Anda di halaman 1dari 9

ANAK GANGGUAN BAHASA DAN BICARA

A. KOMPETENSI DASAR

Setelah mahasiswa mempelajari materi pembelajaran anak kesulitan belajar pada


kegiatan belajar ini diharapkan mahasiswa dapat: menjelaskan tentang konsep
anak gangguan bahasa dan bicara, menjelaskan strategi layanan anak gangguan
bahasa dan bicara dan membuat program intervensi anak gangguan bahasa dan
bicara.

B. POKOK-POKOK MATERI PEMBELAJARAN

Pada kegiatan belajar ini akan dibahas pokok-pokok meteri pembelajaran sebagai
berikut:

1. menjelaskan tentang konsep anak gangguan bahasa dan bicara


2. menjelaskan strategi layanan anak gangguan bahasa dan bicara
3. membuat program intervensi anak gangguan bahasa dan bicara

C. TUGAS KEGIATAN BELAJAR

1. Buat resume tentang asesmen anak gangguan bahasa dan bicara


2. Untuk pendalaman materi silakan anda pahami materi dalam modul secara
online

D. URAIAN MATERI PEMBELAJARAN

1. Bacalah dengan seksama bahan bacaan yang berjudul “Anak Gangguan


Bahasa dan Bicara” yang disajikan berikut ini
A. Strategi Layanan Anak Gangguan Bahasa dan Bicara

Bahasa merupakan salah satu media yang dimiliki manusia untuk


berkomunikasi. Bahasa sendiiri merupakan sistem kode yang secara konvesional
disepakati oleh sekelompok orang, suku atau bangsa tertentu. Bahasa digunakan
untuk menjelaskan berbagai pengertian atau simbol-simbol. Bahasa sendiri
memiliki komponen artikulasi, suara dan kelancaran. Apabila seorang anak
mengalami gangguan pada salah satu komponen tersebut akan berdampak pada
kemampuan bicaranya. Mulyono (2010) mengemukakan Bahasa merupakan suatu
sistem komunikasi yang integrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan
menulis (Lerner, 1988). Wicara merupakan suatu bentuk penyampian bahasa
dengan menggunakan organ wicara.

Komponen wicara adalah Artikulasi, suara dan kelancaran . adanya


kerusakan organ wicara yang yang terkait dengan salah satu atau lebih komponen
tersebut dapat menimbulkan kesulitan wicara. Meskipun anak mengalami kesulitan
wicara, tidak selalu berarti mengalami kesulitan bahasa. Komponen bahasa ada
enam yakni, fonem, morfem, sintaksis, semantik, prosodi, dan pragmatik. Adanya
gangguan dari salah satu atau lebih komponen komponen tersebut dapat
menyebabkan terjadiny kesulitan belajar bahasa.

Menurut Lovitt (1989) ada berbagai penyebab kesulitan belajar bahasa yaitu
(a) kekurangan kognitif, (b) kekurangan dalam memori, (c) kekurangan
kemamouan melakukan evaluasi, (d) kekurangan kemampuan memproduksi
bahasa, dan (e) Kekurangan dalam bidang pramatik atau penggunakaan
fungsional bahasa.

