Anda di halaman 1dari 33

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333098516

Kajian Kebijakan Insentif dalam Pengembangan Taman Sains Teknologi di


Indonesia DESEMBER 2015 PUSAT INOVASI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
INDONESIA

Conference Paper · February 2016

CITATIONS READS

0 28

7 authors, including:

Manaek Simamora Syafrizal Maludin


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
22 PUBLICATIONS   9 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Policy Design for Technology Transfer System View project

All content following this page was uploaded by Syafrizal Maludin on 15 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Kajian Kebijakan Insentif
dalam Pengembangan Taman
Sains Teknologi di Indonesia

Tim Kajian:

Manaek Simamora
Syafrizal Maludin
Priyo Yantyo
Nurlisa Dwi Novianti
Syukri Yusuf Nasution
Elfira Rosa

DESEMBER 2015
PUSAT INOVASI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Kebijakan Insentif dalam Perkembangan Taman Sains
Teknologi di Indonesia

I. Latar Belakang

Tradisi dan budaya yang berkembang pada hampir sebagian besar penduduk dunia
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Hubungan
prosiklikal ini diakui dan menjadi acuan perkembangan sejarah peradaban yang dimulai dari
masa prasejarah (food gathering) diikuti dengan fase pertama sejarah inovasi teknologi yaitu
pada bidang pertanian (food producing) sampai pada masa manusia mulai menggunakan
teknologi kimia dan fisika dalam upaya penyimpanan bahan makanan untuk bisa bertahan
dalam musim panas sampai musim panas tahun berikutnya.
Di sisi lain perkembangan Iptek juga mensyaratkan komitmen pemimpin dalam skala
mikro, meso dan makro dalam aplikasi perubahan teknologi. Aplikasi sebuah perubahan
teknologi akan tumbuh diatas teknologi lama yang akan hilang sesuai dengan karakter
teknologinya, seperti yang disampaikan oleh Josept Schumpeter dalam Creative Destruction.
Implementasi teknologi baru juga dipengaruhi oleh tersedianya infrastruktur pendukungnya.
World Economic Forum (WEF) pada bulan Februari 2016 mengakui peran penting
perubahan teknologi dalam pembangunan ekonomi global dengan menawarkan pilihan 9
pilar teknologi masa depan yang akan merubah trend mesin ekonomi secara mendasar.
Bergeser dari trend peran infrastruktur dalam perubahan teknologi, etika dan filosofi ilmu
pengetahuan dianggap berperan penting dalam fungsi kontrol kemajuan teknologi
pengganggu kemapanan ini (disruptive innovation).

II. Metodologi

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskrptif. Melalui metode
ini diuraikan beberapa kebijakan insentif di Indonesia dalam pengembangan kawasan
khusus industri, kawasan berikat, dan kawasan ekonomi khusus. Tenik pengumpulan data
dilakukan dengan sudi meja untuk mendapatkan data sekunder dan survey lapangan untuk
mendapatkan data primer. Kajian ini merupakan bagian dari satu seri kegiatan penelitian
bertema insentif dalam penumbuhkembangan taman teknologi di Indonesia. Pada tahun
2015 kajian difokuskan pada deskrpsi kebiakan insentif berbagai kategori kawasan khusu di

2
Indonesia dan gambaran kebijakan insentif di beberapa negara seperti China, Taiwan, Korea
Selatan, Taiwan, dan Thailadn.

III. Hasil dan Diskusi

Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan Iptek dipengaruhi oleh


lingkungan sosial ekonomi. Pada pendekatan double pendulum (Guerras-Martin, Madhok,
& Montoro-Sanchez, 2014) dinyatakan bahwa lingkungan bisnis dan organisasi dipegaruhi
oleh pendumum pertama yaitu faktor mikro dan makro dan pendulum kedua berupa faktor
internal dan internal. Dalam penumbuh kembangan taman teknologi, pendekatan pendulum
ganda berkorelasi positif seperti dinyakatan juga oleh Madhok et.al (2014) mengenai
Austrian Economics yang berada pada ranah messo yang berada ditengah-tengah antara
pendulum pertama dan pendulum kedua.
Selanjutnya untuk tinjauan terhadap insentif pengembangan taman teknologi
bergerak dari fungsi makro dengan kaitan yang erat terhadap peraturan perundangan yang
mengatur pengembangan dan pemanfaatan teknologi melalui intermediator terhadap
pengguna usaha kecil dan menengah (UKM) dan pengguna lainnya. Pembahasan terdiri dari
dua bagian yaitu bagian pertama mengulas permasalahan yang dihadapi dan kedua adalah
usaha pemecahan masalah penumbuhkembangan taman teknologi melalui kebijakan
pemerintah.

1. Permasalahan dalam Pengembangan Taman Teknologi

Pembangunan taman teknologi pada dasarnya merupakan bagian dari


pembangunan iptek yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemanfaatan hasil-hasil penelitian. Namun dalam pengembangannya
pengembangan iptek masih terkendalan antara lain oleh rendahnya tinkat kemampuan
dan komitmen pemerintah. Hal ini berdampak pada pemanfaatan hasil penelitan oleh
sektor industri nasional yang juga rendah yang ditunjukan dengan rendahnya tingkat
kandungan lokal dalam produk-produk hasil industri.
Disisi lain, industri berlaku menghindari resiko dalam operasional teknologi
baru. Hasil inovasi teknologi tidak mudah bisa diterapkan untuk mendapatkan hasil
seperti yang dijanjikan. Jalan aman yang akan dipilih dalam peningkatan keuntungan
perusahaan adalah yang cepat menghasilkan laba dengan resiko yang kecil. Hal ini
merupakan respon yang normal dalam kegiatan ekonomi.

3
Peran Insentif Pajak dan Peranna dalam menstimulasi peningkatan kapasitas
Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dan teknologi merupakan modal terbesar suatu bangsa pada saat ini.
Inovasi dan teknologi sebagai motor penggerak pertumbuhan membutuhkan investasi dalam
jumlah besar. Hasil penelitian membuktikan bahwa insentif pajak dan dukungan fiskal
berperan signifikan terhadap tingkat investasi di sektor penelitian dan pengembangan
teknologi (research and development). Bentuk insentif pajak dan dukungan fiskal yang
berbeda-beda memberikan dampak yang berbeda pula terhadap perkembangan teknologi
dan inovasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian komparatif terhadap berbagai
bentuk insentif pajak dan dukungan fiskal terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan
serta memberikan rekomendasi mengenai bentuk insentif pajak dan dukungan fiskal yang
tepat untuk diimplementasikan di Indonesia.

Menurut Sitep (2014) terdapat 3 bentuk insentif pajak dan dukungan fiskal yang lazim
diberikan di berbagai negara, yaitu: (i) super deduction; (ii) tax credit; dan (iii) direct
subsidy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu melakukan langkah
agresif dalam mendorong inovasi dan teknologi untuk meningkatkan daya saing global.
Untuk mendukung langkah tersebut, diperlukan formulasi insentif pajak yang agresif pula di
tengah-tengah persaingan dan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di
kawasan. Pemberian insentif pajak perlu dititikberatkan pada bidang-bidang yang
merupakan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh Indonesia.

