PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) diberlakukan secara efektif per 1 Januari 2011. SAK ETAP ini diterbitkan
dengan tujuan untuk memudahkan para penggunanya dalam menerapkan prinsip
akuntansi yang selama ini masih kurang sesuai apabila menggunakan SAK yang
berlaku umum. SAK ETAP diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan standar
pelaporan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam membuat laporan
keuangan yang mudah, transparan, dan akuntabel (Darmajati, 2007). Seiring dengan
penerbitan SAK ETAP, standar akuntansi Indonesia yakni SAK yang berlaku umum
juga mengalami berbagai penyesuaian terkait dengan pengadopsian standar akuntansi
berbasis internasional/International Financial Reporting Standards (IFRS) (IAI,
Desember 2010). Penyesuaian tersebut termasuk pemberlakuan PSAK 50 mengenai
instrumen keuangan, yaitu: penyajian dan pengungkapan dan PSAK 55 instrumen
keuangan, yaitu: pengakuan dan pengukuran.
Masalah utama yang menjadi fokus dalam pengembangan UKM adalah
mengenai pengelolaan laporan keuangan. Kebutuhan SAK Khusus untuk UKM, hal
ini mengingat bahwa mayoritas usaha di Indonesia masih dalam besaran UKM
bukanlah Usaha Besar. Tercatat menurut data statistik Product Domestic Bruto (PDB)
Indonesia, pada tahun 2013 PDB disusun lebih dari 52 persen berasal dari sektor
UKM dan sering juga adanya kendalan UKM dalam mendapatkan kredit pada bank.
Banyak UKM yang beranggapan bahwa pengelolaan keuangan merupakan hal yang
mudah dan sederhana. Namun dalam kenyataannya, pengelolaan keuangan pada
UKM membutuhkan keterampilan Akuntansi yang baik oleh pelaku bisnis UKM.
Sesuai dengan perkembangan UKM dalam melaporkan laporan keuangannya,
kini telah dikeluarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP). Penerapan standar akuntansi ini diharapkan dapat memberi
gambaran kinerja manajemen UKM di masa lalu dan prospek di masa depan,
sehingga dapat dipercaya dan diandalkan baik oleh pengurus maupun oleh anggota
UKM dan pihak eksternal yang memiliki kepentingan lain yang berhubungan dengan
UKM.
BAB II
PEMBAHASAN
SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per
1 Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK
ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP
kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan
memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan
tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.
3. Kelangsungan usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan
kelangsungan usahanya.
4. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
5. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos harus konsisten, kecuali:
1) Terjadi perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan tersebut
menghasilkan penyajian yang lebih andal dan relevan.
2) SAK ETAP mensyaratkan perubahan penyajian.
3) Reklasifikasi harus dilakukan retrospektif, kecuali tidak praktis dapat secara
prospektif
4) Jika prospektif: diungkapkan sifat reklasifikasi dan jumlah pos yang
direklasifikasi serta alasannya.
6. Informasi komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan
keuangan dan catatan atas laporan keuangan).
7. Materialitas dan agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang
tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang
sejenis.Kelalalian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos
dianggap material jia, baik secara individuan maupun bersama-sama, dapat
memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam penggambilan keputusan
ekonomi.Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi faktor penentu.
8. Identifikasi laporan keuangan lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
catatan atas laporan keuangan.
E. Laporan keuangan lengkap
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelas lain nya
Neraca
Informasi yang disajikan dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas;
2. piutang usaha dan piutang lainnya;
3. persediaan;
4. properti investasi;
5. aset tetap;
6. aset tidak berwujud;
7. utang usaha dan utang lainnya;
8. aset dan kewajiban pajak;
9. kewajiban diestimasi;
10. ekuitas.
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika
penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan
entitas. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang
disajikan.
Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu
periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk
periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang
diakui dalam periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas
yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke,
pemilik ekuitas selama periode tersebut.
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
1. Laba atau rugi untuk periode;
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan yang diakui sesuai bab 9 kebijakan akuntansi, estimasi,
dankesalahan;
4. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal
dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:
1. Laba atau rugi;
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
3. Jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik
ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham,
transaksi saham treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke
pemilik ekuitas, dan
4. Perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak
mengakibatkan kehilangan pengendalian.
Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan
perubahan saldo laba untuk suatu periode pelaporan. Paragraf 3.13 mengijinkan
entitas untuk menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba menggantikan laporan laba
rugi dan laporan perubahan ekuitas jika perubahan pada ekuitas hanya berasal dari
laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan
kebijakan akuntansi.
Persediaan
Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran persediaan. Persediaan
adalah aset:
1. Untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Bab ini diterapkan untuk semua jenis persediaan, kecuali:
1. Persediaan dalam proses (work in progress) dalam kontrak konstruksi termasuk
kontrak jasa yang terkait secara langsung (lihat Bab 20 Pendapatan);
2. Efek tertentu (lihat Bab 10 Investasi pada Efek Tertentu).
Properti Investasi
Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk investasi pada tanah dan bangunan
yang memenuhi definisi properti investasi dalam paragraf 14.2. Properti investasi
adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-
duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk
menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
1. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Aset Tetap
SAK ETAP mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan akan digunakan lebih dari
satu periode.
Pendapatan dan beban yang terkait dengan kegiatan insidental selama masa
konstruksi atau pengembangan aset tetap diakui dalam laporan laba rugi jika
operasional tersebut tidak diperlukan untuk membawa aset tetap ke lokasi dan kondisi
operasi yang dimaksud.
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau
kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai
wajar, kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau (b)
nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara
andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang
diserahkan.
Penyusutan
Entitas harus mengalokasikan jumlah aset yang dapat disusutkan secara
sistematis selama umur manfaatnya. Faktor-faktor seperti perubahan pemakaian aset,
perkembangan teknologi, dan perubahan harga pasar dapat mengindikasikan bahwa
umur manfaat aset telah berubah sejak tanggal periode tahunan paling kini. Jika
terdapat indikator tersebut, maka entitas harus menelaah ulang estimasi sebelumnya
dan (jika ekspektasi sekarang berbeda) mengubah metode penyusutan atau umur
manfaat.
Penyusutan dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan, misalnya aset
berada di lokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga mampu beroperasi
sebagaimana maksud manajemen. Penyusutan dihentikan ketika aset dihentikan
pengakuannya. Penyusutan tidak dihentikan ketika aset tidak digunakan atau
dihentikan penggunaan aktifnya, kecuali aset tersebut telah disusutkan secara penuh.
Namun, dalam metode penyusutan berdasar penggunaan (usage method of
depreciation), beban penyusutan menjadi nol ketika tidak ada produksi.
Penghentian Pengakuan
Entitas harus menghentikan pengakuan aset tetap pada saat dilepas atau ketika
tidak ada manfaat ekonomi di masa depan yang diekspektasikan dari penggunaanya
atau pelepasannya. Entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian atas
penghentian pengakuan aset tetap dalam laporan laba rugi ketika aset tersebut
dihentikan pengakuannya. Keuntungan tersebut tidak boleh diklasifikasikan sebagai
pendapatan. Entitas harus menentukan keuntungan atau kerugian yang timbul dari
penghentian pengakuan aset tetap dengan menghitung perbedaan antara hasil
penjualan neto (jika ada) dan jumlah tercatatnya
Umur Manfaat
Untuk tujuan SAK ETAP, semua aset tidak berwujud dianggap mempunyai
umur manfaat yang terbatas. Umur manfaat aset tidak berwujud yang berasal dari hak
kontraktual atau hak hukum lainnya tidak boleh melebihi periode hak kontraktual atau
hak hukum tersebut, tetapi mungkin lebih pendek tergantung pada lamanya periode
ekspektasi pengunaan aset tersebut. Jika hak kontraktual atau hak hukum lainnya
untuk masa yang terbatas dapat diperbarui, maka umur manfaat aset tidak berwujud
harus termasuk periode yang diperbarui hanya jika terdapat bukti yang mendukung
pembaruan oleh entitas tanpa biaya yang signifikan.
Jika entitas tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak
berwujud, maka umur manfaatnya dianggap 10 tahun.
Faktor-faktor seperti perubahan pemakaian aset, perkembangan teknologi, dan
perubahan harga pasar dapat mengindikasikan bahwa umur manfaat aset tidak
berwujud telah berubah sejak tanggal periode tahunan paling kini. Jika terdapat
indikator tersebut, maka entitas harus menelaah ulang estimasi sebelumnya dan (jika
ekspektasi sekarang berbeda) mengubah metode amortisasi atau umur manfaat.
Sewa
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa mengalihkan
secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial
seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset.
Suatu sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi tergantung pada
substansi transaksi daripada bentuk kontrak. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan jika memenuhi salah satu hal berikut ini:
1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa.
2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga
pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.
3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak dialihkan yaitu masa sewa sama atau lebih dari 75% umur ekonomis aset
sewaan.
4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan yaitu pembayaran sewa minimum
sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewaan.
5. aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.
Kewajiban Kotinjensi
Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban potensial yang belum pasti atau
kewajiban kini yang tidak diakui karena tidak memenuhi salah satu atau kedua
kondisi (b) dan (c) pada pengakuan awal. Entitas tidak boleh mengakui kewajiban
kontinjensi sebagai kewajiban. Pengungkapan mungkin disyaratkan sesuai dengan
ketentuan SAK ETAP. Entitas juga tidak diperkenankan untuk mengakui aset
kontinjensi sebagai aset. Pengungkapan mungkin disyaratkan sesuai dengan ketentuan
SAK ETAP.
Jika arus masuk dari manfaat ekonomi besar kemungkinannya terjadi namun
belum ada kepastiannya, maka entitas harus mengungkapkan uraian dari sifat aset
kontinjensi pada akhir tanggal pelaporan. Ketika praktis dilakukan, maka
diungkapkan estimasi atas dampak keuangan yang diukur. Jika tidak praktis membuat
pengungkapan ini, maka fakta tersebut harus diungkapkan.
Ekuitas
Sama dengan SAK IFRS, kecuali untuk reorganisasi dan selisih penilaian
kembali.Sesuai dengan PSAK 1994 – 21.Dapat diterapkan untuk seluruh entitas
usaha.Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian
rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan
sesuai dengan peraturan dan perundangan dan akta pendirian yang berlaku.
Klasifikasi instrumen keuangan: ekuitas atau kewajiban.
Pendapatan
Pendapatan diukur pada nilai wajar atas pembayaran diterima atau masih harus
diterima setelah diskon dan potongan volume.Perbedaan nilai kini dengan nilai
nominal pembayaran diakui sebagai pendapatan bunga. Pertukaran barang atau jasa
yang sejenis dan bernilai sama tidak diakui sebagai pendapatan. Kontrak konstruksi:
metode persentase penyelesaian
Pencatatan diukur pada nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih
harus diterima secara bruto.Nilai yang menjadi bagian pihak ketiga harus dikeluarkan
dari pendapatan. Jasa keagenan hanya diakui sebesar komisi keagenan saja, jumlah
yang diperoleh atas namapihak principal bukan merupakan pendapatan entitas. Untuk
pembayaran tangguh maka pendapatan diakui sebesar nilai tunai (nilai wajar) , selisih
diakui sebagai pendapatan bunga.
Ketika terjadi pertukaran, entitas mengakui pendapatan hanya ketika barang
atau jasa yang tidak serupa diukur dengan nilai wajar, kecuali (1) traksaksi pertukaran
tidak memiliki substansi komersial, (2) nilai wajar dari asset yang diterima ataupun
asset yang dilepas tidak dapat diandalkan. Dalam transaksi pertukaran barang atau
jasa yang tidak bisa diukur padad nilai wajar, entitas menggunakan jumlah tercatat
dari asset yang dilepas.Entitas menerapkan kriteria pengakuan pendapatan secara
terpisah untuk setiap transaksi pendapatan.Namun entitas dapat menerapkan kriteria
pengakuan yang berbeda untuk setiap komponen teridentifikasi dalam suatu transaksi
tunggal jika hal ini diperlukan untuk merefleksikan substansi transaksi.Sebaliknya,
entitas menerapkan kriteria pengakuan pada dua atau lebih transaksi secara bersama-
sama ketika kedua atau lebih transaksi mengacu pada rangkaian transaksi secara
keseluruhan.
Biaya Pinjaman
Langsung dibebankan.Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang
timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman mencakup: (1) bunga
untuk bank overdraft dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang; (2) amortisasi
dikonto atau premium yang terkait dengan pinjaman; (3) amortisasi biaya tambahan
yang timbul sehubungan dengan proses perjanjian peminjaman; (4) beban
pembiayaan sesuai dengan pembiayaan sewa yang diakui sesuai dengan PSAK ETAP
Bab 17; (5) perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam mata uang asing.
Pengakuan: entitas harus mengakui seluruh biaya pinjaman sebagai beban
pada laporan laba rugi periode terjadinya (berbeda dengan PA BPR).
Imbalan Kerja
Terdiri dari imbalan jangka pendek, imbalan pascakerja (manfaat pasti dan
iuran pasti), imbalan kerja jangka panjang, dan pesangon pemutusan kerja.Entitas
harus mengeakui seluruh imbalan kerja yang menjadi hak pekerja pada periode
berjalan.
Diakui sebagai kewajiban dikurangi jumlah yang telah dibayar. Diakui sebagai
beban, kecuali disyaratkan lain. Imbalan paska kerja jangka panjang dihitung
berdasarkan projected unit credit, jika tidak mampu dapat menggunakan yang
disederhanakan dengan mengabaikan beberapa faktor yaitu tingkat kenaikan gaji, jasa
yang akan datang, dan mortalitas pekerja.
Sama dengan SAK IFRS, kecuali untuk manfaat pasi menggunakan PUC dan
jika tidak bisa dapat menggunakan metoda yang disederhanakan. Lingkup: (1) Jangka
Pendek; (2) Imbalan pascakerja; (3) imbalan kerja jangka panjang lainnya; (4)
pesangon pemutusan kerja. Prinsip umum: entitas mengakui biaya kerja yang
menjadi hak pekerja akibat jasa yang diberikan kepada entitas selama perioda
pelaporan yaitu sebagai kewajiban setelah dikurangi jumlah yang telah dibayarkan,
dan sebagai beban kecuali bab lain mensyaratkan diakui sebagai perolehan asset.
Pajak Penghasilan
Menggunakan tax payable concept dan tidak ada pengakuan dan pengukuran
pajak tangguhan.Beban pajak diakui atas seluruh pajak penghasilan perioda berjalan
dan perioda sebelumnya yang belum dibayar.Jika terdapat kelebihan maka diakui
sebagai asset.Tidak ada persayaratan pajak tangguhan.Diakui berdasarkan kewajiban
pajak periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar. Jika terdapat
kelebihan bayar maka diakui sebagai aset. Pajak tangguhan tidak diatur.Akuntansi
pajak dan SPT tetap menggunakan kebijakan sesuai peraturan perpajakan.Diakui atas
seluruh pajak penghasilan perioda berjalan dan perioda sebelumnya yang belum
dibayar.Tidak ada persyaratan pajak tangguhan.
Aktivitas Khusus
Tidak diatur
PSAK Lainnya
Tidak diatur
Ketentuan Transisi
Retrospektif atau prospektif yang diterapkan secara catch-up (dampak ke
saldo laba). Tanggal efektif: Belaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai
pada tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini pada tanggal 1 Januari 2010.
BAB III
PENUTUP
A. Ringkasan
SAK ETAP yang merupakan kepanjangan dari Standar akuntansi keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia untuk
perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha
menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sesuai dengan
ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas
tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Laporan
keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan SAK ETAP adalah laporan yang
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaanyang
berguna bagi pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan SAK ETAP tidak
jauh berbeda dengan PSAK. Yang beda adalah istilahnya dan macam laporan
keuangannya.