Anda di halaman 1dari 20

Kebijakan dan

Undang-Undang Peternakan

Kuliah 9.UU Peternakan dan Sejarah


UU Peternakan

TIM PENGAMPU MATA KULIAH KEBIJAKAN DAN PER-UU-AN PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS
Pengertian UU
 UU adalah ketentuan dan peraturan yang dibuat
oleh pemerintah suatu negara (disusun oleh
kabinet, disetujui oleh parlemen dan ditanda
tangani oleh kepala negara)
 Dalam proses terbentuknya UU tidak saja
kekuasaan mutlak oleh presiden tetapi DPR juga
mempunyai hak mengajukan rancangan UU
 UU dinyatakan sah atau dapat diundangkan jika
rancangan UU disetujui oleh DPR dan disahkan
oleh Presiden.
Per-UU-an
 adalah peraturan tertulis yang dibentuk
oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mengikat secara umum
yang bertalian dengan UU, termasuk
peraturan, keputusan, ketetapan dan
sebagainya.
 Undang-undang Dasar adalah dasar
sekalian UU, peraturan, tindakan,
kebijakan dan sebagainya.
Hierarki Per-UU di Indonesia
Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia


menurut UU No. 10/2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan:
 UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan
Perundang-undangan. UUD 1945 ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.
 Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah (PP)
 Peraturan Presiden (Perpres)
 Peraturan Daerah (Perda),
Undang-Undang Peternakan
dan Kesehatan Hewan di Indonesia
Yaitu UU Peternakan No.18 Th.2009 dan UU No.41 Tahun
2014 tentang Perubahan atas UU No.18 Th 2019

Peternakan : segala urusan yang berkaitan dg


sumber daya fisik, benih, bibit dan bakalan,
pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya
ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran dan pengusahaannya.

Kesehatan Hewan : segala urusan yang berkaitan


dengan perawatan hewan, pengobatan hewan,
pelayanan kesehatan hewan, penanggulangan
dan pengendalian penyakit hewan, penolakan
penyakit, medik reproduksi, medik konservasi,
obat hewan dan peralatan keswan serta
keamanan pakan.
Peranan UU dan Per-UU-an

 Pedoman dalam proses pembangunan dan


bagi yang bergerak di bidang peternakan
harus memahami perundangan serta
kebijakan pembangunan agar dalam
pembangunan tersebut sesuai dengan
peraturan yang ada.
Sejarah UU Peternakan
 Campur tangan pemerintah terhadap kemajuan dan
perkembangan dunia peternakan sudah berjalan sejak jaman
pemerintahan VOC yakni pertengahan abad ke-17.
 Akan tetapi organisasi teknis yang menangani bidang
peternakan baru dibentuk tahun 1905 yang bernama
“Bergelijke Veeartsenjukundige Dienst (BVD)”, kemudian
menjadi Jawatan Kehewanan yang berada di bawah naungan
Departemen Pertanian.
 Jawatan Kehewanan inilah yang akhirnya menjadi Direktorat
Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.
 Sejak terbentuknya BVD, pelaksanaan tugas di bidang
kesehatan hewan ternak dan peternakan telah mempunyai
landasan yang disebut “Veterinaire Politie” dan BVD
berkewajiban mengembangkan peternakan di Indonesia
Sejarah UU Peternakan dan Keswan
di Indonesia

UU Peternakan zaman penjajahan Belanda (VOC)


yang diterbitkan adalah “Reglement op de
Veeartsenijkundige Politie 1912” yang
tercantum dalam Staatsblad 1912 no.432
dan 435 ttg Campur tangan Pemerintah
dalam urusan kehewanan.

Per-UU-an pemerintahan Belanda disebut


dengan Staadsblad disingkat dengan Stbl
Stbl terkenal lainnya yang dikeluarkan Belanda :
1. Peraturan pelaksanaan Ordonansi Rabies
(Staadsblad 1926 No.451 dan 452)
2. UU Penyembelihan hewan besar bertanduk
yang betina (Staatsblad 1936 No.614)

Tujuan pemerintah Belanda turut campur dalam


urusan kehewanan : agar nilai ekonomis yang
dihasilkan ternak to masyarakat dapat
mencapai hasil yang maksimal.
Campur tangan pemerintah Belanda meliputi :
1. Pemberantasan penyakit hewan menular
• Menjaga agar tidak masuk bibit penyakit pada suatu
daerah (ada pemeriksaan dan surat lengkap atas
hewan)
• Menyembuhkan hewan sakit
• Memusnahkan sumber penyakit jika sudah menjadi
wabah penyakit
• Menolak dan memberantas penyakit rabies pada
anjing, kucing dan kera.

2. Perbaikan peternakan
• Menjaga kelestarian bibit ternak didaerah (ex : sapi
Madura, sapi Bali, sapi Pesisir)
 Menyediakan bibit ternak to masyarakat (impor bibit
ternak ex: sapi ongole, kambing etawa)
 Memajukan perdagangan dan pengangkutan ternak
 Memberikan penerangan ttg cara pemberian
makanan serta perawatan ternak.