Bentuk-bentuk insentif pajak seperti dikemukakan oleh Sitepu (2014) tersebut selanjutnya
dapa ditelaah penarapannya dalam mendorong pertumbuhan usaha-usaha berbasis
pengetahuan. Secara khusus, peran kebijakan insentif fiskal tersebut dapat diarahkan untuk
mendorong tumbuhnya budaya riset di perusahaan-peruhaan dalam negeri baik yang sudah
mapan maupun perusahaan-perusahaan baru. Untuk perusahaan-peruahaan yang sudah
mapan insentif dapat diperkenalkan untuk jangka waktu tertentu misalnya dalam kuruan
waktu 5 tahun kemudian dapat ditinjau untu melihat efektifitasnya dalam mendorong
tumbuhnya budaya riset di perusahaan-perusahaan dalam negeri. Hasil evaluasi dapat
menghasilkan rekomendasi berupa masih perlunya insentif bagi perusahaan-perusahaan
yang sudah mapan dengan fokuw pada sector industri atau bidang teknologi yang dirasakan
akan memberi manfaat (daya ungkit) terhadap perekonomian Indonesia; penghentian atau

4
pengurangan pemberian insentif terhadap sector industri tertentu karena dianggap sudah
mempu untuk melakukan kegiatan riset secara mandiri.

2. Kebijakan insentif kawasan khusus.

Berbagai langkah dilakukan pemerintah yang terkait dengan pengembangan


kawasan industri berbasis iptek. Antara lain melalui pembentukan kawasan berikat,
kawasan ekonomi khusus dan kawasan taman teknologi. Kebijakan insentif untuk
kawasan khusus seperti pada tabel berikut

Tabel 1: Kebijakan Insentif Kawasan Khusus


Kebijakan Tentang
Pajak Penghasilan (PPh) A. Kegiatan Utama (Tax Holiday):
- Pengurangan PPh sebesar 20-
100% selama10-25 tahun dengan
nilai investasi lebih dari Rp. 1
triliun.
- Pengurangan PPh sebesar 20-
100% selama 5-15 tahun dengan
nilai investasi lebih dari Rp. 500
milyar.
B. Kegiatan di luar Kegiatan Utama
(Tax Allowance):
- Pengurangan penghasilan netto
sebesar 30% selama 6 tahun;
- Penyusutan yang dipercepat;
- PPh atas deviden sebesar 10%
- Kompensasi kerugian 5-10 tahun.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan - Impor: tidak dipungut
Pajak Penjualan atas Barang - Pemasukan dari Tempat Lain
Mewah (PPnBM) Dalam Daerah Pabean (TLDDP) ke
KEK tidak dipungut
- Pengeluaran dari KEK ke TLDDP
tidak dipungut

5
- Transaksi antar pelaku di KEK:
tidak dipungut
- Transaksi dengan pelaku di KEK
lain: tidak dipungut
Kepabeanan Dari KEK ke pasar domestik: tarif
bea masuk memakai ketentuan
Surat Keterangan Asal (SKA)
Pemilikan Properti Bagi Orang - Orang asing/badan usaha asing
Asing dapat memiliki hunian/properti di
KEK (Rumah Tapak atau Satuan
Rumah Susun).
- Pemilik hunian/properti diberikan
izin tinggal dengan - Badan Usaha
Pengelola KEK sebagai penjamin
- Dapat diberikan pembebasan
PPnBM dan PPn atas barang sangat
mewah (luxury)
Kegiatan Utama Pariwisata - Dapat diberikan pengurangan
Pajak Pembangunan I sebesar 50-
100%
- Dapat diberikan pengurangan
Pajak Hiburan sebesar 50-100%=
Ketenaga kerjaan - Di KEK dibentuk Dewan
Pengupahan dan LKS Tripartit
Khusus
- Hanya 1 Forum SP/SB di setiap
perusahaan
- Pengesahan dan perpanjangan
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (RPTKA) di KEK
- Perpanjangan Ijin Menggunakan
Tenaga kerja Asing (IMTA) di
KEK
Keimigra - Fasilitas Visa Kunjungan Saat
sian Kedatangan selama 30 hari dan

6
dapat diperpanjang 5 (lima) kali
masing-masing 30 hari
- Visa Kunjungan Beberapa Kali
(multiple visa) yang berlaku 1 tahun
- Izin tinggal bagi orang asing yang
memiliki properti di KEK
- Izin tinggal bagi orang asing lanjut
usia yang tinggal di KEK Pariwisata
Pertana han - Untuk KEK yang diusulkan Badan
Usaha Swasta diberikan HGB dan
perpanjangannya diberikan
langsung bersamaan dengan proses
pemberian haknya.
- Administrator KEK dapat
memberikan pelayanan pertanahan
Perizinan - Administrator berwenang
menerbitkan izin prinsip dan izin
usaha melalui pelayanan terpadu
satu pintu di KEK.
- Percepatan penerbitan izin
selambat-lambatnya 3 jam (dalam
hal persyaratan terpenuhi)
- Penerapan perizinan dan
nonperizinan daftar pemenuhan
persyaratan (check list)
- Proses dan penyelesaian perizinan
dan non perizinan keimigrasian,
ketenagakerjaan, dan pertanahan di
Administrator KEK
Sumber: (Simamora, Nasution, Yantyo, Maulana, Nurlisa, & Elfira, 2015)

Kebijakan dan perundangan terkait dengan pengembangan iptek setidaknya


terdiri dari 6 paket yaitu:
1. UU No. 18/2002 tentang Sistem Penelitian dan Pengembangan serta
Pemanfaatan Iptek

7
2. UU No. 20/2005 tentang alih teknologi dan kegiatan penelitian dan
pengembangan di perguruan tinggi
3. UU No. 35/2007 tentang penyisihan keuntungan sektor swasta dalam
pemanfaatan dan difusi inovasi
4. PP No. 48 tentang izin penelitian dan implementasi teknologi beresiko tinggi
5. Perpres No. 27/2013 tentang pengembangan Inkubator Teknologi

PP 35/2007 tentang pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk


peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi dn difusi teknologi pada pasal 6 merupakan
aturan yang erat dengan insentif litbang dari dunia usaha yang berbunyi:
• Badan Usaha yang mengalokasikan sebagian pendapatan untuk peningkatan
kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi dapat diberikan insentif.
• Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk insentif perpajakan,
kepabeanan, dan/atau bantuan teknis penelitian dan pengembangan.
• dan jenis insentif perpajakan dan kepabeanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat diberikan sepanjang diatur dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan di
bidang perpajakan dan kepabeanan.

Namun peraturan pemerintah ini belum banyak dimanfaatkan oleh industri. Disisi
lain Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.10/2012 tentang perusahaan modal
ventura juga erat dengan pengembangan litbang dengan tujuan untuk pengembangan
penemuan baru, proyek penelitian dan rekayasa, dan pengembangan berbagai teknologi baru
dan alih teknologi dari dalam maupun dari luar negeri. Implementasi ini juga masih dirasa
mandul dengan belum banyaknya PMV yang mendanai kegiatan pemanfaatan hasil litbang.

