Anda di halaman 1dari 16

UTS ILMU KEBUMIAN

PRAKTIKUM PELAPUKAN DAN EROSI

OLEH KELOMPOK 3

NI KADEK ARISTAYANTI (1913071005)

I DEWA AYU SULISTIANI SUGMA (1913071007)

VIONNA VERONIKA MAHARANI (1913071017)

NI PUTU RANI NATASYA SUGIANTARI (1913071018)

KELAS 3A

S1 PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2020
LKM-5
EROSI DAN PELAPUKAN

A. Tujuan:
1. Mempelajari proses pelapukan
2. Membedakan pelapukan dan erosi
3. Membedakan pelapukan mekanis dan kimiawi
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju pelapukan
5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
B. Teori
Sifat fisik kerak bumi selalu berubah. Perubahan itu disebabkan oleh tenaga
eksogen berupa pelapukan, pengikisan (erosi) dan pengendapan. Tenaga eksogen adalah
tenaga yang berasal dari luar bumi dan bersifat merusak berupa air, gletser maupun sinar
matahari. Erosi yaitu proses dimana material kerak diuraikan dan dibawa atau
dipindahkan oleh angin, air, es, dan gaya tarik bumi yang bergerak menggempur material
kerak tersebut. Pelapukan adalah bagian dari proses erosi yang hanya menguraikan
material.
Pelapukan
Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga
eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah
tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal
pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya
hanya beberapa meter saja.
Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Pelapukan fisik atau mekanik
2. Pelapukan organis
3. Pelapukan kimiawi

1. Pelapukan fisik dan mekanik.


Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun
ukuranya. Batuan yang besar menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan
ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik.
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
a. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim
Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada
siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam
hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara
terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak. Perhatikan
gambar 1.

Gambar 1 pelapukan fisik dan mekanik

b. Adanya pembekuan air di dalam batuan


Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini
menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu- batuan menjadi rusak atau pecah
pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan
hebat.
c. Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan
garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan
pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
Salah satu bentuk bumi yang mengalami proses pelapukan mekanik
2. Pelapukan organik
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia,
binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Di
batu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh
binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan ini dapat bersifat
mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-
tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat
kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan
menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman
mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas
penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
3. Pelapukan kimiawi
Pada pelapukan ini batu-batuan mengalami perubahan kimiawi yang
umumnya berupa pelarutan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan
kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air
yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan
batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan
gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi.
Hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan
terjadinya pelapukan kimiawi. Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah
karst diantaranya:
a. Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena
erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian
pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.
b. Gua dan sungai di dalam Tanah
Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan
semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh
larutan. Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di
dalam tanah.

c. Stalaktit adalah kerucut-kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua.


Terbentuk tetesan air kapur dari atas gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur
yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua Tabuhan
dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa
Tengah.

Stalaktit yang di atas stalakmit yang di bawah


EROSI
Erosi yaitu proses dimana material kerak diuraikan dan dibawa atau dipindahkan
oleh air, angin, es, dan gaya tarik bumi yang bergerak menggempur material kerak
tersebut. Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah dan batuan yang
dilaluinya. Gesekan akan semakin besar jika kecepatan dan jumlah air semakin besar.
Kecepatan air juga akan semakin besar jika gradien (kemiringan) lahan juga besar.
Gesekan antara air dengan tanah atau batuan di dasar sungai dan gesekan antara benda
benda padat yang terangkat air oleh tanah atau batuan di bawahnya dapat menyebabkan
terjadinya erosi/pengikisan.
Akibat yang ditimbulkan oleh pengikisan air sungai yang terjadi secara terus
menerus dapat mengakibatkan terbentuknya bentang alam seperti lembah berbentuk
huruf v, jurang atau ngarai, aliran deras dan air terjun.
a. Lembah
Apabila kecepatan aliran air di dasar sungai cepat maka akan terjadi
pengikisan di dasar sungai atau sering di sebut erosi vertical. Apabila aliran air yang
cepat terjadi di tepi sungai maka akan manyebabkan terjadinya pengikisan ke arah
samping atau erosi ke samping. Hasil erosi vertical, sungai semakin lama semakin
dalam, sedang erosi ke samping menyebabkan sungai samakin lebar. Erosi vertical
membentuk huruf v. Contoh lembah aria, Ngarai sihanok serta Grand Canyon di
Amerika Serikat.

b. Jurang
Perhatikan anda melihat adanya sungai yang sangat dalam dan sempit.
Bentang alam seperti itu termasuk jurang. Jurang terbentuk jika pengikisan terjadi
pada batuan yang resisten. Batuan resisten yang ada di kanan kiri sungai tidak mudah
terkikis oleh air, sedangkan erosi veritikal terus berlangsung. Oleh karena itu erosi
vertical berlangsung lebih cepat dibandingkan erosi ke samping. Akibatnya, dinding
sungai sangat miring atau cenderung vertical dan dasar sungai dalam. Bahan yang
resisten adalah batuan yang keras dan tidak mudah terkikis air.

c. Aliran deras
Kadang kala kita temui sungai yang pada beberapa bagianya sangat deras,
sedangkan bagian yang lain tidak deras. Aliran air sungai yang deras terbentuk dari
adanya jenis batuan yang selang-seling antara batuan yang resisten dan batuan yang
tidak resisten pada dasar sungai. Saat air melewati batuan yang resisten, air akan sulit
melakukan pengikisan, akibatnya dasar sungai menjadi tidak rata. Pada saat air
melewati batuan yang tidak resisten, terjadi turbulensi dan terbentuk seperti air terjun
pendek yang aliranya deras. Bentang alam seperti ini disebut rapit atau aliran deras.
Alian deras

Proses terbentuknya aliran deras

d. Air terjun
Air terjun terbentuk pada sungai yang jenis batuan di dasar sungai ada yang
resisten yang tidak resisten.Proses yang terjadi hampir sama dengan aliran deras.
Hanya saja, pengikisan air mengakibatkan perbedaan air yang cukup besar antara
batuan resisten dan batuan tidak resisten. Akibatnya, air jatuh dari ketinggian
membentuk air terjun.

PENGIKISAN (EROSI) OLEH AIR LAUT


Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang
terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan
oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut
platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk
karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan
batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang
semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus
mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut platform.
1) Terbentuknya tanjung dan teluk
Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang
menjorok ke arah daratan.
Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan
tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi,
sedangkan batuan yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang
tidak resisten akan terbentuk teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang
resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke laut.
EROSI OLEH ES/GLETSER
Erosi oleh gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di
daerah pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada
saat musim semi, terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya
lereng menjadi lebih terjal. Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah
pantai fyord yaitu pantai dengan dinding yang berkelok kelok.

EROSI OLEH ANGIN


Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun atau di daerah yang beriklim
kering. Jika angin dan pasir mengikis batu batuan yang dilaluinya maka akan membentuk
batu cendawan di gunung pasir. Contohnya: Tanah Loss. di cina Utara (Gurun Gobi)
yang memiliki tebal 600 m.

C. Alat dan Bahan


1. tanah atau pasir kasar 1,25 ml
2. Gelas plastik 4 buah
3. Air
4. Sendok
5. Kertas roti
6. Pensil
7. Penggaris
8. Isolasi

D. Prosedur Kerja
D.1: Erosi, Pelapukan dan Mass wasting
1. Tuangkan tanah ke salah satu gelas, lembapkan dengan air secukupnya dan aduk agar
menjadi lumpur kental.
2. Bentuklah lumpur menjadi delapan bola berukuran sama.
3. Letakkan bola lumpur di atas kertas kue dan keringkan bola-bola tersebut dengan
mengangin-anginkannya (mungkin memakan waktu 3 hari atau sampai bola kering).
4. Namai ketiga gelas sisanya A, B, dan C. Siapkan gelasnya sabagai berkut:
a. Gunakan pensil untuk membuat 8 sampai 10 lubang mengelilingi tepi gelas A.
b. Gunakan pensil untuk membuat 12 lubang di dasar gelas B dan
c. Gelas C dibiarkan tanpa lubang, kemudian dipenuhi dengan air.
5. Masukkan satu bola tanah ke dalam gelas A dan amati bentuk bola tanah tersebut di
dalam gelas
6. Letakkan gelas A di tengah kertas kue pada penampung air. Berdirikan penggaris
pada sisi luar gelas A dan rekatkan penggaris pada gelas dengan isolasi.
7. Pegang gelas B pada jarak sekitar 10 cm di atas gelas A. Kemudian tuang air dari
gelas C ke dalam gelas B.
8. Setelah semua air mengalir keluar dari gelas B dan masuk ke gelas A, amati
bagaimanakah bentuk boal tanah pada gelas A dan isi kertas kue pada penampung.
Catat data pengamatan anda ke dalam tabel.

Tabel 1. Erosi, Pelapukan dan Mass wasting


Bentuk bola tanah
Isi tempat
Variabel Sebelum Dokumentasi
Sesudah penampung
proses
Air Bulat dan Bola tampak basah Airnya tak
(1 gelas ) padat secara keseluruhan, berwarna, dan
tanahnya sudah terdapat sedikit
mulai terkikis, endapan tanah
tetapi hanya sedikit halus
teksturnya terdapat Bentuk bola tanah
bagian yang masih
agak keras sesudah proses
Air Bulat dan Bola tanah sudah Air keruh, dan
(2 gelas) padat banyak yang terdapat
terkikis, bentuknya endapan tanah
sudah tidak halus yang
beraturan dan lebih banyak
teksturnya agak dari
lembek sebelumnya Isi kertas kue pada
Air Bulat dan Bola tanah sudah Air sangat
penampung air setelah
(4 gelas ) padat menjadi bubur, keruh, dan
proses
tanah juga banyak terdapat
yang terkikis endapan tanah
yang semakin
banyak

9. Dari data pengamatan yang diperoleh proses apakah yang terjadi pada bola tanah?
 Pelapukan, mengapa? Karena bola tanah yang semula berbentuk bola dan
bertekstur keras ketila diberikan air, air tersebut kemudian akan meresap kedalam
tanah dan tekstur tanah menjadi lembek serta lama kelamaan berubah bentuk
menjadi lumpur tanah.
 Erosi, mengapa? Karena bola tanah tersebut ketika dimasukkan air kedalamnya
sedikit demi sedikit akan terbawa oleh air yang kemudia akan melewati lubang-
lubang yang ada pada dasar gelas lalu mengendap pada penampungan air.
 Pengangkutan massa (mass wasting), mengapa? Pada praktikum ini tidak
mengalami mass wasting karena tidak terjadi perpindahan material bola dalam
jumlah yang cukup besar. Yang terjadi hanyalah pelapukan dan pengikisan pada
permukaan bola tanah saja.
 Bagaimana tahapan proses yang terjadi/dialami pada bola tanah?
Tahapan yang pertama yaitu bola tanah mengalami pelapukan, hal ini dapat diihat
dari perubahan bentuk yang terjadi pada bola tanah ketika diberi air yang semula
berbentuk bola dan bertekstur keras berubah menjadi lembek seperti bubur.
Kemudian bola tanah ini mengalami erosi yang dapat dilihat pada hasil endapan
yang terdapat pada penampungan. Hasil endapan tersebut diperoleh dari hasil
pelapukan yang terjadi pada bola tanah yang kemudian di bawa oleh air melewati
lubang yang terdapat pada dasar gelas yang kemudian mengendap.
10. Tergolong pelapukan jenis apakah yang disebabkan oleh air tersebut? Pelapukan
mekanis atau kimiawi? Mangapa? Pelapukan yang terjadi adalah pelapukan mekanis.
Dimana pelapukan mekanis merupakan proses pengikisan dan penghancuran
bongkahan batu menjadi lebih kecil tetapi tidak mengubah unsur kimia pada batuan
tersebut. Proses tersebut terjadi karena sinar matahari, perubahan suhu mendadak,
serta pembekuan air di celah batu.

D.2: Pengaruh luas permukaan terhadap laju pelapukan


1. Masukkan 2 bola tanah ke dalam gelas A. Amati bentuk bola tanah dalam gelas.
2. Lakukan kembali langkah 6 – 8 pada kegiatan 1 di atas.
3. Catat hasil pengamatan pada tabel berikut.

Tabel 2. Pengaruh luas permukaan terhadap laju pelapukan


Jenis Bentuk Bentuk setelah Isi kotak
Dokumentasi
kegiatan sebelum proses proses penampung air
1-bola Padat dan utuh Bola tanah Airnya berwarna
tanah tersebut, lama keruh dan
kelamaan menjadi terdapat sedikit
terkikis dan endapan tanah
terbawa oleh air, yang dibawa
teksturnya oleh air
menjadi agak
lembek Bentuk bola tanah
2-bola Padat dan utuh Bola tanah cukup Air yang ada sebelum proses
tanah banyak terkikis pada kotak
dan tekstur nya penampung air
menjadi lembek berwarna keruh
serta retak kecoklatan dan
terdapat
endapan tanah
yang terbawa
Bentuk bola tanah
oleh air
sesudah proses
Isi kertas kue pada
penampung air
setelah proses

4. Adakah perbedaan pengamatan di antara kedua jenis kegiatan di atas?


Kegiatan 1: pada kegiatan 1 ini menggunakan 1 bola tanah dan gelas air yang
dituangkan kedalamnya. Pada praktikum yang telah kami lakukan bentuk bola tanah
tersebut mengalami perubahan yang semula padat lama kelamaan berubah menjadi
lumpur. Tanah yang terkikis juga banyak sehingga endapan yang berada pada
penampungan juga banyak.
Kegiatan 2: Pada kegiatan 2 ini menggunakan 2 bola tanah dengan segelas air yang
dituangkan kedalamnya. Bentuk kedua bola masih terlihat utuh, tetapi teksturnya
sedikit lebih lembek karena air yang meresap di dalamnya. Tanah yang terkikis pun
lebih sedikit, sehingga endapan yang terdapat pada penampungan sedikit pula.
5. Apakah yang mempengaruhi laju pelapukan? Pada praktikum yang telah kami
lakukan dapat dilihat bahwa yang mempengaruhi laju pelapukan adalah jumlah air
yang digunakan lebih banyaknya bola. Jika jumlah air yang digunakan lebih banyak
daripada bola tanah maka laju pelapukan pun semakin cepat. Namun apabila jumlah
bola tanahnya lebih banyak dibandingkan air maka laju pelapukan akan semakin lama.
6. Misalkan bola tanah di atas di ganti dengan bola lain yang terbuat dari komposisi
bahan berbeda misal ada semennya, bagaimanakah laju pelapukannya? Sama ataukah
tidak dengan laju pelapukan di kegiatan 1 dan 2 ?
Tidak sama. Karena laju pelapukan yang terjadi pada tanah tentunya lebih cepat
daripada bola yang didalamnya berisi semen. Hal tersebut disebabkan karena salah
satu faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah jenis batuan dan struktur
batuan. Pada bola tanah strukturnya lebih renggang sehingga air cepat meresap ke
dalam tanah sedangkan pada bola tanah yang berisi semen strukturnya lebih rapat
karena pada dasarnya semen berfungsi untuk merekatkan, sehingga air lebih sulit
untuk meresap kedalam tanah. Hal tersebutlah yang mengakibatkan bola tanah lebih
cepat mengalami pelapukan dibandingkan bola yang berisi semen.
E. Hasil dan Pembahasan
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran atau perusakan dan pelepasan partikel-
partikel batuan. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pelapukan, antara lain keadaan struktur batuan, topografi,
cuaca, dan iklim. Sedangkan erosi merupakan peristiwa pengikisan padatan (sedimen,
tanah, batuan, dan lain-lain) karena adanya erosive transport agent seperti angin, es, air,
hujan. Proses erosi dapat mengakibatkan turunnya produktivitas tanah dan daya dukung
tanah. Faktor penyebab erosi seperti iklim, topografi, vegetasi, jenis dan sifat tanah, serta
aktivitas manusia. Macam-macam erosi yaitu ablasi, deflasi, abrasi, dan eksarasi.
Pada praktikum D.1 (Erosi, Pelapukan dan Mass wasting) hasil yang kami dapatkan
adalah terjadi pelapukan dan erosi. Dikatakan terjadi pelapukan karena bola tanah yang
semula berbentuk bola dan bertekstur keras ketika diberikan air, air tersebut kemudian
akan meresap kedalam tanah dan tekstur tanah menjadi lembek serta lama kelamaan
berubah bentuk menjadi lumpur tanah. Pelapukan yang terjadi tergolong pelapukan
mekanis karena proses pengikisan dan penghancuran bongkahan batu lebih kecil sehingga
tidak merubah unsur kimianya. Lalu dikatakan terjadi erosi karena bola tanah ketika
dimasukkan air kedalamnya sedikit demi sedikit akan terbawa oleh air yang kemudian
akan melewati lubang-lubang yang ada pada dasar gelas lalu mengendap pada
penampungan air. Pada percobaan D.1 ini tidak mengalami mass wasting karena tidak
terjadi perpindahan material bola dalam jumlah yang cukup besar.
Pada praktikum D.2 (Pengaruh luas permukaan terhadap laju pelapukan) hasil yang
kami dapatkan pada percobaan pertama dengan menggunakan 1 bola tanah yaitu ketika
bola diberi air maka akan mengalami pelapukan, hal tersebut terjadi karena bola tanah
menyerap air sehingga bola tanah mengalami perubahan bentuk yang semula padat dan
menggumpal berubah menjadi berbentuk bubur. Selain itu bola tanah tersebut juga
mengalami pengikisan, hal ini dapat dilihat dari air yang jatuh ke dalam penampungan.
Selanjutnya pada percobaan yang kedua, kami menggunakan 2 bola tanah dan
mendapatkan hasil yaitu terdapat sedikit endapan dalam penampungan hal ini
dikarenakan tanah yang terkikis pada bola tanah hanya sedikit. Karena jumlah bola
berpengaruh dalam hal ini jumlah bola lebih banyak dibandingkan dengan air yang
digunakan hanya satu gelas saja, sehingga tanah yang terkikis dan terbawa air pun sedikit.
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kami maka dapat menyimpulkan bahwa pelapukan dan erosi
terjadi karena adanya tenaga eksogen. Erosi merupakan suatu peristiwa pengikisan
padatan (sedimen, tanah, batuan, dan lain-lain) karena adanya erosive transport agent
seperti angin, es, air, hujan. Faktor penyebab terjadinya erosi seperti iklim, topografi,
vegetasi, jenis dan sifat tanah, serta aktivitas manusia. Sedangkan pelapukan adalah
peristiwa penghancuran atau perusakan dan pelepasan partikel partikel batuan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pelapukan, antara lain keadaan struktur batuan, topografi,
cuaca, dan iklim. Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis
yaitu pelapukan fisik atau mekanik, pelapukan organis, pelapukan kimiawi.
G. Tugas
Laporkan hasil kegiatan laboratorium yang telah anda lakukan. Selanjutnya lakukan
pengamatan daerah di sekitar anda! Selanjutnya sebutkan jenis-jenis erosi beserta bentang
alamnya yang terjadi akibat proses erosi tersebut! Laporkan hasil tugas kepada guru anda!
Pada daerah sekitar saya pernah terjadi erosi yang jenisnya abrasi. Dimana abrasi
merupakan proses pengikisan pantai oleh gelombang laut. Abrasi ini terjadi di daerah
Pantai Wisata Watudodol di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Abrasi ini diduga
disebabkan oleh gelombang pasang air laut paling ganas dan besar yang terjadi antara
bulan Mei hingga Juni, ketinggian ombaknya bisa mencapai 3 meter. Serta abrasi ini juga
disebabkan oleh adanya proyek reklamasi pantai yang dibangun terlalu menjorok ke laut.
Akibat dari abrasi ini yaitu menyebabkan warung yang berada di tepi pantai tergerus dan
amblas. Bahkan, plengsengan yang berfungsi menangkis ombak juga ambrol.

Anda mungkin juga menyukai