Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MORFOFONEMIK
Mata kuliah : Morfologi

Dosen Pengampu : Hj. Rr. Sulistyawati

Disusun oleh kelompok 3

1. Rahmi Amelia Sholekha (1901045020)


2. Nurul Rohmah Suhaemah Muhsin (1901045048)

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

2020
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Morfologi. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan informasi, pelajaran dan ilmu yang bermanfaat bagi pembaca-Nya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun, demi
kesempurnaan dan kebaikan makalah ini.

Jakarta, Oktober 2020


DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR-----------------------------------------------------------------------------i

DAFTAR ISI-----------------------------------------------------------------------------------------ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah--------------------------------------------------------------1

1.2 Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------------2

1.3 Tujuan Pembahasan-------------------------------------------------------------------2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Morfem-------------------------------------------------------------------3

2.2 Konsep Dasar Morfofonemik-------------------------------------------------------3

2.3 Mengidentifikasi Morfofonemik----------------------------------------------------3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap Bahasa, kata memegang peranan penting dalam membangun
sebuah kalimat. Demikian juga dalam Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Indonesia
dikenal berbagai bentuk kata. Jika ditinjau dari bentuknya, kata dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata-kata yang
belum mendapat imbuhan (afiks). Kata dasar dapat menjadi dasar bagi pembentukan
kata yang lebih kompleks, misalnya kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk
membentuk kata menduduki dan mendudukkan.
Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses
morfologi apapun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal
dalam kalimat, seperti kata duduk. Namun kata itu lebih lazim disebut sebagai kata
dasar bebas atau morfem bebas, yaitu morfem yang secara potensial dapat berdiri
sendiri dalam suatu bangun kalimat. Kata turunan pada dasarnya merupakan kata
yang dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi), pengulangan
(reduplikasi/R), atau pemajemukan (komposisi).
Beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa ada
kalanya terdapat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan atau kesalahan
logika. Salah satu kesalahan dalam tataran morfologis adalah penggunaan kata dengan
morfofonemik yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Akan tetapi,
penggunaan dalam masyarakat sama kuatnya, atau susah dipastikan mana yang benar
dan mana yang salah sehingga menimbulkan problematika. Misalnya, ada bentuk-
bentuk mempesona dan menterjemahkan dalam pemakaian Bahasa. Sesuai dengan
kaidah morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar adalah memesona dan
menerjemahkan.
Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik
lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku
dalam bahasa Indonesia. Padahal, kecermatan berbahasa sangat diperlukan dalam
rangka politik bahasa, yakni kecintaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara. Meskipun tidak mempengaruhi makna yang didukung,
kesalahan morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh

1
karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia perlu dipelajari agar
kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Morfem?
b. Bagaimana konsep dasar Morfofonemik?
c. Bagaimana cara mengidentifikasi Morfofonemik?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengertian morfem itu sendiri
b. Untuk mengetahui apa saja konsep dasar morfofonemik
c. Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi morfofonemik tersebut

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Morfem


Morfem adalah suatu gramatika terkecil yang memiliki makna, dengan kata
terkecil berarti satuan itu tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak
makna. Umpamanya bentuk membeli dapat dianalisis menjadi dua bentuk terkecil,
yaitu (me-) dan (beli). Bentuk beli adalah bentuk morfem afiks, yang secara gramatika
memiliki sebuah makna, sedangkan bentuk (beli) merupakan morfem dasar, yang
secara leksikal memiliki makna kalau bentuk beli dianalisis menjadi lebih kecil lagi
menjadi be- dan li, keduanya jelas tidak memiliki makna apa-apa, jadi keduanya
bukan morfem. (Chaer, 2015)

2.2 Konsep Dasar Morfofonemik


Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian
mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari
adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses
komposisi. Umpamanya, dalam proses pengimbuhan sufiks -an pada dasar hari akan
muncul bunyi [y], yang dalam ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan
dituliskan. (Aulianida et al., 2019)
Hari + an  [hariyan]

2.3 Mengidentifikasi Morfofonemik


Beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik pada
beberapa proses morfologi.
2.3.1 Jenis Perubahan
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem
berkenaan dengan proses morfologi ini. Diantaranya proses :
1) Pemunculan fonem, yakni munculnya bunyi dalam proses
morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya,dalam

