PENGGUNAAAN ANTIMIKROBA
PROFILAKSIS dan TERAPI
Edisi III-2018
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
BUDAYA MUTU
"Kita Peduli"
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPA) Edisi III Tahun 2018 RSUD Dr Saiful Anwar Malang.
Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi (PPA) Edisi III tahun 2018 adalah acuan bagi seluruh petugas yang terkait
dengan pemberian antimikroba kepada pasien RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Dengan adanya Panduan Penggunaan Antimikroba
Profilaksis dan Terapi Edisi III Tahun 2018 RSUD Dr Saiful Anwar Malang diharapkan terwujud pemberian antimikroba yang sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotika.
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penyusunan panduan ini, kami menyampaikan terima
kasih atas saran dan kritik yang sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya buku Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan
Terapi di RSUD Dr Saiful Anwar Malang dapat diterbitkan. Terbitnya buku ini merupakan hasil kerja dari Komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba dan seluruh unsur-unsurnya yakni Komite Farmasi dan Terapi (KFT), seluruh SMF, Instalasi Farmasi, Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI), Keperawatan dan Mikrobiologi Klinik, melalui serangkaian kegiatan antara lain workshop, diskusi dan studi
literatur.
Buku Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi mempunyai peran penting bagi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang berstandar internasional, profesional dan akuntabel. Terjadinya
resistensi antimikroba karena penggunaan antimikroba yang tidak rasional meliputi pemilihan jenis antimikroba, penentuan dosis, cara
pemberian, dan lama terapi, sehingga akan berdampak pada keberhasilan terapi dan besarnya biaya pengobatan. Telah ditetapkannya
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit pada Bab III
Bagian Kesatu pasal 6 (2)b yakni penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik diperlukan dalam pelaksanaan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba, maka sudah sewajarnya RSUD Dr Saiful Anwar Malang menetapkan Panduan Penggunaan
Antimikroba Profilaksis dan Terapi.
Dengan telah terbitnya Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi III tahun 2018 di RSUD Dr Saiful Anwar
Malang, diharapkan akan memberikan manfaat yang besar antara lain :
1. Bagi rumah sakit, penggunaan antimikroba yang rasional diharapkan dapat mempercepat penyembuhan dan pengurangan biaya
perawatan.
2. Bagi dokter, akan berpengaruh terhadap pola peresepan dan penggunaan antimikroba yang rasional berdasarkan Panduan
Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi III tahun 2018
Hal
SK Pemberlakuan Panduan Penggunaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi II tahun 2017…...........................................
Kata Pengantar................................................................................................................................................................................... i
Sambutan Direktur RSUD Dr Saiful Anwar..................................................................................................................................... ii
Daftar Tim Penyusun......................................................................................................................................................................... iv
Daftar Isi............................................................................................................................................................................................
v
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................................................... 2
1.3 Daftar Singkatan............................................................................................................................................... 2
1.4 Masa Berlaku.................................................................................................................................................... 3
1.5 Kelebihan dan keterbatasan panduan............................................................................................................... 4
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG vii
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan
terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif
terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Muncul dan berkembangnya mikroba resisten dapat dikendalikan melalui dua kegiatan
utama, yaitu penerapan penggunaan antimikroba secara bijak, dan penerapan prinsip pencegahan penyebaran mikroba resisten melalui
kewaspadaan standar
Dalam upaya mengatasi resistensi antimikroba, perlu disusun Panduan Penggunaan Antimikroba di Rumah Sakit sebagai acuan
dalam penerapan penggunaan antimikroba secara bijak.
Untuk Obat :
……………………………………………………………..
b. Keterbatasan
Panduan ini perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan secara berkala sesuai dengan usulan materi dari SMF.
2.1Alur Rekomendasi Penggunaan Antimikroba Diluar Panduan Pengguanaan Antimikroba Profilaksis dan Terapi Edisi III tahun 2018,
Formularium Nasional dan Kelompok Antimikroba yang dilakukan Pembatasan Pemberian Antimikroba di RSUD Dr. Saiful Anwar
Konsultasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Pasien
Tidak
Disetujui
PIC Masing-masing SMF konsultasi dengan
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
Tidak
Disetujui
Komite Pengendalian resistensi Antimikroba melaksanakan Kajian Kasus
terintegrasi (dapat secara langsung, Tertulis dan/atau Media Elektronik) Antimikroba yang terpilih dan
direkomendasikan
Tidak
Komite Pengendalian Resistensi
Antibiotika yang tidak terpilih dan diremonendasikan Antimikroba memberikan rekomendasi
ACC kepada KFT
7 Bedah Kulit dan Luka Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Bakar : Operasi bersih dengan acc PIC bedah
Skin grafting dan flap Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg PROFILAKSIS 24 jam Bila alergi cefazolin
kulit
8. Bedah Kulit dan Luka Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Bakar : Operasi bersih dengan acc PIC bedah
terkontaminasi
Debridement luka
bakar akut, prosedur Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg PROFILAKSIS 24 jam Bila alergi cefazolin
subtitusi kulit dan
rekontruksi defek luka
9. Bedah Kulit dan Luka Ampicilin- IV : 1gram IV : 15-20mg/kg EMPIRIS 8 jam 3 – 7 hari Kultur diambil sebelum
Bakar : Operasi Sulbactam (Sampai diberikan antibiotika
terkontaminasi didapatkan empiris.
hasil kultur)
Debridement luka
bakar necglected,
escharectomi dan
nekrotomi
10. Bedah Tangan dan Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Bedah Mikro : Operasi dengan acc PIC bedah
bersih Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg PROFILAKSIS 24 jam Bila alergi cefazolin
Skin grafting dan flap ,
implant pada prosedur
rekontruksi jari dan
tangan
12. Bedah Tangan dan Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Bedah Mikro : Operasi dengan acc PIC bedah
terkontaminasi
Debridement fraktur Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg PROFILAKSIS 24 jam Bila alergi cefazolin
terbuka jari , degloving
dengan pengotoran luas
13 Bedah Estetika : Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Operasi bersih dengan acc PIC bedah
Operasi bedah estetik
yang tidak melibatkan Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg PROFILAKSIS 24 jam Bila alergi cefazolin
rongga mulut dan
system urogenital
14 Bedah Estetika : Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
Operasi bersih dengan acc PIC bedah
terkontaminasi
Operasi bedah estetik
yang melibatkan Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg IV PROFILAKSIS 24 jam Bila alergi cefazolin
rongga mulut dan
system urogenital
3 Patah tulang terbuka Cefazolin IV : 2gram IV : 15-20mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam
grade I, II kurang dari 6 dengan acc PIC bedah
jam
4 Patah tulang terbuka Cefazolin IV : 2 gram IV : 15-20mg/kg EMPIRIS 3 - 7 hari Kultur diambil sebelum
grade III kurang dari 6 + (Sampai diberikan antibiotika empiris.
jam Gentamicin IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg IV 24 jam didapatkan
hasil kultur)
5 Patah tulang terbuka Ampicillin- IV : 1gram IV : 15-20mg/kg EMPIRIS 8 jam 3 - 7 hari Kultur diambil sebelum
grade I, II, III lebih dari Sulbactam (Sampai diberikan antibiotika empiris.