Kebijakan Insentif Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan Khusus dan fasilitas khususnya

Perpajakan Perijinan Infrastruktur Kelembagaan


Kawasan Berikat 1)Pembebasan PPN dan Dapat berlokasi di
PPNBm untuk barang luar kawasan
kena pajak untuk diolah industri (misalnya
lebih lanjut dan atas kawasan budidaya)
peminjaman untuk: a)
mesin/peralatan dalam perusahaan yang
rangka sub-kontrak bahan baku/proses
2)Penangguhan bea masuk produksi
untuk barang impor memerlukan lokasi
untuk tujuan produksi khusus, b)
atau diolah lebih lanjut perusahaan mikro

8
3)Pembebasan cukai untuk dan kecil, c)
barang/ bahan untuk perusahaan di
diolah lebih lanjut daerah yang tidak
(*)Jika memenuhi terdapat kawasan
persyaratan ekspor 75% & industri/ kapling
domestik 25% (PMK habis
No.44/2012)
Kawasan Ekonomi 1)Tax allowance untuk 1)Kemudahan 1) Lokasi strategis Kelembagaan
Khusus badan /perorangan birokrasi dan harus dekat dengan terintegrasi dari
2)Pembebasan PPN dan pelayanan yang jalur perdagangan level nasional
PPNBm untuk barang efisien melalui /pelayaran hingga
kena pajak Sistem Pelayanan internasional dan kabupaten/kota
3)Penangguhan bea masuk Terpadu Satu memiliki infrastruktur untuk mendukung
untuk barang impor (PMK Pintu (PTSP) yang yang memadai. pengambilan
No.188/PMK.010/2015) akan dilaksanakan Dukungan kebijakan yang
4)Pembebasan cukai untuk oleh sebuah Pemerintah kepada efektif dan efisien
barang mentah dan Administrator KEK KEK diwujudkan di dalam KEK.
barang penolong untuk 2)Kemudahan dalam beberapa Dewan Nasional
tujuan produksi birokrasi dan program infrastruktur KEK, Dewaan
5)Tidak dipungut Pajak pelayanan yang seperti Jalan, Kawasan di
Dalam Rangka Impor efisien dengan Pelabuhan, Bandara Propinsi dan
(PDRI) peraturan tentang dan Kereta Api Administrator KEK
6)Pengurangan PBB sesuai pendelegasian (RPJMN 2015-2019)
peraturan yang berlaku penerbitan dan 2) Dibebaskan atas
pelimpahan persyaratan luas
wewenang secara minimum, untuk
khusus untuk membuka peluang
masing-masing bagi pengembangan
KEK (Kementerian kawasan ekonomi
Perdagangan dan berbasis teknologi
BKPM) (*) tinggi seperti STP/TP.
3)Tidak dikenakan
pembatasan jenis
barang impor atas
jenis barang: a)
belum diproduksi
di dalam negeri;
(b) sudah
diproduksi namun
spesifikasi belum
memenuhi yang
dibutuhkan; dan
(c) sudah
diproduksi namun
jumlahnya belum
mencukupi. (PMK
No.76/2012)

Fasilitas khusus yang diberikan di KEK:


A) Perijinan Terpadu

9
Untuk mendukung akselerasi kegiatan investasi dan bisnis di dalam kawasan, KEK didukung
dengan sebuah Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang akan dilaksanakan oleh
sebuah Administrator KEK dalam rangka mempersingkat proses perizinan dan non-
perizinan bagi pelaku usaha. Kementerian Perdagangan dan BKPM menerbitkan peraturan
tentang pendelegasian penerbitan dan pelimpahan wewenang secara khusus untuk
masing-masing KEK, yakni:
1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor17/M-DAG/PER/2/2015 tentang tentang
Pendelegasian Penerbitan di Bidang Perdagangan kepada Administartor KEK
Tanjung Lesung
2. Perka BKPM No. 2 Tahun 2015 Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha dalam
Rangka Penanaman Modal Kepada Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung
3. Perka BKPM No. 1 Tahun 2015 Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Prinsip
Penanaman Modal Kepada Kepala Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung
4. Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-DAG/PER/10/2014 tentang
Pendelegasian Penerbitan di Bidang Perdagangan kepada Administartor KEK Sei
Mangkekemudahan
5. Peraturan Kepala BKPM No.2 Tahun 2014 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian Izin Usaha dalam Rangka Penanaman Modal Kepada Kepala
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
6. Peraturan Kepala BKPM No.1 Tahun 2014 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal Kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei
7. Peraturan Kepala BKPM No.1 Tahun 2014 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian Izin Prinsip Penanaman Modal Kepada Kepala Administrator Kawasan
Ekonomi Khusus Sei Mangkei

B) Insentif Perpajakan
Fasilitas perpajakan berupa pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB) juga dapat
diberikan dalam waktu tertentu. Selain itu, impor barang ke KEK memperoleh fasilitas
penangguhan bea masuk (BM), pembebasan cukai sepanjang barang tersebut
merupakan bahan baku atau bahan penolong produksi, tidak dipungut pajak

10
pertambahan nilai (PPM) atau pajak penjualan barang mewah (PPnBM), serta tidak
dipungut PPh impor. Fasilitas fiskal yang diberikan di KEK meliputi:

11
No Incentives Perlakuan di KEK

Diberikan kepada perusahaan dan individu


1 Tax Allowance
yang berada di KEK

2 PPN dan PPnBM Dibebaskan untuk barang kena pajak

3 Bea Masuk Penangguhan untuk barang impor ke KEK

Dibebaskan untuk barang mentah dan barang


4 Cukai
penolong untuk tujuan produksi.

Pajak dalam Rangka


5 Tidak Dipungut
Impor (PDRI)

Pajak Bumi dan Pengurangan sesuai dengan aturan yang


6
Bangunan berlaku

Fasilitas atau insentif yang belum diatur dan ditetapkan oleh pemerintah untuk KEK:
1. Penetapan Industri Utama di KEK.
2. Cakupan industri yang dapat memperoleh tax holiday.
3. Pemberian jangka waktu tax holiday yang lebh panjang (10-20 tahun).
4. Nilai minimum yang lebih rendah untuk memperoleh tax holiday (misalnya Rp.
500 M).
5. Penambahan nilai tax allowance bagi penanam modal, misalnya sampai
dengan 50%.
kemudahan 6. Kegiatan lain yang dikenakan KEK, seperti lembaga pendidikan,
rumah sakit, hotel/restoran, prasarana olahraga).
7. Bagi investor yang membangun infrastruktur akan dikonversi menjadi hutang
pemerintah.
8. Pembatasan serikat pekerja di KEK.
9. Luasan izin lokasi KEK tidak dibatasi 400 ha.
10. Warga negara asing dapat memiliki properti di KEK.
11. Pengaturan adminitrasi pemerintah daerah di KEK.

12
Insentif untuk Kawasan Industri yang terintegrasi dengan Sarana Riset

Indonesia dapat mencontoh Singapura, yang memiliki sarana fisik untuk kegiatan
penelitian dan pengembangan yang terintegrasi dengan kawasan Industri, sehingga
pihak-pihak swasta yang berada dalam suatu kawasan Industri dapat melakukan
kegiatan penelitian dan pengembangannya secara terpusat. Insentif yang diberikan
dapat berupa pengurangan pajak yang diperhitungkan dari biaya atau sumbangan
pihak swasta yang diberikan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan di
dalam kawasan industry.

Insentif untuk Klaster Industri yang tergabung dalam Asosiasi

Dalam perkembangannya, Industri yang bergerak dalam bidang yang sama


bergabung sebagai anggota asosiasi. Namun, banyak diantaranya yang tidak
berfungsi secara maksimal dikarenakan dalam menjalankan kegiatannya asosiasi
hanya mengandalkan pembiayaan yang berasal dari iuran dari anggota. Dengan
dukungan pengelolaan oleh professional, asosiasi dapat berperan sebagai lembaga
intermediary (penghubung) yang dapat menggiatkan kegiatan penelitian dan
pengembangan di masing-masing industry anggotanya dengan kegiatan penelitian
dan pengembangan yang ada di lembaga penelitian dan pengembangan milik
pemerintah atau perguruan tinggi.
Insentif yang diberikan dapat berupa pengurangan pajak yang diperhitungkan dari
biaya operasional yang dikeluarkan oleh pihak swasta yang tergabung dalam asosiasi
yang dipergunakan untuk kegiatan terkait penelitian dan pengembangan. Salah satu
kegiatan asosiasi yang bisa dikategorikan terkait penelitian dan pengembangan
adalah penerbitan jurnal berkala, seminar hasil kegiatan penelitian dan
pengembangan dari anggota asosiasi yang dilaksanakan secara berkala ataupun
kerjasama penelitian dan pengembangan antara asosiasi dengan lembaga litbang
pemerintah atau perguruan tinggi yang dibiayai dari asosiasi.

13
Insentif yang Sudah Ada Saat Ini

Indonesia masih jauh tertinggal dalam memberikan insentif pajak dan dukungan
fiskal bagi kegiatan R&D. Ketentuan terkait insentif pajak tersebut terserak di
berbagai tingkatan perundang-undangan baik Peraturan Pemerintah maupun
Peraturan Menteri Keuangan. Hal ini menyulitkan bagi para pelaku R&D untuk
mendapatkan informasi yang lengkap. Akibat dari informasi yang tidak diperoleh
secara utuh, berbagai insentif pajak yang sudah tersedia tersebut menjadi kurang
menarik karena manfaat yang bisa diperoleh dianggap tidak signifikan. Pada
kenyataannya, fasilitas insentif pajak 
tersebut memang hingga saat ini belum
banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menyelenggarakan kegiatan R&D.

Apabila ditelaah lebih jauh, insentif pajak yang diberikan masih sangat terbatas
bahkan dapat dikatakan pemerintah masih pelit dalam memberikan fasilitas. Terkait
dengan fasilitas pajak penghasilan, insentif yang diberikan adalah dalam bentuk
tambahan waktu 1 tahun untuk kompensasi kerugian apabila mengeluarkan biaya
R&D di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi
paling sedikit 5 % dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun. Fasilitas pajak
penghasilan tersebut merupakan bagian dari insentif untuk wajib pajak badan dalam
negeri yang melakukan penanaman modal pada bidang usaha tertentu atau daerah-
daerah tertentu. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga diatur bahwa fasilitas
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dapat dimanfaatkan setelah Wajib Pajak
merealisasikan rencana penanaman modal paling sedikit 80 %.

Di samping itu, pemerintah juga memberikan insentif berupa pengurangan yang


diperbolehkan sampai jumlah tertentu dari penghasilan bruto dalam rangka
penghitungan penghasilan kena pajak. Insentif pengurangan sampai jumlah tertentu
tersebut diperbolehkan atas sumbangan dalam rangka R&D, yang merupakan
sumbangan untuk R&D yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia yang
disampaikan melalui lembaga R&D.

Bentuk insentif pajak lainnya yang sudah ada untuk kegiatan R&D adalah dalam
bentuk pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan R&D.

14
Barang impor yang dapat diberikan fasilitas tersebut adalah barang untuk keperluan
R&D ilmu pengetahuan adalah barang yang benar-benar digunakan untuk
memajukan ilmu pengetahuan, termasuk untuk penyelenggaraan penelitian dengan
tujuan untuk mempertinggi tingkat ilmu pengetahuan yang ada. Terkait dengan
barang yang berasal dari impor, selain fasilitas pembebasan bea masuk dan cukai,
pemerintah juga memberikan insentif tidak dipungut pajak penghasilan pasal 22 atas
barang untuk keperluan R&D ilmu pengetahuan.

Secara spesifik pembebasan cukai juga dapat diberikan atas etil alkohol dengan
kadar paling rendah 85 % yang digunakan untuk keperluan R&D ilmu pengetahuan.
Untuk memperoleh pembebasan cukai dimaksud, pengusaha atau importir
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal melalui
Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai.

Terakhir, untuk lembaga milik pemerintah yang bergerak di bidang R&D dapat
memanfaatkan insentif pembebasan bea masuk. Insentif ini berlaku untuk barang
untuk kepentingan umum yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah. Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk atas barang impor tersebut,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau pihak ketiga sebagaimana dimaksud
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan
Cukai.

Apabila berbagai bentuk insentif pajak dibandingkan satu dengan yang lain, maka
dapat diketahui potensi dampak pemberian insentif tersebut bagi kemajuan
teknologi dan inovasi. Sebagai contoh adalah pembebasan bea masuk dan cukai atas
impor barang untuk keperluan R&D. Insentif ini diterapkan untuk memberi
kemudahan bagi lembaga-lembaga R&D untuk mengimpor barang yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatannya. Dengan demikian, kemungkinan dampaknya
adalah semakin meningkatnya impor barang dari luar ke dalam wilayah Indonesia.
Selain itu, kegiatan R&D di Indonesia akan tergantung pada pasokan barang dari luar
negeri, baik itu dalam bentuk bahan, peralatan, suku cadang, maupun purwarupa
atau desain. Hal ini bila berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama

15
akan kontra produktif terhadap usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
R&D yang asli Indonesia.

1. Insentif diprioritaskan untuk sektor agroindustri yang menjadi keunggulan


komparatif Indonesia

Warisan ekonomi berbasis sumber daya alam yang bertumpu pada labor intensive
perlu ditingkatkan secara bertahap menuju skilled labor intensive dan kemudian
menjadi human capital intensive. Peningkatan kemampuan modal manusia yang
menguasai teknologi dan inovasi sangat diperlukan ketika Indonesia memasuki tahap
innovation-driven economies. Dalam kaitan tersebut, sektor pertanian yang
menyerap sekitar 46 % dari total angkatan kerja mempunyai potensi yang besar
untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas. Lebih jauh,
peningkatan dari factor driven economy menjadi innovation-driven economy perlu
diaplikasikan di sektor pertanian sebagai agroindustri.

Agroindustri mempunyai peran penting karena 2 alasan, yaitu: 1) Agroindustri


mampu mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing
(kompetitif), yang pada akhirnya akan memperkuat daya saing produk agribisnis
Indonesia. Jika hanya mengandalkan komoditas primer, Indonesia akan senantiasa
berada pada posisi penerima harga (price taker) dalam pasar internasional; 2)
Agroindustri mampu menciptakan dan menahan nilai tambah sebesar mungkin di
dalam negeri, serta mendiversifikasi produk dengan mengakomodir preferensi
konsumen baik yang berkembang di dalam negeri maupun di pasar internasional
(Himpro Agri Unpad 2014). Karena itu, pengembangan agribisnis perlu diarahkan
pada pendalaman struktur agroindustri yang lebih ke hilir yang mengolah hasil
pertanian menjadi produk olahan, baik berupa produk antara (intermediate
product), produk semi-akhir (semi- finished product), maupun produk akhir (final
product). Untuk pengembangan agroindustri yang berkelanjutan, perlu didukung
dengan aktivitas R&D yang masif sehingga produk yang dihasilkan mampu bersaing
bahkan dapat menguasai pangsa pasar internasional. Dengan R&D yang intensif,

16
maka akan dihasilkan pengembangan produk, proses, serta jasa yang unggul dengan
efisiensi yang tinggi. Investasi yang substantif dalam kegiatan R&D di sektor ini juga
diperlukan. Karena itu, perlu dirancang kebijakan insentif pajak untuk mendorong
peningkatan investasi tersebut.

