LP Kecemasan 5699b2c88ced4
LP Kecemasan 5699b2c88ced4
KECEMASAN (ANSIETAS)
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Ciptaningrum Marisa P
KECEMASAN (ANSIETAS)
A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang
berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosioanl
yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.
2
b. Penyebab atau Etiologi
Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah, dan tujuan hidup.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas,
diantaranya:
1. Teori Biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang kemungkinan besar
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang membuat
kecemasan atau ketakutan menjadi abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang
mengalami abnormalitas elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya
berespons terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2000).
a. Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat
pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas memiliki kemungkinan
lebih tinggi mengalami ansietas dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih
besar daripada pria. Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan
genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti sakit kepala hebat,
masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid, prolaps katup mitral.
b. Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino
yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas. GABA, suatu
neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens antiansietas alami tubuh
dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga megurangi frekuensi bangkitan
neuron. GABA tersedia pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem
limbik dan lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,
yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas dan
noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa masalah pengaturan
neurotransmitter ini menimbulkan gangguan ansietas.
3
2. Teori Psikologis:
a. Teori Perilaku
Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman individu.
Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan cara
berbeda. Misalnya, jika sejak kecil seringkali diterapkan perilaku main sendiri
atau jarang bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga dewasa
yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan dengan orang
lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya
4
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Etiologi Panik:
a. Teori biologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik dapat muncul
ketika girus parahipokampus diaktifkan oleh jalur norepinefrin. Gejala serangan
panik, misalnya peningkatan frekuensi jantung yang terlihat pada peningkatan kadar
noreepinefrin yang dilepaskan. Obat-obatan seperti yohimbin menyekat reseptor
pengikat norepinefrin sehingga ansietas meningkat.
b. Psikoanalitis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam sadar. Informasi
ini menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari empat sumber: ansietas
superego, rasa bersalah yang dirasakan oleh individu yang secara sosial dan personal
memiliku impuls yang tidak tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi
ini diketahui, ansietas separasi, tentang potensi kehiangan orang terdekat, dan ansietas
id atau destruksi individu. Tujuan psikoanalitis adalah menghadapi konflik untuk
mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya kemudian melakukan intervensi.
Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi: (TirtoJiwo, 2012)
1) Penyakit jantung
2) Diabetes
3) Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)
4) Asma
5) Penyalahgunaan obat
6) Penarikan diri (withdrawal) alkohol
7) Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan (benzodiazepin)
5
8) Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang menyebabkan badan
dalam posisi siaga “hadapi atau lari”
9) Otot atau kejang atau kram.
10) Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak memiliki sebab
yang jelas
6
c. Tanda dan Gejala
Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitanldi secara akut atau bertahap.
Awitan dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau terjadi karena peritiwa akut yang
menimbulkn stress atau bahkan stressor kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan,
nutrisi, medikasi atau keluarga. Gangguan ansietas ditandai dengan tingkat ansietas
yang tinggi, yang terlihat pada perilaku yang tidak lazim, misalnya khawatir, panik,
pikiran dan tindakan obsesif-kompulsif atau takut terhadap objek atau peristiwa yang
tidak sesuai dengan realitas situasi.
1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung meningkat,
konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah meningkat, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun
b. Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
c. Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada perut, mual dan
diare
d. Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing
e. Traktus urinarius : sering berkemih
f. Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan
2. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik,
reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri
dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
3. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu berkonsentrasi,
tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan
7
kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan
takut cedera atau kematian.
4. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-
betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan
dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.
Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran
serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004)
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu
tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu
sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi
lebih merasa cemas.
8
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-
ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
mengancam.
9
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan
10
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis
dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme
koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
1) Respon fisiologis: Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan
parasimpatis)
2) Respon psikologologis: Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal
maupun personal.
3) Respon kognitif: Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik
proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan
persepsi, bingung.
4) Respon afektif : Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan
curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan
11
d) Gastrointestinal (kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak
nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar di perut, diare, perut melilit).
e) Traktus urinarius (tidak dapat menahan kencing, sering berkemih).
f) Reproduksi (tidak datang bulan/amenore, darah haid berlebihan, darah
haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini).
g) Integumen (wajah kemerahan, berkeringat setempat/telapak tangan, gatal,
rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh).
4) Behavioral (gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindar,
hiperventilasi).
5) Respon sosial (kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial
menurun, kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan).
12
orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan
sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati
(2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu:
- Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
- Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun secara psikologis.
- Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Mekanisme
pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan. Adapun mekanisme pertahanan Ego
adalah:
- Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya.
- Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif.
- Pemindahan (Displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu
yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
13
- Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
- Identifikasi (Identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi
dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang
tersebut.
- Intelektualisasi (Intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
- Introjeksi (Intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu
oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).
- Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi
atau tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya
terhalang.
- Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat
ditoleransi.
- Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
- Reaksi formasi
- Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
- Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang
primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak,
melempar barang, meraung, dan sebagainya.
14
- Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang
primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
- Acting Out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
- Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
- Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan
yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-
kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
- Undoing
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
E. RENCANA TINDAKAN
Tujuan Umum:
Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres dan mampu
mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
15
Tujuan Khusus:
a. Klien mampu mengenal ansietas.
b. Klien mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang ansietasnya.
c. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
d. Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
e. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
ansietas.
f. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
g. Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
h. Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
i. Klien terlindung dari bahaya.
TINDAKAN KEPERAWATAN:
16
ii) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
3) Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
d. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien mengenal ansietas.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
d. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4
a. Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.
b. Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.
c. Otot punggung
17
d. Otot perut
e. Otot tangan
f. Otot kaki.
a. Membayangkan, distraksi.
b. Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang saat merasa
sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalkan membayangkan
ketika baru saja selesai mengikuti pertandingan bulu tangkis dan bapak menjadi
pemenangnya.
c. Kedua, sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang saat
pertama kali jatuh cinta, saat pertama kali bertemu dengan istri dan kenangan
indah yang lain.
d. Ketiga, sentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan ketika saat pertama
menerima pujian yang paling berkesan.
e. Terakhir, sentuhkan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan berada di satu
tempat yang paling disukai, misalnya pantai, bayangkan berjalan di sekeliling
pantai, kembangkan imajinasi.
18
masalah perhatian. Berikan informasi
meningkat. Peningkatan akurat dan fuktual.
kewaspadaan. Sadari penggunaan
Peningkatan persepsimekanisme pertahanan.
pemecahan masalah. Bantu dalam
Mudah marah. mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil.
Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu.
Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi.
2. Ansietas Sedang
19
otot. pasien.
Menggigit kuku,
Anjurkan pasien
memukul-mukulkan jari,menggunakan tehnik
menggoyangkan kaki danrelaksasi.
mengetukkan jari kaki. Ajak pasien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
Bantu pasien
mengenali dan menamai
ansietasnya.
3. Ansietas Berat
20
untuk dapat Perubahan kardivaskuler. lingkungan sekitarnya.
memusatkan Takikardia.
pada daerah lain. Palpitasi.
Rasa tidak nyaman pada
prekokardia.
Berkurangnya jarak
persepsi secara berat.
Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.
Rasa terbakar.
Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan.
w) Aktivitas yang tidak
berguna.
Bermusuhan.
4. Panik
21
penilaian yang tidakbahwa anda (staf) tidak
realistis terhadapakan membahayakan
lingkungan dan ancaman. dirinya sendiri atau
Perilaku kacau dalamorang lain.
usaha melarikan diri. Isolasikan pasien pada
Menyerang. daerah yang aman dan
nyaman.
Lanjut dengan
perawatan ansietas berat.
Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu sebagai
berikut:
Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.
22
menghilangkan ansietas,
mekanisme kopingnya saat
ketegangan dapat mencapai
ini
23
klien
24
Tujuan Khusus Intervensi Rasional
Klien akan- Bantu klienUntuk mengadopsi
mengidentifikasi mengindentifikasi danrespon koping yang
dan menggambarkan baru, klien pertama kali
menggambarkan perasaan yangharus menyadari
perasaan tentang mendasari kecemasan perasaan dan mengatasi
ansietasnya penyakangkalan dan
-
resistens yang disadari
atau tidak disadri
- Validasikan semua
perubahan dan asumsi
kepada klien
- Gunakan pertanyaan
terbuka untuk beralih
dari topic yang tidak
mengancam ke isu-isu
konflik
- Variasikan besarnya
ansietas untuk
meningkatkan motivasi
klien
- Gunakan konfrontasi
supportif dengan
bijaksana
25
Klien akan- Bantu klienSetelah perasaan
mengidentifikasi manggambarkan situasiansietas dikenali, klien
penyebab ansietas dan interaksi yangharus mengerti
mendahului ansietas perkembangannya
termasuk stressor
-
pencetus, penilaian
stressor dan sumber
Tinjau penilaian klien
yang tersedia
terhadap stressor, nilai-
nilai yang terancam dan
cara konflik
berkembang
- Hubungkan
pengalaman klien
dengan pengalaman
yang relevan pada masa
lalu
Klien akan Respons koping adaptif
menguraikan dapat dipelajri melalui
respons koping analisa mekanisme
Tunjukkan efek
adaptif dan koping yang digunakan
maladaptif dan
maladaptif dimasa lalu, penilaian
destruktif dari respons
ulang stressor,
koping saat ini
menggunakan sumber
koping yang tersedia
- Dorong klien
dan menerima
menggunakan koping
tanggung jawab untuk
adaptif yang efektif
berubah.
dimasa lalu
26
berubah
- Dorong klien
melakukan aktivitas
fisik untuk
menyalurkan energi
27
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan tindakan untuk keluarga:
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.
28
1) Bina hubungan terapeutik: terima terlebih dahulu kehendaknya dan
beri dukungan klien dari pada melawan Kenalkan realitas nyeri yang
berhubungan dengan mekanisme koping Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau
keluhan fisik.
2) Beri umpan balik tentang: perilaku stress, penilaian stresor dan sumber koping
perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi.
Kemudian mulailah membuat batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara
mendukung.
b. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan:
1) Lakukan cara yang tenang kepada klien
2) Kurangi stimulasi lingkungan
3) Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan
menularnya cemas pada orang lain.
4) Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan.
5) Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat, massage.
c. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan
1) Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan
ruangan, merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara
sosial.
2) Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksas
3) Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan.
4) Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang memungkinkan.
5) Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan gejal-gejala
cemas berat.
6) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
7) Amati efek samping obat.
29
3) Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif.
4) Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas.
30
c. Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan sosial.
d. Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri
serta mengurangi stress.
1. Obat
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan. Ini
termasuk:
a. Antidepresan. Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak (neurotransmitter)
diperkirakan memainkan peran dalam gangguan kecemasan. Contoh antidepresan
digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac),
paroxetine (Paxil), escitalopram (Lexapro), sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor)
dan imipramine (Tofranil).
b. Buspirone. Ini obat anti-kecemasan dapat digunakan secara berkelanjutan. Seperti
kebanyakan dengan antidepresan , biasanya memakan waktu sampai beberapa
minggu untuk menjadi sepenuhnya efektif. Sebuah efek samping yang umum dari
buspirone adalah perasaan kepala ringan tak lama setelah meminumnya. Efek
samping yang kurang umum termasuk sakit kepala, mual, gugup dan insomnia.
c. Benzodiazepin. Dalam keadaan terbatas dokter mungkin meresepkan salah satu obat
penenang untuk menghilangkan gejala kecemasan. Contohnya termasuk clonazepam
(Klonopin), lorazepam (Ativan), diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan
alprazolam (Xanax). Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk menghilangkan
kecemasan akut secara jangka pendek. Karena mereka dapat membentuk kecanduan
(adiktif), obat ini bukan pilihan yang baik jika Anda punya masalah dengan
penyalahgunaan alkohol atau obat (membuat Anda lebih rentan terhadap kecanduan).
Mereka dapat menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk, koordinasi
berkurang, dan masalah dengan keseimbangan dan memori.
2. Psikoterapi (TirtoJiwo,2012).
31
a. Psikoterapi merupakan terapi bicara dan konseling psikologis. Psikoterapi menggarap
tekanan hidup dan kekhawatiran yang mendasari dan membuat perubahan perilaku.
Psikoterapi ini dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi kegelisahan.
b. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis psikoterapi
untuk gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif berfokus pada pengajaran
keterampilan khusus untuk mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif dan
menggantinya dengan yang positif
DAFTAR PUSTAKA
32
1. Carpenito, L.J., 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
2. Carpenito, L.J.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.
3. Cutler, Howard C. 2004. Seni Hidup Bahagia. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. David AT. 2004. Buku Saku Psikiatri.Ed.6. Jakarta:EGC.
5. Herdman, T Heather. 2012. NANDA International, diagnosis Keperawatan definisi dan
klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: EGC
6. Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,
Jakarta : EGC
7. Mallapiang.2003.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.
8. Potter Patricia A, Anne Griffin, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep
Klinis, Proses dan Praktik. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk. Editor edisi bahasa Indonesi:
Dewi Yulianti.
9. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, 2000. Jakarta : EGC.
10. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
11. Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor
12. Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
13. Struart, G.W., Sundeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.Jakarta: EGC
14. Stuart & Sundeen.2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Achir Yani S
Hamid. Editor: Yasmin Asih. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
15. Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
16. Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Editor Monica Ester, Jakarta : EGC.
17. Tirtojiwo. 2012. Anxiey (Kecemasan). http://tirtojiwo.org/wpcontent/uploads/2012/06/
kuliah-anxiety.pdf diakses pada 25 Agustus 2014 pukul 18.57 WIB.
18. Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
19. Wiramihardja, Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama
20. Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius
33
34