6 jam + IV : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg IV 24 jam didapatkan
Gentamicin hasil kultur)
7 Osteomyelitis dan Cloxacillin IV : 250-500mg IV : 100-200mg/kg/ EMPIRIS 6 jam 7 hari Terapi dilanjutkan sesuai kultur
septic artritis hari
8 Infeksi Pasca Implan Ciprofloxacin IVFD : 400 mg EMPIRIK 12 jam 7 hari Untuk osteomyelitis TB
konsul dengan PIC
Levofloxacin IVFD : 750 mg EMPIRIK 12 jam 7 hari
6 Operasi Bersih Cefazolin IV : 1 gram PROFILAKSIS 8 jam 1 hari Ditambah metronidazol hanya bila
Terkontaminasi: terjadi infeksi
Trauma :
a. Thoraks
b. Kardiovaskuler
4. Operasi Bersih Ceftriaxone IV : 1 gram PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Lama pemberian sampai lepas drain
Operasi Dengan Buka atau 24 jam bila tanpa drain
Dura Max. 7 hari
5. Operasi Bersih Ceftriaxone IV : 1 gram EMPIRIS 12 jam 5 hari Sampai leakage csf
Terkontaminasi OP + berhenti dan lepas drain
leakage csf
CATATAN :
SMF Bedah Saraf akan rutin mengirimkan sampel LCS dari drain yang terinfeksi pasca bedah ke laboratorium mikrobiologi,
untuk selanjutnya dilakukan revisi PPAM SMF Bedah Saraf berdasarkan peta kuman LCS RSSA (6 bulan – 1 tahun).
Levofloxacin IVFD : 500 mg IVFD : 8 mg/kg EMPIRIS 24 jam 5 hari Bila tidak membaik
menggunakan Ciprofloxacin
11 Sialadenitis Amoxicillin– PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ EMPIRIS 8 jam 5 hari
Clavulanic Acid hari
12 Tonsilitis Akut Amoxicillin - PO : 625 mg PO : 20 mg/kg/ EMPIRIS 8 jam 5 hari
Clavulanic Acid hari
7 Anastomosis Esofagus Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam dengan
(repair TEF) kg/hari acc PIC KPRA
8 Anastomosis Cefazoline IV : 25-50 mg/ PROFILAKSIS 24 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam dengan
duodenum kg/hari acc PIC KPRA
12 Operasi definitif Cefazoline IV : 25-50 mg/kg/hari PROFILAKSIS 8 jam 1 hari Dapat dilanjutkan 3x24jam dengan
Hirschsprung desease + + + acc PIC KPRA
Metronidazole IVFD :7,5-15mg/kg 6-8 jam
3 Tumor dengan Ulkus Cefazoline IV : EMPIRIS 8 jam 3-7 hari Dosis pertama
atau terinfeksi + 15mg/kg/hari diberikan 24 jam sebelum operasi.
Metronidazole + + Dilanjutkan 3-7 hari paskaoperasi.Lama
IVFD : 500 mg 8 jam pemberian antibiotik tergantung dari
assesment keadaan klinik selama
perawatan paskaoperasi
Gentamicin IVFD : 5mg/kg IV : 2,5mg/kg PROFILAKSIS 24 jam 1 hari
Gentamicin diberikan bila alergi
Cefazolin
5 Keratitis Bakterial Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 tetes 7-14 hari Bila kondisi klinis
Levofloxacin 0,5% tiap jam berat dapat diberikan terapi
sesuai ulkus kornea.
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4-6 jam 7-14 jam
Moxifloxacin
0,5%
8 Prosedur operasi Sistemik: 500 mg PO EMPIRIS 12 jam 5 hari Terapi Post Operatif
intraokuli Ciprofloxacin
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS 4 jam 7-10 hari
Levofloxacin
0,5%
Spiramycin PO : 400 mg EMPIRIS 8 jam 4-6 minggu Infeksi Akut pada Ibu
Hamil
10 Selulitis: Preseptal Sistemik: PO : 625 mg EMPIRIS 8 jam 5-7 hari
Amoxicillin-
Clavulanic Acid
Topikal: EMPIRIS 6 jam 7-10 hari
Chloramphenicol
11 Selulitis: Orbital Sistemik: IV : 1 gram EMPIRIS 24 jam 5 hari
Ceftriaxone
Topikal: 1 tetes (mata) 1 tetes (mata) EMPIRIS Hingga 1 tetes 10-14 hari
Levofloxacin 0,5% tiap jam
Topikal: EMPIRIS 6 jam 10-14 hari
Chloramphenicol
Cefixime 3-5 mg/kg/kali EMPIRIS 12 jam 7 hari Bila 3 hari tidak membaik
dengan Ciprofloxacin
2 Cholera Tetracyclin P.O : 12,5 mg/kgBB EMPIRIS 6 jam 3 hr
5 Sakit perut berulang Amoxicillin + P.O : 25 mg/kgBB + EMPIRIS 12 jam + 7 – 14 hr + Dapat tambah Proton Pump
Metronidazole P.O : 20 mg/kgBB 12 jam 7 - 14 hr Inhibitor (PPI)
