Djuanda, adhi. 2007).

2.2 Pengertian HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat

menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang

memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan

cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA,

yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus

dan kemudian melakukan replikasi (Djuanda, adhi. 2007).

Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah

putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh

manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit

walaupun yang sangat ringan sekalipun (Djuanda, adhi. 2007).

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat

berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat

digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan

tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita

4
tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia

akibat terkena pilek biasa (Djuanda, adhi. 2007).

2.3 Cara Penularan HIV

HIV dapat menular melalui berbagai cara, salah satu cara penularan virus

HIV dengan transfusi darah maupun produk darah lainnya. Dengan masa

jendela yang cukup lama pada tubuh penderitanya serta tidak adanya gejala

khas bagi orang yang baru terjangkit virus ini menyebabkan tidak sedikit

orang yang tidak tahu bahwa ia telah terinfeksi virus HIV. Sehingga bagi

orang yang ingin mendonorkan darahnya kepada orang yang membutuhkan

darah maupun mendonorkan darahnya secara sukarela namun setelah uji

saring ditemukan adanya virus HIV maka darah tidak dapat didonorkan.

Karena hal ini tentunya justru akan membahayakan jiwa penerima donor

(Aminah.Siti.2015).

Menurut (Ersha.R.F., Ahmad.A.2018) virus HIV masuk ke dalam tubuh

manusia melalui perantara darah, semen dan sekret vagina. Human

Immunodeficiency Virus tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetik

RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster Differential Four),

dengan melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya. Virus HIV

cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai

antigen CD4 terutama limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam

mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Virus juga dapat

menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit

folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel

5
serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit

T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya

menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

2.4 Gejala HIV

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang

yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan

tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3

sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus

HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan

tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya

menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang.

Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi

HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang

berisiko terkena virus HIV. Adapun tanda dan gejala yang tampak pada

penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini (Mandal,dkk.

2008) :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas

sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus

lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit

HIV AIDS diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan

gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap

6
mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta

mengalami diarhea yang kronik.

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting

syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah

normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh

seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan

absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang

mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering

tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system

persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan

pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu

mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus

cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai

macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.

Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit

(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta

Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali

mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal

terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit

7
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya

yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita

banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal

sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa

haid yang tidak teratur (abnormal).

2.5 Cara Pencegahan HIV/AIDS

Menurut (Widoyono. 2005) dapat dicegah dengan beberapa cara sebagai

berikut:

1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan

dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang

lain.

2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan

seksual.

3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,

hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada

janinnya.

4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.

5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus

dijamin sterilisasinya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk

mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-

penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala

sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar

8
terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan

dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media

cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan

secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan

masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS,

sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa

menimbulkan virus AIDS (Widoyono. 2005).

2.6 Penanganan HIV/AIDS

Menurut (Widoyono. 2005) dapat ditangani dengan beberapa cara sebagai

berikut:

1. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk

memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan

untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan

terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.

2. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun

demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju

perkembangan HIV didalam tubuh.

3. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus

yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan

obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah

infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah.

9
2.6 Pemeriksaan HIV

menurut (Aru W, Sudoyo. 2009) ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu :

1. Tes PCR

Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi

berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi

keberadaan materi genetik HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering

pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat

(HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya

bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi

RNA virus dapat dilakukan dengan metode real-time PCR yang

merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat

mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi.

Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru

lahir, namun jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes

PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil

tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.

2. Tes antibodi HIV

Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan tes

antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV

akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes antibodi

HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan

urin. Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid

test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel

10
liur (saliva) manusia. Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur

dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip)

dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul

dua pita berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini

mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus dikonfirmasi kembali

dengan ELISA. Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang dapat

digunakan untuk pemeriksaan lanjut adalah Western blot.

Kelebihan dari rapid test antibodi HIV ini yaitu :

1) Hasil dapat diketahui dengan cepat

2) Proses pengerjaan sederhana dan mudah

Kelemahan dari rapid test antibodi HIV ini yaitu :

1) Biayanya cukup mahal

3. Tes antigen HIV

Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang

memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi

dalam jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes

antibodi dan tes antigen digunakan secara berkesinambungan untuk

memberikan hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang

digunakan sendiri karena sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa

bekerja sebelum antibodi terhadap HIV terbentuk.

11
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan DBD” dilaksanakan pada tanggal

8 April 2019 di Laboratorium Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

metode immunikromatografi (rapid test)

3.3 Prinsip

Terjadinya reaksi antara antibodi spesifik (IgG, IgM, dan IgA) pada

sampel dengan antigen (gp41, p24, dan gp36) virus HIV, dengan gaya

kapilaritas terjadi reaksi antigen-antibodi-antigen dan akan menimbulkan

garis warna pada rapid strip test.

3.4 Pra Analitik

1. Konfirmasi Pasien

Sebelum melakukan pemeriksaan dilakukan konfirmasi pada pasien

untuk dilakukan pemeriksaan HIV/AIDS.

2. Persiapan Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini

yaitu rapid strip test ,alat tes, pipet tetes, sentrifus, buffer, serum.

3. Persiapan Pasien

Sebelum dilakukan pemeriksaan diusahakan pasien senyaman

mungkin dengan cara melakukan komunikasi dengan pasien.

12
3.5 Analitik

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ambil darah vena dengan menggunakan vacutainer

3. Kemudian darah diputar dengan sentrifus

4. Teteskan 40 ul serum distrip pemeriksaan

5. Teteskan 2 tetes buffer ke strip pemeriksaan

6. Tunggu sampai garis merah. Hasil sebaiknya dibaca dalam waktu 10

menit

3.6 Pasca Analitik

Interpretasi hasil

Positif (reaktif) : Jika tampak garis merah pada line control dan line test.

