Anda di halaman 1dari 19

DATA QUALITY AWARENESS UNTUK MINIMALISASI RISIKO DAN

MAKSIMALISASI STAKEHOLDER VALUE

Dwi Ekasari Harmadji


Dosen Fakultas Ekonomi dan Binsis
Universitas Wisnuwardhana Malang
dwi.ekasari.harmadji@gmail.com

Abstract: The main objective of this research to improve Data Quality


Awareness in all sub-unit employees work at the time of first input data
into the system that must be filled in correctly and completely to all
mandatory fields. Through interpretive qualitative research, this study
using stakeholder theory, which is considering the position of the
stakeholders who are considered powerful than just a shareholder
position only. Results of this study indicate that there is a direct link
with increased awareness of data quality will minimize risk and
maximize stakeholder value.

Keywords: Data Quality Awareness, risk, stakeholder theory

Abstrak: Tujuan utama penelitian ini untuk meningkatkan Data Quality


Awareness di semua pegawai sub unit kerja pada saat first input data
ke sistim yang harus diisi dengan benar dan lengkap untuk semua field
mandatory. Melalui penelitian kualitatif interpretif, penelitian ini
menggunakan teori stakeholder, yang lebih mempertimbangkan posisi
para stakeholder yang dianggap powerfull daripada hanya posisi
shareholder saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada keterkaitan
langsung dengan peningkatan data quality awareness akan
meminimalisir risiko dan memaksimalkan stakeholder value.

Kata kunci: Data Quality Awareness, risiko, teori stakeholder

Pendahuluan prinsip-prinsip kehati-hatian dan


Data Quality Awareness adalah manajemen risiko terkait
suatu program untuk meningkatkan penyelenggaraan kegiatan usahanya,
kesadaran atas kualitas data yang bisa untuk bisa memaksimalkan
diterapkan dalam organisasi, terutama stakeholder value. Yang menjadi
industri perbankan. Bank sebagai stakeholder di perusahaan bank
lembaga kepercayaan, dalam adalah pemegang saham, pegawai
menjalankan kegiatan usahanya harus Bank dan nasabah.
memperhatikan ketentuan maupun

1
Bank sebagai pusat perputaran peningkatan risiko, yaitu risiko
keuangan, yang berasal dari dunia nasabah yang berniat jahat dengan
usaha maupun kegiatan publik, maksud membuka rekening untuk
perbankan sangat rentan terhadap penampungan uang hasil kejahatan
upaya penyalahgunaan kewenangan penipuan. Hal ini terjadi karena
yang ada padanya. Bank harus kurangnya awareness untuk menggali
memiliki sistem IT yang mumpuni, data nasabah secara lengkap dan
sehingga mampu mendukung proses penerapan prinsip know your
bisnis, analisa dan pengambilan customertidak dijalankan oleh
keputusan, pelaporan yang lebih cepat Customer Service. Maksimalisasi
dan kepatuhan terhadap regulasi. stakeholder value juga tidak bisa
Adanya kekacauan sistem teknologi terwujud, karena hilangnya
informasi (system crash) antar kesempatan untuk cross selling
aplikasi, sehingga menyebabkan produk bancassurance, akibat data
kesulitan untuk membuat pelaporan nasabah tidak lengkap. Karena
yang mendukung pengambilan Customer Service tidak mengetahui
keputusan taktikal dan strategis. tentang penghasilan/gaji dan jumlah
Besarnya biaya lembur pegawai yang anaknya nasabah yang bisa
harus dikeluarkan untuk melakukan ditindaklanjuti oleh Customer Service
proses “cleansing data” karena dengan melakukan penawaran
kesalahan yang sering muncul pada produk-produk bank yang sesuai
saat input awal data. dengan karakteristik dan kebutuhan
Input data yang dilakukan oleh nasabah. Apabila hal ini dibiarkan
Customer Service (CS) pada saat awal terus menerus mengakibatkan bank
calon nasabah datang ke cabang, kehilangan kesempatan menjual
menjadi poin penting dalam program produknya, nasabah kehilangan
Data Quality Awareness karena ada kesempatan menikmati produk Bank,
field mandatory (daftar isian) yang sehingga akibatnya Bank berpotensi
harus diisi lengkap oleh calon mengalami kerugian dan
nasabah supaya dapat dimasukkan/ berkurangnya laba, yang juga
diinput dalam sistem komputer. Pada berdampak pada berkurangnya
saat input data nasabah ke computer, dividen untuk pemegang saham serta
Customer Service dapat melakukan berkurangnya bonus/ jasa produksi
wawancara untuk menggali informasi yang diterima oleh pegawai bank.
lebih dalam tentang diri nasabah yang Inilah dampak risiko yang langsung
bersangkutan, sehingga prinsip know dirasakan oleh stakeholder
your customer dapat dijalankan oleh (pemegang saham, pegawai Bank dan
Customer Service (CS). Tetapi pada nasabah) apabila tidak dilakukan
kenyataannya, di Bank Mandiri kesinambungan program Data
Cabang Malang masih ada Customer Quality Awareness.
Service Representative (CSR) dan Program Peningkatan Data
supervisornya (Customer Service Quality Awareness juga sesuai dengan
Officer) yang tidak melakukan input implementasi Enterprise Risk
data nasabah secara lengkap dan Management (ERM) sesuai Basel II,
akurat. Hal ini mengakibatkan penerapan LBU baru, IFRS

2
(International Financial Reporting kontribusi pada pengembangan
Standard) atau PSAK 50/55 yang masyarakat
membutuhkan data yang masif dan
detail. Rumusan Masalah
Selain itu juga adanya Bagaimana program Data Quality
implementasi Bank Indonesia untuk Awareness dapat bermanfaat untuk
mengakses sumber data langsung dari minimalisasi risiko dan maksimalisasi
sistim bank membutuhkan data yang stakeholder value?
akurat dan konsisten. Hal ini
disebutkan dalam Pedoman Tujuan
Penerapan Manajemen Risiko dalam Peningkatan pemahaman secara
Penggunaan Teknologi Informasi oleh mendalam atas esensi makna dari
Bank Umum (Lampiran SE BI program Data Quality Awareness
No.9/30/DPNP) Tanggal 12-12-2007. yang bermanfaat untuk minimalisasi
Kebutuhan data yang akurat dan risiko dan maksimalisasi stakeholder
lengkap juga diperlukan untuk value?
mendukung proses bisnis, analisa dan
pengambilan keputusan, pelaporan Tinjauan Teoritis
yang lebih cepat dan kepatuhan Data Quality Awareness
terhadap regulasi. Data Quality Awareness merupakan
Tuntutan disclosure yang lebih program yang dilaksanakan di bank
baik dari para stakeholder (pemegang “X” untuk dilaksanakan oleh seluruh
saham, pelanggan/nasabah, pegawai pegawainya dengan meningkatkan
bank serta masyarakat) membutuhkan kesadaran akan pentingnya data yang
pelaporan yang akurat berasal dari berkualitas. Pada saat Customer
sumber data yang terpercaya. Hal ini Service melakukan input data dan
dapat memaksimalkan stakeholder wawancara kepada nasabah, harus
value. dilakukan dengan sopan, sehingga
Pendekatan nilai stakeholder tidak terdengar seperti sedang
(stakeholder value approach) adalah melakukan interogasi.
filosofi manajemen yang menganggap Bila pegawai frontliner di bank
maksimalisasi kepentingan kepada sudah melakukan etika bisnis sesuai
semua stakeholder (pelanggan, standar layanan yang berlaku, maka
karyawan, pemegang saham, dan peningkatan Data Quality Awareness
masyarakat) sebagai tujuan tertinggi. (DQA) dapat terlaksana sehingga
Tujuannya adalah untuk menghasilkan data akurat, relevan,
memaksimalkan nilai ini dengan dan up to date yang dapat digunakan
mengikuti kebijakan-kebijakan antara dalam pengelolaan risiko untuk
lain sebagai berikut:(1) memaksimalkan stakeholder value.
meminimalkan biaya dan dampak Mempromosikan kesadaran
negatif, sekaligus meningkatkan kualitas data (Data Quality
kualitas produk-produknya, (2) Awareness) berarti lebih dari
meningkatkan keterampilan dan memastikan bahwa orang yang tepat
kepuasan karyawan (3) memberikan dalam perusahaan/organisasi
menyadari keberadaan masalah

3
kualitas data. Mempromosikan  Untuk mengurangi biaya
kesadaran kualitas data sangat penting (efisiensi)
dalam pengelolaan risiko untuk  Optimalisasi hubungan nasabah,
memaksimalkan stakeholder value dengan memiliki data lengkap
yang diperlukan dalam organisasi, nasabah dapat dilakukan cross
sehingga sangat meningkatkan selling produk yang sesuai
peluang keberhasilan perusahaan/ dengan kebutuhan nasabah yang
organisasi yang bersangkutan. bersangkutan
Perusahaan semakin berfokus  Memastikan Bank memiliki daya
pada kualitas data sebagai faktor saing jangka panjang.
utama dalam keberhasilan perusahaan  Sebagai dasar yang realistisdan
dan kinerja kompetitif, karena proses dapat diandalkan untuk
bisnis dapat berfungsi secara efektif pengambilan keputusan yang
saat ini dengan data yang memadai. berkaitan dengan strategi Bank.
Kualitas data ini sesuai prasyarat  Membantu Bank memenuhi
untuk implementasi yang efisien dari persyaratan kepatuhan
proses ini. Data diperlakukan sebagai pengiriman laporan pada otoritas
produk yang melalui proses produksi jasa keuangan dan Bank
dan dikenakan persyaratan kualitas Indonesia secara tepat waktu.
tertentu untuk memastikan bahwa  Pelaksanaan kepatuhan sesuai
data-data tersebut lengkap, akurat, dengan persyaratan hukum yang
relevan, dan up-to-date. Persyaratan berlaku di Negara RI.
kualitas data ini telah dipenuhi di
seluruh siklus hidup produk data yang Risiko adalah ketidakpastian
oleh semua pihak yang terlibat, yaitu diwaktu yang akan datang. Definisi
mereka yang memasok/input data, sesuai Peraturan Bank Indonesia,
mereka yang mengelola mereka dan risiko adalah suatu kejadian potensial
orang-orang yang menggunakannya. (yang dapat diantisipasi maupun tidak
Pengaruh kualitas data sangat penting, dapat diantisipasi) yang memberikan
bukan hanya di bidang IT tetapi di dampak negatif pada pendapatan dari
luar itu dan di seluruh proses, struktur permodalan bank. Kejadian risiko
dan budaya perusahaan/organisasi. adalah terjadinya sebuah peristiwa
yang menyebabkan potensi kerugian
Minimalisasi Risiko (yaitu terjadinya sebuah outcome
Manfaat peningkatan Data Quality yang buruk). Masa depan tergantung
Awareness adalah sebagai berikut: hari ini. Pengelolaan risiko adalah
 Untuk pengelolaan pengelolaan ketidakpastian earning.
meminimalisir risiko Bisnis bank yang merupakan industri
keuangan itu sangat berisiko.

4
Sumber: Hadori,2006

Gambar 1. ….
Enterprise Risk Management tabungan dan pinjaman yang
merupakan pengelolaan risiko secara sederhana (seperti BPR).
terintegrasi, yang menghubungkan Struktur manajemen risiko harus
antara strategic planning, risk didesain untuk memastikan bahwa
appetite, execution, risk assessment unit pengambil risiko (risk-taking
dan performance evaluation, dalam unit) bersifat independen dari unit
upaya memaksimalkan stakeholder unit internal dan juga independen dari
value. departemen manajemen risiko.
Direksi dan manajemen bank, yang Bank Indonesia mewajibkan
secara formal bertanggung jawab atas seluruh bank memiliki struktur
penerapan kebijakan manajemen manajemen untuk pengelolaan risiko
risiko yang efektif harus sebagai berikut:
mempertimbangkan:  Risiko pasar
 Sasaran dan kebijakan bank  Risiko kredit
 Kompleksitas model bisnisnya  Risiko operasional
 Kemampuan bank untuk  Risiko likuiditas
mengelola bisnisnya. Jika bank memiliki model bisnis
Bank Indonesia mengharapkan yang lebih kompleks (seperti Bank
bank yang memiliki operasi bisnis Mandiri), maka Bank Indonesia
yang sangat kompleks (seperti Bank mewajibkan bank juga mengelola
Mandiri, BRI, dan sebagainya risiko berikut ini:
termasuk trading mata uang dan  Risiko hukum atau legal
obligasi kredit dalam valuta asing,  Risiko reputasi
dan sekuritisasi) harus memiliki  Risiko stratejik
struktur manajemen risiko yang lebih  Risiko kepatuhan
kompleks dibandingkan bank yang Jika sebuah bank menderita
secara relative hanya memiliki bisnis kerugian sehubungan dengan adanya
beberapa risiko yang telah dijelaskan