Ada beberapa strategi layanan anak gangguan bahasa dan bicara salah
satunya yaitu Speech Therapy dapat dibagi menjadi dua : natural-istic (alamiah)
dan directive ( diarahkan). Serta dapat diklasifikasikan secara metode menjadi tiga
: pendekatan ritmik dan melodi, terapi oral-motor, dan pendekatan sentuhan dan
sikap (Agin, Geng, and Nicholl,2003).
1. Strategi Pendekatan Touch-And Gestural-Cueing Dikenal Sebagai
PROMPT (Prompts For Restucturing Oral Muscular Phonetic Targets).
Dimana therapist memberi tekanan pada tempat tertentu diwajah, bibir,
dagu, untuk membentuk fitur wajah anak ke bentuk yang memproduksi
bermacam bunyi. Metode yang diaplikasikan pada Jeremy (case study) dan
cukup berhasil. Secara metafora, Jeremy mengalami keadaan dimana pintu
yang mengirim sinyal dari otak ke otot mulut kadang-kadang tidak terbuka,
sehingga meskipun otak mengerti pesan yang mau disampaikan mulut tidak
memproduksi bunyi. Dengan memaksa otot mulutsecara fisik untuk
membentuk gerakan yang menghasilkan bunyi, anak menerima feedback
sensori motor dan mengembangkan ingatan anak bagaimana membentuk
mulut untuk menghasilkanbunyi yang diinginkan. Teknik ini bagus untuk anak
yang sulit menangkap arahan ketika diberi tahu, karena otot mulut diposisikan
dengan sentuhan-sentuhan dan mereka perlu belajar dalam permainan
bergiliran sebagai stimulasi untuk menyadari dengan penuh keadaan
lingkungannya tidak focus pada keinginannya sendiri.

2. Strategi Pendekatan Rhytmitic And Melodic Intonation


Digunakan untuk memperlambat atau mempercepat kecepatan bicara,
agar anak terbantu mengurutkan silabel dengan kombinasi bertepuk tangan,
berbaris ketika tiap silabel diucapkan, atau mengajar dimana menempatkan
tekanan pada sebuah kata. Hal ini dipraktikan dengan : bertepuk tangan ketika
mengatakan urutan bunyi atau menyanyikan lagu, melambungkan bola dengan
berirama bersamaan dengan pengucapan silabel atau kata-kata, menyentuh
gambar atau kata sembari mengatakannya dan berjalan pada gambar jejak
kaki, tiap lagkah satu kata diucapkan. Pemakaian lagu untuk memacu ujaran
pada pasien pasca strok.

3. Strategi Pendekatan Oral-Motor


Supaya anak merasakan ada benda dimulutnya dengan tujuan
meningkatkan kesadaran sensori oral, dan dapat dilatih dengan meniup
gelembung udara/bubble, balon, peluit, terompet, menggunakan lidah untuk
makan-makanan bermacam teksturdari es krim, lollipop, permen kenyal
gummy bears, apel keras, buah kering.

Nugroho (2004) mengemukakan bahwa materi yang diajarkan dalam


layanan bahasa dan bicara, meliputi:

1. Materi fonologi (fonem segmental, dan supra segmental).


2. Materi morfologik (kata adasar, kata jadian, kata ulang, dan kata majemuk).
3. Materi sintaksis (kalimat berita, ajakan, perintah, larangan, dan kalimat tanya).
4. Materi sistematik.

Dalam pelaksanaanya, layanan bahasa dan bicara, meliputi:

1. Latihan Prabicara
Latihan keterarahwajahan, keterarahsuaraan, dan pelemasan organ
bicara.

2. Latihan Pernafasan
Misalnya meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan,
menghirup serta menghembuskan nafas melalui hidung.

3. Latihan Pembentukan Suara


Menyadarkan anak untuk bersuara, merasakan getaran, menirukan
ucapan guru sambil merasakan getaran, melafalkan vokal bersuara, serta
meraban sambil mersakan getaran.

4. Pembentukan Fonem.

5. Penggemblengan, Pembetulan, Serta Penyadaran Irama/Aksen.

6. Pengembangan.

B. Program Intervensi Kecakapan Berbicara

Martin. J (2014) mengemukakan bahwa kesulitan dalam perkembangan


bahasa yang sering ditemui pada anak usia prasekolah. Kesulitan ini dapat di
identifikasi melalui sikap anak yang kurang suka berbicara seperti anak normal
seusianya.

1. Mengalami kelianan dalam proses perkembangan.


2. Mengalami kesulitan dalam mengingat kata dan arti kata.
3. Mengalami kesulitan untuk memahami ucapan orang lain.
4. Mengalami kelainan pendengaran.
5. Mengalami kesulitan dalam bahasa pragmatik, yaitu menggunakan bahasa lisan
dan nonlisan untuk berkomunikasi di dalam interaksi sosial.
6. Memilih diam dan hanya mau berbicara pada situasi tertentu.
7. Speech dyspraxia/ Verbal dyspraxsia, yaitu kesulitan dalam gerakan motorik
yang mempengaruhi kemampuan untuk mengucapkan kata atau berbicara.
8. Menggunakan suara atau kata yang salah dalam berbicara.

Berbagai kegiatan dalam mengatasi kesulitan bahasa yakni:

1. Apabila Anak Mengalami Kesulitan Persepsi Auditori


Usahakan agar anak menyadari adanya suara yang ada di
lingkungannya. Misalnya, dengan menjatuhkan sendok, lalu menjatuhkan
balokm lalu anak di minta benda yang sesuai dengan suara benda yang di
jatuhkan.

a. Latih anak untuk mengucapkan suara – suara yang hampir mirip misalnya
n dan m, t, dan d.
b. Latih anak untuk membedakan suara/bunyi yang didengarnya, misalnya
membedakan suara air ladeng yang mengalir dan suara air hujan, suara
mobil dan suara motor, dll.
c. Mengidentifikasi teman ( namanya) melalui suara mengandung intonasi
yang melibatkan suasana emosi, seperti suara bersedih, suara gembira,
suara marah atau ketakutan.
2. Apabila Anak Mengalami Kesulitan Dalam Memahami Arti Kata
a. Kaitan input auditory dengan input visual, seperti gambar objek tertentu,
kegiatan tertentu, gerakan motor yang berkaiatan. Lalu berikan penekanan
terhadap arti dari hubungan apa yang di dengar dan apa yang di lihat.
b. Ajarkan berbagai kosakata kepada anak, mulai dengan kosakata benda, di
ikuti dengan kosakata kerja dan ajektif.
c. Suruh anak memasang label yang sesuai dengan gambar yang dilihat
nya.Ajarkan anak klasifikasi kata, misalnya anggota kelarga, mainan,
makaknan, dan warna, dll.
d. Suruh anak membuat respon vokal atau verbal dari input visual yang
dilihatnya. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan bahasa
secara ekspresif, beri kesempatan pada anak untuk berfikir sebelum ia
melakukan respon verbal.
e. Suruh anak membuat respon motorik dari input perseptual motor yag
dilihatnya, kegiatan ini akan lebih baik apabila sekaligus digabungkan
dengan respon vokal aatu verbal.
f. Bantu anak untuk menentukan arti dari simbol auditori yang dilihatnya,
seperti harap tenang, tutup mulut, dan lain lain.

3. Apabila Anak Mengalami Kesulitan Dalam Pemusatan Perhatian


a. Berikan perintah pada anak, di mulai dengan perintah sederhana yang
mengandung satu perintah dan dilanjutkan dengan pertintah yang
mengandung dua perintah, dan selanjtnya.
b. Suruh anak untuk menjelaskan cerita pendek yang do dengarnya segera
setelah cerita tersebut di dengarnya.
c. Suruh anak menetukan arti kata yang salah, misalnya es = panas, api =
dingin, menangis = gembira dll.

4. Apabila Anak Mengalami Kesulitan Dalam Mengikuti Perbincanagan


Panjang
a. Perhatikan panjang kalimat yang digunakan dan sesuaikan panjang kalimat
dengan kemampuan anak untuk mengingat suara( Auditori memori).
b. Pecah kalimat ke dalam bagian - bagian yang mengandung arti. Beri
kesempatan pada anak untuk memahaminya.
c. Beri penekanan pada akata kata kunci dari pembicaraan yang sedang di
dengar anak.
d. Ajarkan pada anak tentang awalan, akhiran dan kata sambug, lengkapi
dengan gambar dan kata kata yang sesuai.
e. Kembangkan kemampuan anak dalam memahami sintaksis dan morfologi.
f. Ajarkan pada anak istilah istilah umum.
g. Ajarkan pada anak kata dan lawan kata, karakteristik dari benda – benda
yang ada di sekitarnya, misalnya burung terbang, ikan berenang, dll.

Nugroho (2004) mengemukakan bahwa materi yang diajarkan dalam


layanan bahasa dan bicara, meliputi:

1. Materi fonologi (fonem segmental, dan supra segmental).


2. Materi morfologik (kata adasar, kata jadian, kata ulang, dan kata majemuk).
3. Materi sintaksis (kalimat berita, ajakan, perintah, larangan, dan kalimat tanya).
4. Materi sistematik.

Dalam pelaksanaanya, layanan bahasa dan bicara, meliputi:

1. Latihan Prabicara
Latihan keterarahwajahan, keterarahsuaraan, dan pelemasan organ
bicara.

2. Latihan Pernafasan
Misalnya meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan,
menghirup serta menghembuskan nafas melalui hidung.

3. Latihan Pembentukan Suara


Menyadarkan anak untuk bersuara, merasakan getaran, menirukan
ucapan guru sambil merasakan getaran, melafalkan vokal bersuara, serta
meraban sambil mersakan getaran.

4. Pembentukan Fonem
5. Penggemblengan, Pembetulan, Serta Penyadaran Irama/Aksen

6. Pengembangan.

Dalam pengembangan bahasa dan bicara, ada beberapa metode yang


didasarkan pada beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan Cara Menyajikan Materi


a. Metode Global Berdiferensisasi
Metode ini, disamping didasarkan pada cara menyajikan materi, juga
didasarkan pada perimbangan kebahasaan. Bahasa pertama-tama nampak
dalam ujaran secara totalitas. Oleh karena itu dalam mengajar atau melatih
anak berbicara, dimulai dengan ujaran secara utuh (global), baru kemudian
menuju ke pembentukan fonem-fonem sebagai satuan bahasa yang
terkecil.

b. Metode Analisis Sintetis


Metode ini merupakan kebalikan dari metode global diferensiasi.
Penyajian materi dilakukan mulai dari satuan bahasa terkecil (fonem)
menuju kata dan kalimat.

2. Berdasarkan Modalitas Yang Dimiliki Anak Tunarungu


a. Metode Multisensori
Yaitu menggunakan seluruh sensori untuk memperoleh kesan bicara,
seperti: penglihatan, pendengaran, perabaan (taktil), serta kinestetik.

b. Metode Suara
Yang saat ini lebih dikenal dengan metode auditori verbal, yaitu
metode pengajaran bicara yang lebih mengutamakan pada pemanfaatan
sisa pendengaran dengan menggunakan sistem amplifikasi pendengaran.

3. Berdasarkan Fonetika
a. Metode Yang Bertitik Tolak Pada Fonetik
Yaitu didasarkan pada mudah sukarnya bunyi-bunyi menurut ilmu
fonetik, dan dianggap sama bagi semua anak. Bunyi bahasa yang diajarkan
dimulai dari deretan bunyi paling depan/muka di mulut, karena bunyi-bunyi
tersebut paling mudah dilihat dan ditiru, yaitu kelompok konsonan bilabial
(p, b, m dan w). Setelah konsonan bilabial dikuasai, dilanjutkan pada
konsonan dental (l, r, t, d dan n), kemudian konsonan velar (k,g dan ng),
dan selanjutnya konsonan palatal (c, j, ny, y dan s).

b. Metode Tangkap dan Peran Ganda


Yaitu metode yang menuntut kepekaan guru menangkap fonem yang
diucapkan anak secara spontan, yang merupakan titik tolak untuk
dikembangkan kedalam kata, kelompok kata, dan kalimat. Metode ini
didasarkan pada fonem yang paling mudah bagi tiap-tiap anak (prinsip
individualitas).

Anda mungkin juga menyukai