Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat
terwariskan suatu populasiorganisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses
utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi
ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup
dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat
diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar
populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang
dapat meningkatkan variasi antara organisme.Evolusi terjadi ketika
perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam
suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat
yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu
dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi,
sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi
sifat-sifat yang menguntungkan ini.Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi
melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan
acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa
Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan
perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik
dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu
individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam
kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang
substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan
menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa
semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui
proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang
biologi yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga
mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab
evolusi.Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme
hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa
spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong
perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh
Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail
teori evolusi melalui seleksi alam.Karya Darwin dengan segera diikuti oleh
penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori
seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisanMendel, membentuk
sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan
mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini
mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di
mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan
penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,
namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman
Aristoteles.Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang
mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi
pengujian ilmiah.Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi
karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori
terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Teori evolusi yang dikemukakan oleh para ahli evolusi tidak terlepas dari
peranan berkembangnya zaman, tiap-tiap perubahan suatu teori dimunculkan
dari beberapa teori yang sebelumnya dapat dibantah oleh para ahli yang telah
melakukan penelitian terkait dengan evolusi yang dengan perubahan yang
terjadi di alam semesta ini. salah satu contoh yaitu terbantahnya teori Darwin
oleh teorinya Harun yahya, Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup yang
ada dimuka bumu ini beserta isinya ada dengan sendirinya, teori ini dapat
dibantah oleh Harun yahya dengan membuktikan bahwa alam semesta beserta
isinya tidak terjadi dengan sendirinya namun ada yang menciptakan.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja bukti-bukti dari evolusi?
2. Bagaimanakah evolusi yang terjadi pada hewan invertebrata ?
3. Bagaimana bentuk awal dari evolusi hewan invetebrata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja bukti-bukti dari evolusi
2. Untuk mengetahui evolusi yang terjadi pada hewan invertebrata
3. Untuk mengetahui bentuk awal dari evolusi hewan invetebrata
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bukti-bukti Evolusi
Kecaman dari berbagai pihak tentang teori evolusi, mendorong para
pendukung teori evolusi membuktikan kebenaran teori evolusi. Hal-hal yang
perlu dibuktikan dalam teori evolusi sebenarnya sudah dibahas dalam buku
Darwin ”The Origin of Species by Means Natural Selection”. Upaya untuk
mencari bukti sampai sekarang lebih mengarah pada petunjuk adanya evolusi
daripada bukti adanya evolusi. Pemaparan bukti evolusi harus dilakukan
dengan pendekatan multidisipliner.
Adapun bukti evolusi yang sering dipakai adalah fosil, anatomi
komparatif, struktur sisa, embriologi komparatif, biokimia komparatif dan
biogeografi.
1. Petunjuk adanya evolusi dari segi palaentologi
Charles Darwin yang menyatakan bahwa fosil adalah bukti
perkembangan makhluk hidup masa lampau, yang menujukkan suatu
perkembangan yang terus menerus secara evolutif. Perkembangan evolusi
kuda sering digunakan sebagai contoh perkembangan makhluk hidup dari
segi paleontologik.
Perkembangan kuda dimulai dari apa yang disebut Hyracotherium,
termasuk kelompok Eohippus, yang muncul dari Eocene awal di Amerika
Utara dan Eropa. Nenek moyang kuda ini hanya sekitar 11 inci, berleher
pendek dan mempunyai kaki depan yang berbeda dengan kaki belakang,
kaki depan jumlah jari kakinya empat dan kaki belakang jumlah jarinya
hanya tiga; jari keempat dan kelima masih ada tapi kecil sekali. Pada
oligocene muncul Mesohippus yang lebih besar daripada Eohippus, yakni
sekitar 24 inci. Kaki depan dan kaki belakang semua berjari 3. Pada
Miocene dijumpai adanya Parahippus dan Merychippus, yang pertama
adalah pemakan daun dan yang kemudian adalah pemakan rumput. Baru
pada Pleiocene muncul apa yang disebut Pliohippus yang jari sampingnya
sudah mereduksi. Pada akhir Pleiocene akhir sudah muncul nenek moyang
kuda yang berjari satu, yang menyebar ke seluruh dunia kecuali Australia.
B. Mekanisme Evolusi
Apabila perbandingan fenotif dalam suatu populasi tidak berubah dari
generasi ke generasi, dapat dinyatakan bahwa frekuensi gena populasi tersebut
dalam keadaan seimbang. Dengan kata lain proses evolusi dapat diartikan
sebagai suatu perubahan komulatif frekuensi allele sejalan dengan waktu.
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gena dari generasi ke
generasi cenderung konstan selama tidak ada mutasi gen, rekombinasi gen,
hilangnya gen (=genetif drift) maupun alur gen (=gen flow). Darwin
menambahkan untuk terjadinya perubahan frekuensi gen terdapat peranan
lingkungan. Melalui proses seleksi alam arah evolusi ditentukan.
1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan secara acak pada struktur DNA. Mutasi
adalah material kasar untuk terjadinya evolusi karena mutasi dapat
menyebabkan variasi genetik. Penyebab mutasi dapat berasal dari
lingkungan (oleh zat mutagenik) atau perubahan dari dalam individu pada
saat replikasi terjadi kesalahan. Ada dua jenis mutasi yaitu mutasi kecil
dan perubahan kromosom. Pada kasus pertama adanya substitusi beberapa
pasangan nukeotida dalam molekul DNA sedangkan perubahan
kromosomal merupakan perubahan besar yang menyangkut ratusan
bahkan ribuan nukleotida. Terjadinya mutasi dapat menguntungkan
maupun merugikan bagi individu yang mengalaminya. Mutasi
menyebabkan perubahan pada variasi genetik dan diturunkan sehingga
mutasi berpengaruh terhadap evolusi.
2. Genetic drift
Genetic drift adalah hilangnya/lepasnya frekuensi allele secara
kebetulan atau dapat dikatakan merupakan perubahan acak pada frekuensi
gen pada populasi kecil yang disebabkan oleh kematian, migrasi atau
isolasi. Pada populasi kecil kehilangan sedikit anggotanya akan membuat
perbedaan besar. Geneti drift dapat disebabkan oleh dua kategori situasi
yaitu the bottleneck effect dan the founder effect.
The bottleneck effect. Bencana alam seperti kebakaran, gempa bumi,
habisnya cadangan makanan dan penyakit yang mewabah dapat
mengurangi sejumlah individu dalam populasi. The bottleneck effect
terjadi ketika populasi yang bertahan hidup sangat sedikit, misal tinggal
satu dosen sehingga gen pool (komposisi genetik suatu populasi) tidak
merepresentasikan populasi awal.
The founder effect. Ketika sejumlah kecil organisme bermigrasi dari
populasi yang besar dann menetap sebagai populasi yang baru di suatu
tempat the founder effect dapat terjadi. Jelasnya adalah gen pool kelompok
migrasi yang lebih kecil biasanya tidak merepresentasikan gen pool
populasi yang besar. Beberapa allele akan absen sementara itu yang lain
akan ada secara sedikit atau berlebihan. Sebagai konsekuensi, ketika
individu-individu bereproduksi dan jumlah founding population
meningkat, frekuensi gennya berbeda dari populasi awalnya.
3. Aliran Gen (=Gen Flow)
Aliran gen dapat terjadi melalui proses interbreeding. Imigran dapat
menambah allele baru ke dalam gen pool sehingga dapat merubah
frekuensi allele. Aliran gen dapat terjadi dari kisaran imigran yang sangat
rendah sampai kisaran imigran yang sangat tinggi tergantung dari jumlah
individu yang datang dan seberapa banyak perbedaan genetik inidividu-
individu yang dapat bergabung. Bagaimanapun bila informasi genetik
sangat berbeda imigrasi kecil pun dapat menghasilkan perubahan frekuensi
allele yang sangat besar.
4. Rekombinasi Seksual
Pada individu yang melakukan reproduksi secara seksual keturunan
yang dihasilkan dapat berbeda dengan induknya karena selama meiosis
kromosom bergabung secara acak dan juga pada saat peristiwa fertilisasi
terjadi penggabungan materi genetik dari dua sel gamet. Dengan demikian
rekombinasi gen dapat memberi peluang yang besar untuk terjadinya
variabilitas yang berpengaruh terhadap evolusi populasi.
5. Seleksi alam
Seleksi alam adalah salah satu faktor evolusi, pertama kali dikemukan
oleh Darwin. Individu yang mempunyai kecocokan dengan lingkungan
yang mampu bertahan. Oleh sebab itu alam bertugas sebagai penyeleksi
kelestarian makhluk hidup dari generasi ke generasi. Hasil adaptasi
makhluk hidup terhadap lingkungannya disebut modifikasi dan ini
diturunkan pada anakannya, sehingga seleksi alam merupakan faktor
evolusi.