5
tersebut, bank diharuskan untuk  Mengembangkan keahlian
melakukan monitoring terhadap manajemen risiko untuk semua
perilaku risiko tersebut ke masa personil yang terkait.
depan.  Memastikan bahwa manajemen
risiko dan manajemen bisnis
Pengawasan aktif oleh dewan beroperasi secara independen
komisaris, direksi dan manajemen  Melakukan review secara periodik
Tanggung jawab utama dari dewan terhadap:
komisaris dan dewan direksi adalah  Akurasi risk assessment atas
menetapkan jenis risiko yang mana suatu transaksi atau nasabah
yang harus dikelola oleh satuan kerja tertentu dibandingkan dengan
manajemen risiko mengingat kerugian yang terjadi (actual
kompleksitas bisnis mereka. Dewan losses)
komisaris dan dewan direksi harus  Akurasi dan kelengkapan
juga menetapkan pembagian informasi manajemen risiko
wewenang dan tanggung jawab dan kualitas sistem
manajemen risiko kepada dewan pendukungnya.
direksi dan manajemen.  Kesesuaian penetapan limit
Wewenang dan tanggung jawab risiko dan kualitas prosedur
dari dewan komisari dan dewan pendukung alokasi limit risiko
direksi meliputi: tersebut (yaitu, apakah
 Menyetujui dan mengevaluasi personil yang tepat telah
kebijakan manajemen risiko mendapatkan limit yang tepat
 Membagi tanggung jawab dari untuk mengelola risiko yang
manajemen untuk melaksanakan merupakan tanggung
kebijakan manajemen risiko jawabnya)
 Menetapkan jenis transaksi yang  Menghitung dan melaporkan:
membutuhkan persetujuan khusus  Keseluruhan risk appetite
dewan komisaris. bank (yaitu jumlah total
Wewenang dan tanggung jawab risiko yang akan diambil
manajemen harus meliputi hal-hal bank)
berikut:  Keseluruhan risk profile bank
 Membuat dokumentasi yang (yaitu distribusi dari total
menggambarkan strategi dan risiko tersebut ke semua lini
kebijakan manajemen risiko bisnis bank)
 Menerapkan dan mengelola  Kemampuan bank untuk
manajemen risiko dalam batasan mengelola risiko tersebut
“risk appetite” bank. dalam profil dan limit yang
 Menetapkan jenis transaksi yang telah disetujui.
membutuhkan persetujuan dari Dewan direksi bank memiliki tugas
pejabat senior manajemen risiko. umum untuk memastikan bahwa:
 Mengembangkan budaya risiko  Seluruh risiko harus
dalam bank diidentifikasikan

6
 Seluruh risiko diukur, Peran unit kerja (termasuk Cabang)
dipantau dan dikendalikan dalam peningkatanData Qualitative
 Pengukuran risiko didukung Awareness (DQA) adalah sebagai
oleh informasi yang terkini berikut:
(up to date), akurat dan  Menerapkan budaya sadar data
lengkap. berkualitas
Untuk dapat mengukur risiko yang  Melakukan pengisian data secara
berasal dari informasi data yang lengkap dan akurat (sesuai
terkini, akurat dan lengkap maka ketentuan yang berlaku) ke dalam
diperlukan manajemen data yang sistem yang digunakan
merupakan bagian dari manajemen  Mengimplementasikan inisiatif
sumber informasi yang mencakup Data Qualitative Awareness
semua kegiatan untuk memastikan (DQA) secara berkesinambungan.
bahwa data-data yang dibutuhkan
bersumber dari data yang akurat, Unit Kerja Pelaksana (unit kerja/ unit
mutakhir dan aman, untuk itulah bisnis yang dinilai peningkatan Data
peran dari Data Quality Awareness Qualitative Awareness / DQA nya):
sangat diperlukan.  Kanwil (Kantor Wilayah)
Peningkatan Data Quality  CBC (Commercial Business
Awareness(DQA) adalah pembenahan Center)
data secara bertahap, mulai dari  Area dan cabang-cabang
“hulu” (data input). Sebagai pemilik  BBC (Business Banking Center)
data (data owner), setiap unit kerja  MBDC (Micro Business District
dan cabang-cabang di Bank Mandiri Center)
bertanggung jawab atas kualitas data  CLBC (Consumer Loan Business
yang dihasilkan. Center)
Tujuan peningkatan Data Quality  RCO (Regional Credit Office)
Awareness(DQA)adalah sebagai
berikut: Tim Monitoring Peningkatan Data
 Meningkatkan kualitas data Qualitative Awareness (DQA):
dalam pengelolaan risiko dan (tugasnya memonitor data yang
pengambilan keputusan taktikal diinput unit kerja)
dan strategis.  Credit Risk & Portfolio
 Pertanggungjawaban yang jelas Management Group
atas kualitas data oleh tiap unit
 IT Group
kerja
 Customer Care & Service Group
 Meningkatkan
kepatuhan/compliance terhadap  Credit Operation Group
regulasi.  Strategy & Performance
 Perbaikan kualitas data secara  Accounting Group
kontinyu (terus menerus),
sehingga inisiatif dan aktivitas Maksimalisasi Stakeholder Value
yang tidak add value seperti data Menurut Hardanto (2006),
cleansing dapat diminimalkan. dampak potensial dari kegagalan
pengelolaan risiko adalah kejadian

7
risiko (risk event) yang akan Baik pegawai yang terlibat
berdampak pada bank (berupa maupun yang tidak terlibat
kerugian financial dan non financial) kejadian resiko (risk event) tetap
dan stakeholder bank tersebut (dalam akan terkena dampaknya, seperti:
hal ini stakeholder adalah pemegang  Tindakan indisipliner karena
saham, pegawai bank, nasabah) dan kesengajaan atau kealpaan.
perekonomian.  Kehilangan pendapatan, misalnya
Kegagalan dalam mengelola penurunan bonus atau penundaan
risiko selain merugikan bank, juga peningkatan upah, karena
berdampak langsung pada stakeholder dampak pada pendapatan
dalam bentuk antara lain: perusahaan.
 Dampak pada pemegang saham  Kehilangan pekerjaan
 Hilangnya seluruh investasi  Dampak pada nasabah
mereka karena bangkrutnya Dampak terhadap nasabah
bank (perusahaan). memang tidak langsung dan tidak
 Penurunan nilai investasi karena terlihat jelas namun tetap
harga saham yang turun, yang dirasakan, seperti:
disebabkan reputasi yang buruk  Penurunan kualitas layanan
atau penurunan laba nasabah
 Hilangnya dividen sebagai  Penurunan ketersediaan produk
akibat dari penurunan laba  Krisis likuiditas
perusahaan.  Perubahan peraturan
 Pemegang saham bertanggung
jawab atas kerugian yang terjadi Penjelasan tersebut diatas, dapat
pada perusahaan. dijelaskan dalam Tentative Theory.
 Dampak pada pegawai

Data Error

Data Minimalisasi
Warisan data
Quality Risiko dan
ex legacy
Awareness Maksimalisasi
(Program Stakeholder
Uncomplete
DQA) Value
Data

Gambar 2. Tentative Theory

Metode Penelitian Dengan Situs dan Pengumpulan Data


Instrumen Manajemen Risiko Dan Penelitian
Stakeholder Value Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif interpretif.

8
Dimana penelitian ini mengacu (Muhadjir, 2000:142) dilakukan
tentang bagaimana cara menata, dalam tiga langkah analisis data
mengorganisasi, menganalisa data, sebagaimana berikut ini. Pertama,
menggambarkan dan menjabarkan peneliti melakukan reduksi data.
data. Penelitian ini dilakukan di salah Proses ini dilakukan dengan
satu Bank “X” Cabang Malang di melakukan penyederhanaan,
mana para pegawai yang bekerja pengabstrakan dan transformasi data
disana merupakan unit analisis dalam “kasar” yang muncul dari catatan
penelitian ini. Dengan pertimbangan tertulis di lapangan (fieldnotes) yang
bahwa para pegawai yang berada di dilakukan. Proses ini berlangsung
Bank tersebut merupakan aktor yang baik pada saat peneliti masih di
terjun langsung dalam proses Data lapangan maupun pada saat sudah
Qualitative Awareness (DQA). meninggalkan lapangan. Kedua,
Pengumpulan fakta-fakta sosial penyajian data (data display), yaitu
dilakukan melalui wawancara dan merupakan sekumpulan informasi
pengamatan berperan serta tersusun yang memberi kemungkinan
(participant observation). Ludigdo adanya penarikan kesimpulan dan
(2007) mengungkapkan bahwa pengambilan tindakan. Spardley
dengan metode participant (1997) menjelaskan dalam
observation, peneliti harus berusaha kerangkanya bahwa proses ini boleh
terlibat di dalam suatu proses disetarakan dengan analisis domain
kehidupan sosial sehari-hari di mana dimana peneliti mengategorikan
interaksi sosial berlangsung, dalam berbagai ungkapan dan realitas sosial
penelitian ini keterlibatan peneliti yang ditemui secara tematik. Pada
dalam aktifitas sehari-hari Bank fase ini peneliti dapat memanfaatkan
berlangsung selama sembilan bulan. bantuan teori, khususnya untuk
Dalam metode ini peneliti secara menyusun kerangka domain (atau
otomatis terlibat dalam dialog-dialog tema). Ketiga, penarikan kesimpulan,
interaktif dengan para pegawai staf di verifikasi, dan refleksi. Pada proses
Bank tersebut. Dialog ini merupakan ini peneliti melakukan interpretasi
suatu bentuk wawancara yang terhadap makna dari berbagai bahan
berlangsung secara alamiah, bersifat empirik yang telah dikumpulkan dan
informal dan tidak terstruktur. Selain dikategorisasikan secara tematik
itu peneliti dapat turut merasakan sebagaimana telah dilakukan dalam
suasana budaya dalam organisasi proses sebelumnya. Sedangkan proses
yang tidak tampak secara eksplisit. verifikasi dilakukan secara dinamis
dalam berbagai situasi praktis di
Teknis Analisis lapangan dan di luar lapangan,
Analisis data sebagai upaya mencari bagaimanapun ini dilakukan untuk
dan menata secara sistematis catatan memastikan kesesuaian data dan
hasil observasi, wawancara, dan sekaligus menjaga kredibilitas
lainnya untuk meningkatkan informan. Sementara itu proses
pemahaman peneliti tentang kasus refleksi dilakukan untuk mendapatkan
yang diteliti dan menyajikannya pemahaman yang benar dan utuh atas
sebagai temuan bagi orang lain sebuah fenomena dalam realitas

9
sosial. Untuk ini dilakukan sintesa primer dan data sekunder diperoleh
antara temuan empiris dengan dari co-informant. Key informant
ungkapan konsepsional-teoritis. adalah pegawai Customer Service
Representative dan Customer Service
Instrumen Analisis Officer di Bank “X” Cabang Malang.
Penelitian ini adalah berkisar tentang Sedangkan co-informant adalah
program peningkatan Data Quality kepala cabang lain dan pegawai
Awareness (DQA) untuk minimalisasi kanwil serta kantor pusat untuk
risiko dalam memaksimalkan mengetahui keterkaitan konteks
stakeholder value.Chariri dan Ghazali permasalahan dengan subyek
(2007:32) menyatakan bahwa teori penelitian dan untuk memperoleh
stakeholder berpendapat bahwa klarifikasi. Hal ini dilakukan dengan
perusahaan bukanlah entitas yang proses wawancara.
hanya beroperasi untuk Selanjutnya klarifikasi data dengan
kepentingannya sendiri namun triangulasi, yaitu kegiatan untuk
memberikan manfaat bagi menyusun kebenaran data yang
stakeholders, Di dalam perusahaan diperoleh dari berbagai sudut pandang
adanya pihak yang diutamakan yaitu yang berbeda.
stakeholders.(shareholders, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, Uji KeabsahanPenelitian
masyarakat, analis dan pihak lain). Di Menurut Leksono (2013) menetapkan
Bank “X” yang menjadi stakeholders keabsahan data (data trustworthiness)
adalah dalam hal ini adalah pemegang diperlukan teknis pemeriksaan yang
saham, pegawai bank, nasabah didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Tersedia 4 kriteria untuk uji
Jenis dan Sumber Data keabsahan data yaitu:
Data yang diperlukan dalam  Credibility (derajat kepercayaan)
penelitian ini adalah berupa data  Transferability (keterbukaan)
primer dan data sekunder. Data  Dependability (kebergantungan)
primer dalam penelitian ini meliputi  Confirmability (kepastian usaha)
pengamatan langsung dan wawancara Keempat pengujian diatas yang paling
dengan pegawai Bank “X” Cabang utama adalah uji kredibilitas
Malang dan beberapa Kepala Cabang (credibility) data, yaitu dengan
lainnya juga Pegawai Kantor Wilayah melakukan perpanjangan pengamatan,
dan Kantor Pusat Bank “X”. meningkatkan ketekunan, triangulasi,
Sedangkan data sekunder adalah data diskusi teman sejawat, member check,
yang dikumpulkan dan diolah, seperti dan analisis kasus negatif. Pengujian
SOP (Standard Operational kredibilitas data menggunakan teknik
Procedure), SE (Surat Edaran) intern, triangulasi.
dan Laporan lainnya. Teknik triangulasi berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan
Teknis Analisis Data data yang berbeda-beda untuk
Pengumpulan data yang dilakukan mendapatkan data dari sumber yang
dengan cara wawancara dengan key sama yaitu teknik observasi
informant untuk memperoleh data

10
partisipatif, wawancara mendalam, didiskusikan dan dibahas untuk
dan studi dokumentasi untuk menyempurnakan data penelitian.
summber data yang sama secara
serentak. Triangulasi juga dapat Temuan atas Problema Data
diartikan sebagai teknik pengumpulan Quality Awareness Dalam Praktik
data yang bersifat menggabungkan Dalam merajut program
berbagai teknik pengumpulan data peningkatan Data Quality Awareness
dari sumber data yang ada. Pengujian di Bank “X” dalam praktiknya, pada
keabsahan data dalam penelitian ini bagian berikut juga akan digunakan
dilakukan dengan: beberapa metafora untuk
 Triangulasi pengumpulan data, merefleksikan pemahaman atas Data
dilakukan dengan membandingkan Quality Awareness. Bagian ini
data yang dikumpulkan melalui merupakan hasil refleksi atas
wawancara dengan data yang pemahaman mengenai sikap pegawai
diperoleh melalui observasi atau di Bank “X” terkait dengan penerapan
informasi yang diperoleh melalui Data Quality Awareness dalam
studi dokumentasi. realitas praktiknya, yang merupakan
 Triangulasi sumber data, dilakukan hasil temuan peneliti di lapangan.
dengan cara menanyakan
kebenaran suatu data atau Pemahaman 1:
informasi yang diperoleh dari Pegawai Bank menganggap Data
seorang informan kepada informan Quality Awareness adalah “beban”
lainnya. Di bank “X”, beberapa
 Pengecekan anggota dilakukan pegawai sering menganggap
dengan cara menunjukkan data perubahan dan program kerja sebagai
atau informasi, termasuk “beban” yang menambah tingkat
interpretasi peneliti yang telah stress karena mereka juga diberikan
disusun dalam format catatan target kerja. Berikut penuturan Kepala
lapangan. Catatan lapangan Cabang Bank “X” atas nama Bapak
tersebut dikonfirmasi langsung “S” yang menggambarkan hal
dengan informan untuk tersebut:
mendapatkan komentar dan “Bank “X” selalu bikin program
melengkapi informasi lain yang baru, itu sama dengan beban.
dianggap perlu. Komentar dan Padahal saya juga diberikan target
tambahan informasi tersebut jualan produk tabungan, giro,
dilakukan terhadap informan yang bancassurance, kartu kredit dan
diperkirakan oleh peneliti. lainnya, pusing deh kerja di Bank
 Diskusi dengan teman sejawat “X”. Aku sering stress, karena kalo
dilakukan terhadap orang yang gakbisa mencapai target, didenda
menurut peneliti memiliki bayar uang setoran ke kantor
pengetahuan dan keahlian yang area…ehhh…sekarang ketambahan
relevan, agar data dan informasi Data Quality Awareness yang harus
yang telah dikumpulkan dapat diisi lengkap dan benar, kalo ngisinya
asal-asalan….bisa kena denda harus
benerin semua data cabang-cabang

11
lain, berarti harus masuk kerja waktu yang paling dikagumi dan selalu
hari sabtu dan minggu, kapan aku progresif (To be Indonesia’s most
punya waktu untuk keluarga? Tapi admired and progressive financial
tolong off the record.” institution).
Dari pernyataan di atas, Misi Bank “X” adalah sebagai
tercermin bahwa kegiatan-kegiatan off berikut:
the record itu merupakan hal yang  Berorientasi pada pemenuhan
menjadi “ganjalan” bagi pegawai kebutuhan pasar
Bank “X”.  Mengembangkan sumber daya
yang professional
Pemahaman 2 :  Memberikan keuntungan
Pegawai Bank menganggap Data maksimal kepada Stakeholder
Quality Awareness adalah  Melaksanakan manajemen
“pekerjaan yang merepotkan” terbuka
Suatu ketika dilakukan  Peduli terhaadap kepentingan
wawancara tidak terstruktur kepada masyarakat dan lingkungan.
kepala cabang Bapak “D” sebagai Masalah yang berkaitan dengan etika
berikut: bisnis yang terjadi di Bank “X”
“Program DQA itu pekerjaan yang khususnya di Cabang Malang pada
merepotkan karena nasabah harus tahun 2014 adalah adanya data-data
mengisi data secara lengkap, benar yang tidak lengkap, sehingga tidak
dan akurat, padahal nasabah maunya akurat, tidak valid, tidak relevan dan
buru-buru dan merasa risih kalo tidak up to date yang berakibat pada
disuruh ngisi mengenai gaji atau peningkatan risiko sehingga
sumber dana lainnya. Kemudian CS merugikan stakeholder. Jika hal ini
juga harus menginput data dengan tidak segera diperbaiki dan dibiarkan
betul, kalo gak bener dan gak lengkap terus menerus, maka misi Bank “X”
pasti sistem komputernya gak mau yang ketiga yaitu memberikan
melanjutkan ke tahapan berikutnya. keuntungan maksimal kepada
Kalo CS kelamaan input data, Stakeholder, tidak akan tercapai.
nasabah sudah gak sabar nunggu Berikut penuturan pegawai CSR
pembukaan rekening tabungannya. bernama Ibu “R” :
Bener-bener merepotkan.” “Bank X sedang mengalami
kontaminasi virus GCG yang terus
Pemahaman 3 : menerus digaungkan ke seluruh
Pegawai Bank menganggap Data jajaran pegawai sehingga suka atau
Quality Awareness adalah tidak suka, kita semua wajib
“Kontaminasi Virus GCG” menerapkannya. Ya… gimana lagi
Dalam menerapkan prinsip GCG lha wong kita digaji oleh Bank X
(Good Corporate Governance), Bank maka kita harus mengikuti semua
“X” melakukan penentuan sasaran aturannya termasuk adanya virus
strategi korporasi yaitu memiliki visi GCG yang menyebabkan munculnya
dan misi yang bagus untuk Program DQA karena data-data yang
diterapkan. Visi Bank “X” adalah tidak lengkap warisan jaman bank ex
menjadi lembaga keuangan Indonesia

12
legacy dan karena kesalahan first Berikut disampaikan tabel
input data di sistem komputer” mengenai hasil wawancara dengan
key informant dan co informan:

Informan Coding Pemaknaan


Sdri. G / “DQA membuat ribet , karena saya dituntut oleh DQA dianggap
CSO / Key atasan harus melakukan pengecekan input data CSR sebagai beban
Informant sebelum proses tutup cabang”
Sdri. R / “Bank X sedang mengalami kontaminasi virus GCG DQA dianggap
CSR/ Key yang terus menerus digaungkan ke seluruh jajaran sebagai hasil
Informant pegawai sehingga suka atau tidak suka, kita semua kontaminasi
wajib menerapkannya. Ya… gimana lagi lha wong virus GCG
kita dituntut atasan dan digaji oleh Bank X maka kita (Good
harus mengikuti semua aturannya termasuk adanya Corporate
virus GCG yang menyebabkan munculnya Program Governance)
DQA karena data-data yang tidak lengkap warisan
jaman bank ex legacy dan karena kesalahan first
input data di sistem komputer”
Bapak D/ “Program DQA itu pekerjaan yang merepotkan
Kepala karena nasabah harus mengisi data secara lengkap, DQA dianggap
Cabang / benar dan akurat, padahal nasabah maunya buru-buru sebagai
Co dan merasa risih kalo disuruh ngisi mengenai gaji pekerjaan yang
Informant atau sumber dana lainnya. Kemudian CS juga harus merepotkan
menginput data dengan betul, kalo gak bener dan gak
lengkap pasti sistem komputernya gak mau
melanjutkan ke tahapan berikutnya. Kalo CS
kelamaan input data, nasabah sudah gak sabar
nunggu pembukaan rekening tabungannya. Bener-
bener merepotkan.”
Bapak S / “Bank “X” selalu bikin program baru, itu sama
Kepala dengan beban. Padahal saya juga diberikan target DQA dianggap
Cabang / jualan produk tabungan, giro, bancassurance, kartu sebagai beban
Co kredit dan lainnya, pusing deh kerja di Bank “X”.
Informant Aku sering stress, karena kalo gak bisa mencapai
target, didenda bayar uang setoran ke kantor
area…ehhh…sekarang ketambahan Data Quality
Awareness yang harus diisi lengkap dan benar, kalo
ngisinya asal-asalan….bisa kena denda harus benerin
semua data cabang-cabang lain, berarti harus masuk
kerja waktu hari sabtu dan minggu, kapan aku punya
waktu untuk keluarga? Tapi tolong off the record.”
Sdri. Ro/ “DQA nambah beban karena saya mesti lembur, DQA dianggap
Staff kadang saya dituntut atasan harus selesai sehingga sebagai beban
Kantor harus masuk hari sabtu dan minggu untuk cleansing

13
Area data sebab data dari cabang banyak yang gak
komplit.”
Sdr.N/ “kalo bisa DQA gak usah diadakan lagi karena DQA dianggap
Staff pekerjaan yang merepotkan pegawai staf di kantor sebagai
Kanwil cabang, kantor area juga kantor wilayah. Tapi pekerjaan yang
gimana lagi karena Program DQA dari atasan, jadi merepotkan
wajib dijalankan ”
Sdr. E/ “Target data yang benar, relevan dan up to date, DQA dianggap
Staff membuat cleansing data harus dilakukan berulang sebagai
Kantor kali karena data masih eror, sehingga program DQA pekerjaan yang
Pusat IT jadi merepotkan.” merepotkan
Group
Sdr.A / Program DQA merupakan hasil kontaminasi virus DQA dianggap
Staff GCG yang wajib dilakukan di seluruh jajaran sebagai hasil
Kantor pegawai karena tuntutan dari jajaran direksi.” kontaminasi
Pusat virus GCG
Accounting (Good
Group Corporate
Governance)

Dari pernyataan-pernyataan di atas, Menggunakan teori stakeholder


tercermin bahwa kegiatan dan yang berpendapat bahwa perusahaan
pernyataan data-data off the record bukanlah entitas yang hanya
tersebut diatas merupakan ungkapan beroperasi untuk kepentingannya
pegawai bank “X” mengenai program sendiri, namun memberikan manfaat
DQA (Data Quality Awareness). pada stakeholder (Chariri dan
Tuntutan dari atasan dan tekanan Ghozali,2007). Di dalam perusahaan
target membuat mereka menjalankan Bank “X” terdapat pihak yang
program DQA dengan keterpaksaan. diutamakan yaitu: nasabah,
Hal ini mengakibatkan program DQA shareholders (pemegang saham), dan
menjadi tidak efektif, untuk itu pegawai. Dengan adanya kepentingan
diperlukan sosialisasi dan stakeholder, maka diperlukan data-
peningkatan program DQA menjadi data yang akurat, relevan dan up to
suatu program yang menarik dan date.
membuat pegawai merasa nyaman, Data-data yang tidak lengkap serta
rela dan senang melakukan program tidak akurat ini berasal dari data-data
DQA karena mereka dapat memahami lama (yang diangkat dari sistem
data yang berkualitas dan menyadari komputer ex bank legacy) dan data-
pentingnya program DQA. data baru (sebagai akibat
ketidaklengkapan dan atau kesalahan
Hasil Penelitian input awal data ke sistem komputer).
Cermin Pemahaman Pegawai Bank Untuk mengatasi masalah tersebut,
“X” dalam Bingkai Kepentingan diperlukan program peningkatan Data
Stakeholder Quality Awareness (DQA) untuk

