Anda di halaman 1dari 1

KELANGSUNGAN USAHA RS MASA PANDEMI COVID-19

Di tengah pandemi Covid-19 , Sejumlah rumah sakit menolak untuk merawat pasien yang
terjangkit maupun indikasi terkena virus corona lantaran dianggap berdampak terhadap bisnis rumah
sakit bersangkutan. Banyak rumah sakit di daerah kewalahan menangani lonjakan pasien yang
terinfeksi corona virus, Namun tidak sedikit pula rumah sakit yang mengalami penurunan pasien
khususnya RS yang tidak ditunjuk sebagai RS rujukan COVID-19.Rumah sakit tersebut terancaman
kolaps jika tidak dikelola dengan baik.
Pada masa Pandemi beberapa Pihak RS masih menganggap ini sebuah bisnis, Tindakan ini sangat
tidak manusiawi,irasional,dan egoisme hanya mementingkan bisnis tanpa mempertimbangkan pasien
yang terpapar covid-19. Mayoritas masyarakat sebagai korban penularan covid-19 kesulitan untuk
menangani wabah penyakit ini.Pihak RS termasuk swasta masih memikirkan dari segi bisnis
dibandingkan harus merawat pasien terjangkit covid-19.Lantas,Benarkah Pihak RS menganggap masa
pandemi ini sebagai ladang bisnis ?
Melalui kanal youtube daddy corbuzier mengundang jubir presiden dalam podcast terbarunya
mengklarifikasi terkait kasus RS tolak pasien gejala virus corona masih mementingkan kelangsungan
bisnis.Jubir presiden mengaku masih banyak rumah sakit yang menolak kasus virus corona.Beberapa
RS menjaga citranya kepada masyarakat agar tidak mengetahui merawat pasien Covid-19.
Pemerintah sebelumnya memang telah mengetahui fenomena bahwa terdapat RS yang menolak
pasien covid-19. Akan tetapi bukan lagi berkaitan dengan kurangnya kemampuan rumah sakit untuk
menangani tersebut,Melainkan karena alasan bisnis. Rumah sakit terkait takut untuk merawat pasien
Covid-19 karena dikhawatirkan akan mengurangi pengunjung pasien lainnya.
Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia menjelaskan bahwa tudingan mahalnya tes virus corona
bukan semata-mata mencari keuntungan saat pandemi covid-19. Melainkan karena, disebabkan pihak
rumah sakit membutuhkan biaya alat dan perlengkapan tes dan membayar tenaga kesehatan yang
terlibat dalam tes tersebut.
Adanya Kondisi yang seperti ini, sekretaris komisi D DPRD Depok menyebut biaya rapid test dan
APD yang dibebankan kepada pasien di beberapa rumah sakit swasta bentuk ketidak kemampuan
pemerinatahan kota dalam berkoordinasi dengan rumah sakit menangani covid-19.Selain itu,Dimasa
pandemi ini kurangnya pelayanan kesehatan masyarakat yang terpapar virus corona ,mengingat
kondisi sedang darurat.
Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa kepentingan pemerintah untuk memberikan pelayanan
kesehatan baik masyarakat telah kalah oleh motivasi bisnis institusi kesehatan.Karena fenomena
penolakan RS terhadaap pasien Covid-19 ini memang merupakan persoalan bisnis dalam aktivitas
ekonomi yang merujuk pada untung-ruginya suatu putusan.
Selain itu, Adanya pandemi virus corona ini membuat Pasien yang positif maupun masih
terindikasi harus menjadi tanggungjawab pemerintah dalam menanggung biaya penderita covid-19.
Pemerintah pusat seharusnya memberikan regulasi yang jelas terkait harga rapid test agar semua
warga bisa mengikuti test.

Anda mungkin juga menyukai