3
proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan
memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
Me + baca membaca
2) Pelepasan fonem,yakni hilangnya fonem dalam dalam suatu
proses morfologi. Misalnya,dalam proses pengimbuhan prefiks
ber- pada dasar renang,maka bunyi [r] yang ada pada prefiks
ber- dilesapkan. Contoh lain,dalam proses pengimbuhan
akhiran –nda pada dasar anak,maka fonem [k] pada dasar itu
dihilangkan.
Ber + renang berenang
Anak + nda ananda
3) Peluluhan fonem,yakni luluhnya sebuah fonem serta
disenyawakan dengan fonem lain suatu proses morfologi.
Misalkan,dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar
sikat,maka fonem [s] pada kata sikat itu diluluhkan dan
disenyawakan dengan fonem nasal [ny] dan pengimbuhan
prefiks pe.
Me + sikat menyikat
Pe + sikat penyikat
Terjadi pada proses pengimbuhan prefiks me- dan prefiks pe-
pada bentuk kata dasar yang dimulai dengan konsonan [s].
4) Perubahan fonem,yakni berubahnya sebuah bunyi sebagai
akibat terjadinya proses morfologi. Misalkan dalam
pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan
bunyi,dimana fonem [r] berubah menjadi fonem [l]
Ber + ajar belajar
5) Pergeseran fonem,yakni berubahnya posisi sebuah fonem dari
satu suku kata kedalam suku kata lainnya. Misalkan,dalam
pengimbuhan sufiks –i pada dasar lompat,terjadi pergeseran
dimana fonem [t] yang semula berada pada suku kata pat
menjadi berada pada suku kata ti. (Susiati, 2020)
Lompat + i melompati

4
2.3.2 Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa indonesia terutama
terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi
hampir tidak ada.
2.3.2.1 Prefiks ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber-
berupa :
a) Pelepasan fonem [r] pada prefiks ber- , terjadi
apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan
fonem [r],atau suku kata pertama bentuk dasarnya
berbunyi [er]. Misalnya.
Ber + renang berenang
b) Perubahan fonem [r] pada prefiks ber- menjadi
fonem [l] terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar.
Ber + ajar belajar
c) Pengekalan fonem [r] pada prefiks ber- tetap [r]
terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada
pada bagian a dan b diatas. Misalnya. (Ii & Pustaka,
2019)
Ber + lari berlari
2.3.2.2 Prefiks me-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks me-
berupa :
a) Pengekalan fonem,disini artinya tidak ada fonem
yang berubah-ubah,tidak ada yang dilesapkan
dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi
apabila bentuk dasarnya diawali dengan
konsonan [r,l,w,y,n,ng, dan ny]. Misalnya.
Me + nanti menanti
b) Penambahan fonem,yakni penambahan fonem
nasal [m,n,ng dan nge]. Penambahan fonem
nasal [m] terjadi apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan konsonan [b] dan [f]. Contoh.
Me + buru memburu
5
Me + fitnah memfitnah
Penambahan fonem nasal [n] terjadi
apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan [d]. Contoh
Me + duga menduga

Penambahan fonem nasal [ng] terjadi


apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan [g,h,kh,a,l,u,e dan o]. Contoh.
Me + khayal mengkhayal
c) Peluluhan fonem,terjadi apabila prefiks me-
diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai
dengan konsonan bersuara [s,k,p, dan t].
Dalam hal ini konsonan [s] diluluhkan dengan
nasal [ny], konsonan [k] diluluhkan dengan
nasal [ng] , konsonan [p] diluluhkan dengan
nasal [m], dan konsonan [t] diluluhkan dengan
nasal [n]. Contoh.
Me + susut menyusut
2.3.2.3 Prefiks pe-an
a) Pengekalan fonem,artinya tidak ada perubahan
fonem,dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali
dengan konsonan [r,l,y,m,n,ng,ny]. Salah satu
contohnya.
Pe + rawat perawat
perawatan
b) Penambahan fonem,yakni penambahan fonem nasal
[m,n,ng, dan nge] antara prefiks dan bentuk dasar.
Penambahan fonem nasal [m] terjadi apabila bentuk
dasarnya diawali oleh konsonan [b]. Contoh
Pe + bina pembina
pembinaan