14
pengelolaan risiko dan fotocopy ktp nasabah terbaru, dsb.
memaksimalkan stakeholder value. Kendala yang dihadapi adalah banyak
nasabah yang keberatan memberikan
Makna Data Quality Awareness data-data pribadinya, misalnya data
(DQA) mengenai gaji/ penghasilan. Hal ini
Data Quality Awareness memerlukan pendekatan khusus
(DQA) adalah pembenahan data kepada nasabah-nasabah dimaksud
secara bertahap, mulai dari “hulu” agar mereka mau memberikan
(data input). Untuk data-data lama informasi dengan terbuka.
(warisan dari bank ex legacy) dibantu Dilema lainnya adalah penentuan
oleh supporting unit dari Kantor Pusat faktor-faktor yang diperlukan untuk
Group IT yang melakukan konversi meningkatkan Data Quality
data ke sistem terbaru. Kemudian Awareness (DQA) di Bank “X”
pegawai Bank “X” Cabang Malang Cabang Malang. Untuk
melakukan cleansing data untuk data- menyelesaikan dilema tersebut,
data lama dan sekaligus data-data Kepala Cabang aktif melakukan
baru. komunikasi vertikal dan horizontal.
Hal-hal yang menjadi dilema Komunikasi vertikal keatas, dilakukan
permasalahan peningkatan Data Kepala Cabang dengan atasan
Quality Awareness (DQA) adalah: langsung dan pihak kantor pusat,
pegawai masih menganggap input dan mengenai cara dan metode yang
perbaikan data hanya sebagai “beban efektif untuk peningkatan Data
pekerjaan” dan “pekerjaan yang Quality Awareness (DQA).
merepotkan” juga program DQA Sedangkan komunikasi
dianggap sebagai kontaminasi virus vertikal kebawah dilakukan dengan
GCG, karena mengharuskan mereka cara berkomunikasi secara intensif
untuk lembur melakukan pekerjaan dengan seluruh pegawai cabang dan
cleansing data. juga sosialisasi kepada seluruh
pegawai yang ada di cabang tersebut.
Makna DQA untuk Minimalisasi Komunikasi intensif untuk
Risiko peningkatan Data Quality Awareness
Minimalisasi risiko diperlukan (DQA) tersebut bisa dilakukan dalam
agar dapat menekan potensi kerugian briefing pagi secara harian dan rapat
akibat data yang tidak berkualitas. mingguan. Untuk komunikasi
Cleansing data adalah salah satu horizontal adalah komunikasi yang
program Data Quality Awareness dilakukan antar kepala cabang dalam
(DQA) untuk memperbaiki dan meningkatkan Data Quality
mengisi kelengkapan data nasabah Awareness (DQA), antara lain adanya
yang dilakukan antara lain dengan kesamaan data nasabah yang
cara sebagai berikut: menghubungi bersangkutan, sehingga bisa bertukar
nasabah melalui telpon untuk mengisi informasi dan saling melengkapi data.
kelengkapan data-data yang valid,
akurat, relevan dan up to date, Makna DQA untuk Maksimalisasi
misalnya: data gaji/penghasilan, nama Stakeholder Value
ibu kandung nasabah dan meminta

15
Stakeholder di Bank “X” melibatkan semua pegawai yang ada
adalah nasabah, pemegang saham dan di Bank “X” Cabang Malang,
pegawai. Banyak pula pegawai Bank termasuk kepala cabang.Peran unit
“X” yang memiliki saham Bank “X” kerja (termasuk Cabang) dalam
karena program Employee Stock peningkatan DQA adalah sebagai
Option atau membeli langsung saham berikut:
Bank “X” di Bursa Efek Indonesia.  Menerapkan budaya sadar data
Pentingnya data yang berkualitas berkualitas, yaitu: di semua
dapat memaksimalkan stakeholder komputer/ PC/ Laptop yang
value, karena data yang berkualitas digunakan semua pegawai
dapat diolah menjadi potensi dipasang stiker bertuliskan “data
keuntungan bagi stakeholder. Contoh 100% lengkap dan akurat” atau
nyata: data lengkap dan akurat dari “tim Data Qualitative Awareness
nasabah “Bank X” yang diinput oleh (DQA) membangun data
Customer Service dapat dipakai untuk berkualitas”
menawarkan produk-produk Bank X  Melakukan pengisian data secara
yang nantinya dinikmati oleh nasabah lengkap dan akurat (sesuai
sehingga akan meningkatkan potensi ketentuan yang berlaku) ke dalam
laba bagi Bank “X”. Laba yang tinggi sistem yang digunakan.
bagi Bank “X” dapat dinikmati oleh  Mengimplementasikan inisiatif
pemegang saham dalam bentuk Data Qualitative Awareness
pembagian dividen dan dapat (DQA) secara berkesinambungan,
dinikmati oleh pegawai Bank “X” yaitu dengan adanya tagline
dalam bentuk pembagian komitmen terhadap program
bonus/tantiem. peningkatan Data Qualitative
Awareness (DQA). Tagline
Makna DQA untuk Pegawai Bank ditandatangani semua pegawai,
“X” seperti berikut:
Peningkatan ProgramData
Quality Awareness (DQA) di cabang

Komitmen Terhadap Program Data Quality Awareness

1. Saya paham dan meyakini data yang lengkap dan akurat penting untuk
memberikan informasi yang benar dan keputusan yang tepat.
2. Saya menyadari bahwa saya berkewajiban meyakini setiap data yang saya input ke
dalam sistem adalah lengkap dan akurat.
3. Saya menyadari bahwa data yang tidak lengkap dan akurat akan menyebabkan
kerugian bagi diri saya, unit kerja, dan bank secara keseluruhan.
4. Saya menyadari bahwa implementasi program Data Quality Awareness (DQA)
perlu dilakukan secara berkesinambungan sehingga membawa manfaat bagi diri
saya, unit kerja dan Bank.