6 Salmonellosis Choramphenicol 50-100 mg/kg/hari EMPIRIS 6 jam 10 hari Bila tidak membaik ganti
dengan Cefixime
7 Enteroinvasive E Coli, Colistine 20.000-40.000 EMPIRIS 8 jam 7-10 hari
Enterohemorrhagic E iu/kg/hari
Coli
4. Meropenem I.V : 30-50 DEFINITIF 8 jam 10 hr Diberikan bila sesuai kultur atau acc
mg/kgBB/hr PIC PPRA
5. Amikacin I.V : 7,5 mg/kgBB DEFINITIF 12-24 jam 10 hr Diberikan bila sesuai kultur atau acc
PIC PPRA
6. Amoxicillin P.O: 80-100 EMPIRIS 8 jam 7-10 hr Kasus ringan rawat jalan
mg/kgBB/hr
7. Cefixime P.O : 5 mg/kgBB EMPIRIS 12 jam 10 hr Kasus ringan rawat jalan
2 Infeksi Bakteri / Lini 1 : i.v : 20-40 mg/kg EMPIRIS 8 jam 10-14 hari
Sepsis Meropenem + atau sampai
Saluran Pernafasan Levofloxacin i.v : 750-1000 mg EMPIRIS 24 jam ada kultur
dengan resiko MRSA definitif
Lini 2 : Iv : 2 g EMPIRIS 8 jam
Cefepime +
Amikacin i.v : 15-30 EMPIRIS 24 jam
mg/kg/hari
3 Infeksi Bakteri / Meropenem i.v : 20-40 mg/kg EMPIRIS 8 jam 10-14 hari Dapat dikombinasikan dengan
Sepsis atau sampai antibiotik lain sesuai tingkat
keparahan infeksi (Riwayat
Saluran Cernadan lain ada kultur pengobatan sebelumnya, keadaan
definitif klinis dan hasil pemeriksaan
penunjang) dan sumber infeksinya
Cefixime (Tidak bisa PO : 100 mg EMPIRIS 12 jam 1-2 minggu Dengan mempertimbangkan pemilihan
diresepkan di poli pada antibiotik berdasarkan keadaan klinis,
pasien BPJS) riwayat penggunaan antibiotik
sebelumnya atau riwayat alergi; Bila
pasien sebelumnya sudah mendapatkan
Cefadroxil dari PKM, maka bisa
diberikan Cefixime
15. Pneumonia Aspirasi Ampicillin-Sulbactam IV : 1,5 gram EMPIRIS 6 jam 1-2 minggu Pada pasien-pasien risiko tinggi terjadi
pneumonia aspirasi (penurunan
kesadaran, tirah baring lama, gangguan
koordinasi dll)
Levofloxacin IVFD : 1gram EMPIRIS 24 jam 2 minggu Pilihan ke dua, bila alergi atau
kontraindikasi pemberian Ampi
sulbactam
16 Pneumonia (pasien Cotrimoxazole PO : 960 mg PROFILAKSIS 24 jam CD4 <200/mm3 s/d
imunocompromise) CD4>200/mm3
Profilaksis Dapsone PO : 100 mg PROFILAKSIS 24 jam
21 Tuberkulosis Isoniazid PO : 100 mg, EMPIRIS 24 jam Sesuai dengan Kat 1: 2RHZE/$RH;
300 mg, 400 mg program DOTs Kat 2:
Rifampin PO : 450 mg, 600 mg EMPIRIS 24 jam 2RHZES/1RHZE/5RHE
23 H5N1 Olsetamifer PO: 75 mg Profilaksis 24 jam 1 minggu Kontak erat dengan pasien H5N1
4. Infeksi Kelenjar Air Campuran bakteri Amoxicillin– PO : 650 mg EMPIRIS 8 jam 5 hari
Liur : anaerob dan aerob Clavulanic Acid
Parotitis, Sialodenitis, oral floral Ciprofloxacin PO : 500 mg EMPIRIS 8 jam 5 hari
Sialodochitis,
Periadenitis Clindamycin PO : 300 mg EMPIRIS 8 jam 5 hari
11. Pemberian antibiotik Amoxicillin + IV : 200 mg/kg/hari + IV : 300 mg/kg/hari + EMPIRIS 4-6 dosis + 4-6 minggu +
sesuai dengan temuan Gentamicin IV/IM : 3 mg/kg/hari IV/IM : 3 mg/kg/hari 1 dosis 2-6 minggu
mikroorganisme
Grup Enterococcus Ampicillin + IV : 200 mg/kg/hari + IV : 300 mg/kg/hari + EMPIRIS 4-6 dosis + 6 minggu +
spp. yang sensitif Ceftriaxone IV/IM : 4 gram/hari IV/IM : 100 mg/kg/12 2 dosis 6 minggu
dengan beta-lactam jam
dan gentamicin
Gentamicin IV/IM : 3 mg/kg/hari IV/IM : 3 mg/kg/hari EMPIRIS 1 dosis 6 minggu
Ciprofloxacin IV : 400 mg EMPIRIS tiap 8-12 4-6 minggu less well-validated alternative
atau jam atau tiap
PO : 750 mg 12 jam
13 Pemberian antibiotik Doxycycline + PO : 200 mg + EMPIRIS tiap 24 jam + ≥3-6 bulan Blood culture– negative IE (BCNIE)
sesuai dengan temuan Cotrimoxazole + PO : 960 mg + tiap 12 jam + refers to IE in which no causative
mikroorganisme Rifampin PO : 300-600 mg tiap 24 jam microorganism can be grown using
Blood culture- the usual blood culture methods.
