Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN

ANALISIS DU PONT

Oleh:

MOCHAMMAD FADEL
C 301 17 216

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang
terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan
(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan
yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan
akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya
yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian
antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset di dalam
menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis Du
Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas
dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.
Adapun komponen-komponen dari Analisis Du pont adalah:

1. Imbalan Modal (return on net worth atau ROE)


dihitung dengan rumus, Laba bersih / modal
tahun 2010 = 503.000.000.000 / 2.070.000.000.000 = 24,29%
tahun 2011 = 635.000.000.000 / 3.189.000.000.000 = 19,11%
tahun 2012 = 827.000.000.000 / 3.890.000.000.000 = 21,25%
Berfungsi untuk melihat efektifitas penggunaan modal sendiri terhadap laba atau keuntungan
bersih perusahaan setelah pajak, dimana setiap rupiah modal yang ditanamkan dapat
menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Terlihat pada PT astra sedaya finance pada tahun
2011 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2010 sebanyak 19,11%, hal ini disebabkan
karena tingginya modal yang ada serta kurangnya laba yang diperoleh. namun pada tahun 2012
kembali mengalami kenaikan dengan persentase sebesar 21,25%, hal ini di tandai dengan
naiknya laba bersih serta naiknya modal usaha.
2. Margin laba bersih atau net profit margin = laba bersih / pendapatan

Tahun Laba bersih* Pendapatan* Rasio


2010 Rp 503 Rp 2.414 20,84%
2011 Rp 635 Rp 3.033 20,94%
2012 Rp 827 Rp 3.749 22,06%
*Dinyatakan dalam miliar Rupiah
Net profit margin adalah rasio tingkat profitabilitas yang dihitung dengan cara membagi
keuntungan bersih dengan total penjualan Rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total
penjualan yang di peroleh dari setiap penjualan. Terlihat margin laba bersih selalu mengalami
kenaikan setiap tahunnya, hal ini terjadi karena marjin laba bersih sebagai akibat naikknyanya
omset perusahaan yang terus meningkat tiap tahunnya kemudian dipengaruhi dengan laba bersih
yang terus meningkat pula.

3.Presentase Margin Laba bersih (Profit margin)


dihitung dengan rumus, laba bersih / pendapatan bersih
tahun 2010 = 503.000.000.000 / 2.414.000.000.000 = 20,84%
tahun 2011 = 635.000.000.000 / 3.033.000.000.000 = 20,94%
tahun 2012 = 827.000.000.000 / 3.749.000.000.000 = 22,06%
Perbandingan ini menunjukkan seberapa besar total pendapatan yang dilakukan merupakan laba
bersih yang dapat diperoleh oleh perusahaan.

4. Return of Investment (ROI)


ROI = %Laba bersih x Total assets turnover
tahun 2010 = 20,84% x 0,1729 = 0,036
tahun 2011 = 20,94% x 0,1629 = 0,034
tahun 2012 = 22,06% x 0,1506 =0,032
terlihat informasi selama 3 tahun menunjukkan adanya penurunan ROI dari setiap tahunnya, hal
ini di sebabkan turunnya perputaran assets setiap tahunnya yang menyebabkan rendahnya ROI
tersebut.
Menurut Munawir (1195:89) ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan.
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :
A. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi
B. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan
jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
terlihat informasi selama 3 tahun menunjukkan adanya penurunan ROI dari setiap
tahunnya, hal ini di sebabkan turunnya perputaran assets setiap tahunnya yang menyebabkan
rendahnya ROI tersebut. serta persentase laba bersih yang cukup baik presentasenya. Indikasi,
bahwa semakin besar ROI, semakin disukai oleh calon investor, seperti halnya dengan periode
pengembalian, pemakai kriteria ini harus menentukan terlebih dahulu berapa besar angka ROI
sebagai patokan, namun pada perusahaan ini selalu mengalami penurunan, tetapi melihat
besarnya penurunan yang terpaku dengan rata-rata 3 tahun = 0,034% tentunya perusahaan ini
masih sangat baik dalam tingkat ROI nya karena jumlah ini yang masih kecil.