3. Kesehatan Kebersihan (Hygiene) veteriner


• Mengupayakan hygiene veteriner yg berhubungan
dg veterinary public health.
• Mengadakan pengawasan thd kandang ternak.
• Mengawasi agar ternak tdk teraniaya
(mempekerjakan ternak betina bunting/ternak
dbawah umur/ternak baru melahirkan dan jg
mengikat serta mbawa ternak berpergian.
Per-UU-an Peternakan setelah Masa
Kemerdekaan
 Sejak merdeka, baru tahun 1967 pemerintah
menerbitkan UU di bidang peternakan dan
kehewanan yaitu UU No.6 Tahun 1967 yang
disebut UU Pokok Kehewanan dan tercatat
dalam Lembaran Negara RI tahun 1967
No.10.
 Sebelum UU ini diundangkan, pedoman
pemerintah dalam mengatur kehewanan
masih mengacu pada Staadsblad Belanda
(1945-1967)
UU No.6 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan

4 BAB 27 PASAL

Bab I : Ketentuan Umum (Psl 1- Psl 7)


Pasal 1 : Pengertian beberapa istilah
Pasal 2 : Tujuan umum
Pasal 3 : Bidang usaha dan alat-alat pelengkap.
Pasal 4 : Penyediaan tanah, air dan makanan ternak
Pasal 5 : Pencegahan unsur pemerasan
Pasal 6 : Tanah penggembalaan umum.
Pasal 7 : Ahli-ahli
Bab II : Peternakan (Psl 8 – Psl 18)
Pasal 8 : Tujuan Peternakan
Pasal 9 : Bentuk Usaha Peternakan
Pasal 10 : Peternakan Rakyat
Pasal 11 :
Perusahaan Peternakan
Pasal 12 :
Penertiban Keseimbangan Tanah untuk Ternak
Pasal 13 :
Tatacara Perkembangbiakan
Pasal 14 :
Pengwilayahan Ternak
Pasal 15 :
Industri Peternakan
Pasal 16 :
Perdagangan Ternak dan Bahan-bahan yang
Berasal dari Ternak
Pasal 17 : Bagi Hasil Ternak dan Persewaan Ternak
Pasal 18 :

Bab III : Kesehatan Hewan (Psl 19 – Psl 23)


Pasal 19 : Umum
Pasal 20 : Penyakit Hewan
Pasal 21 : Kesehatan Masyarakat Veteriner
Pasal 22 : Kesejahteraan Hewan
Pasal 23 : Obat-obatan
Bab IV : Lain-lain (Psl 24 – Psl 27)
Pasal 24 : Ketentuan Pidana
Pasal 25 : Penyidik Khusus
Pasal 26 : Ketentuan Peralihan
Pasal 27 : Penutup
UU Peternakan dan Keswan
Indonesia
 UU No.6 Tahun 1967 tidak berlaku lagi
setelah diterbitkan UU No.18 Tahun 2009
tentang Peternakan Kesehatan Hewan.

 Kemudian diterbitkan UU No.41 Tahun


2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No.18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
UU No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan

15 Bab 99 Pasal

Bab I : Ketentuan Umum (Psl 1)


Bab II : Asas dan Tujuan (Psl 2 dan Psl 3)

Bab III : Sumber Daya


Bag. 1  Lahan (Psl 4 – Psl 6)
Bag. 2  Air (Psl 7)
Bag. 3  Sumber Daya Genetik (Psl 8 – Psl 12)

Bab IV : Peternakan
Bag. 1  Benih, Bibit dan Bakalan (Psl 13 – Psl 18)
Bag. 2  Pakan (Psl 19 – Psl 23)
Bag. 3  Alat dan Mesin Peternakan (Psl 24 – Psl 26)
Bag. 4  Budidaya (Psl 27 – Psl 33)
Bag. 5  Panen, Pascapanen, Pemasaran dan Industri
Pengolahan Hasil Ternak (Psl 34 – Psl 38)
Bab V : Kesehatan Hewan
Bag. 1  Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan
(Psl 39 – Psl 48)
Bag. 2  Obat Hewan (Psl 49 – Psl 54)
Bag. 3  Alat dan Mesin Kesehatan Hewan (Psl 55)

Bab VI : Kesehatan Masyarakat Veteriner dan


Kesejahteraan Hewan
Bag. 1  Kesehatan Masyarakat Veteriner (Psl 56 – Psl 65)
Bag. 2  Kesejahteraan Hewan (Psl 66 – Psl 67)

Bab VII : Otoritas Veteriner (Psl 68 – Psl 75)


Bab VIII : Pemberdayaan Peternak dan Usaha di
Bidang Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Psl 76 – Psl 77)
Bab IX : Pengembangan Sumber Daya
Manusia (Psl 78)
Bab X : Penelitian dan Pengembangan
(Psl 79 – Psl 83)
Bab XI : Penyidikan (Psl 84)
Bab XII : Sanksi Administratif (Psl 85)
Bab XIII : Ketentuan Pidana (Psl 86 – Psl 93)
Bab XIV : Ketentuan Peralihan (Psl 94)
Bab XV : Penutup (Psl 95 – Psl 99)
UU No.41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No.18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan

 UU ini tetap terdiri dari 15 Bab 99 Pasal


dengan Batang Tubuh yang sama dengan
UU No.18 Tahun 2009, namun ada
beberapa istilah yang dihapus, dirubah
dan pasal yang dikembangkan (menjadi A,
B, C, D, E) pada pasal yang ada.

Anda mungkin juga menyukai