Malang, 5 Maret 2013

(Nama & Tandatangan Pegawai)

16
 Pada sore hari, sebelum tutup Micro Business Development Group,
cabang, verifikator / pegawai Consumer Loan Group.
yang bertugas monitoring Kendala yang terjadi dalam
Data Qualitative Awareness peningkatan Data Qualitative
(DQA) melakukan control atas Awareness (DQA) adalah pola pikir
pengisian input data-data baru pegawai yang menganggap data yang
yang dilakukan oleh Customer 100% lengkap dan akurat adalah
Service (CS) sebagai beban pekerjaan. Jalan
Untuk Unit Kerja Pelaksana adalah keluarnya adalah merubah pola
unit kerja/ unit bisnis yang dinilai pikir/mindset pegawai bahwa
peningkatan DQA nya, antara peningkatan Data Qualitative
lain:Kanwil, CBC, Area dan cabang- Awareness (DQA) adalah pekerjaan
cabang, BBC, MBDC, CLBC, RCO yang menyenangkan dan bukan lagi
Sedangkan Tim Monitoring menjadi “beban.” Hal ini diwujudkan
Peningkatan DQA adalah tim yang dengan adanya pemberian hadiah/
tugasnya memonitor data yang diinput reward bagi pegawai dan unit
unit kerja cabang adalah: Credit Risk kerja/cabang yang memiliki data
& Portfolio Management Group, IT lengkapdan akurat.Hadiah/reward ini
APS RMS Dept, Customer Care & dilombakan secara bulanan, dan untuk
Service Group, Credit Operation diikuti oleh keseluruhan semua unit
Group, Strategy & Performance, kerja dan cabang. Hadiahnya dalam
Accounting Group. bentuk piagam dan voucher yang
Untuk Tim Supporting yang disediakan oleh Tim Monitoring dari
memiliki tugas mendukung data yang Kantor Pusat.
diinput unit kerja adalah: Jakarta Berdasarkan penggalian
Network Group, Regional Network mendalam mengenai esensi makna
Group, Culture Specialist, WTBS Data Quality Awareness (DQA)
Group, Business Banking I dan II, dapat digambarkan pada bagan real
theory construct berikut ini:

Makna DQA Perub. mindset


E
Data Error F
Miinimalisasi Risiko komunikasi
Data E
Data warisan Quality Maks Stakeholder K
Laba, bonus,
ex legacy Awareness Value
dividen T
Uncomplete (Program Makna DQA untuk I
Data DQA) Pegawai Reward
F

Gambar 3.Hasil Penelitian

17
Kesimpulan Dan Saran  Tim Monitoring Peningkatan
Kesimpulan DQA adalah tim yang tugasnya
 Program peningkatan Data memonitor data yang diinput unit
Qualitative Awareness (DQA) kerja cabang adalah: Credit Risk
diperlukan dalam rangka & Portfolio Management Group,
minimalisasi risiko untuk IT APS RMS Dept, Customer
maksimalisasiStakeholder Value, Care & Service Group, Credit
karena jika data-data yang Operation Group, Strategy &
tersedia di bank tidak lengkap dan Performance, Accounting Group.
tidak akurat, maka akan  Tim Supporting yang memiliki
meningkatkan risiko bank, yang tugas mendukung data yang
akhirnya berakibat kerugian bagi diinput unit kerja adalah: Jakarta
stakeholder. Untuk itu setiap hari Network Group, Regional
kerja, sebelum tutup cabang, Network Group, Culture
setiap pegawai sudah terbiasa Specialist, WTBS Group,
menerapkan input data yang Business Banking I dan II, Micro
lengkap dan akurat, sehingga Business Development Group,
menjadi suatu kebiasaan yang Consumer Loan Group.
bagus untuk peningkatan Program  Kendala yang dihadapi dalam
Data Qualitative Awareness usaha peningkatan Data
(DQA). Qualitative Awareness (DQA)
 Faktor-faktor yang dapat adalah pola pikir pegawai yang
dilakukan untuk peningkatan Data menganggapnya sebagai “beban”
Qualitative Awareness (DQA) di diubah menjadi suatu kesadaran
cabang adalah: Kepala Cabang pola pikir pekerjaan yang
melakukan komunikasi yang menyenangkan.
intens secara vertikal (ke kantor  Solusi yang diperlukan untuk
pusat dan pegawai di cabangnya) mengatasi kendala pola pikir
serta komunikasi horizontal (antar pegawai di cabang yang
kepala cabang lainnya). Di cabang merasakan Program
juga dilakukan pemasangan PeningkatanData Qualitative
sticker di semua komputer PC dan Awareness (DQA) tersebut
laptop yang ada di cabang, serta sebagai “beban” adalah dengan
semua pegawai menandatangani memberikan motivasi berupa
tagline Komitmen Terhadap hadiah untuk pegawai yang
Program Peningkatan Data berhasil memberikan data yang
Qualitative Awareness (DQA). bersih (artinya: 100% lengkap
 Pihak-pihak yang terlibat adalah: dan akurat).
Unit Kerja Pelaksana adalah unit
kerja/ unit bisnis yang dinilai Saran
peningkatan DQA nya, antara  Sosialisasi lebih intens ke seluruh
lain: Kanwil, CBC, Area dan jajaran pegawai Bank “X” agar
cabang-cabang, BBC, MBDC, stigma Program DQA sebagai
CLBC, RCO “beban” dan “pekerjaan yang

18
merepotkan” juga “kontaminasi BSMR, website: www.bsmr.org
virus GCG” diubah menjadi pola
pikir/ mindset pegawai Bank “X” Website: http://wikipedia.com
menjadi pekerjaan yang
menggembirakan dan Website:
menyenangkan. http://prinsipetikabisnis_pustakamana
 Pemberian hadiah/reward lebih jemen.htm
intensif diberikan kepada cabang
dan pegawai yang disiplin
melakukan Program DQA.
 Program Peningkatan Data
Qualitative Awareness (DQA)
harus dilakukan secara
berkesinambungan, karena data
yang akurat dan lengkap sangat
penting dalam meminimalisir
risiko dan untuk memaksimalkan
stakeholder value.
 Adanya koordinasi yang lebih erat
dan komunikasi yang lebih intens
antar unit kerja terkait dalam
rangka peningkatan Data
Qualitative Awareness (DQA),
yaitu kerjasama antara unit
pelaksana (cabang) dengan tim
monitoring dan tim supporting.

Daftar Pustaka

Chariri Anis dan Imam Ghozali,


2007. Teori Akuntansi Badan
Penerbit UNDIP Semarang.

Hardanto, Sulad Sri. (2006).


Manajemen Risiko bagi Bank
Umum. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Leksono, Sonny (2013). Penelitian


Kualitatif Ilmu Ekonomi dari
Metodologi ke Metode. Penerbit
PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai