Anda di halaman 1dari 14

ILMUIMAN.

NET: Koleksi Cerita, Novel, & Cerpen Terbaik


Cerita Mini Biografi (16+). 2017 (c) ilmuiman.net. All rights reserved.

Berdiri sejak 2007, ilmuiman.net tempat berbagi kebahagiaan & kebaikan lewat novel-
cerpen percintaan atau romance, dan cerita non fiksi.. Seru. Ergonomis, mudah, & enak
dibaca. Karya kita semua. Peringatan: Bukan untuk anak-remaja di bawah umur 16
tahun. Pembaca yang sensi dengan seloroh ala internet, silakan stop di sini. Segala
akibat menggunakan atau membaca, sepenuhnya tanggung jawab pembaca. Terima
kasih & salam.

***

Hindun Binti 'Utbah


Si Pemakan Hati

Nama lengkapnya Hindun binti Uthbah bin Robi’ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-
Umawiyah al-Qurasyiyah. Abdi Manaf itu juga kakek Rasulullah. Abdi Manaf ini punya
(setidaknya?) empat anak lelaki, yaitu Hasyim, Abdul Syams, Muthalib, dan Naufal.
Hasyim leluhur semua anggota klan Bani Hasyim (termasuk Rasulullah, ayahnya
Abdullah, dan Kakeknya Abdul Muthalib). Nah, kakeknya itu sendiri, disebut Abdul
Muthalib, sebenarnya kaprah, karena saking seringnya dibawa-bawa oleh Muthalib
(paman dia), jadi orang mengira dia itu budaknya Muthalib (padahal keponakan),
sehingga disebut 'hambanya Muthalib' atau dalam bahasa Arab Abdul Muthalib. Nah,
jadi, secara silsilah, Hindun bin Uthbah itu masih famili Rasulullah.

Di pihak lain, ibunya bernama Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin al-Auqashi bin
Murah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim.

Di awal munculnya Islam, Hindun termasuk penentang paling militan dan berbahaya.
Mohon maklum, dia istri Abu Sofyan, yang merupakan top leadernya penentang islam,
sepeninggal Abu Jahal dan Abu Lahab. Kalo Abu Gosok, itu bukan nama orang. Sapa
juga yang nyangkain abu gosok nama orang, ye? Sorry. Selain suaminya tokoh top,
Hindun sendiri pintar, kuat, dan pemberani. Fasih dalam berbicara juga. Pemikir.
Penyair. Highly talented. Cantik juga. Cuma, kemudian dia masuk islam setelah fathu
Makkah dan cukup punya peran dan perjuangan serta ekspansi kaum mukmin.
Kontroversial. Tapi, insya Allah, di balik kisah hidupnya terkandung pelajaran.

***
Awalnya...

Hindun lahir di Mekah, anak dari tokoh Qurasy, nggak tahu tahun berapa. Dia punya
dua saudara lelaki: Abu-Hudhayfah dan Walid bin Utbah. Pertama menikah, bukan
langsung dengan Abu Sofyan, melainkan dengan Hafs Ibn Al Mughira dari klan
Makhzum. Dari situ punya anak Aban. Suami pertama sakit, terus meninggal. Nggak
sakit apa. Kemungkinan, bukan panu sekujur tubuh.

Ditinggal suami, dia terus 'turun ranjang'. Ini bukan turun ranjang artinya gerabak-
gerubuk nyerosot dari ranjang terus kecengklak ya. Ini turun ranjang dalam arti terus
menikahi saudara suaminya itu: Al-Fakah alias Al Fakih bin Mughirah Al Makhzumi,
yang jauh lebih tua daripada Hindun (dan mungkin juga lebih tua dari almarhum
suaminya), tapi lebih muda dari kakek buyutnya Hindun. Jelas banget.

Bukannya sang suami itu tua-tua keladi, makin tua makin ganteng. Tapi Hindun,
sepertinya ingin agar anak lelakinya, tetap tumbuh di lingkaran klan Makhzum.

Suatu hari, pas Al Fakah sang suami gaek pulang mendadak, tahu-tahu dia lihat ada
lelaki terbirit lari dari rumah dia. Waduh! Padahal di rumah itu, Hindun kan sendirian ye?
Langsunglah curiga. "Yang lari tadi kayaknya selingkuhan Hindun, tuh?!" Al Fakah
langsung menyangka begitu. Dijejeklah langsung Hindun itu, terus dicecer ditanyain,
siapa itu tadi selingkuhannya.

Hindun menjawab, "Bang, gue tadi tidur pules kok. Nggak tahu tadi kalo ada yang
masuk..." Tapi Al Fakah tidak percaya, dan saat itu juga, Hindun dicerai. Pas cerai ini,
konon anaknya sudah dua. Entah itu dua-duanya anak suami pertama, atau yang satu
anak suami kedua.

Buntut dari itu, Hindun masuk berita infotainment paling wahid. Semua menggosipkan
dia. Utbah ayahnya terus ikut menyelidik. Berhubung Hindun bersumpah bahwa dirinya
nggak bersalah. Ayahnya dan Al Fakih lalu memanggil orang pintar, dari Yaman konon
katanya, wallahualam, tapi jelas bukan dari Kebumen sih.