konsul PIC KPRA
negative
Doxycycline + PO : 200 mg + EMPIRIS tiap 24 jam + ≥18 bulan
Hidroxychloroquin PO : 200-600 mg tiap 24 jam
15 Pemberian antibiotik Amoxicillin i.v/p.o: 2 g i.v/p.o: 50 mg/kg PROFILAKSIS Single dose 30-60 menit (1) pasien dengan
profilaksis untuk sebelum katup prostetik termasuk
prosedur dental pada tindakan katup transkateter atau
populasi risiko tinggi Ampicillin i.v/p.o: 2 g i.v/p.o: 50 mg/kg PROFILAKSIS Single dose 30-60 menit semua yang menggunakan
No allergy to penicillin sebelum material prostetik untuk
or ampicillin tindakan perbaikan katup jantung;
16 Pemberian antibiotik Clindamicin i.v/p.o: 600 mg i.v/p.o: 20 mg/kg PROFILAKSIS Single dose 30-60 menit (2) pasien dengan riwayat
profilaksis untuk sebelum IE
prosedur dental pada tindakan
populasi risiko tinggi
Allergy to penicillin
or ampicillin
17 Pemberian antibiotik Ampicillin-Sulbactam PROFILAKSIS Single dose Perioperatif Sesuai dengan peta
profilaksis untuk kuman di RSSA
prosedur non-dental:
Intervensi kardiak Cefazolin
atau vaskular
Azithromycin p.o: 250 mg p.o: 12 mg/kg/hari EMPIRIS Sekali 5 hari Alergi Penisilin
sehari maksimal 500 mg
Clarithromycin p.o: 250 mg p.o: 15 mg/kg/hari EMPIRIS Dibagi 2 10 hari Alergi Penisilin
dosis maksimal 500 mg
19 Demam Rematik Benzathin penicillin G IM : 1,2 juta Unit IM : 1,2 juta Unit EMPIRIS Setiap 4 Tidak terbukti
Akut (BB≤27 kg) minggu karditis: 5 th setelah
Prevensi Sekunder Phenoxymethyl PO : 500 mg PO: 250 mg EMPIRIS 2 kali serangan terakhir atau
Penicillin (Penicillin V) (BB≤27 kg) sehari hingga usia 21
th (dipilih yang lebih
lama); dengan karditis
namun tanpa sequel pada
Sulfadiazin PO : 1 gram/hari PO : 500 mg/hari EMPIRIS Sekali jantung: 10 th atau hingga Alergi Penisilin
(BB≤27 kg) sehari usia 21 th (dipilih yang
Makrolida atau azalida Bervariasi EMPIRIS lebih lama); dengan Alergi Penisilin
karditis dan sequel dan Sulfadiazin
penyakit katup jantung
rematik/kelainan katup:
10 tahun atau sampai usia
40 th (dipilih yang lebih
lama), kadang perlu
sampai seumur hidup
5. Dermatomikosis Hortae werneckii Topikal : Krim 2% EMPIRIS 12 jam minimal Dilanjutkan 2-4
Tinea nigra Golongan Azol 3minggu mgg sesudah klinis
sembuh
Sistemik : PO : 200 mg PO : 3,3-6,6mg/kg EMPIRIS 24 jam 3 minggu
Ketoconazole
6. Dermatomikosis Tricophyton Sistemik : PO : 500 mg/hari PO : 10-20 EMPIRIS Dewasa : 4-6 minggu
Tinea imbrikata concentricum Griseofulvin atau mg/kg/hari (micronize) 24 jam atau
PO: 500 mg/12 jam atau 12 jam
PO : 5,5 mg/kg/hari
(ultra micronize)
7. Dermatomikosis Candida albicans Sistemik : PO : 150-300 mg EMPIRIS 1 minggu 3-12 bulan
Paronikia kandida Flukonazole
Echinocandin IV : 50 mg EMPIRIS 24 jam 14-21 hari
(Micafungin)
Sistemik : EMPIRIS
Erithromycin
15. Infeksi Bakteri Group A Sistemik : Cloxacillin PO : 250-500 mg PO : 10–25 EMPIRIS 6 jam 10 hari Resisten Penisilin
Erisipelas Selulitis Streptococcus mg/kg/hari
S. Aureus
group A Sistemik : PO : 150-300 mg PO : 8–20 EMPIRIS 6-8 jam 10 hari Alergi penisilin
Streptococcus Clindamycin mg/kg/hari dosis anak usia > 1
bulan
16. Infeksi Mycobacterium Sistemik : PO : 600 mg PO : 450 mg EMPIRIS 1 bulan 12-18 Multiple Drug
Mikobakterium leprae Rifampisin bulan Therapy
Lepra / Kusta
Tipe Multibasiler
Sistemik : Lamprene / PO : 300 mg atau PO : 150 mg atau EMPIRIS Dewasa : 12-18
Clofazimin PO : 50 mg PO : 50 mg 1 bulan atau bulan
24 jam
Anak :
1 bulan atau
12 jam
Sistemik : PO : 100 mg PO : 50 mg EMPIRIS 24 jam 12-18
Dapson bulan
20. Infeksi virus Virus varicella Sistemik : PO : PO : 10 mg/kg EMPIRIS Dewasa : Neonatus : 2s/d< 18 thn :
Varicella / zoster zoster Acyclovir 800 mg (≥ 40kg) (neonatus) PO : 5 kali 10 hari dosis tidak lebih dari
atau atau sehari 3200 mg/hari
IVFD : PO : 20 mg/kg atau 2 s/d<18 thn
10 mg/kg (varicella (2 s/d < 18 tahun) IVFD : 8 jam :
berat dan 5 hari
imunokompromais Anak : Dewasa :
berat) 8 jam atau 6 7-10 hari
jam
Sistemik : PO : 1 gram PO : 20 mg/kg EMPIRIS 8 jam Dewasa: 7 untuk 2 sd < 18
Valacyclovir hari Anak : tahun : tidak lebih
5 hari dari 3 g/hari
≥ 40kg : apabila
varicella ringan atau
imunokompramais
ringan 7-10 hari
22. Infeksi virus Herpes Simplex Sistemik : PO : 200 mg atau po: 15 mg/kg EMPIRIS Dewasa : 5 - 7 hari
Herpes Acyclovir 400 mg 5 kali sehari atau
8 jam Anak :
5 kali sehari
Sistemik : PO : 1 gram EMPIRIS 12 jam 7-10 hari
Valacyclovir
33. Trikomoniasis Trichomonas Sistemik : PO : 2 gram atau EMPIRIS 24 jam atau dosis 7 hari : sama untuk
vaginalis Metronidazol PO : 500 mg 12 jam tunggal atau pasien perempuan
7 hari dengan HIV
34. Kandidiasis Candida albicans Topikal : Supp vagina EMPIRIS 24 jam 7 hari atau
vulvovaginalis Clotrimazole 1 tablet (malam) 3 hari atau
(unkomplikasi) (100mg)/hari atau dosis tunggal
2 tablet
(100mg)/hari atau
1 tablet
(500mg)/hari
Sistemik : PO : 200 mg EMPIRIS 12 jam
Ketoconazole
3. Nosokomial diare Mycobacterium 1. Metronidazole PO : 500mg EMPIRIS 6 jam 7-14 hari Bila C difficile
(menunggu kultur C. avium Complex C. negative,
difficile) difficile pemberian
metronidazole
dihentikan
4. Curiga infeksi Metronidazole PO :250–750mg EMPIRIS 8 jam 7-10 hari
Giardia
5. Infeksi H. pylori Helicobacter pylori 1. Clarithromycin PO : 500 mg EMPIRIS 12 jam 7-14 hari Dengan
+ Amoxycillin + PO : 1 gram penambahan terapi
12 jam
lansoprasol 30 mg
tiap 12 jam selama
14 hari
6. TBC abdomen Mycobacterium Rifampin + PO :450– 600 mg EMPIRIS 24 jam 6 bulan OAT dapat
(TBC pencernaan dan tuberculosis Isoniazid + PO :300 mg PO EMPIRIS 24 jam 6 bulan diperpanjang s/d
peritonitis TB) Pirazinamid + :500 mg PO :500 EMPIRIS 24 jam 2 bulan 12–18 bulan Pemberian
Ethambutol + mg IM :1 gram EMPIRIS 24 jam 6 bulan steroid memperbaiki
Streptomicin EMPIRIS 24 jam 2 bulan kondisi
Streptomisin : hanya
untuk kategori 2 dan
konsul PIC KPRA
18. Abses hati Escherichia coli Ceftriaxone IV : 1 gram EMPIRIS 12 jam 2-3 minggu Diameter abses 3-5
Piogenik Klebsiella + cm dilakukan
pneumonia Metronidazole IV : 500 mg 8 jam 2-3 minggu aspirasi abses >5
Anaerobic dilakukan drainase,
streptococci dilanjutkan
antibiotik oral
selama 2-4 minggu.
31. CMV profilaksis Citomegalo Virus Ganciclovir IV : 500 mg EMPIRIS 12 jam Sampai CD 4
pada HIV ≥100 cells/uL
selama ≥ 6 bulan
Valganciclovir PO : 900 mg EMPIRIS 24 jam Sampai CD 4
≥100 cells/uL
selama ≥ 6 bulan
32. CMV pada Renal Citomegalo Virus Ganciclovir IVFD : 5 mg/kg atau EMPIRIS 12 jam atau 7-14 hari atau Loading dose atau
Transplant PO : 3x1000 mg 24 jam 14-21 hari Maintenance dose
ADS 60.000 U
(moderate
nasofaringeal/faucia
l diptheria)
ADS 100.000 U
(systemic/severe
diptheria, bullneck
dyptheria atau
diptheri > 3 hr)
1. Penicillin Procaine IM :1.200.000 EMPIRIS 12 jam 14 hari
unit/hari
2. Erithromycin PO : 2 gram/hari EMPIRIS 6 jam 14 hari
37. Uncomplicated UTI E. Coli (80%) Cotrimoxazole (oral) 2 x 960 mg Empiris 3-5 hari Diabetes, Pregnancy, usia
(Cystitis) >65 tahun : 7-10 hari
Klebsiella Ciprofloxacin (oral) 2 x 500 mg Empiris 5-7 hari
Enterobacter Cotrimoxazole (oral) 2 x 960 mg Empiris 14 hari Tidak untuk enerococcus dan
pseudomonas)
Pseudomonas Ciprofloxacin (oral) 2 x 500 mg Empiris 7 hari
Staphylococcus
Saprophyticus
(5-15%)
38. Complicated UTI E. Coli (80%) Cotrimoxazole (oral) 2 x 960 mg Empiris 3-5 hari Diabetes, Pregnancy, usia >
Acute pyelonephritis 65 tahun : 7-10 hari
non rawat inap Klebsiella Ciprofloxacin (oral) 2 x 500 mg Empiris 5-7 hari
Enterobacter Cotrimoxazole (oral) 2 x 960 mg Empiris 14 hari Tidak untuk enerococcus dan
pseudomonas)
Pseudomonas Ciprofloxacin (oral) 2 x 500 mg Empiris 7 hari
Staphylococcus
Saprophyticus (5-
15%)
39. Compicated UTI E. Coli Ciprofloxacin (iv) Empiris maksimal 14 hari,
Kasus rawat inap ganti oral setlah
Kasus berat Klebsiella Gentamicin (+/-) Empiris 48 jam klinis
C. Perirenal atau membaik
pararenal abses Enterobacter Ampicillin Empiris
47 Tetanus Clostridium Metronidazole PO/IVFD : 500 mg EMPIRIS 6 jam 7 hari Apabila TIG
tetani tidak tersedia,
dapat diberikan
ATS 10.000 -
20.000 Unit
equine IM dosis
tunggal
48. Neutropenia Paska Kemoterapi Staphylococcus Ciprofloxacin PO : 500 mg atau PROFILAKSIS 12 Jam 5-7 hari Diberikan bila
aureus IV : 200 mg Neutrphyl < 1.500
Haemophilus Amoxicillin- 625 mg PROFILAKSIS 8 Jam
influenza Clavulanic Acid
Klebsiella
Cotrimoxazole 960 mg PROFILAKSIS 12 Jam
pneumonia
Eschericia Coli
49. Febrile Neutropenia dan Pseudomonas Bila MASCC Score 400 mg EMPIRIS 12 jam 5-7 hari atau 7-10 Durasi Terapi
Neutropenia pada Keganasan aeroginosa Low Risk (>21) + + hari berdasarkan respon
enterobactericiae Ciprofloxacin 1 gram 8-12 jam klinis
staphylococcus
+
aureus
candida Ceftriaxone
Gentamycin 160-240 mg EMPIRIS 24 jam 5-7 hari atau
+ + + 7-10 hari
Ampicillin-Sulbactam 1-3 gram 6-8 jam
I. Case Finding :
A. Dokter
1. Lakukan permintaan kultur spesimen klinik berdasarkan indikasi medis sebelum pemberian antibiotika
2. Lakukan permintaan kultur skrining karier MRSA (swab hidung, swab tenggorok, dan swab luka terbuka bila ada) yang
dilakukan dalam waktu 48 jam masuk rumah sakit (MRS) terhadap pasien :
a. Pasien rujukan
b. Pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir
c. Pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 108
B. Perawat
1. Lakukan pengambilan dan pengiriman spesimen klinik untuk pemeriksaan kultur mikrobiologis sesuai yang tertulis
2. Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel swab hidung, swab tenggorok, dan swab luka terbuka (bila ada) untuk
pemeriksaan kultur skrining karier MRSA yang dilakukan dalam waktu 48 jam MRS terhadap :
a. pasien rujukan,
b. pasien pernah MRS dalam 1 tahun terakhir,
c. pasien pernah terdeteksi kolonisasi dan atau infeksi MRSA.
3. Tulis “SKRINING MRSA” di pojok kanan atas dari formulir permintaan pemeriksaan (sesuai SPO Komite PPI tentang
Skrining dan Eradikasi MRSA).
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 109
II. Pelaporan
A. Instalasi Mikrobiologi Klinik
1. Laporkan hasil kultur spesimen klinik yang menunjukkan MDRO (index case) kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke
Komite PPI menggunakan link WhatsApp) segera setelah hasil ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik
2. Laporkan hasil kultur skrining karier MRSA positif kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI menggunakan
link whatsapp) segera setelah hasil ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik.
B. Komite PPI
1. Lakukan pencatatan kasus MDRO yang dilaporkan oleh Instalagi Mikrobiologi Klinik baik dari kultur spesimen klinik
maupun kultur skrining karier MRSA
2. Informasikan kasus MDRO pada poin 1 kepada IPCN dan IPCLN untuk seger melakukan investigasi
3. Laporkan kepada Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA)
III. Investigasi
A. Tim PPI (IPCN dan IPCLN)
1. Lakukan telusur terhadap pasien kontak dengan infeksi dan atau kolonisasi MDRO yang sama dengan index case selama
1 minggu terakhir di ruang rawat yang sama
2. Lakukan konsultasi dengan dokter Instalasi Mikrobiologi Klinik untuk konfirmasi poin 1.
3. Laporkan kepada Komite PPI dalam 24 jam
1. Lakukan pengambilan dan pengiriman sampel kultur skrining karier MRSA (swab hidung dan swab tenggorok) dari
pasien dengan infeksi dan atau kolonisasi MRSA berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 112
VII. Instalasi Mikrobiologi Klinik
1. Lakukan kultur skrining karier MRSA terhadap sampel swab hidung dan swab tenggorok dari pasien dengan infeksi
dan atau kolonisasi MRSA berdasarkan hasil kultur spesimen klinik.
2. Laporkan hasilnya kepada dokter dan Komite PPI (laporan ke Komite PPI melalui link whatsapp) segera setelah
ditandatangani oleh DPJP SMF Mikrobiologi Klinik.
1. Lakukan tindakan eradikasi terhadap pasien dengan hasil skrining karier MRSA positif (sesuai SPO Komite PPI
tentang Skrining dan Eradikasi MRSA) meliputi:
a. Pasien mandi dan keramas dengan sabun chlorhexidine gluconate 4% dua kali sehari selama 7 hari
b. Pemberian mupirocin salep hidung 2% dua kali sehari selama 7 hari (bila hasil kultur swab hidung
menunjukkan positif MRSA)
c. Pemberian cotrimoxazole 2x960 mg selama 7 hari (bila kultur swab tenggorok menunjukkan positif MRSA
dan pasien tidak alergi cotrimoxazole)
d. Bila terdapat luka terbuka dengan hasil kultur luka menunjukkan positif MRSA maka irigasi luka dengan
kombinasi NaCl 0,9% steril dan chlorhexidine gluconate 1,5% setiap 3 hari sebanyak 7 kali. Bila terdapat
kemajuan hasil terapi maka irigasi dilanjutkan sampai 14 kali. Catatan: untuk luka di bagian kepala dan atau luka
pada pasien pediatrik perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.
1. Laporkan Kejadian Transmisi MDRO di suatu ruang rawat kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik beserta
rekomendasi langkah–langkah yang harus ditempuh untuk memutus rantai transmisi meliputi :
2. Lakukan sosialisasi dan monitoring proses cleaning dan disinfecting ruang rawat sesuai SPO Komite PPI
3. Lakukan sosialisasi dan monitoring kewaspadaan transmisi kontak di ruang rawat
4. Bila MDRO adalah MRSA : lakukan tindak lanjut untuk petugas kesehatan dengan hasil skrining positif karier MRSA sesuai
dengan SPO Komite PPI tentang Skrining dan Eradikasi MRSA :
a. Informasikan kepada petugas kesehatan tersebut dan atasan langsungnya secara confidential untuk mendapatkan terapi
eradikasi dan libur kerja selama dilakukan terapi eradikasi
b. Laporkan kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik apabila status ruang rawat sudah bebas dari MDRO terget
berdasarkan hasil kultur mikrobiologis
5. Laporkan kepada Direktur dan Bidang Pelayanan Medik apabila status rawat sudah bebas dari MDRO target berdasarkan
hasil kultur mikrobiologis
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 114
II. Bidang Pelayanan Medik (dalam 24 jam)
1. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI, KPRA, KPRS, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang
Keperawatan setelah mendapatkan laporan kejadian transmisi MRDO dari Komite PPI
2. Tentukan langkah–langkah yang ditempuh manajemen RSSA dan kebutuhan anggaran terkait kejadian transmisi MDRO
berdasarkan rekomendasi Komite PPI dalam rapat koordinasi tersebut
3. Tentukan alternatif alur pelayanan dan penempatan pasien
4. Kirim surat edaran terkait kejadian transmisi MDRO dan langkah–langkah yang ditempuh manajemen RSSA kepada pihak–
pihak yang berkepentingan yang ditentukan dalam rapat koordinasi tersebut
5. Lakukan rapat koordinasi dengan satuan kerja terdampak, Komite PPI, KPRA, KPRS, Bidang Penunjang Medik, dan Bidang
Keperawatan untuk mengevaluasi upaya penanggulangan MDRO yang telah dilakukan dan mengembalikan alur pelayanan
normal
6. Kirim surat edaran apabila ruang rawat dinyatakan aman untuk menerima pasien baru dan menjalankan pelayanan normal
setelah menerima laporan dari Komite PPI
1. Bila MDRO adalah MRSA : lakukan kultur skrining MRSA (swab hidung dan swab tenggorok) pada seluruh pasien dan
petugas kesehatan serta keluarga dekat (suami/istri) di ruang rawat
2. Bila MDRO MRSA atau Non MRSA : lakukan skrining MDRO target pada lingkungan ruang rawat setelah proses
pembersihan selesai dilakukan (kultur swab lingkungan)
3. Informasikan hasil poin 1 dan poin 2 kepada Komite PPI segera setelah hasil ditandatangani DPJP SMF Mikrobiologi Klinik
untuk tindak lanjut segera
4. Laporkan rekapitulasi hasil poin 1 dan poin 2 kepada Direktur dan Bidang Penunjang Medik
Pencatatan penggunaan antimikroba di RSUD Dr Saiful Anwar Malang menggunakan lembar Rekam Pemberian Antimikroba yang
berada di rekam medis.
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 118
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL
ANWAR MALANG 119
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL
ANWAR MALANG 120
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL
ANWAR MALANG 121
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL
ANWAR MALANG 122
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL
ANWAR MALANG 123
Keterangan :
Cara pemberian sediaan injeksi (rute) :
IM : intramuscular
IV : intravena
IVFD : intravena fluid drip
Injeksi intravena dapat diberikan dengan berbagai cara, untuk jangka waktuyang pendek atau untuk waktu yang lama :
a. Injeksi bolus
Injeksi dengan volume kecil, biasanya diberikan dalamwaktu 3-5 menit kecuali ditentukan lain untuk obat-obatan tertentu.
b. Infus
Pustaka :
1. Trissel, LA. 2004. Handbook of Injectable Drugs. 13th Edition. Maryland : American Society of Health System Pharmacists
2. McEvoy GK. 2003. AHFS Drugs Information 2004. Bethesda : American Society of Health System Pharmacists
3. Depkes RI, 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika. Jakarta : Ditjen Binfar dan Alkes
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 127
6.2 Daftar Keamanan Obat Antimikroba Pada Kehamilan
Nama Antimikroba Kategori Kehamilan Nama Antimikroba Kategori Kehamilan Nama Antimikroba Kategori Kehamilan
Acyclovir B Ganciclovir C Streptomycin D
Amikacin D Gentamicin D Sulfadiazine B
Amoxicillin B Imipenem/cilastatin C Sulfisoxazole C
Amphotericin B B Isoniazid C Tetracycline D
Ampicillin B Itraconazole C Tigecycline D
Ampicillin/sulbactam B Ketoconazole C Tobramycin D
Azithromycin B Lamivudine C Trimethoprim C
Benzyl penisilin B Levofloksasin C TMP/SMX2 C
Cefazolin B Lopinavir/ritonavir C Vancomycin C
Cefixime B Meropenem B Zidovudine C
Ceftazidime B Metronidazole1 B
Ceftriaxone B Natamycin C
Cefuroxime B Nevirapin C
Chloramphenicol C Netilmycin D
Ciprofloxacin C Neomycin D
Clarithromycin B Norfloxacin C
Clavulanate B Ofloxacin C
Clindamycin B Oxacillin B
Colistin C Penicillin G B
Doxycycline D Piperacillin/tazobactam B
Doripenem C Polimiksin B B
Erythromycin B Ribavirin X
Ethambutol B Rimantadine C
Fluconazole C Ritonavire B
Foscarnet C Spiramycin B
Fosfomycin B Stavudine C
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 128
6.3 Penyesuaian Dosis Pada Gangguan Ginjal
Waktu paruh (jam) Dosis (fungsi ginjal Dosis berdasarkan CrCl (ml/min)
Antibiotik
Normal ESRD normal) >50 – 90 10-50 <10
Aminoglycoside Antibiotics: Traditional multiple daily doses—adjustment for renal disease
Amikacin 1.4 – 2.3 17–150 7.5 mg per kg/12 jam I 7.5 mg/kg/12 jam 7.5 mg/kg /24 jam 7.5 mg/kg /48 jam
atau15 mg per kg/hari
Tobramycin 2–3 20–60 1.7 mg per kg /8 jam 100% /8 jam 100% /12-24 jam 100% /48 jam
Netilmicin 2–3 35–72 2.0 mg per kg /8 jam 100% /8 jam 100% /12-24 jam 100% /48 jam
Streptomycin 2–3 30–80 15 mg per kg (max. Tiap 24 jam tiap 24–72 jam Tiap 72–96 jam
of 1.0 g) /24 jam.
GolonganKarbapenem
Meropenem 1 6–8 1.0 g / 8 jam 1.0 g /8 jam 1.0 g /12 jam 0.5 g /24 jam
GolonganSefalosporin
Cefazolin 1.9 40–70 1.0–2.0 g /8 jam /8 jam /12 jam /24–48 jam
Cefepime 2.2 18 2.0 g /8 jam (max. 2 g/8 jam 2 g/12–24 jam 1 g/24 jam
dosis)
Cefotaxime,Ceftizoxime 1.7 15–35 2.0 g/8 jam /8–12 jam /12–24 jam /24 jam
Ceftazidime 1.2 13–25 2 g/8 jam /8–12 jam /12–24 jam /24-48 jam
Cefuroxime sodium 1.2 17 0.75–1.5 g/8 jam /8 jam /8–12 jam /24 jam
GolonganFlorokuinolon
Ciprofloxacin 36 6–9 500–750 mg po(atau 100% 50–75% 50%
400 mg IV) /12 jam 400 mg IV /24 jam
Levofloxacin / D&I 6–8 76 750 mg /24 jam i.v, 750 mg /24 jam 20-49: 750 /48 jam <20: 750 mg/24 jam,
p.o kemudian 500 mg/48 jam
Rifampin 1.5-5 1.8–11 600 mg per hari 600 mg /24jam 300–600 mg /24 jam 300–600 mg
dosis sama untuk
CRRT /24jam
Anti Fungi
Amphotericin B 24jam-15hari unchanged Non-lipid: 0.4– /24jam /24jam dosis sama /24jam
& Lipid-based 1.0 mg/kg/hari untuk CRRT
ABLC: 5 mg/kg/hari
ampho LAB: 3–5 mg/kg/hari
Maintenance 2.5 Tidak diketahui 5 mg per kg /2 minggu 5 mg per kg /2 Kontraindkasi pada pasien dengan CrCl ≤ 55
minggu ml/min.
Entecavir 128–149 0.5 mg /24jam 0.5 mg /24jam 0.15–0.25 mg/24jam 0.05 mg/24 jam
Ganciclovir 3.6 30 Induction 5 mg per 5 mg per kg 1.25–2.5 mg per kg 1.25 mg per
Kg/12 IV 24 jam
/12jam kg 3 kali per minggu
Maintenance 5 mg 2.5–5.0 mg 0.6–1.25 mg per 0.625 mg per
per kg /24jam IV per kg /24 jam kg/24 jam kg 3 kali per minggu
1.0 g/ 8 jam p.o 0.5–1 g/ 8 jam 0.5–1.0 gm/24jam 0.5 gm 3 kali per minggu
Lamivudine5 5–7 15–35 300 mg p.o /24 jam 300 mg po/24 jam 50–150 mg /24h 25–50 mg /24jam
Stavudine, po5 1–1.4 5.5–8 30–40 mg/12 jam 100% 50% /12–24jam ≥60 kg: 20 mg per hari
<60 kg:15 mg per hari
Zidovudine5 1.1–1.4 1.4–3 300 mg /12 jam 300 mg /12jam 300 mg /12 jam dosis 100 mg/8 jam
sama untuk CRRT
Keterangan :
AC : Ante Coenam (sebelum makan) DC : Durante Coenam (bersama makan) PC : Post Coenam (sesudah makan)
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 133
DAFTAR PUSTAKA
1. Michael S. Whiteley R, Marra CM. 2014. Infection of The Central Nervous System 4th Edition. Philadelphia : Wolfels Kluwer Health
2. Rakka SA, Sugianto P, Ritarwan K. 2011. Infeksi Pada Sistem Saraf Kelompok Studi Neuroinfeksi Persatuan Dokters Spesialis Saraf
Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press
3. Samuel MA, Roper AH Samuel. 2010. Manual of Neurologis Therapeutics. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Kluwer
4. Peterson. 1998. Oral and Maxillofacial Surgery 3rd Edition. Mosby
5. G. Dimitroulis. 1997. A synospis of Minor Oral Surgery. Wright
6. Goldsmith LA, Katz SI, et al. 2012. Ftzpatricks’s Dermatology in General Medicine 8th Edition. New York : The McGraw-Hill
Companies Inc
7. Bramono K, Suyoso S, et al. 2013. Dermatomikosis Superfisialis Edisi ke 2. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
8. Workowski KA, Bolan GA. 2015. Center for Disease Control and Prevention MMWR Recommendations and Reports : Sexually
Transmitted Disease Treatment Guidelines. Atlanta : The Center for Surveillance, Epidemiology, and Laboraty Services, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), U.S Department of Health and Human Services
9. Mc Graw-Hill. 2007. Lange Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology 10th Edition. A Lange Medical Book
10. Brigss GG, Freeman RK, Yaffe SJ. 2005. Drugs in Pregnancy and Lactation 7th Edition.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
11. Creasy RK, Resnik R, Lams JD, Lockwood CJ, Moore TR. 2009. Creasy & Resnik’s Maternal–Fetal Medicine 6th Edition vol I & 2.
Saunders Elsevier
12. Berek JS. 2007. Berek and Novak’s Gynecology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
13. Horsager R, Roberts S, Rogers V, Munos PS, Worley K, Hoffman B. 2014. Williams Obstetric 24th Edition : Study Guide. McGraw-
Hill Professional
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 134
14. NauroisJd, Novitzky-Basso I, Gill M. Management of febrile neutropenia: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annal of Oncology 2010;
21:1-5
15. Lanzkowsky P. 2011. Manual of Pediatric Hematology and Oncology, 5 th Edition. USA : Elsevier
nd
16. Smith R, Fary R. 2005. Neonatal pharmacopoe, 2 revised edition. Royal women’s hospital. carlton Australia
17. Gomella. 2013. Neonatology Management, Procedures, On Call Problems, Diseases, and Drug. 7 th edition. McGraw-Hill.Lange, 2013
18. Buku Ajar RespirologiAnak, Edisipertama, penyunting, Nastiti N. Rahajoe, BambangSupriyatno, Darmawan Budi Seyanto.
IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 2008
19. Buku Ajar NutrisiPediatrikdanPenyakitMetabolik, penyunting, DamayantiRusliSjarif, EndangDewi Lestari, Maria Mexitalia, Sri
SudaryatiNasar, IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 2011
20. WHO UNICEF. 2002. Treatment of Diarrhea; Guideline for physician and other health worker
21. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, penyunting Mohammad Juffrie, Sri SuparYatiSoenarto, HanifahOswari, SjamsulArief, Ina
Rosalina, Nenny Sri Mulyani, IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 2010
22. Buku ajar NeurologiAnak, penyuntingTaslim S. Soetomenggolo, Sofyan Ismael, IkatanDokterAnak Indonesia, BadanPenerbit IDAI, 1999
th
23. Bradley JS, Nelson JD. 2014. Nelson’s Pediatric Antimicrobial Therapy, 20 Edition, Editors: American Academy of Pediatrics
24. Habib G, Lancellotti P, Antunes MJ, Bongiorni MG, Casalta JP, FD Zotti, et al. 2015.2015 ESC Guidelines for The Management of
Infective Endocarditis. Eur Heart J 2015; 36:3075-123.
25. Park MK. 2014. Pediatric Cardiology for Practitioner 6th Edition. Philadelphia: MosbyElsevier
26. Djer MM. 2014. Penanganan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Operasi (Kardiologi Intervensi). Jakarta:Sagung Seto
27. Putra ST, Ontoseno T, Djer MM, Sukardi R, penyunting. PediatricCardiology Update 2015. Surabaya
28. Gilbert Habib, Patrizio Lancelotti, Manuel Antunes, Maria Gracia Bongiorni, Jean Paul Casalta, Francesco de Zolti, et al. (2015). 2015
ESC Guidelines for the management of infective endocarditis. European Heart Journal, 2-54
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 135
29. Isman Firdaus, Ulfa Rahayu, Fauzi Yahya, Antonia Anna Lukito, Ario Soeryo, Oktavia Lilyasari, et al. (2016). Panduan Praktik Klinis
(PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia 2016.
30. Michael Gerber, Robert Baltimore, Charles Eaton, Michael Gewitz, Anne Rowley, Stanford Shulman, et al. (2009). Prevention of
Rheumatic Fever and Diagnosis and Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis. CirculationAHA Journal, 119:1541-1551.
31. Sanarto Santoso, Noorhamdani AS, Sumarno, Sri Winarsih, Dewi Santosaningsih, Dwi Yuni Nur Hidayati, Dewi Erikawati, et al. (2016). Pola
Kuman dan Antibiogram RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2016. Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (KPRA) RSUD DR SAIFUL ANWAR MALANG 136