Selain definisi tersebut Rasul mendefinisikan penganggaran sebagai salah satu aktivitas
utama dari organisasi pemerintah. Proses ini tidak hanya meliputi metode dan
sistematika pengalokasikan sumber daya keuangan, namun juga meliputi proses politik
yang komplek sesuai dengan alasan kepentingan yang beraneka ragaman. Selain itu
keuanngan juga dapat memberikan manfaat untuk lebih mempertajam keputusan –
keputusan kebijakan yang diambil guna wajudnya tata kelola pemerintah yang baik.
Anggaran sebagai alat perencanaan mengidentifikasikan target yang harus dicapai oleh
pemerintah, sedangkan sebagai alat pengendalian mengidentifikasikan alokasi sumber
dana public yang disetujui legislative untuk dibelanjakan. Anggaran sector public
merupakan pengelola dana public, karenannya dituntut adanya tranparansi dan
akuntabilitas kepada public.
Semantara itu, menurut Mardiasomo sebagaimana dikutip kembali oleh Agus Uji
Hantara, anggaran mempunyai fungsi sebagai berikut
1. Alat perencanaan ( planning tool), merencanakan tindakan apa yang dilakukan oleh
oleh pemerintah, beberapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh
dari belanja pemerintah tersebut
2. Alat pengendalian ( control tool), memberikan rencana detail atas pendapatan dn
pengeluaran pemerintah agar dapat dipertanggung jawabkan kepada public
3. Alat kebijakan fiscal ( fiscal tool), mendorong dan menfasilitasi kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi
4. Alat politik ( political tool), bentuk komitmen eksekutif dan legislative atas
penggunaan dana public untuk kepentingan tertentu
5. Alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool),
mendeteksikan terjadi inskonsistensi suatu unit kerja dan alat komunikasi dalam
lingkungan eksekutif
6. Alat penilaian kerja ( motivation tool), pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran
7. Alat motivasi ( motivasi tool), motivasi manajer dan stafnya agar nbekerja secara
ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi.
Langkah –langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah (1) penetapan tujuan,
(2) pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia (3) negosiasi antar pihak-pihak
yang terlibat mengenai angka anggaran (4) persetujuan akhir (5) pendistribusian anggaran
yang disetujui.
Menurut Salomo (2005) terdapat tiga jenis anggaran, yaitu sebagai berikut
Perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran pada dasarnya adalah proses untuk
menyusun rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu.
Kebijakan Umum APBD ( KUA) merupakan bagian dari dokumen perencanaan pembangunan
daerah yang berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan pembangunan dan pengambilan
kebijakan daerah. Dokumen ini mempunyai fungsi yang sangat strategis karena menyangkut
pilihan terhadap program, kegaiatn dan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh suatu pemerintah
daerah. Oleh karena itu, proses penyusunan dokumen perencanaan pembangunan haruslah betul-
betul melibatkan partisipasi masyarakat, berdasarkan data yang akurat dan peka terhadap
persoalan dan kebutuhan masyarakat, berdasarkan data yang akurat dan peka terhadap persoalan
dan kebutuhan masyarakat sehingga sunstansi dari dokume perencanaan mampu menjadi solusi
dalam memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi oleh masyarakat bukan justru
menimbulkan persoalan baru di masyarakat.
Sementara untuk perencanaan dan penganggaran daerah dalam satu tahun, Rencana Kerja
Pemerintah ( RKPD) dari masing- masing Rencana Kerja Satuan Kinerja Pemerintah Daerah
( Renja SKPD) menjadi dasar untuk penyusunan KUA dan SP melalui tahapan Musrenbang.
Upaya untuk menjamin keterkaitan dan konsisten antara perencanaan dan penganggaran
perlu memperhatikan hal – hal berikut ini
1. Sejak awal penyusunan rencana, besan sumber finasial atau pagu anggaran indikatif
sudah diketahui sebagai faktir yang harus dipertimbangkan dalam pembahasan di
Musrenbang desa, kecamatan, forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten/ kota dan
provinsi
2. Prioritas kegiatan untuk setiap SKPD sudah sama formasinya sejak dari hasil RKPD,
Renja SKP, hingga rencana kerja dan anggaran ( RKA ) SKPD
3. RKPD dan Rencana Renja yang disusun berdasarkan hasil Musrenbang kabupaten/
kota atau provinsi serta hasil forum SKPD menjadi rujukan utama dalam penyusunan
dan pembahasan kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran SKPD
4. DPRD maupun pemerintah daerah memahami bahwa pengawal dan konsisten
prioritas kegiatan hasil perencanaan partisipasi sewaktu melaksanakan kegiatan
penganggaran diperlukan
5. Output setiap tahapan dalam proses penganggaran dapat diakses oleh setiap peserta
perencannaan partisipasi. Setiap inkonsisten materi hasil perencanaan partisipasi
wajib disertai dengan penjelasan resmi dari pemerintah dan/atau DPRD ( asas
tarnspirasi dan akunbilitas dan good govername)
Secara skematis keterkaitan antara perencanaan dengan penganggaran dapat dilihat pada
gambar berikut ini
Sementara itu dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara
disebutkan bahwa penyelanggaraan pemerintah akan menimbulkan hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang. Dengan kata lain, penyelanggaran pemerintah termasuk
pembangunan di dalamnya membutuhkan sejumlah anggaran untuk membiayainya.
Semua rencana pembangunan yang teridiri dari jangka panjang ( 20 tahun), menengah ( 5
tahun) dan tahunan, berikut rencana anggarannya , tercantum dalam berbagai dokumen
perencanaan dan anggaran. Dokumen disusun pemerintah pusat daerah sesuai dengan
ruang lingkup kewenang dan jenjangnya di level masing-masing. Sebagai sebuah system,
seluruh dokumen tadi memiliki keterkaitannya antara satu dengan yang lainnya.
Dokumen itu menjadi dasar dan rujukan dalam melaksanakan berbgaai kegiatan
pembangunan. Pemerintah tidak boleh menyimpang dari dokumen – dokumen itu karena
dapat menimbulkan konsekuensi hukum dan dampak terhadap kinerja pembangunan.
Perencanaan dan penganggaran daerah merupakan salah satu tahapan dari siklus APBD
(penyusunan APBD). Proses perencanaan dan penganggaran dilakukan selama satu
tahun, dimulai dengan Musrenbang pada januari samapi penetapan APBD pada
Desember setiap tahunnya.
Satu isu penting lainnya adalah perencanaan dan penganggaran partisipatif. Isu ini
banyak dipromosikan sejka dimulai era disentralisasi atau otonomi daerah di Indonesia
yang dimulai pada tahun 2001. Terbitnya Undang-Undang Pemerintah Daerah menjadi
penada terbukanya kesempatan bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk
membangun daerahnya lebih baik lagi karena berbagai urusan wajib terkait hak dasar
seperti pendidikan dan kesehatan sudah dialihkan dari pusat daerah. Pendekatan
partisipatif dalam perencanaan dan penganggaran diharapkan menghasilkan kebijakan
dari program yang lebih mengakomodir kebutuhan masyarakat, yakni anak, perempuan,
masyarakat miskin dan kelompok marginal lainnya, dan terutama untuk mendukung
percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ( Sustainable Development
Goals)