Negatif (non rekatif) : Hanya tampak garis pada line control saja

Invalid : Tampak hanya pada line test saja.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pemeriksaan yang telah di lakukan di dapatkan hasil

berdasarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan HIV metode immunikromatografi (rapid test)

Sampel Hasil Metode keterangan

immunikromatogr hanya pada garis line


serum negatif (-)
afi (Rapid test) control

4.2 Pembahasan

Menurut (Djuanda, adhi. 2007) HIV (Human Immunodeficiency Virus)

adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus

retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah

ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari

RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,

membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

Mendeteksi adanya antibodi anti-HIV sebagai penanda paparan HIV

adalah cara yang paling banyak digunakan untuk diagnosis secara serologi.

ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) telah menjadi prosedur

penyaringan yang lebih baik. Namun dikarenakan pemeriksaan ELISA

membutuhkan waktu yang lama, instrumen khusus dan membutuhkan

keahlian khusus maka mengakibatkan metode ELISA beralih ke Rapid Test,

terutama apabila sumber daya terbatas.

14
Pada praktikum kali ini dalam pemeriksaan HIV Rapid Strip Test

menggunakan metode immunokromatografi dengan prinsip Terjadinya reaksi

antara antibodi spesifik (IgG, IgM, dan IgA) pada sampel dengan antigen

(gp41, p24, dan gp36) virus HIV, dengan gaya kapilaritas terjadi reaksi

antigen-antibodi-antigen dan akan menimbulkan garis warna pada rapid strip

test. Pada area kontol akan selalu positif sebagai kontrol prosedur, hal ini

menunjukkan bahwa jumlah sampel yang digunakan cukup dan membran

pada alat telah berfungsi dengan baik. Sampel yang digunakan saat praktikum

adalah sampel serum. Apabila pemeriksaan ditunda maka sampel serum harus

disimpan pada suhu 2-8ºC yang dapat bertahan sampai 48 jam dan pada suhu

-20 ºC yang dapat bertahan sampai 4 minggu. Namun apabila menggunakan

sampel whole blood penyimpanan harus dilakukan pada suhu 2-8ºC yang

dapat bertahan dalam waktu 3 hari, jika melakukan pemeriksaan dengan

menggunakan whole blood dengan penyimpanan lebih dari 3 hari maka akan

menyebabkan reaksi nonspesifik yang terjadi antara sampel dengan reagen

sehingga dapat memberikan hasil yang salah.

Pada pemeriksaan HIV Rapid Strip Test dilakukan secara kualitatif

dimana sebelum itu sampel dan reagen dikondisikan pada suhu ruang

sebelum digunakan agar nantinya dapat terjadi reaksi antara antibodi dalam

serum atau plasma dengan antigen pada Strip Test dengan sempurna serta

agar hasil yang didapat lebih dapat diandalkan. Diambil 40μL sampel serum

lalu diteteskan kedalam sumur sampel kemudian ditambahkan 2 tetes buffer.

Didiamkan selama 10-20 menit dan dibaca hasil kemudian interpretasikan

15
hasil pengujian setelah 20 menit. Jangan membaca hasil test lebih dari 20

menit karena hal ini dapat memberikan hasil yang salah. Dari hasil diatas

didapatkan bahwa hasilnya negatif (-) ditunjukan dengan Hanya tampak garis

pada line control saja yang menandakan bahwa tidak terdapat virus HIV pada

serum tersebut.

16
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa HIV (Human

Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV

termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya

ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang

berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu

dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan

replikasi. Mendeteksi adanya antibodi anti-HIV sebagai penanda paparan

HIV adalah cara Rapid Strip Test menggunakan metode immunokromatografi

Dari hasil diatas didapatkan bahwa hasilnya negatif (-) ditunjukan dengan

Hanya tampak garis pada line control saja yang menandakan bahwa tidak

terdapat virus HIV pada serum tersebut.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya pada saat penggunakan strip rapid test

tidak boleh menggunakan yang sudah kadarluasa karena dapat mempengaruhi

hasil dan juga dapat mendapatkan hasil yang invalid akibat komponen strip

test yang rusak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aminah.Siti.2015. HIV Reaktif Pada Calon Donor Darah Di Unit Donor Darah
(UDD) Pembina Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung Dan
Unit Transfusi Darah PMI RSUD Pringsewu Tahun 2010 – 2014.
Tanjungkarang: Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
Jurnal Analis Kesehatan : Volume 4, No. 2. Hal. 4327-435.

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing

Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Ersha.R.F., Ahmad.A.2018.Human Immunodeficiency Virus – Acquired


Immunodeficiency Syndrome Dengan Sarkoma Kaposi. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2018; 7. Hal. 131-134

Harti.,dkk.2014. Pemeriksaan Hiv 1 Dan 2 Metode Imunokromatografi Rapid


Test Sebagai Screening Test Deteksi Aids.Surakarta: STIKes Kusuma
Husada Surakarta. Jurnal KesMaDaSka - Januari 2014. Hal. 56-59

Isni.Khoiriyah.2016. Dukungan Keluarga, Dukungan Petugas Kesehatan, Dan


Perilaku Ibu Hiv Dalam Pencegahan Penularan Hiv/Aids Ke
Bayi.Yogyakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad
Dahlan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 11 (2). Hal. 97-104

Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

Nyoko.,dkk.2016. Karakteristik Penderita Hiv/Aids Di Sumba Timur Tahun


2010-2016. Keperawatan Waingapu. Jurnal Kesehatan Primer, Vol.1, Ed.1,
Mei 2016, Hal.4-15

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

18

Anda mungkin juga menyukai