Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Grup : 3K4
Kelompok :4
HO OC COO(CH 2) 2O H + (2n-1)H 2O
n
Dacron A ir
B. Pencelupan
Pada pencelupan kain poliester dengan metoda carrier (zat pengemban), zat
warna berpindah dari larutan celup ke permukaan bahan dengan proses
perendaman pada suhu 1000C dan kemudian zat carrier menggembungkan
serat sehingga zat warna dapat masuk setelah itu dilakukan pencucian reduksi
dan pengeringan. Mekanisme pencelupan zat warna dispersi disebut sebagai
perpindahan dari keadaan agregat dalam larutan celup yang masuk kedalam
serat sebagai bentuk molekuler. Dimana pigmen zat warna dispersi larut
dalam air dalam jumlah yang sangat kecil, dan bagian zat warna yang terlarut
tersebut sangat mudah terserap oleh serat. Sedangkan bagian yang tidak larut
merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu dapat larut guna
mempertahankan kesetimbangannya.
Sedangkan ikatan yang terjadi antara serat dengan zat warna kemungkinan
adalah ikatan fisika, juga gaya van der waals. Penyerapannya sangat kecil
untuk suhu dibawah 800C, sedangkan antara 85 – 1000C penyerapannya dapat
bertambah, sehingga proses pencelupan sebaiknya dilakukan pada temperatur
ini. Untuk memperoleh penyerapan yang lebih baik dapat dilakukan dengan
proses yang lebih lama. Perubahan temperatur yang kecil pada suhu diantara
90 – 1000C akan memberikan perbedaan penyerapan yang cukup signifikan,
sehingga pada saat proses sebaiknya bahan harus selalu terendam dalam
larutan celup.
Dikarenakan kecepatan penyerapan zat warna dispersi yang rendah, maka
hasil yang didapat pun umumnya memiliki tingkat kerataan yang cukup baik.
Akan tetapi sebaliknya, sangat sulit untuk memperbaiki hasil celupan yang
tidak rata, hal ini dikarenakan dengan pendidihan yang lebih lama tidak akan
diperoleh migrasi yang berarti (lebih baik).
Pada proses pencelupan ini diperlukan penambahan zat pendispersi,
misalnya senyawa fenol, amin atau hidrokarbon aromatik kedalam larutan
untuk mendispersikan sehingga dapat mempercepat proses penyerapan zat
warna kedalam serat. Disamping menggunakan zat pendispersi, digunakan
pula zat pengemban (carrier) yang berfungsi untuk memperbaiki kelarutan zat
warna dalam larutan serta menggelembungkan serat sehingga memperbesar
pori-porinya. Disamping itu, pengemban ini berfungsi untuk membawa zat
warna lebih dalam, karena carrier ini mudah membuat lapisan dipermukaan
serat, sehingga perpindahan zat warna kedalam serat dilakukan oleh carrier
tersebut.
Jadi pada prinsipnya, carrier ini pertama-tama bersifat sebagai pelunak
dengan jalan merusakkan struktur molekul serat untuk kemudian membawa
zat warna masuk kedalamnya. Dengan bantuan zat pengemban ini, terjadi hal
berikut. Antara carrier dengan zat warna terbentuk gabungan, yang akan
menambah kelarutan zat warna dalam larutan. Peningkatan kelarutan ini
berarti penambahan konsentrasi yang membuat difusi zat warna terjadi.
Carrier ini bersifat hidrofil dan memiliki afinitas terhadap serat, yang
memperbesar penggelembungan serat, dimana pori-pori serat akan terbuka
dan memungkinkan molekul zat warna untuk teradsorbsi (masuk) kedalam
serat. Sementara itu antara carrier dengan zat warna tidak terjadi reaksi, dan
pada proses reduction cleaning dalam larutan reduktor yang alkalis, carrier ini
akan tereduksi dan keluar dari serat. Ketika carrier keluar dari serat, zat warna
tetap tertahan dalam serat dan dengan penurunan temperatur, serat akan
merapat kembali sehingga kain memiliki ketahanan luntur yang baik.
Pada akhir proses pencelupan, zat pengemban ini harus dihilangkan dari
bahan karena berbau dan bersifat racun serta seringkali mengurangi ketahanan
zat warna terhadap sinar. Untuk menghilangkannya, dilakukan proses
pencucian reduksi (reduction cleaning). Proses ini dilakukan dengan
mengerjakan bahan hasil celupan kedalam larutan panas yang mengandung
hidrosulfit dan kostik soda. Proses ini tujuan utamanya yaitu untuk
menghilangkan zat warna yang masih menempel pada permukaan serat (yang
tidak terserap) dan zat pengemban yang masih tertinggal didalam serat. Untuk
beberapa zat pengemban, proses pereduksian yang kurang sempurna dapat
menurunkan kekuatan serat serta ketahanan sinarnya dan terdapat noda pada
kain hasil proses.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan
serat poliester ada 2 macam yaitu :
1. Ikatan Van der Walls
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan
bersifat non polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan
bersifat non polar ini ikatan fisika, yang berperan dalam terbentuknya
ikatan fisika adalah ikatan van der walls, yang terjadi berdasarkan
interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan yang besar terjadi
pada ikatan van der walls pada zat warna dispersi dan serat poliester
adalah dispersi London.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom
hidrogen dengan atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat
warna dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester
karena zat warna dispersi dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya
sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen dengan
serat poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor proton
seperti –OH atau NH2.
Zat warna dispersi berpindah dari keadaan agregat dalam larutan celup,
masuk ke dalam serat dalam bentuk monomolekuler sebesar 0,5 – 5 mikron.
Bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat warna (agregat zat warna)
yang suatu saat akan terpecah menjadi monomolekuler. Zat warna dalam
bentuk monomolekuler ini masuk ke dalam serat. Penjelasan dari peristiwa
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2
Serat poliester terdiri dari bagian amorf, bagian terorientasi dan bagian
kristalin. Zat warna menempati bagian amorf dan terorientasi. Pada saat
pencelupan, kedua bagian itu masih dapat bergerak sehingga zat warna
dispersi dapat menyusup diantara celah-celah rantai molekul dengan ikatan
antara zat warna dengan serat. Selama proses pencelupan, terjadi peristiwa :
- Difusi zat warna pada larutan ke dekat permukaan serat.
- Adsorpsi zat warna ke permukaan serat
- Difusi zat warna dari permukaan serat ke dalam serat.
- Fiksasi zat warna dengan serat.
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan
serat poliester ada dua macam, yaitu :
1. Ikatan hidrogen Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan
atom hidrogen dengan atom lain yang bersifat elektronegatif. Pada
umumnya zat warna dispersi tidak mengadakan ikatan hidrogen dengan
serat poliester karena zat warna dispersi dengan serat poliester bersifat non
polar, hanya sebagian zat warna dispersi yang mengadakan ikatan hidrogen
dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi yang mempunyai donor
proton seperti –OH atau NH2.
2. Ikatan hidrofobik Zat warna dispersi dan serat poliester merupakan
senyawa hidrofob dan cenderung bersifat non polar. Ikatan yang terjadi
pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini disebut dengan ikatan
hidrofobik. Gaya yang berperan dalam terbentuknya ikatan hidrofobik
antara serat poliester dan zat warna dispersi adalah gaya dispersi London
yang termasuk ke dalam gaya Van der Waals (gaya fisika) yang terjadi
berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan Van der
Waals terdiri dari dua komponen yaitu ikatan dipol (dwi kutub) dan
dispersi London. Akan tetapi sifat zat warna dispersi cenderung non polar,
sehingga gaya yang lebih berperan dalam terbentuknya ikatan antara zat
warna dispersi dan serat poliester adalah gaya dispersi London. Mekanisme
dispersi London dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini :
Proses Pencelupan
Reduction Cleaning
Pengeringan
Evaluasi
- Kerataan Warna Kain
- Ketuaan Warna Kain
IV. RESEP
Resep Pencelupan
1 2 3 4
Zat Warna Dispersi 2% owf
Zat Pendispsersi 1,5 ml/L 1 ml/L 0,5 ml/L 0 ml/L
Asam Asetat 30% 0,5 ml/L
Zat Perata 1ml/L
Zat Anti Sadah 1ml/L
Zat Anti crease 1ml/L
Vlot 1:20
Suhu 130℃
Waktu 30 menit
Resep Cuci Reduksi
Detergent (ml/L) 1
Na2S2O4 (g/L) 3
Vlot 1:20
Waktu (menit) 10
Suhu (°C) 80
V. PERHITUNGAN RESEP
Variasi orang ke-1
- Berat bahan = 20 gram
- Vlot = 20 x 10 = 200 ml
2
- Zat warna Dispersi = x 20= 0,4 x 100 = 40 ml
100
1,5
- Zat pendispersi = x 200= 0,3 gr
1000
0,5
- Asam Asetat = x 200= 0,1 ml
1000
- Kebutuhan Air = 200 – 40 – 0,1 = 159,9 ml
Variasi orang ke-2
- Berat bahan = 20 gram
- Vlot = 20 x 10= 200 ml
2
- Zat warna Dispersi = x 20 = 0,4 x100 = 40 ml
100
1
- Zat pendispersi = x 200= 0,2 gr
1000
0,5
- Asam Asetat = x 200= 0,1 ml
1000
- Kebutuhan Air = 200 – 40 – 0,1 = 159,9 ml
a. KetuaanWarna
2. 1 ml/L 3 3 3 3 3
3. 0,5 ml/L 2 2 2 2 2
4. 0 ml/L 1 1 1 1 1
b. KerataanWarna
2. 1 ml/L 3 3 3 3 3
3. 0,5 ml/L 2 2 2 2 2
4. 0 ml/L 1 1 1 1 1
Keterangan : Ketuaan dan kerataan warna paling baik ditunjukan dengan angka 1.
IX. DISKUSI
X. KESIMPULAN
Pada praktikum pencelupan kain poliester menggunakan metode HT/HP dan zat
warna dispersi dengan variasi konsentrasi zat pendispersi 1,5 mL/L; 1 mL/L; 0,5 mL/L;
dan tanpa zat pendispersi didapat hasil sebagai berikut:
Perbedaan kadar zat pendispersi mempengaruhi hasil ketuaan dan kerataan warna.
Hasil ketuaan dan kerataan warna paling optimum terdapat pada variasi 1,5 mL/L.
Hasil ketuaan dan kerataan warna paling buruk terdapat pada variasi tanpa zat
pendispersi.
.
DAFTAR PUSTAKA
M. Ichwan dan Rr. Wiwiek Eka Mulyani. 2013. Bahan Ajar Praktikum Teknologi
Pencelupan II. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P.Soeprijono S.Teks, Widayat S.Teks,Jumaeri S.Teks ”Serat-Serat Tekstil’, Institut
Teknologi Tekstil,1973,Bandung.
Astini Salihima, dkk, “ Pedoman Praktikum Pengelantangan dan Pencelupan“ ,
Institut Teknologi Tekstil, 1978, Bandung.
Ir. Rasjid Djufri, dkk, “Teknologi pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan“,
Institut Teknologi Tekstil, 1976, Bandung.