Orang pintar di sini bukan artinya dia bisa nyebutin nama-nama ikan, terus dapet
sepeda. Tapi para normal atau peramal gitu deh. Nah, terus.. sang peramal itu beraksi.
Khalayak menonton, termasuk Hindun. Terus, ujuk-ujuk, dia mencekal bahu Hindun,
dan dia bilang, "Bangkitlah! Kamu wanita suci dan bukan pezina. Oh, dan kamu
melahirkan seorang raja!" begitu kata para normal itu.

Mendengar ramalan itu, Al-Fakah balik kucing. Kucing garong. Dia gandeng tangan
Hindun, untuk dia ajak rujuk kembali dan manuk-manukan, atau apapun yang
selayaknya untuk suami-istri. Tapi Hindun menarik tangannya dan menolak, "Gue, elu,
end! Pergi sana! Nggak sudi lagi gue ma elu, gue mau ama lelaki lain aja!"
Setelah itu, ada lagi yang pedekate, dilepeh lagi oleh Hindun. "Papap nih apaan, sih?!
Biar janda, aku wanita yang punya hak. Janganlah coba jodohin aku lagi dengan
siapapun deh, sebelum aku fit and proper dulu calonku itu!" begitu dia bilang. "Kalo
yang Papap sodorin barusan itu.. walau dari keluarga pembesar,.. orangnya bodo!"

"Say, dia janji, walau apapun yang kamu lakukan, wahai Hindun anakku, dia akan tetap
setia di sampingmu", Uthbah ayahandanya coba membujuk. Secara.. yah, mereka
sekeluarga malu kan kalo Hindun terus jadi sumber gosip karena menjanda. "Kekurang-
cerdasan dia,.. bisa ketutup sama kecerdasan kamu, Hindun!"

"Ogah gue ama yang begito! Denger ya, Pap. Aku maunya lelaki yang berkedudukan
tinggi, keturunan pembesar, cerdas, kuat, lincah, berwibawa sehingga dapat mengatur
keluarganya, dan seluruh anggota keluarga tunduk hormat padanya! Sedangkan yang
kemarin Papap sodorin tuh ye.. dia itu tuan yang akan lenyap kemuliaannya,.. akan
membinasakan isterinya sendiri. Akan hidup di bawah telunjuk istrinya yang lebih
berkuasa! Jika punya keturunan, anak-anaknya pasti menjadi bodoh dan tidak mampu
menunjukkan kehebatan. Maka jauhkan lelaki itu dariku dan tidak perlulah Papap
memberitahu aku akan namanya." Tahan lama atau enggaknya tentu juga nggak usah
disebut. Tahan nonton wayang gitu maksudnya. Semalam suntuk.

"Iya, deh, say. Papap cariin lagi ya", ayahnya mengalah. Beberapa waktu kemudian, dia
usulkan lagi calon untuk di fit and proper. "Yang kali ini, ye.. Papap terpikat dengan
kepribadiannya. Dia pasti bisa menjadi suami yang oke punya. Sesuai keinginan kamu."

Hindun tertarik, "Kalo begitu boleh tuh! Siapakah lelaki itu, Pap?"
"Seleramu bagus, say. Dia Abu Sufyan bin Harb," jawab Utbah sang ayah.

"Ya udah, Pap. Kalo gitu, nikahkanlah aku dengan dia. Tapi ya, pas datengin dia,
datanglah dengan pede, jangan malu-maluin loh."

Itu adalah pilihan terbaik, tapi juga sulit. Si janda cerdas itu memilih suami yang punya
kepribadian mirip dengan dirinya, derajatnya tinggi, dan kuat.

Kemudian, dia menikah dengan Abu Sufyan. Yang merupakan sepupu dari pihak
ayahnya, dan juga sepupu dari pihak ibunya. Lalu diadakanlah pesta pernikahan
mewah. Konon, untuk perhiasan yang dikenakan saat resepsi, Hindun menyewa
perhiasan-perhiasan mahal dari satu klan terpandang di Madinah or something. Setelah
itu, Hindun pun diboyong ke rumah suaminya.

Jelas banget. Kita belum pernah lihat kan, habis seorang wanita dinikahkan, bukan
dibawa ke rumah suami, malah dibawa ke rumah Pak Lurah! Lurah mana?!

***
Aktif Mengobarkan Permusuhan Dan Kekafiran

Lalu islam muncul. Pertamanya, diam-diam. Wahyu itu hanya untuk Muhammad pribadi
sebagai yang terpilih. Lalu, Muhammad Rasulullah mulai menyampaikan pada lingkaran
dekatnya. Dan lingkaran dekatnya percaya serta mendukungnya.

Setelah hatinya mantap, Muhammad Rasulullah lalu mendakwahkan wahyu yang


diperolehnya, pertamanya dengan dakwah senyap yang sembunyi-sembunyi. Nah,
walau senyap, ajarannya 'nabrak' dengan kelakuan jahiliyah yang waktu itu jadi
mainstream di Mekah. Jadi, terus berkembang jadi desas-desus yang bikin panas
kuping para leaders suku Quraisy yang waktu itu berkuasa di Mekah.

Setelah dakwah tertutup tiga tahunan, terus Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk
dakwah terbuka. Yang otomatis juga langsung menghadapi permusuhan terbuka
dengan segenap penguasa dan mainstream masyarakat Mekah, yang menginginkan
untuk mempertahankan status quo, bukan status facebook.

Makin dakwah islam meluas, makin keraslah permusuhan kaum Qurasy Mekah kepada
islam, agama yang baru muncul, dan dengan para pejuangnya.

Pentolan besar musuh islam waktu itu adalah Abu Jahal, Abu Lahab, dan Abu Sofyan
itu, suami Hindun. Hindun pun aktif bahu membahu dengan suaminya dalam perang
ideologi dan politik itu. Sampai kemudian, kaum mukminin hijrah ke Madinah,
membentuk negeri baru.. yang merupakan musuh bebuyutan Mekah.

Harta benda semua orang yang Hijrah, yang masih tertinggal di Mekah, disita semena-
mena oleh orang-orang Quraisy. Dan sebagai balasan atas rampokan itu, Madinah
yang berada di tengah-tengah antara Mekah dan mainstream keramaian dunia, terus
rutin melakukan cegatan atas karavan atan kabilah dagang Mekah yang melintas.
Ujungnya, terjadilah cegatan di sumur Badar itu, yang meletus jadi perang Badar,
karena kabilah yang dicegat terus meminta bantuan ke Mekah, dan Mekah
mengerahkan kekuatan yang 4x lipat or so dari kekuatan Madinah.

Abu Jahal memimpin pasukan Mekah. Dan dia demikian jumawanya, sehingga sudah
menjanjikan pesta besar pasca pertempuran. Cewek-cewek segala juga sudah dia
siapkan. Abu Sofyan juga ikut, tapi Abu Lahab tidak ikut.

Mohon maklum, Abu Lahab ini secara nasab adalah paman Rasul, satu klan. Sesama
Siregar, masak perang sama Siregar? Sihombing, masak perang melawan Sihombing?
Di Batak ada tabu seperti itu, di Arab idem. Sesama marga Bani Hasyim, tidaklah saling
memerangi secara terbuka begitu. Mereka belajar dari orang Batak kayaknya.

Eh, dasar nasib. Allah yang menentukan. Biar kekuatan berlipat, di perang badar itu..
surprise, surprise.. kaum muslim yang menang!
Kekalahan itu bikin Hindun dendam kesumat. Palanya berasep. Pasalnya? Ayahnya
'Utbah bin Rabi'ah terbunuh di situ. Kayak nama rambutan itu ya. Rambutan robiah. Eh,
kok jadi ke sono. Sorry.

Lupakanlah dulu soal rambutan tanpa bulu. Selain ayahnya tewas, pamannya dari pihak
ayah Syaibah juga tewas. Dua-duanya kesamber pedang Hamzah Bin Abdul Muthalib,
paman rasul sang jagoan yang dijuluki singa Allah.

Tambahan lagi, saudaranya Al-Walid bin 'Uthbah, itu juga kena tebas lehernya di
perang itu oleh pedang Ali bin Abi Thalib. Dan tewas. Kalo ketebas lehernya, tapi cuma
geli doang, ini tentu tidaklah perlu kita bahas.

Abu Jahal panglima perang aja juga terpancung di situ. Tewas juga.

Terbakar dendam, Hindun lalu bersumpah. Yaitu sumpah serapah yang pertama, dan
yang kedua, dia bilang: dia tidak mau disentuh oleh suaminya Abu Sufyan, sebelum
menuntut balas bersama sang suami atas mereka-mereka handai taulan yang
terbunuh. Sang suami idem. Dia bersumpah, tidak akan mandi junub, sebelum
bertempur lagi menumpas Muhammad dan pasukan islamnya.

Soal apakah mereka memegang sumpah itu, atau nggak kuku, kita tidak tahu. Tapi
yang jelas, kaum musyrikin Mekah waktu itu bukanlah orang yang terkenal setia
memegang sumpah dan janji.

Selepas Badar, Hindun meratapi pedih. Lalu orang bertanya, "Siapakah yang kamu
tangisi, wahai Hindun?"

"Aku menangisi pemimpin klan kami, Al-Abthah. Penjaga dari setiap penjahat yang
menyerang. Ketahuilah, ayahku, Uthbah al-Khairat; Syaibah pembela anaknya; dan my
brother Al Walid bin 'Uthbah telah terbunuh... Bukan oleh aedes aegepti, tapi di perang
Badar. Mereka adalah keluarga terhormat dari Bani Ghalib, dalam keluhuran saat
mengembangkan jumlahnya... Bla, bla, bla..."

***

Menggila Karena Dendam

Entah beneran pisah ranjang atau kalau di ranjang justru semakin mesra, kita nggak
tahu. Yang jelas, di luar rumah, pasangan Hindun-Abu Sofyan terus mengambil alih
tampuk kepemimpinan Mekah, dan menyiapkan pasukan balas dendam untuk
menumpas bala Madinah.

Kebetulan, selain Abu Jahal terpenggal di Badar, Abu Lahab pun tak lama setelah itu
kena pentung ibu-ibu, terus meninggal sekalian karena infeksi kepala. Apes bener Abu
Lahab itu, meninggalnya kena pentung. Can you believe it?
Terus terkumpullah tiga ribuan lebih, atau tiga kali lipat dari tentara saat Perang Badar.
Selain infanteri yang tiga batalyon lebih, masih ada lagi dua kompi pasukan berkuda elit
yang dipimpin oleh panglima tangkas Khalid Bin Walid. Kelak, Khalid bin Walid ini
masuk islam pasca Hudaybiyah. Tapi waktu itu, dia masih kafir.

