Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Konsep Kebutuhan istirahat tidur


1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006 : 122).

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan


oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (guyton, 1986), atau juga dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yanng minim,
memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis,
dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2006 : 122).

2. Fisiologi sistem / Fungsi normal sistem saraf


Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusatototagardapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini
diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan
visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
dari korteks serebral termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam
keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti
norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan
adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak
dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem saraf


Kualitas dan kuantitas tidur di pengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Diantara faktor
yang dapat memengaruhinya adalah:
a. Penyakit
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak
penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit
yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukan
lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga
keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa
tidur.
b. Latihan Dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih
banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah di
keluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorng yang telah melakukan
aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih
cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya di
perpendek.
c. Stress Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah
psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
d. Obat
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yang dapat memengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat
diuretik menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat
menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya
proses tidur, karena adanya trytophan yang merupakan asam amino
dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi
yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan
terkadang sulit untuk tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu,
adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan
gangguan proses tidur.

4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem saraf


a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan
tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan
tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu: initial insomnia, merupakan
ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur; intermiten
insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu
terbangun pada malam hari; dan terminal insomnia, merupakan
ketidak mampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada
malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar
disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stress.
b. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur
berlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam
hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis,
depresi, kecemasa, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan
gangguan metabolisme.
c. Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat
mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan
dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap
III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat
menyebabkan cedera.
d. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada
waktu tidur, atau biasa juga disebut dengan istilah mengompol.
Enuresa di bagi menjadi 2 jenis, yaitu: enuresa nokturnel,
merupakan mengompol di waktu tidur; dan enuresa diurnal,
mengompol pada saat bangun tidur. Enureksa nokturnal umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM.
e. Apnea Tidur Dan Mendengkur
Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur,
tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat
menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya
rintangan dalam pengaliran udara dihidung dan mulut pada waktu
tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau
mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat
mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan
henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat
menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi
menjadi tidak teratur.
f. Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri
untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri,
mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan
sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.
g. Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering
dan di luar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa
hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur
REM.

5. Gangguan Pola Tidur Secara Umum


Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan
kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkan (carpenito, LJ, 1995). Gangguan
ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan
lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah
sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau
mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan
transpor oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh
obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang
mengganggu, dan lain-lain.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Dx Medis :
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub.dgn pasien :

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini
2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat kesehatan keluarga
4) Riwayat Tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah
klien memasuki fasilitas perawatan. Ini memungkinkan perawat
menggabungkan kebutuhan klien dan hal – hal yang ia sukai ke
dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi :
(a) Pola tidur yang biasa
(b) Ritual sebelum tidur
(c) Penggunaan obat tidur atau obat – obat lainnya
(d) Lingkungan tidur
(e) Perubahan terkini papa pola tidur.

Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai


masalah yang ditemui pada pola tidur, penyebabnya, kapan
pertama kali masalah tersebut muncul, frekuensinya,
pengaruhnya terhadap keseharian klien, dan bagaimana
klien berkoping dengan masalah tersebut.
5) Catatan Tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang
memiliki masalah tidur sebab catatan ini berisis berbagai
informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat
mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut.
(a) Jumlah jam tidur total per hari.
(b) Aktivitas yang dilakukan 2 -3 jam sebelum tidur (jenis,
durasi, dan waktu).
(c) Ritual sebelum tidur (mis., minum air, obat tidur).
(d) Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d)
terjaga di malam hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur
dipagi hari.
(e) Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhin
tidurnya.
(f) Faktor yang klien yakini member pengruh positif atau
negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut
menjadi bagan atau grafik yang berguna untuk
mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.

c. Pemeriksaan fisik : data fokus


Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan
tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien
mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam
disekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll.
Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah,
tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien
yang mengalami masalah tidur juga dapat trelihat lemah, letargi,
atau lelah akibat kekurangan energi.

d. Pemeriksaan penunjang
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam
elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-
okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini, kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas klien lakukan tanpa sadar
tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di
malam hari.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Gangguan pola tidur

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosis Intervensi

1 Gangguan pola Dukungan tidur


tidur Observasi:
Definisi: gangguan - Identifikasi pla aktivitas dan tidur
kualitas dan - Identifikasi faktor pengganggu tidur
kuantitas tidur akibat (fisik dan/atau psikologis)
faktor eksternal - Identifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu tidur (mis. kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur,
Gejala dan tanda minum banyak air sebelum tidur)
mayor
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Subjektif:
Terapeutik:
- Mengeluh sulit
tidur - Modifikasi lingkungan (mis.
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
- Mengeluh sering dan tempat tidur)
terjaga
- Batasi waku tidur siang, jika perlu
- Mengeluh tidak - Fasilitasi menghilangkan stres sebelum
puas tidur tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Mengeluh pola
tidur berubah - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
- Mengeluh posisi, terapi akupresur)
istirahat tidak - Sesuaikan jadwal pemberian obat
cukup
dan/atau tindakan untuk menunjang
Objektif:- siklus tidur-terjaga

Gejala dan tanda Edukasi:


minor
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
Subjektif: selama sakit
- Mengeluh - Anjurkan menepati kebiasaan waktu
kemampuan tidur
beraktivitas - Anjurkan menghindari
menurun makanan/minuman yang mengganggu
tidur
Objektif: -
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis, gya hidup,
sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya.

Edukasi aktivitas/istirahat
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi

Terapeutik:
- Sediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya

Edukasi:
- Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik/ olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, ktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis. kelelahan,
sesak napas saat aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
Daftar Pustaka

Hidayat, A. A. A. (2012). Kebutuhan dasar manusia : Aplikasi konsep dan proses


keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2007). Kebutuhan dasar Manusia : teori &
aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. DDPI

Anda mungkin juga menyukai