Insentif pajak penghasilan diperlukan untuk merangsang agar investor bergairah


untuk menanamkan modalnya dalam R&D agroindustri. Insentif pajak penghasilan
dimaksud dapat diberikan dalam bentuk penyusutan yang dipercepat untuk pabrik
dan mesin-mesin yang digunakan. Dengan penyusutan yang dipercepat, maka akan
berdampak pada bergesernya biaya penyusutan di tahun-tahun awal investasi
sehingga laba perusahaan menjadi kecil dan sebagai konsekuensinya pajak yang
terutang pun menjadi rendah. Dalam beberapa tahun kemudian, ketika usaha sudah
berjalan dengan baik dan menghasilkan laba yang tinggi, maka pajak yang terutang
juga semakin tinggi seiring dengan semakin kecilnya beban penyusutan.

Selain itu, insentif pajak pertambahan nilai (PPN) juga perlu diberikan mengingat
produk olahan hasil pertanian sudah dikenakan PPN berdasarkan Undang-Undang.
Fasilitas bebas PPN penting untuk diberikan bagi produk hasil agroindustri yang
dipasarkan di dalam negeri sehingga harganya menjadi lebih kompetitif
dibandingkan dengan produk sejenis dari luar negeri. Untuk tujuan pasar
internasional, produk ekspor sudah dibebaskan PPN sebagaimana juga diterapkan
oleh negara-negara lain. Penguasaan pangsa pasar domestik Indonesia sangat
penting dan strategis mengingat saat ini pasar dalam negeri Indonesia dengan
jumlah konsumen yang terus meningkat menjadi incaran produk-produk dari negara
lain.

2. Insentif dalam bentuk super deduction didesain untuk mendukung peran UMKM
di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung


perekonomian yang berasaskan kerakyatan. Terbukti bahwa UMKM dapat bertahan
dalam terpaan krisis, bahkan dalam periode 2006-2010 jumlah UMKM di Indonesia
terus tumbuh mencapai 9,8 % dan pertumbuhan kapitalisasi mencapai 23,85 %.

17
Kontribusi terhadap total ekspor non-migas sebesar rata-rata 17,03 % per tahun.
Porsi ini masih tergolong kecil mengingat UMKM menguasai lebih dari 99 % dari total
unit usaha di Indonesia. Ke depan kontribusi UMKM terhadap ekspor diharapkan
akan meningkat melalui peningkatan kapasitas dan daya saing barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor UMKM (Sitepu 2013a).

Sektor teknologi informasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang dimiliki
oleh Indonesia. Berdasarkan data industri mikro kecil periode 2010-2013 (BPS 2014),
subsektor yang terkait dengan bidang TIK yaitu subsektor industri komputer, barang
elektronika dan optik serta subsektor industri mesin dan perlengkapan yang tidak
termasuk lainnya. Dari data tersebut diketahui bahwa industri mikro di kedua
subsektor tersebut mengalami kecenderungan penurunan dalam hal jumlah
perusahaan, nilai output, serta nilai tambah berdasarkan harga pasar. Di pihak lain,
industri kecil justru menunjukkan peningkatan dalam ketiga indikator tersebut dalam
periode yang sama. Fakta ini menarik untuk dicermati. Peningkatan pada industri
kecil patut diapresiasi, karena salah satu faktor pendorong peningkatan tersebut
adalah industri mikro yang naik kelas menjadi industri kecil. Namun, mengingat
sebagian besar pelaku usaha di bidang TIK adalah industri mikro yang berawal dari
kreativitas satu atau sekelompok kecil orang, penurunan yang terjadi di kelompok
industri mikro perlu mendapat perhatian serius. Salah satu kemungkinan
penyebabnya adalah menurunnya minat pelaku usaha industri mikro untuk terjun ke
industri di bidang TIK. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah iklim usaha yang
tidak mendukung.

Salah satu bentuk dukungan kelembagaan sebagaimana diatur dalam Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah
mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator,yaitu lembaga yang
menyediakan layanan penumbuhan wirausaha baru dan perkuatan akses sumber
daya kemajuan usaha kepada UMKM sebagai mitra usahanyasesuai dengan potensi
dan sumber daya ekonomi lokal. Berdasarkan data dari Masyarakat Industri Kreatif
Teknologi Informasi (MIKTI), pada tahun 2014, bekerja sama dengan PT
Telkom,MIKTI membangun 20 pusat inkubator di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan

18
Denpasar (Kompas 2014b). Selanjutnya akan dibangun juga di Palembang,
Pekanbaru, Medan, Balikpapan dan Makassar. Yang sudah berjalan saat ini di
Bandung dan Yogyakarta Digital Valley. Dalam pusat inkubator, para pemula di
bidang kreatif digital dapat merealisasikan idenya melalui sejumlah bantuan teknis.
Hingga saat ini karya lokal belum mampu menggeser minat konsumen pada produk-
produk berbasis digital impor. Sekitar 80 % minat konsumen masih pada produk
impor, khususnya animasi, gim online, dan perangkat lunak bisnis.

Permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha industri TIK antara lain adalah
lemahnya permodalan dan pemasaran. Insentif pajak yang diberikan dapat berupa
super deduction atas biaya R&D untuk kategori usaha mikro dan kecil sebagaimana
diterapkan oleh Inggris. Pemberian insentif tersebut akan mendorong pelaku usaha
di bidang TIK untuk mengembangkan inovasi mengingat perubahan yang sangat
cepat di bidang industri ini. Karena bentuk insentif berupa super deduction belum
diterapkan di Indonesia, maka perlu diterbitkan landasan hukum untuk implementasi
kebijakan tersebut. Dasar hukum dimaksud berupa Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Menteri Keuangan sebagai ketentuan pelaksanaan dari Undang-Undang
tentang Pajak Penghasilan.

3. Insentif berupa hibah (cash grant) untuk mendukung penelitian dasar dan
pengembangan eksperimental

Dukungan berbentuk hibah ini sudah dijalankan melalui sebuah lembaga yang
bernaung di bawah Kementerian Keuangan yaitu Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) dengan mengelola dana abadi (endowment fund) yang berasal
dari alokasi dana pendidikan. Dalam rangka mendorong riset strategis dan/atau
inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset,
LPDP mengelola pendanaan dalam bentuk Bantuan Dana Riset Inovatif Produktif
(RISPRO) yang dibagi ke dalam 2 kategori berdasarkan bidang yang menjadi fokus
R&D-nya.