5. Equity Multiple = Total aktiva / Ekuitas


tahun 2010 = 13.954.000.000.000 / 2.070.000.000.000 = 6,741062
tahun 2011 = 18.610.000.000.000 / 3.189.000.000.000 = 5,8356
tahun 2012 = 24.890.000.000.000 / 3.890.000.000.000 = 6,3984
Nilai equity multiplier ini menunjukkan kemampuan equity atau modal sendiri menciptakan total
asset. terlihat pada tahun 2011 nilai tersebut mengalami penurunan yang di sebabkan oleh
naikknya total aktiva yang tidak di barengi dengan jumlah ekuitas yang pertambah pula,
sebaliknya untuk tahun 2012 terjadi kenaikan kembali yang di sebabkan naikknya total aktiva
sebesar Rp6 Triliun lebih dengan kenaikan ekuitas yang cukup tinggi sebesar Rp701 Miliar.
6. Perputaran Total Aktiva (Assets Turnover)
Dihitung dengan cara= pendapatan / total aktiva
Tahun Pendapatan* Total Aktiva* Rasio
2010 Rp 2.414 Rp 13.954 0,1729
2011 Rp 3.033 Rp 18.610 0,1629
2012 Rp 3.749 Rp 24.890 0,1506
*dinyatakan dalam miliar Rupiah
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain
seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik.
Kesamaan ini mengungkapkan bahwa angka perputaran aktiva total merupakan hasil
bagi nilai aktiva total terhadap nilai hasil penjualan. Dan sini memang logis untuk
menarik kesimpulan misalnya bahwa tingkat perputaran aktiva akan dapat dinaikkan
dengan jalan mengurangi besamya aktiva perusahaan; oleh karena itu, kalau
perusahaan ingin menaikkan ROI, cara yang mungkin paling mudah untuk
mencapainya ialah dengan mengurangi aktiva perusahaan.
Rasio total aktiva pada PT Astra sedaya finance pada tahun 2010 sebesar 17,30%, pada tahun
2011 turun menjadi 16,30%, dan tahun 2012 turun menjadi 15,06% Pada tahun 2011 terjadi
penurunan pada rasio total asset sebesar 1,0%. Terjadi penurunan pada pendapatan di tahun
2011 dikarenakan pada tahun itu lambatnya pengkonversian piutang menjadi kas dan
menyebabkan total aktiva yang besar daripada pendapatannya, serta adanya kenaikan
investasi yang terjadi pada perusahaan asosiasi dan adanya kenaikan pada asset derivatif.
Pada tahun 2012 terjadi penurunan pada rasio total asset menjadi 0,70%. Dalam hal ini
pendapatan dan total asset mengalami peningkatan dalam jumlah dari tahun sebelumnya,
namun peningkatan yang terjadi lebih besar pada peningkatan total asset yang semula
sebesar Rp 18.610 miliar menjadi Rp 24.890 miliar. Pendapatan meningkat dikarenakan
adanya pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam hal ini jumlah asset
meningkat karena adanya kenaikan pada total aset sebesar Rp 6.280 miliar karena terjadi
peningkatan terhadap piutang, investasi, serta asset tetap.
7. Laba setelah pajak:
Laba setelah pajak = penjualan – total biaya – pajak
Tahun 2010 = 2.414.000.000.000 – 1.759.000.000.000 – 180.000.000.000
= Rp475.000.000.000
tahun 2011 = 3.033.000.000.000 – 2.217.000.000.000 – 211.000.000.000
= Rp605.000.000.000
Tahun 2012 = 3.749.000.000.000 – 2.690.000.000.000 – 276.000.000.000
= Rp783.000.000.000
Laba setelah pajak adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan setelah dikurangi dengan pajak.
Merupakan arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu equity atau penyelesaian kewajiban
dari equity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari
penyerahan/produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan
kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan.
Total biaya merupakan arus keluar aktiva, penggunaan aktiva, atau munculnya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang,
pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama
perusahaan.

8. Rasio pengembalian modal atau Return on equity = laba bersih / total modal

Tahun Laba bersih* Total Ekuitas* Rasio


2010 Rp 503 Rp 2.070 24,30%
2011 Rp 635 Rp 3.189 19,91%
*Dinyatak an dalam
2012 Rp 827 Rp 3.890 21,26%
miliar rupiah
Pada perusahaan ini juga cukup baik untuk kemampuan menghasilkan laba yang tersedia
untuk pemegang saham. Namun pada tahun 2011 terlihat adanya penurunan kemampuan
menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang saham, hal ini terjadi karena kurang
besarnya laba bersih yang diperoleh. Laba pada tahun tersebut naik Rp 132 Miliar, yang
disebabkan tingginya beban pada periode 2011. posisi ini di ikuti oleh kenaikan ekuitas
yang cukup baik. Pada periode 2012 mengalami kenaikan laba sebesar Rp 192 Miliar yang
disebabkan rendahnya beban-beban yang dikeluarkan, serta kenaikan ekuitas pada periode
2012.
Hal ini menandakan perusahaan tersebut dalam memperoleh laba yang tersedia untuk
pemegang saham cukup baik.

9. Tingkat Pengembalian Investasi dari Pendapatan Operasi (OIROI)


OIROI = Laba operasi / total aktiva
Tahun Laba operasi* Total Aktiva* OIROI
2010 Rp 503 Rp 13.954 3,60%
2011 Rp 635 Rp 18.610 3,41%
2012 Rp 827 Rp 24.890 3,32%

*Dinyatakan dalam miliar Rupiah


Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa OIROI di tahun 2010 sebesar 3,60%,
tahun 2011 sebesar 3,41%, tahun 2012 sebesar 3,32%. OIROI tidak stabil, disebabkan
oleh peningkatan aktiva yang sangat tinggi, namun tidak disertai peningkatan laba operasi.
Dari tahun 2010-2012, total aktiva selalu mengalami peningkatan, lain halnya dengan
laba operasi yang mengalami kenaikan secara terus menerus, namun jumlah laba
tersebut belum di maksimalkan oleh penagihan piutang. Hal ini menyebabkan jumlah
OIROI dari tahun 2010-2012 selalu mengalami penurunan.

Margin Laba Operasi


Margin laba operasi = Laba operasi / pendapatan

Tahun Laba operasi* Pendapatan* Rasio


2010 Rp 503 Rp 2.414 28,29
2011 Rp 635 Rp 3.033 27,89
2012 Rp 827 Rp 3.749 29,42

*Dinyatakan dalam miliar Rupiah


Tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 meskipun terjadi sedikit penurunan tetapi tidak
signifikan dikarenakan total beban yang meningkat secara signifikan dari tahun 2010 . Tahun 2012
mengalami kenaikan, kenaikan terjadi karena tinggi pendapatan yang diperoleh. Tahun 2010
perusahaan melakukan efisiensi beban hingga 1.759 miliar, akibatnya terjadi peningkatan rasio
dari sebesar 29,42 (2010). Penurunan rasio terjadi pada tahun 2011. Faktor utama yang
menyebabkan penurunan rasio ini adalah peningkatan beban yang sangat tinggi sebesar Rp
2.217 miliar dengan selisih peningkatan beban sebesar Rp 458 miliar atau sebesar 27,89%.

10 Rasio aktivitas
10.1. Perputaran piutang = jumlah penjualan kredit / jumlah piutang
tahun 2010 = 2.074.000.000.000 / 11.711.000.000.000 = 0,18 kali
tahun 2011 = 2.564.000.000.000 / 15.470.000.000.000 = 0,17 kali
tahun 2012 = 3.053.000.000.000 / 20.469.000.000.000 = 0,15 kali

10.2. Rata-rata hari pengumpulan piutang = jumlah piutang / jumlah penjualan kredit x 365 hr
tahun 2010 = 11.711.000.000.000 / 2.074.000.000.000 x 365 hari
= 2.061 hari
tahun 2011 = 15.470.000.000.000 / 2.564.000.000.000 x 365 hari
= 2.202 hari
tahun 2012 = 20.469.000.000.000 / 3.053.000.000.000 x 365 hari
= 2.447 hari
10.3. Perputaran modal kerja = jumlah pendapatan / aktiva lancar
tahun 2010 = 2.414.000.000.000 / 13.826.000.000.000 = 0,17 kali
tahun 2011 = 3.033.000.000.000 / 18.470.000.000.000 = 0,16 kali
tahun 2012 = 3.749.000.000.000 / 24.739.000.000.000 = 0,15 kali
KESIMPULAN
analisis Du Pont  merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam
aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian
(rate of return). Telihat pada PT Astra Sedaya Finance memiliki analisis Du Pont yang cukup
baik selama 3 periode terakhir hal ini terlihat dari hasil dari komponen yang telah didapat Mulai
dari Imbalan Modal atau ROE, PT Astra Sedaya Finance memperlihatkan sejauh mana efektifitas
penggunaan modal sendiri terhadap laba atau keuntungan bersih perusahaan setelah pajak,
dimana setiap rupiah modal yang ditanamkan dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
rata-rata setiap 3 tahun perusahaan ini mampu menggunakan modalnya untuk kemudian di bagi 3
adalah 21,55%. sehingga dapat diketahui efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya
dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di
bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
Terlihat pada margin laba bersih yang cukup baik di setiap tahunnya, yang terus mengalami
peningkatan. dengan semakin meningkatnya margin laba bersih, mengakibatkan besarnya
pendapatan setiap tahunnya sehingga laba yang diperoleh juga bertambah, serta memperlihatkan
kondisi tingkat kemampuan merekan dalam memperoleh laba, dan akhirnya nama dan citra
perusahaan ini semakin baik di mata konsumen, jika nama dan citra sudah baik mereka tentunya
sudah memiliki kepercayaan yang tinggi dari masyarakat atau konsumen itu sendiri.
Penentuan ROI berfungsi untuk mengatur efektifitas penggunaan asset terhadap laba bersih. Hal
ini mengidentifikasi seberapa besar harta total dimanfaatkan atau digunakan untuk mendapatkan
keuntungan.
Sering kita dengar ungkapan-ungkapan bahwa untuk bisa memperoleh laba yang besar dan juga
untuk dapat mempertahankan eksisitensi perusahaan, perusahaan harus beroperasi secara efisien.
Bahkan mengingat bahwa gejala konsentrasi pada banyak bidang usaha dijumpai juga di negara
kita, maka untuk dapat tercapainya kontinuitas, bagi perusahaan tidak cukup hanya bisa
mempertahankan, melainkan juga hams senantiasa meningkatkan efisiensi kerjanya. terlihat
informasi selama 3 tahun menunjukkan adanya penurunan ROI dari setiap tahunnya, hal ini di
sebabkan turunnya perputaran assets setiap tahunnya yang menyebabkan rendahnya ROI
tersebut. Olehnya diperlukan adanya tindakan yang lebih baik kedepannya agar menghasilkan
nilai ROI dan meningkatkan nilai perputaran aseet itu sendiri.
Rasio aktivitas pun terlihat hasil bahwa perusahaan ini mampu melakukan perputaran piutangnya
sebanyak 0,18 kali tahun 2010, 0,17 kali tahun 2011 serta 0,15 untuk tahun 2012. hasil ini
mengalami peningkatan untuk tiap tahunnya. hal ini karena setiap tahunnya perusahaan ini
memiliki jumlah penjualan kredit yang baik yang dibarengi dengan pemberian piutang kepada
nasabah. olehnya diharapkan perusahaan selalu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian
piutang kepada nasabah. Rata-rata pengumpulan piutangnya terbilang cukup baik. dalam tahun
2010 jumlah hari yang di perlukan untyk pengembalian pengumpulan piutang selama 2.061 hari,
tahun 2011 selam 2.202 hari serta 2012 selama 2.447 hari. dengan kondisi seperti ini, perusahaan
dapat meningkatkan laba mereka per tahun , melihat jumlah piutang mereka yang dikonversi
menjadi kas yang begitu cepat, dan perputaran modal kerja yang cukup baik yang rata-rata untuk
3 periode adalah 0,16 kali.

SARAN

Adapun saran yang bisa kami berikan antara lain :

1. Sebaiknya PT Astra sedaya finance mengurangi hutang jangka pendek untuk


menstabilkan likuiditas perusahaan dan meringankan beban bunga.
2. Sebaiknya PT Astra sedaya finance mengurangi penambahan asset tetap yang berlebihan
untuk mengefiesiensikan penggunaan asset
3. Sebaiknya PT Astra sedaya finance mengurangi pengggunaan hutang agar jumlah
pengembalian Ekuitas kepada pemilik meningkat dan otomatis meningkatkan
keuntungan perusahaan. walaupun bidang usahanya bergerak dibidang pembiayaan.
4. Sebaiknya PT Astra sedaya finance lebih memaksimalkan jumlah piutang yang masih beredar
agar dapat diputar menjadi kas untuk jalannya perusahaan.
5. Sebaiknya PT Astra sedaya finance lebih memahami dan menjaga kondisi Instrumen
keuangan perusahaannya agar menciptakan nilai Du pont yang stabil di setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai