Anda di halaman 1dari 4

Belajar Meregulasi Emosi

Dulu aku orang yang agak sulit mengekspresikan emosi. Kaya senyum aja tidak nampak pada
ekspresi wajah dan cenderung datar. Setiap foto studio, pasti pak potografernya sampe capek bilang,
"Mana senyumnya? Yg lebar dong senyumnya."

Tapi tetep aja mukaku datar pas liat hasil fotonya. Padahal aku ngerasa udah senyum paling lebar
saat itu.🤨 Bahkan kalau ketemu anak kecil aja, mereka bisa nangis liat aku. Padahal aku udah
senyum ke mereka. Eh mereka malah nangis atau takut. Heran. Pdhl aku sukaa banget sama anak
kecil. Aku merasa, apa aku serem ya? Hehe.

Lalu pas belajar di sekolah motivator, aku baru sadar bahwa aku kehilangan beberapa ekspresi
emosi. Aku tetep punya emosi tapi kurang bisa mengekspresikannya. Senang, marah, sedih, takut,
jijik dll. Lalu aku berlatihlah untuk mengekspresikan diri. Latihan senyum serta mulai mengamati
ekspresi orang di sekitar.

Tapi alhamdulillah lama kelamaan aku bisa mulai mengekspresikan diri. Bahkan klo skrg ketemu
bayik atau balita, aku cuma senyum dikit aja mereka kadang bisa ngerasain emosi cintaku. *eaa Bisa
paham klo aku sayang mereka cuma dgn kontak mata dan senyum aja. Ya Allah bahagianya :")

Aku merenung kenapa dulu aku bisa setidakekspresif itu ya? Padahal aku org yg sangat sensitif
perasaannya. Reaksi emosi lebih dominan pokoknya. Klo kata temen, "hidup lu drama amat chid" 🤣

Akhirnya aku menemukan titik sadar aku akan hal ini. Ternyata selama ini aku tidak meregulasi
emosi dengan baik. Bahkan cenderung sering memendam emosi. Memaksa menekan emosi. Pura2
baik-baik saja. Pdhl sebenernya sedang sakit (hati).

Aku terbiasa untuk mendoktrin diri aku untuk menjadi pribadi yg baik. Positive feeling and thinking.
Sehingga apapun yg aku rasakan, ya harus langsung aku alihkan.

Misal saat dulu aku 'dibully',aku cuman sok tegar aja. Nangis cuma sekali dari sekian tahun disekolah.

Efeknya klo ada yg nyakitin perasaan aku, mending aku hindari aja org itu. Gak mau berurusan
dengan org itu lagi. Lalu menjauh.

Aku gamau ah balas setiap kejahatan orang dgn kejahatan juga. Ya aku maafin ajalah. Meski berat.
Yaudalah. Akhirnya terpendamlah emosi tersebut.
Sebenernya udah bener itu konsep buat gak balas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi untuk bisa
sampai pada proses memaafkan ada proses regulasi emosi yg harus kita lewati dahulu.

Gak langsung aja abis disakitin lalu langsung "yaudah gapapa. Aku maafin!" Nah terus gimana ya
proses meregulasi emosi itu?

*Proses regulasi emosi*

Saat kamu mendapat stimulus atau kejadian yg membuat kamu merasakan suatu emosi, hal pertama
yg harus dilakukan adalah *SADAR*.

Sadari kalau emosi itu ada. Benar kamu merasakannya. Jelas sumbernya dari mana.

Contoh : kejadiannya adalah buku kesayangan dihilangkan teman. Pdhl buku berharga bgt. Penting.
Udh gitu temen gak mau tanggung jawab.

Dari kejadian itu respon emosinya apa?

Ungkapkan ke diri sendiri atau lebih baik utarakan ke Allah, "Ya Allah *aku kecewa, kesel, marah*
sama temenku itu. Dia gatau sih klo buku yang dia hilangkan itu aku dapatkannya susah payah. Ga
bisa dicari lagi sekarang. Masa gampang dia cuma minta maaf doang sama ngasih uang. Buku itu
lebih berharga dari sekedar uang." Lalu nangis. Gapapa banget. Asal gak diungkapkan ke sosmed ya.
Hehe

Setelah diungkapkan semua unek-uneknya, kamu sebenarnya sudah menyadari ada 3 emosi yang
sedang dirasakan. Biasanya kalau sudah mengungkapkan akan terasa lebih plong.

Lalu coba diam sejenak. Tenangkan diri dengan cara kita masing-masing. Bisa dengan mengatur
nafas sambil berdzikir. Wudhu juga bisa bikin kita makin adem dan tenang. Serta posisi ternyaman.

Setelah itu barulah kita mulai berpikir atau merenung, "Kenapa ya kok aku ngalamin kejadian ini?
Apa maksudnya ya? Kira2 Allah mau ngajarin aku apa ya?". Dialog lagi sama hati nurani kita.
Berpikirnya bukan menyalahkan diri sendiri ya. Tapi justru merenungi sebab akibat dari takdir yg
telah terjadi. Secara lebih rasional dan logis.

Kira2 kenapa bukunya hilang? Qodarullah.. Berarti emang rezekinya sampai situ aja atau bukunya
sudah berpindah ke orang yg lebih butuh atau Allah mau kasih buku yg lebih keren. Yey.
Berprasangka baik dengan takdir. Husnuzon kepada Allah.

Lalu terima semua kejadian yang sepaket dengan perasaan yang dialami...🌱

Terakhir baru kita memaafkan orang yang menjadi subjek dari kehadiran emosi tersebut.

Klo mau lebih mudah untuk memaafkan, kita bisa ingat kebaikan-kebaikan dia kepada kita. Supaya 1
kesalahan dia bisa tergantikan oleh minimal 10 kebaikannya.

Klo sudah tenang, lebih bagus lagi utarakan dengan jujur kepadanya, "kemarin aku sempat marah
loh sama km, abis km ngilangin buku akusi. Hehe tp gapapa aku udah maafin km kok." 😊

Penting juga untuk menyampaikan kepada orang lain tentang emosi kita ini supaya dia pun sadar
kalau ternyata ada perlakuannya yang menyakiti kita.

Meski sepele, hal kecil banget. Tapi kita gak pernah tau kalau ternyata itu menyakiti org lain.

Sehingga kedepannya bisa lebih baik lg.🌱

Stimulus/kejadian-> SADAR dan perjelas emosi-> Proses penerimaan emosi (Gunakan logika
berpikir/sebab akibat/husnudzon) -> emosi mereda -> lepaskan (Mengambil hikmah dari kejadian
tsb)

Semoga makin sadar dengan segala yg kita jalani dan rasakan selama hidup ini.

Semua takdir Allah itu baik, tergantung bagaimana kita meresponnya 💕🤗

Belajar lagi dan terus belajar mengendalikan emosi. Supaya bisa lebih bijak menyikapi kejadian yang
hadir.
Asrida Juliana.

Inspirator Muslimah.

Semoga bermanfaat 😇🙏🏻

Anda mungkin juga menyukai