Kira-kira setahun setelah Badar, siaplah pasukan itu meluruk Madinah...

Dalam sekitar saat persiapan perang itu, Hindun lalu bikin sayembara. Bagi siapa saja,
yang sanggup membantunya menuntaskan dendam akan dia beri hadiah besar. Jadi
sayembaranya bukan sekedar nyebut nama-nama ikan.

Menyambut sayembara itu, tampillah seorang budak Ethiopia atau Habasyi. Bernama
Wahsyi. Bukan Waginem. Kalo Waginem, itu mungkin perempuan, dari Jawa.
Sodaranya Ngatemi. Dia adalah pelempar tombak jarak jauh yang jagoan. Yaitu
Wahsyi. Bukan Ngatemi. Kalo Ngatemi, dia tukang pecel. Mak nyus itu rasanya.

Lalu terjadilah dialog... "Bisa nggak kamu membunuh Muhammad, Hamzah, atau Ali
dengan tombakmu?" tantang Hindun. Kebetulan, Wahsyi itu ahli tombak.

"Kalau Muhammad, saya tidak sanggup, Boss. Dia selalu terlindung di antara banyak
sahabatnya. Ali itu.. juga sulit. Dia tangkas sekali, dan ekstra waspada. Kayaknya.. yang
saya bisa, itu cuma Hamzah. Dia paling nekat dan kurang terlindung. Kadang rada
lengah juga", kata Wahsyi sang budak.

"Ya udah. Hamzah itu aja kamu incer. Kalau kamu berhasil, nanti saya tebus kamu dari
perbudakan, merdeka, dan saya kasih hadiah-hadiah! Dia adalah gembong penjahat,
pembunuh. Habisi dan lenyapkanlah dia", kata Hindun.

"Merdeka!" Wahsyi pun menyanggupi.

Sementara kaum muslim yang perang lelaki wungkul, musyrikin Mekah sepertinya
berangkat perang dengan diiring oleh cewek-cewek dan ibu-ibu semlohai. Mereka jadi
semacam cheer leaders-nya pertempuran atau semacam itu. Dan mereka meneriakkan
syair-syair dan teriakan perang pemacu semangat. "Kita adalah putri-putri jalanan. Jika
kalian maju, wahai para tentara gagah berani, kami akan memelukmu. Jika kalian lari,
kami berpisah.. Bla, bla, bla." Pake bahasa Arab. Tentu saja. Kalau pake bahasa
Madura, duk rema, Dik?

Hindun pun termasuk paling semangat melantunkan syair perang. "Wahai nabi Abdul
Dar. Wahai para penjaga diyar. Seranglah dengan segala pedang!"

Gelombang pertama, infanteri kafir terdesak. Walau jumlahnya banyak, mereka kalah
disiplin. Di sisi lain, kaveleri berkuda di bawah Khalid al Walid yang mencoba menusuk
dari samping, dicegat oleh para pemanah yang berjaga di lereng bukit.
Pasukan Mekah sempat kocar-kacir. Kayak judul filem warkop itu Kocar-kacir. Tapi..
saat kocar-kacir itu, tentara islam Madinah lalu mengendor disiplinnya. Banyak
perlengkapan musuh yang bisa dipunguti sebagai pampasan perang, dan di ujungnya
sana, ada cewek-cewek semlohai tadi yang bisa direbut juga.

Formasi tempur pun tidak terjaga. Para pemanah yang diperbukitan juga goyah.
"Waduh! Itu orang-orang udah pada mau ngerebut pampasan perang, neh! Kalo kita
tetep jaga di bukit sini, bisa nggak kebagian!" Mereka pun terus turun dari posnya,
berebutan untuk ikut mengambili pampasan perang.

Kelengahan itu terbaca oleh Khalid bin Walid, lalu dia gerakkan pasukan berkudanya
melambung ke tengah-tengah pasukan islam dan gantian, pasukan islam jadi kocar-
kacir. Dan dalam kekacauan itu, budak al-Habasyi si penombak ulung lalu ngincer
Hamzah paman Rasulullah saw, dan saat dia dapat peluang.. dia lontarkanlah tombak
andalannya dan jleb!

Kenalah tombak itu ke punggung Hamzah Paman Rasul, tembus ke depan! Kalo dia
lempar terus nggak kena sih nggak usah diomongin kali ye. Capek-capek amat.

Kena tembus tombak seperti itu. Tewaslah Hamzah itu. Bersamanya, dalam campuh
itu, tewas banyak lagi syuhada tentara islam. Bahkan, Rasul sendiri juga terluka.

Untungnya, pasukan muslim tidak tumpas habis, dan yang tersisa bisa ditarik mundur
ke Madinah untuk konsolidasi. Para tentara Mekah juga kelelahan, jadi mereka tidak
menguber terus ke Madinah. Perang pun jeda.

Selesai pertempuran, sorak-sorailah pasukan Mekah. Dendam Badar sudah terbalas.


Begitu kira-kira menurut mereka. Walau begitu, sebagaimana tradisi perang jahiliyah,
mereka lalu mencabik musuh-musuhnya, untuk dijadikan semacam jimat atau suvenir.
Nah, di situlah terus terjadi kejadian yang sadis itu.

Hindun dan Wahsyi menemukan Hamzah telah tewas kena tombak. Udah jelas tewas,
masih juga dia cabik-cabik dengan kegirangan. Terus dia keluarkan jantung atau
hatinya, terus dia makan! Kanibal bener. Super sadis. Eh, soal girang enggaknya,
nggak tahu juga, sih. Wallahualam. Bisa juga mereka berbuat dengan penuh amarah.

Ada yang bilang, habis dia kunyah-kunyah jantung atau hati Hamzah, terus dia lepeh.
Nggak dia telen. Tapi tetap saja, sejak itu, dia terus mendapat julukan miring, 'Si
Pemakan Hati' atau 'Si Pemakan Jantung'. Dia pun lalu sesumbar. Kira-kira di salah
satu riwayat ada yang menulis kata-katanya seperti ini: "Kami telah membalasmu dari
Perang Badar. Perang demi Perang membara. Aku tidak sabar karena 'Uthbah,
saudaraku, pamanku, dan Bakri. Telah kusembahkan hatiku. Kutunaikan janji. Wahsyi
telah menyembuhkan sakit di dada. Syukur, terima kasih, kepada Wahsyi seumur
hidupku. Hingga tulangku remuk dalam makamku..."
Terus dia beralih ke rinso dan beralih ke ujung batu yang lain. Mungkin kayak filem
India. Tapi ini dari Arab.

"Hatiku telah terbalas kepada Hamzah di atas Uhud. Aku belah perutnya hingga hati.
Telah hilang sakit yang kurasa. Oleh pedihnya duka yang menyakitkan..."

Wahsyi si budak Habasyi pun terus mendapatkan hadiah-hadiahnya, dan dia bebas
merdeka, tidak lagi menjadi budak.

***

Akhirnya Tunduk

Ya. Setelah jalan panjang. Perang dan perang. Lalu terjadilah perjanjian damai
Hudaybiyyah. Mestinya berlaku sepuluh tahun, tapi baru sebentar, warga Mekah lantas
menyalahi perjanjian. Dan jadinya, Hudaybiyyah pun batal demi hukum. Tapi pada saat
itu, keadaan telah berbalik.

Mekah tidak bisa cepat mengerahkan tentara mengepung Madinah. Sebaliknya,


Madinah yang mendapatkan momentum, berhasil mengepung Mekah dengan 10 ribu
pasukan or so. Buru-buru Abu Sofyan coba beberapa kali meminta damai, tapi
permintaannya ditolah Rasul, bahkan terus diultimatum.

Sambil ultimatum, sambil memberi janji juga. "Sesiapa yang tinggal di rumah Abu
Sofyan. Atau tinggal di rumahnya sendiri. Atau di mesjid sekitar Ka'bah, tidak angkat
senjata saat kami memasuki Mekah. Maka dia aman!" begitu kata Rasulullah.

Tidak ada yang akan dibunuh oleh pasukan mukmin, kecuali kelompok yang menyerang
duluan, dan.. 17 orang terpidana mati!

Khusus untuk yang terpidana mati, Rasul perintahkan untuk dibunuh dimanapun
mereka berada. Dan di antaranya, termasuk Hindun dan Wahsyi, bekas budak yang
tampil sebagai pembunuh bayaran.

Buru-burulah Abu Sofyan lantas woro-woro di downtown Mekah. "Woi! Di batas kota
Muhammad telah siap menyerang kita dengan tentara yang tidak mungkin kalian lawan.
Hanya dia bilang, sesiapa yang berkumpul diam di rumahku, maka dia aman..."

"Yang bener aje? Jumlah kita ribuan. Mana mungkin semua ngumpul di rumah ente?!!"

"Pake ente ane, kayak orang Arab aja lu! Eh, emang kita orang Arab kali ye?" Warga
Mekah lalu saling celetukan nggak jelas.
Abu Sofyan menambahkan. "Terkecuali 17 orang,.. siapapun yang lain, kalau tidak
mengadakan perlawanan, masuk ke rumah masing-masing dan menutup pintu.. maka
dia aman!"

Bubarlah langsung warga Mekah. Pulang ke rumah masing-masing dengan ketakutan.

Logikanya, yang masih punya motif untuk mengobarkan permusuhan tinggallah 17


orang itu.. dan orang-orang yang kena hasut oleh mereka. Tapi ujungnya, yang beneran
masih coba melawan secara militer cuma dua pihak. Yang pertama adalah Ikrimah Bin
Abu Jahal. Dan ada satu lagi. Dengan cepat, unit-unit kecil itu terus ditumpas, antara
lain oleh Khalid Bin Walid, yang saat kafirnya dulu, adalah konconya Ikrimah.

Ikrimahnya setelah kalah lalu kabur ke Yaman, tapi kemudian pulang lagi menyerahkan
diri, dimaafkan Rasul, dan terus masuk islam. Sebelum penyerahan diri Ikrimah itu,
Hindun juga menyerahkan diri. Di waktu terpisah, Wahsyi sang budak pembunuh
bayaran juga kabur, tapi lalu menyerahkan diri. Satu guru satu ilmu sama Ikrimah.

Hindun di pihak lain, sepertinya tersentuh dengan penaklukan damai itu. Itu benar-
benar tidak dikenal dalam tradisi Arab. Pasukan dengan tentara kuat tak tertandingi,
bukannya membantai musuhnya, malah memberi maaf dan ampunan, dan tidak hura-
hura, melainkan terus tekun memantapkan hati dan beribadah spiritual.

Jadi, biarpun dibilang dia tervonis mati, dia ingin menyerahkan diri saja.

Nah, saat mau nekat menyerahkan diri itu, Hindun minta pertimbangan Abu Sofyan,
suaminya. Dan sang suami sempat seolah tak percaya.

"Kamu ingin menjadi pengikut Muhammad? Bukankah aku lihat kau kemarin begitu
membencinya?" kata Abu Sufyan. Dia pikir Hindun mestinya pingin kabur.

"Hati saya berubah. Sesungguhnya, aku sebelumnya tidak pernah melihat orang yang
beribadah pada Allah itu dengan benar hingga apa yang kusaksikan tadi malam. Demi
Allah, mereka betah berdiri, rukuk dan sujud", begitu kata Hindun.

Akhirnya, Abu Sufyan setuju. "Ya sudahlah. Kita sudah kalah dan mereka pemaaf.
Kamu mengambil keputusan yang tepat. Karena itu, pergilah menemui Rasulullah, dan
ajaklah seorang lelaki dari kaummu untuk menemani", begitu kata Abu Sufyan.

Saat menyatakan menyerah kalah, Abu Sufyan sendiri sudah masuk islam, dan segala
kesalahannya telah dimaafkan oleh Rasulullah.

Hindun lalu suruhan orang untuk meminta Utsman bin Affan yang masih kerabatnya
untuk menemaninya menyerahkan diri kepada Rasulullah. Selain Utsman, ada
beberapa perempuan lain ikut menyerahkan diri bersamanya. Termasuk di situ, istrinya
Ikrimah bin Abu Jahal yang bersama suaminya semula ditetapkan dihukum mati juga.
Cewek-cewek itu datang bercadar.

Saat dipertemukan, Hindun yang masih bercadar angkat bicara. "Wahai Rasulullah,
alhamdulillah, segala puji bagi Allah, yang telah memenangkan agama yang Dia pilih
bagi kita untuk mendapat manfaat dengan rahmat-Nya. Wahai Muhammad, sekarang,
aku seorang wanita yang beriman kepada Allah dan percaya kepada rasul-Nya."

Saat itu, orang datang untuk masuk islam betul-betul berbondong-bondong, sehingga
Rasul pun menanggapinya dengan jawaban esensial. Beliau meminta para wanita yang
bercadar itu untuk berikrar.. untuk tidak menyekutukan Allah dengan apapun.

Semuanya setuju. Rasulullah lalu melanjutkan, "Dan kalian tidak boleh mencuri.”

Semua setuju lagi, tapi lantas Hindun nyeletuk, "Sesungguhnya, Abu Sufyan sangat
kikir. Bagaimana jika aku mengambil sebagian hartanya, tanpa dia ketahui?"

Abu Sufyan yang juga sudah masuk islam lebih dulu, dan kebetulan ada di sekitar situ,
mengawasi agak dari jauh, menimpali celetukan itu dengan mengatakan, "Semua yang
engkau ambil dari diriku, telah kumaafkan, telah kuhalalkan!"

Mendengar jawaban itu, Rasulullah tersenyum. "Kamu pasti Hindun!"

Hindun pun menjawab, "Benar, Tuan. Aku Hindun binti 'Uthbah", dan dia membuka
cadarnya. "Sungguh, aku memohon kepadamu.. supaya berbuat baik kepadaku, karena
di antara kita masih ada hubungan kekerabatan. Maafkanlah segala kesalahanku di
masa lalu, wahai Nabi Allah. Semoga Allah mengampunimu."

Rasul mentolerir Hindun yang sudah islam. "Selamat datang, Hindun." dan lalu, Hindun
dimaafkan. "Sekarang, kamu aman", Rasulullah pun memberikan jaminan keamanan.
Vonis matinya dicabut. Ya iyalah. Dimaafkan, dijamin keamanan, tapi kalo vonis
berlanjut.. ye, sama juga bo'ong, kan?

Dengan gembira, Hindun lalu berkata, "Demi Allah, ya Rasulullah. Dulu, tiada satu pun
keluarga di atas bumi ini yang aku harapkan binasa, kecuali keluargamu. Tetapi,..
sekarang tiada satu pun keluarga di atas bumi ini yang paling aku cintai,.. dan aku
muliakan, lebih dari keluargamu..."

Dialog pun berlanjut.... "Demi Allah, sesungguhnya kau berhak menyuruh apa pun pada
kami, bahkan apa yang diperintahkan pada kaum lak-laki sekalipun, dan kami akan
menaatinya", Hindun berikrar.

Rasulullah melanjutkan lagi perintahnya setelah memberi larangan mencuri tadi.

"Dan kalian tidak boleh berzina."


Hindun menjawab, "Siap, Tuan. Masak sih, wanita merdeka berzinah?"

Nabi melanjutkan, "Dan tidak boleh membunuh anak-anak kalian."

Hindun pun sepakat, "Kami telah bersusah payah membesarkannya, tapi setelah besar,
kalian membunuhnya (dalam peperangan yang lalu, khususnya Badar). Kalian dan
mereka lebih mengetahui tentang hal ini."

Umar bin Khathab ikut manggut-manggut mendengar jawaban Hindun. Nabi


melanjutkan, "Janganlah kalian menyebarkan fitnah dan membuat berita bohong!"

Hindun menyanggupi juga. "Demi Allah, sesungguhnya memelihara fitnah itu benar-
benar perbuatan buruk dan perbuatan sia-sia. Engkau menyuruh kami untuk melakukan
perbuatan baik dan akhlak yang mulia.”

Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam melanjutkan terus, "Dan janganlah kalian


mendurhakaiku dalam perkara yang baik dan makruf!"

Hindun menyanggupi sepenuh hati, "Kami duduk di majelis ini tanpa niat untuk
mendurhakaimu dalam hal yang baik dan makruf."

Setelah Hindun selesai, Rasulullah lalu bersabda, "Ada yang mau menambahkan?" Lalu
tampil istri Ikrimah bin Abu Jahal. Dia berdiri, mengucap syahadat untuk masuk Islam,
dan memintakan ampunan untuk suaminya, dan permintaanya dikabulkan oleh
Rasulullah. Istri Wahsyi dalam kesempatan lain meminta yang sama.

Ya. Tentu saja, setelah Hindun dimaafkan. Wahsyi budak pembunuh bayaran yang
membunuh Hamzah atas hasutan dia, itu juga dimaafkan.

Beneran pilih kasih nepotisme, andai Hindun dimaafkan, karena dia masih sahabat,
terus Wahsyi yang sekedar suruhan tidak dimaafkan. Tega bener. Apalagi Wahsyinya
juga bersedia masuk islam. Bukankah Wahsyi waktu itu membunuh dalam situasi
perang? Sedangkan Hindun, selain menghasut dan menyuruh membunuh, dia telah
ikut-ikutan berlaku super sadis terhadap jenazah Hamzah paman rasulullah saw.

***

Hindun Menjadi Muslimah Jagoan

Jaman telah berganti. Dunia jahiliyah sudah terjungkir... Dalam hati Hindun, kita tidak
tahu. Kalau masih ada kemunafikan, yah.. kita semua.. siapa sih yang di dalam hatinya
bersih suci nggak ada kemunafikannya? Tapi, secara kasat matanya, Hindun itu
seorang yang tetap militan dan konsekuen perbuatan dengan omongannya.
Dalam satu kesempatan setelah itu, Hindun sempat menghancurkan satu berhala
dengan kapak. Lalu setelahnya, dia berkata, "Kami telah tertipu olehmu.. Kami telah
tertipu olehmu.."

Ada riwayat lain menceritakan, suatu hari setelah islam, Hindun pernah mengirimkan
hadiah kambing muda panggang kepada Rasulullah, dihantarkan oleh budaknya. Saat
beramah tamah, budak itu berkata, "Ini hadiah untukmu dari nyonyaku, dan dia
meminta maaf kepadamu." Lalu saat soal kambing panggang itu dibahas, sang budak
menambahkan: "Sebenarnya, kambing kami akhir-akhir ini jarang beranak..", sekedar
berbagi informasi kecil saja, tapi lantas Rasul mendoakannya. "Semoga Allah
memberkati kambing kalian, dan memperbanyak kelahirannya" Sesampai di rumah,
sang budak menceritakan doa tadi dan senanglah hati Hindun.

Beberapa lama kemudian, budak tersebut bersaksi, "Setelah didoakan Rasul, kami
melihat sendiri bagaimana banyaknya anak kambingnya, dan seringnya melahirkan,
yang tidak pernah kami lihat sebelumnya”. Hindun yakin, itu berkat doa Rasulullah.

Ketangkasan, kecerdasan, serta keberaniannya lalu dia kontribusikan untuk umat dan
bangsanya. Beberapa operasi militer juga dia ikut. Konon dia termasuk tangkas juga
dalam berkuda dan naik onta. Kalau naik odong-odong belum pernah kayaknya.

Di Perang terakhir yang diikuti Rasul, yaitu Perang Yarmuk, kaum muslim mengalami
keadaan yang berat lagi. Suasana kebetulan paceklik. Tempat pertempuran cukup jauh
di utara. Dan musuhnya juga jagoan dunia: tentara Romawi. Banyak orang, bahkan
yang sempat di lingkaran dekat Rasul, berberat hati untuk ikut perang ini, tapi Hindun
malah ikut maju perang dan berperan.

Ibnu Jarir meriwayatkan, "Hari itu,.. kaum muslimin bertempur habis-habisan. Banyak
yang gugur, tapi mereka juga berhasil menewaskan pasukan Romawi dalam jumlah
yang besar. Sementara itu,.. kaum wanita muslimah berjaga di belakang, menghalau
setiap tentara muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga. Mereka berteriak:
Kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian akan membiarkan kami ditawan oleh
pasukan Romawi? Siapa pun yang mendapat kecaman pedas seperti itu oleh Hindun
dan beberapa wanita yang bersamanya, terus kembali menuju kancah pertempuran.”

Banyak tentara yang sebelumnya hampir melarikan diri, terus kembali bertempur. Dan
ini membangkitkan semangat pasukan yang lain,.. berkat motivasi yang dihembuskan
Hindun dan kawan-kawan di garis belakang.

Konon sempat juga, Hindun maju ke barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul
tabuh dengan diiringi oleh wanita-wanita Muhajirin. Ia membaca bait-bait syair yang
pernah dibacanya dalam Perang Uhud.

Pertempuran terus berjalan keras. Pada satu kesempatan, pasukan berkuda di sayap
kanan pasukan Muslim berbalik arah, karena terdesak musuh. Melihat itu, Hindun
berteriak-teriak. "Kalian mau lari ke mana? Kalian melarikan diri dari apa? Apakah dari
Allah dan surga-Nya? Sungguh, Allah melihat yang kalian lakukan!"

Hindun juga melihat suaminya, Abu Sufyan, balik arah dan seperti mau melarikan diri.
Segera dia kejar, dan dia pukul muka kudanya dengan tongkat. "Dikau mau ke mana,
Putra Shakhr? Ayo, kembalilah lagi ke medan perang! Berjuanglah habis-habisan, agar
engkau dapat membalas kesalahan masa lalumu, saat engkau menggalang kekuatan
untuk menghancurkan Rasulullah."

Zubair bin Al-’Awwam yang melihat semua kejadian itu meriwayatkan, "Ucapan Hindun
kepada Abu Sufyan, mengingatkanku kepada peristiwa Perang Uhud. Saat kami
berjuang melawan Rasulullah SAW."

***

Legacy Hindun

Saat Rasulullah wafat, konon Hindun itu cukup terpukul. Dia ingat kembali.. dirinya telah
terlalu lama, dan pernah terlalu mendalam memusuhi Rasulullah.

Diriwayatkan, dia tetap mempertahankan keislamannya dan tetap dipandang khalayak


sebagai ahli ibadah yang tekun, tetap setia pada janji-janji yang dia ucapkan di depan
Rasulullah. la pernah berkata mengingat masa lalunya, "Dulu, aku pernah bermimpi
berdiri di bawah matahari... dan di dekatku ada tempat berteduh, namun aku tidak bisa
berlindung di bawahnya. Sekarang, ketika aku telah masuk Islam, aku bermimpi lagi
tentang itu, tapi seolah aku telah diijinkan masuk dalam lindungannya. Segala puji bagi
Allah yang telah menunjuki kita kepada Islam”. Dengan kata-kata seperti inilah Hindun
binti ‘Utbah menghiburkan dirinya sampai akhir hayatnya.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab, setelah mengkontribusikan banyak hal
untuk perjuangan umat, tibalah saat bagi Hindun untuk rehat. Ia meninggal di atas
tempat tidurnya, bersamaan pada hari di mana Abu Quhafah, ayahanda Abu Bakar
Ash-Shiddiq juga meninggal. Estimasinya sekitar 14H atau tak lama setelah itu.

Hindun meriwayatkan beberapa hadits Rasulullah SAW. Beberapa orang meriwayatkan


darinya seperti, Muawiyah bin Abu Sufyan (anaknya) dan Aisyah Ummul Mukminin.

Hindun ini ibu dari Muawiyah, pendiri dinasti Umayyah, yang berkuasa memimpin
kekalifahan besar, atau boleh dibilang juga negeri terbesar di kawasan Eropa-Afrika-
Timteng pada masanya, selama periode 661–750M atau nyaris 90 tahun.

Hindun juga ibunda dari Ramlah binti Abu Sufyan, salah satu istri Muhammad. Di pihak
lain, kontroversinya yang melegenda itu tetap menimbulkan diskusi dan polemik di
kalangan umat. Statusnya sebagai sahabat nabi ada yang mempertanyakan, karena
aksinya sebelum masuk islam. Di sisi lain, yang menganggap serba positif juga banyak.
Mana yang benar, Allah yang tahu. Wallahualam. Kalau benar hatinya telah baik dan
ikhlas, semoga Allah meridhoinya dan menempatkannya di tempat kembali yang baik.

Kelak di kemudian hari, beneran seperti yang diramalkan, anak Hindun itu menjadi
seorang Raja, yaitu Muawiyyah bin Abu Sofyan. Kalau dibilang kontroversial, secara
duniawiyah, ya.. bisa saja segenap setelan pasca fathu Makkah itu mengandung
kontroversi. Bani Umayyah, yang memimpin kekalifahan, nggak kira-kira selama nyaris
90 tahun, itu adalah anak keturunan pasangan Hindun dan Abu Sofyan.. yang pada
awal-awal kemunculan islam merupakan pentolan dari kaum kafirin Mekah.

Sepanjang pemerintahan bani Umayyah, itu yah.. banyak intrik politik dan hal-hal yang
'biasa', seperti jaman pemerintahan negara masa kini. Dan faktanya, yang ditetapkan
oleh Allah sebagai uswatun hasanah itu kan Nabi Muhammad saw saja, toh? Yang lain
itu semua manusia biasa. Warna-warni....

Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri juga, islam menyebar luas ke seluruh dunia, dan
berkembang menjadi adi daya dunia tak terkalahkan berabad-abad, itu awalnya sejak
kepemimpinan Umar bin Khattab.. terus ditajamkan di masa Bani Umayyah, yang
kesemuanya itu keturunan Hindun.

(ilmuiman.net / Selesai)

Anda mungkin juga menyukai