6
Penambahan fonem nasal [n] terjadi apabila bentuk
dasarnya diawali dengan konsonan [d]. Contohnya.
Pe + didik pendidik
pendidikan
Penambahan fonem nasal [ng] terjadi apabila bentuk
dasarnya diawali oleh konsonan [g,h,kh,a,i,u,e,o].
Contoh.
Pe + inap penginap
Penginapan
Penambahan fonem nasal [nge] terjadi apabila bentuk
dasarnya bentuk dasar satu suku. Contohnya :
Pe + bom pengebom
pengeboman
c) Peluluhan fonem,apabila prefiks pe- (atau pe-an)
diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan
konsonan tak bersuara[s,k,p,dan t]. Konsonan [s]
diluluhkan dengan nasal [ny], konsoann [k] diluluhkan
dengan nasal [ng], konsonan [p] diluluhkan dengan
nasal [m],dan konsonan [t] diluluhkan dengan nasal [n].
Contoh. (Husain et al., 2014)
Pe + siram penyiram
penyiraman
2.3.2.4 Prefiks per- dan konfiksasi per-an
a) Pelepasan fonem [r] terjadi apabila brntuk dasarnya
dimulai dengan fonem [r], atau suku pertamanya [er].
Contoh.
Pe + runcing peruncing
b) Perubahan fonem [r] menjadi [l] terjadi apabila bentuk
dasarnya berupa kata ajar.
Per + ajar pelajar
c) Pengekalan fonem [r] terjadi apabila bentuk dasarnya
bukan yang disebutkan pada a dan b diatas. Contoh.
Per + lambat perlambat

7
2.3.2.5 Sufiks-an
a) Pemunculan fonem,ada tiga macam fonem yang
dimunculkan dalam pengimbuhan,yaitu fonem [w], [y]
dan fonem glotal [?]. Pemunculan fonem [w] dapat
terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar
yang berakhiran dengan vokal [u]. Contoh.
Pandu + an panduan
Perlu dicatat dalam sistem ejaan sekarang bunyi
[w] tidak dituliskan. Dalam literatur bunyi [w] disebut
sebagai pelancar (glider)

Pemunculan fonem [y] dapat terjadi apabila sufiks –an


diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan
vokal [i]. Misalnya.
Tari + an tarian
Perlu dicatat dalam sistem ejaan sekarang huruf
[y] tidak dituliskan. Dalam literatur bunyi [y] disebut
sebagai pelanear.

Pemunculan fonem glotal [?] dapat terjadi apabila


sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berakhir dengan vokal [a]. Misalnya.
(ber) sama + an (ber) sama?an
Perlu dicatat dalam sistem ejaan sekarang fonem
glotal [?] tidak dituliskan.
b) Pergeseran fonem,terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan
pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah
konsonan. Contoh.
Jawab + an ja.wa.ba.
2.3.2.6 Prefiks ter-
a) Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter-
diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan
konsonan [r]. Misalnya
Ter + raba teraba

8
b) Perubahan fonem [r] pada prefiks ter- menjadi fonem [l]
terjadi apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk
dasar anjur.
Ter + anjur teranjur
c) Pengekalan fonem [r] pada prefiks ter- tetap menjadi [r]
apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar
yang bukan disebutkan pada a dan b diaras. Contoh.
Ter + baik terbaik (Udayana, 2016)

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Morfofonemik, disebut juga morfonologi atau morfofonologi merupakan


kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari
adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi.
Morfofonemik menjelaskan tentang afiksasi,seperti ber-, me-, di- , dll.

Dalam mengindetifikasi morfofonemik banyak caranya,

1) Pemunculan fonem, yakni munculnya bunyi dalam proses morfologi yang pada
mulanya tidak ada.
2) Pelepasan fonem,yakni hilangnya fonem dalam dalam suatu proses morfologi
3) Peluluhan fonem,yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain
suatu proses morfologi.
4) Perubahan fonem,yakni berubahnya sebuah bunyi sebagai akibat terjadinya proses
morfologi, dan
5) Pergeseran fonem,yakni berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata kedalam
suku kata lainnya.

3.2 Saran
Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu memahami
masalah-masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari pemahaman berbahasa yang
kita miliki.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aulianida, D., Liestyasari, S. I., & Ch, S. R. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Chaer, A. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).

Husain, F. N., Endang, B., & Awal, P. P. (2014). Model elaborasi bahan ajar thaharah untuk
kecakapan bersuci melalui multimedia. Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(10), 1–14.

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2019). Dicetak pada tanggal 2019-12-05 Id Doc:
589c896681944d3210493f0c. 1, 11–43.

Susiati, S. (2020). Wujud Morfologi Bahasa Indonesia. May.


https://doi.org/10.31219/osf.io/zsda4

Udayana, U. (2016). Proses Morfofonemik Bahasa Bali.

11

Anda mungkin juga menyukai