Dukungan dana riset melalui LPDP diberikan untuk kegiatan penelitian industrial
(industrial research) atau penelitian terapan (applied research), yaitu penelitian atau

19
investigasi kritis yang terencana yang ditujukan pada pengembangan produk baru,
proses atau jasa atau untuk membawa perbaikan yang signifikan dalam produk,
proses atau layanan yang sudah ada (InnoviSCOP 2014). Memang dukungan
terhadap penelitian terapan akan menghasilkan imbal balik yang dapat langsung
dirasakan dan dapat dikomersialkan dalam waktu singkat. Namun demikian,
penelitian terapan sifatnya hanya sementara dan merupakan proses hilir dalam
suatu alur R&D. Nilai tambah yang dihasilkan sebenarnya tidak besar karena hanya
berupa pengembangan dari produk, proses atau jasa yang sudah ada.

Untuk dapat menghasilkan nilai tambah yang tinggi, pengembangan proses, produk
atau jasa harus diawali dengan tahapan yang lebih mendasar, yaitu penelitian dasar
(fundamental research), yaitu karya eksperimental atau teoritis yang dilakukan
terutama untuk memperoleh pengetahuan baru tentang dasar-dasar yang melandasi
fenomena dan fakta yang dapat diamati, tanpa adanya aplikasi praktis atau
penggunaannya (InnoviSCOP 2014b). Penguasaan terhadap penelitian dasar menjadi
modal yang kuat bagi negara-negara yang maju untuk menjadi pemimpin dalam
bidang teknologi dan inovasi, sedangkan negara-negara lain yang tidak menguasai
penelitian dasar hanya akan menjadi pengikut dan peniru.

Tahapan selanjutnya dari penelitian dasar adalah pengembangan eksperimental,


yaitu kegiatan memperoleh, menggabungkan, membentuk, dan menggunakan
pengetahuan di bidang ilmiah, teknologi, dan bisnis serta ilmu pengetahuan dan
keahlian lainnya untuk memproduksi rencana atau pengaturan atau desain untuk
produk, proses atau jasa yang baru, telah diubah atau diperbaiki (InnoviSCOP 2014c).

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, pemberian dukungan fiskal dalam


bentuk hibah tunai sebaiknya lebih diutamakan kepada penelitian dasar dan
pengembangan eksperimental. Hal ini diperlukan agar pihak-pihak yang bergerak
dalam kegiatan R&D lebih terpacu untuk melakukan penelitian dasar dan
pengembangan eksperimental daripada penelitian terapan. Memang hasil dari
penelitian tersebut tidak akan dapat dirasakan dalam waktu yang singkat, namun
dalam jangka panjang, penelitian dasar dan pengembangan eksperimental akan

20
menghasilkan produk inovasi dan teknologi yang menjadikan Indonesia sebagai
pemimpin di bidang tersebut.

4. Insentif diintegrasikan dengan konsep pengembangan kawasan

Berkaca pada pengalaman India pada bagian sebelumnya, penentuan fokus


pengembangan industri berdasarkan wilayah perlu ditunjang dengan pemberian
insentif pajak dan dukungan fiskal. Daerah-daerah yang mempunyai keunggulan di
sektor tertentu dikembangkan menjadi kawasan industri yang terintegrasi. Di
Indonesia, konsep pengembangan kawasan tersebut telah disusun dalam bentuk
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yaitu kawasan dengan batas tertentu yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu.

Pengembangan KEK dimaksudkan untuk meningkatkan penanaman modal melalui


penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis.
Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Konsep yang
diusung dalam pengembangan KEK merupakan model terobosan pengembangan
kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan
perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan (Sitepu 2013b).

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar
lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang
berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan
fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian,
investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat
diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain KEK, kebijakan pengembangan kawasan lainnya yang telah diimplementasikan


adalah: (i) Kawasan Berikat; (ii) Kawasan Industri; (iii) Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu; dan (iv) Free Trade Zone atau Kawasan Perdagangan Bebas Pulau
Batam, Bintan, dan Karimun (Kementerian Keuangan 2013). Kecuali untuk kawasan

21
perdagangan bebas dan kawasan berikat, fasilitas perpajakan belum dimanfaatkan
dengan baik. Hal ini terjadi karena beberapa faktor mendasar yang belum tersedia
seperti infrastruktur dan konektivitas yang belum baik dengan pusat-pusat
pertumbuhan yang sudah ada. Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk
menerapkan kebijakan insentif pajak dan dukungan fiskal dengan desain khusus bagi
kegiatan R&D yang terintegrasi dengan konsep pengembangan kawasan.

Kebijakan insentif dalam mendukunga pengembangan Science and


Technology Park di Beberapa Negara

Hsinchu Science-Based Industrial Park (HSIP)-Taiwan

Peran Pemerintah Taiwan memegang perana sangat sentral pengembangan Hsinchu


Science-Based Industrial Park (HSIP) terutama pada tahap awal. Berbagai kebijakan
insentif diluncurkan seperti dalam bidang infrastruktur, perpajakan, SDM, dan
dukungan subsidi pembiayaan litbang, seperti:

• Pembangunan infrastruktur yang diperlukan oleh industri teknologi tinggi

• Dukungan penuh finansial dan legislasi untuk akuisisi teknologi dari


negara lain; proyek-proyek riset dan alih teknologi ke industri

• Mendorong aliran industri teknologi tinggi melalui

• Lisensi, akusisi, dan reverse engineering

• Pembentukan ITRI

• Returning expatriate dan diaspora

Sebagai akibat dari iklin inovasi tersebut di atas, maka hal ini berimplikasi pada
meningkatanya anggaran riset dan pengembangan oleh tenant di kawasan. Anggaran
riset dan pengembangan perusahaan di HSIP adalah sebesar 5,4% dari pendapatan
Vs. 1% oleh perusahaan di luar HSIP

Paket Fasilitas HSIP

Tidak hanya menyediakan bangunan yang telah siap pakai, juga membantu

22
perusahaan-perusahaan, antara lain:

• memformulasi rencana operasional perusahaan, mengidentifikasi pemasok,


mengidentifikasi customers bahkan merekrut tim managemen

• Di negara lain, ini dilaks oleh konsultan

• “One-windorw services”—semua prosedur export

Manfaat dan Insentif Investasi di HSIP

Insentif pajak merupakan salah satu kebijakan insentif yang sangat penting dalam
menarik perusahaan untuk menggunakan jasa kawasan Science Park dan dalam
rangka mentransformasi suatu industri menjadi berbasis riset, tidak semata menjadi
perusahaan manufaktur. Bagi tenant perusahaan HSIP Pemerintah memberikan
insentif pajak dan bea sebagai berikut:

• Pajak Penghasilan

• 5 tahun pengecualian pajak bagi perusahaan dan industri berbasis


sains/riset

• 4 tahun pengecualian pajak atas pendapatan atas fasilitas yang baru


untuk proyek ekspansi; dst.

• Setelah periode pengecualian, income tax perusahaan di HSIP tidak


melebihi 20%

• Import duties

• Tidak ada pajak import dikenakan atas bahan baku, bahan bakar,
supplies, atau barang setengah jadi yang diimport oleh perusahaan di
HSIP untuk digunakan sendiri; ....

• Business taxes

• 0% atas barang/jasa yang diexport oleh perusahaan di HSIP

Untuk mendukung pertumbuhan usaha perusahaan tenant Science Park (HISP) baik

23
dalam ekspansi pasar dan/atau scale up produksi, Tenant HISP mendapatkan
kemudahan berupa suku bunga pinjaman yang lebih rendah dari suku bunga pinjaman
yang umumnya berlaku bagi industri,yaitu:

• Pinjaman dari Bank


o Industri berbasis sains dapat mengajukan pinjaman ke Bank
Communication untuk suku bunga yang rendah bagi konstruksi
bangunan fabrik/pembelian peralatan;
o suku bunga 2% lebih rendah dari suku bungan primer umum;
o Besarnya pinjaman tidak melebihi 30% dari modal yang diperlukan
untuk bangunan/peralatan atau 65% dari total biaya proyek investasi.
o Periode pengembalian pinjaman maksimum 10 tahun, termasuk grace
period 1 s/d 3 tahun

Selain insentif pajak dan bea, Pemerintah Taiwan juga menciptakan kebijakan
pendukunga lainnya yang sifatnya non monter atau finansial, a.l.:

• Perlindungan hak-hak investor


o Investor asing dan orang China WNA menikmati hak yang sama
dengan investor nasional
o Investor asing dan orang China WNA dapat memiliki 100%
kepemilikan di perusahaan di HSIP; juga dapat patungan dgn
perusahaan pemerintah atau perusahaan lokal
o Pemerintah Taiwan menjamin bahwa perusahaan di HSIP tidak
diambil alih dalam 20 tahun
o HKI dan hak kepemilikan lainnya dilindungi oleh hukum
o Dengan persetujuan administrasi SP, industri berbasis sains dapat
terlibat dalam kegiatan eksport/import terkait dengan bisnis
Prinsipalnya
o Industri berbasis sains dapat investasi diperusahaan lain di Taiwan dan
luar negeri setelah mereka menyelesaikan investasinya di HSIP

• Know-how/Hak patent

24
o Investor asing dan orang China WNA menikmati hak yang sama
dengan investor nasional
o Investor asing dan orang China WNA dapat memiliki 100%
kepemilikan di perusahaan di HSIP; juga dapat patungan dgn
perusahaan pemerintah atau perusahaan lokal
o Pemerintah Taiwan menjamin bahwa perusahaan di HSIP tidak
diambil alih dalam 20 tahun
o HKI dan hak kepemilikan lainnya dilindungi oleh hukum
o Dengan persetujuan administrasi SP, industri berbasis sains dapat
terlibat dalam kegiatan eksport/import terkait dengan bisnis
Prinsipalnya
o Industri berbasis sains dapat investasi diperusahaan lain di Taiwan dan
luar negeri setelah mereka menyelesaikan investasinya di HSIP

• Fasilitasi Litbang

o Pengelola HSIP dapat menyediakan hibah untuk kegiatan-kegiatan


litbang yang dilaksanakan oleh industri yang terdaftar di HSIP

o Persyaratan aplikasi setiap industri harus mengajukan suatu rencana


kegiatan litbang yang komprehensif dalam 5 tahun!

o Jika disetujui, industri dapat menerima sampai NT$ 5 juta untuk setiap
proyek

o Jumlah hibah tidak melebihi 50% dari total biaya proyek

Z-Park (Zhongguancun Science Park)

Pemerintah China memberikan berbagai jenis insentif bagi tenant Z-Park dalam
rangka mendorong pertumbuhan indsutri teknologi tinggi dan berbasis pengetahuan
dan riset. Pada Tabel berikut dan pada uraian berikutnya adalah beberapa diantaranya:

Insentif Penerima Manfaat Catatan

25
Insentif Pajak Start-up Bebas pajak 3 tahun
pertama; tahun ke-
tiga sebesar 50%

Start-up dan peusahaan Pajak PPH


mapan karyawan (tidak
dipungut untuk
bbrp tahun—akan
divalidasi)

• Insentif Pajak/Fiskal

• Keringanan pajak sebesar 15% untuk perusahaan berbasis hi-tech

• Free Pajak Penghasilan untuk pendanaan R&D bisnis

• pengurangan dan pembebasan bea masuk pada peralatan yang sangat


diperlukan untuk penelitian ilmiah

• Office rent subsidy

• Business start up capital: (maksimum lump sum berkisar RMB


200.000)

• Subsidi untuk paten terdaftar yangtermanfaatkan di Industri

• Talent Policy (Capacity building)

• Pemerintah China memberikan dan mendukung tim inovasi dan


ilmuwan China agar dapat berkiprah di dunia internasional
(mendapatkan nobel prize, menjadi anggota ilmuwan negara2 maju,

26
dll) juga mengkolaborasikan antara ilmuwan nasional dengan ilmuwan
ahli dari luar negeri untuk mengingkatkan kualitas R&D di China

• Kebijakan pendukung:

• tidak kurang dari RMB 100 juta , dalam bentuk investasi


ekuitas , yang diberikan oleh pemerintah selama 3 tahun
berturut-turut kepada ilmuwan top dan tim inovasi China

• berbagai kebijakan istimewa juga diberikan terutama dalam hal


keuangan , pembayaran , aplikasi masuk / keluar visa , bea
masuk , perawatan medis dan perumahan serta hadiah 1 juta
RMB bagi top innovator di China

National Innovation Park of Thailand: Mengembangkan ekosistem


inovasi

Innovation Park, Thailand: Tingkat Manajemen dan Manajemen Klaster

• Pengelolaan Pengetahuan

• Peran penting lembaga-lembaga pendidikan dan riset dalam


pengembangan klaster—menghasilkan tenaga kerja terampil dan ahli
dalam kawasan. Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga akademi
berkolaborasi dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya
meningkatkan kualitas program-program akademik dan proyek-proyek
riset bersama

• Pengelolaan hubungan perguruan tinggi dan industri

• Kerjasama industri-perguruan tinggi mempromodikan pemanfaatan


litbang dan bisnis spin-offs. Penciptaan kantor alih teknologi/lisensi
teknologi akan memperbaiki proses komersialisasi dengan membawa
teknologi dari laboratorium ke pasar

• Pengelolaan Teknologi dan infrastruktur

27
• Mencackup promosi investasi publik dalam infrastruktur, link
transportasi. Untuk ini, Pemerintah akan menyediakan
pengecualian pajak, hibah dan laboratorium pemerintah untuk
melembagakan penguatan klaster. Infrastruktur akan membantu
menciptakan perusahaan-perusahaan baru dan memperkenalkan
teknologi ke sektor-sektor industri tradisional dan berbasis sains.

Lembaga Inovasi Nasional Thailand menciptakan insentif bagi tenant industri Science
Park berupa Dukungan Skema Finansial bagi UKM dan mendukung komersialisasi
teknologi seperti dapat dilihat pada Tabel berikut:

Kebijakan Moneter dan Kewiarausahaan: Pengalaman Jepang


Pemeritah dan asosiasi dagang atau industri sering mengintervensi pasar kredit
perbankan untuk menjamin tersedianya kredit atau pinjaman dari lembaga-
lembaga keuangan kepada UKM. Program jaminan paling aktif di dunia adalah
Sistem Supplementasi Kredit Jepang (Japanese Credit Supplementation
System/JCSS), namun tingkat kewirausahaan di Jepang amat sangat rendah
(Nitani dan Riding, 2005:23). Paradoksi ini menunjukkan bahwa kurangnya
ketersediaan modal dapat saja bukan menjadi satu-satunya kendala terhadap
aktifitas kewirausahaan.

28
Rasional yang mendasari kebijakan dalam JCSS lebih menekankan pada
penyelamatan perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
(distress); sementara dukungan finansial untuk usaha-usaha baru tampaknya
menjadi prioritas yang rendah. Kondisi yang diciptakan kebijakan ini tidak
mendorong tumbuhnya semangat dan kegiatan kewirausahaan melalui dua hal:
(a) menurunkan intensitas “destruksi kreatif Schumpeter” dan (2) secara
artifisial memelihara perusahaan-perusahaan yang tidak viable dan kemudian
berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mendapat dukungan
atau subsidi.

IV. PENUTUP
Kesimpulan

Kemajuan ekonomi yang bergerak searah dengan perkembangan


teknologi dipengaruhi oleh peran infrstruktur yang dapat diandalkan.
Pengembangan Iptek untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas dan
kemanfaatan iptek dalam rangka mendukung daya saing secara global. Untuk
mendukung usaha tersebut, pengelolaan taman teknologi yang baik dalam
bentuk fasilitas, pendampingan dan insentif diharapkan dapat memperkuat
usaha pencapaian daya saing bangsa.
Peran pemerintah Indonesia berperan dengan beberapa bentuk insentif
pengembangan teknologi baik melalui kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian,
Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Pariwisata & Ekonomi Kreatif. Berbagai paket kebijakan insentif berupa
pengurangan pajak maupun program kewirausahaan diluncurkan oleh
pemerintah sejalan dengan arahan RPJMN 2015 – 2019.
Indonesia perlu menciptakan instruen kebijakan insentif yang
komprehensif dalam rangka menumbuhkan industri berbasis sains dan riset
(fiskal dan non fiskal). STP hanya akan menjadi menarik bagi industri untuk
masuk ke kawasan dan invest dalam kegiatan riset apabla pada tahap awal ada
insentif yang sangat menarik bila menjadi tenant STP/SP. Namun demikian

29
bahwa perlu dicatat bahwa saat ini Indonesia telah menerapkan berbagai
kegijakan insentif untuk kawasan atau zona khsusus untuk mendorong
pertumbhan investasi dan industri
• Otorita (Batam)
• Kawasan Berikat
• Kawasan Ekonomi Khusus
Beberapa kebijakan insentif yang diberikan kepada kawasan-kawasan khusus
ini dapat diadaptasi untuk diterapkan dan juga diberikan bagi tenant dan
pengelola STP/SP di Indonesia.

Kebijakan insentif pengembangan kawasan taman teknologi


diperlukan dalam rangka pengembangan yang lebih baik dan menarik bagi
investor dan calon pengusaha baru. Disisi lain, PP35/2007 dan PMK
12/PMK.10/2012 perlu dioperasionalkan dengan menerbitkan kebijakan
turunan yang terkait.
Kebijakan insentif yang secara khusus ditujukan untuk mendorong
pengembangan STP dan industri berbasis high-tech dan riset belum ada
meskipun pengembangan STP sudah mulai berjalan sekitar 5 tahun yang
diawali dengan pembentukan Solo Techno Park kemudian diikuti dengan
Cikarang Techno Park dan Bandung Technopark. Kemudian pada tahun
2015 Pemerintah menginisiasi pembentukan 65 ST/SP/TP di berbagai
institusi dengan berbagai tingkat kemajuan dan kategori. Dan pada tahun
2019 Pemerintah menargetkan total STP/SP/TP di Indonesia mencapai
100 unit. Untuk itu, Pemertintah perlu menerbitkan kebijakan insentif
yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan indsutri berbais
pengetahuan dan riset di Indonesia melaulu STP/SP/TP.
Seperti halnya kawasan industri atau ekonomi khusus lannya,
maka STP juga memerlukan dukungan kebijakan dalam bidang
perpajakan, perijinan, infrastruktur, dan kelembagaan. Kejelasan
terhadap elemen-elemen kebijakan insentif ini akan memberikan
gambaran yang jelas bagi pengelola STP dan tenan STP atas manfaat yang
dapat diperoleh dalam membangun STP dan memanfaatkan jasa STP.

30
Pengalaman berbagai negara seperti Taiwan, China, dan Thailand
menunjukkan bahwa peran pemerintah khususnya berupa tersedianya
kebijakan insentif yang menari bagi industri untuk menggunakan jasa
Scienc Park dan/atau mendorong industri tenant Science Park menjadi
berbasis teknologi dan riset yang dengan intensitas yang tinggi. Hal ini
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan industri berbasis
teknologi dan riset sangat penting. Peran ini terutama sangat diperlukan
pada masa-masa awal pembangunan dan pengembangan Science Park.

Saran Rekomendasi Kebijakan

Dalam menumbuhkembangkan budaya technopereneruship bagi Sumber


Daya Manusia dan Industri nasionlal, Indonesia mengejar menerapkan
kebijakan insentif bagi pengelola STP/SP/TP dan para tenant industri STP
yang memenuhi syarat-ada standard dan kriteria minimum yang harus
dipenuhi, misalnya proporsi pendapatan untuk dialokasikan sebagai anggaran
riset dan pengembangan dan jumlah personil (head count) yang
melaksanakan kegiatan riset dan pengembangan.

Kebijakan secara khusus perlu dikembangkan dan diterapkan dalam


mendorong perkembangan STP dan TP di Indonesia baik itu yang dikelola
oleh instansi pemerintah maupun yang dikeloloa oleh sector swasta.
Pemberian dana hibah pembangunan infrastruktur, insentif pajak, dan
insentif non moneter lainnya seperti perijinan dan perlakuan terhadap SDM
dari luar negeri menjadi penting untuk segera diciptakan.

Keberadaan insentif bagi pengeloa STP dan SP seara khusus menjadi fakrot
pembeda dengan kawasan industri konvensional yang telah ada saat ini.
Dengan kebijakan yang tepat, aka kawasan STP akan menjadi kawasan yang
mampu menarik industri dan membangun industri dan SDM berbasis
pengetahuan dan riset.

31
V. Referensi

Asdep Pengembangan Kelembagaan Iptek, Kemenristekdikti. (2015). Pengembangan


STP. Jakarta: Kemenristekdikti.

Firmansyah. (2010). Analisis Kebijakan Pemberian Insentif Pajak atas Sumbangan


dalam Kegiatan Penelitian dan Pengembangan. Jurnal Ilmu Administrasi dan
Organisasi, 1 - 14.

Simamora, M., Nasution, S. Y., Yantyo, P., Maulana, S., Nurlisa, & Elfira. (2015).
Kajian Kebijakan Insentif STP dalam Menumbuhkembangkan Industri
Berbasis Riset di indonesia. Bogor: Pusat Inovasi LIPI.

Sitepu, E.M.P. (2015), Insentif Pajak dan Dukungan Fiskal untuk Mendorong Inovasi
dan Kemajuan Teknologi: Sebuah Studi Komparatif, Warta Kebijakan IPTEK
dan Manajemen Litbang Vol. 12, No.2 Tahun 2014

Soenarso, W. S. (2011). Pengembangan Science and Technology Park di Indonesia.


Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi.

Sudrajat, I. (2015). Konsep Program Techno Park & Science Park. Jakarta: Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Trioasmoro, I. I. (2015). Layanan Tenan (start up & Mitra Industri) Bandung Techno
Park. Bandung: Bandung Techno Park.

32

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai