A. KOMPETENSI DASAR
Pada kegiatan belajar ini akan dibahas pokok-pokok meteri pembelajaran sebagai
berikut:
Menurut Lovitt (1989) ada berbagai penyebab kesulitan belajar bahasa yaitu
(a) kekurangan kognitif, (b) kekurangan dalam memori, (c) kekurangan
kemamouan melakukan evaluasi, (d) kekurangan kemampuan memproduksi
bahasa, dan (e) Kekurangan dalam bidang pramatik atau penggunakaan
fungsional bahasa.
Ada beberapa strategi layanan anak gangguan bahasa dan bicara salah
satunya yaitu Speech Therapy dapat dibagi menjadi dua : natural-istic (alamiah)
dan directive ( diarahkan). Serta dapat diklasifikasikan secara metode menjadi tiga
: pendekatan ritmik dan melodi, terapi oral-motor, dan pendekatan sentuhan dan
sikap (Agin, Geng, and Nicholl,2003).
1. Strategi Pendekatan Touch-And Gestural-Cueing Dikenal Sebagai
PROMPT (Prompts For Restucturing Oral Muscular Phonetic Targets).
Dimana therapist memberi tekanan pada tempat tertentu diwajah, bibir,
dagu, untuk membentuk fitur wajah anak ke bentuk yang memproduksi
bermacam bunyi. Metode yang diaplikasikan pada Jeremy (case study) dan
cukup berhasil. Secara metafora, Jeremy mengalami keadaan dimana pintu
yang mengirim sinyal dari otak ke otot mulut kadang-kadang tidak terbuka,
sehingga meskipun otak mengerti pesan yang mau disampaikan mulut tidak
memproduksi bunyi. Dengan memaksa otot mulutsecara fisik untuk
membentuk gerakan yang menghasilkan bunyi, anak menerima feedback
sensori motor dan mengembangkan ingatan anak bagaimana membentuk
mulut untuk menghasilkanbunyi yang diinginkan. Teknik ini bagus untuk anak
yang sulit menangkap arahan ketika diberi tahu, karena otot mulut diposisikan
dengan sentuhan-sentuhan dan mereka perlu belajar dalam permainan
bergiliran sebagai stimulasi untuk menyadari dengan penuh keadaan
lingkungannya tidak focus pada keinginannya sendiri.
1. Latihan Prabicara
Latihan keterarahwajahan, keterarahsuaraan, dan pelemasan organ
bicara.
2. Latihan Pernafasan
Misalnya meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan,
menghirup serta menghembuskan nafas melalui hidung.
4. Pembentukan Fonem.
6. Pengembangan.
a. Latih anak untuk mengucapkan suara – suara yang hampir mirip misalnya
n dan m, t, dan d.
b. Latih anak untuk membedakan suara/bunyi yang didengarnya, misalnya
membedakan suara air ladeng yang mengalir dan suara air hujan, suara
mobil dan suara motor, dll.
c. Mengidentifikasi teman ( namanya) melalui suara mengandung intonasi
yang melibatkan suasana emosi, seperti suara bersedih, suara gembira,
suara marah atau ketakutan.
2. Apabila Anak Mengalami Kesulitan Dalam Memahami Arti Kata
a. Kaitan input auditory dengan input visual, seperti gambar objek tertentu,
kegiatan tertentu, gerakan motor yang berkaiatan. Lalu berikan penekanan
terhadap arti dari hubungan apa yang di dengar dan apa yang di lihat.
b. Ajarkan berbagai kosakata kepada anak, mulai dengan kosakata benda, di
ikuti dengan kosakata kerja dan ajektif.
c. Suruh anak memasang label yang sesuai dengan gambar yang dilihat
nya.Ajarkan anak klasifikasi kata, misalnya anggota kelarga, mainan,
makaknan, dan warna, dll.
d. Suruh anak membuat respon vokal atau verbal dari input visual yang
dilihatnya. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan bahasa
secara ekspresif, beri kesempatan pada anak untuk berfikir sebelum ia
melakukan respon verbal.
e. Suruh anak membuat respon motorik dari input perseptual motor yag
dilihatnya, kegiatan ini akan lebih baik apabila sekaligus digabungkan
dengan respon vokal aatu verbal.
f. Bantu anak untuk menentukan arti dari simbol auditori yang dilihatnya,
seperti harap tenang, tutup mulut, dan lain lain.
1. Latihan Prabicara
Latihan keterarahwajahan, keterarahsuaraan, dan pelemasan organ
bicara.
2. Latihan Pernafasan
Misalnya meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan,
menghirup serta menghembuskan nafas melalui hidung.
4. Pembentukan Fonem
5. Penggemblengan, Pembetulan, Serta Penyadaran Irama/Aksen
6. Pengembangan.
b. Metode Suara
Yang saat ini lebih dikenal dengan metode auditori verbal, yaitu
metode pengajaran bicara yang lebih mengutamakan pada pemanfaatan
sisa pendengaran dengan menggunakan sistem amplifikasi pendengaran.
3. Berdasarkan Fonetika
a. Metode Yang Bertitik Tolak Pada Fonetik
Yaitu didasarkan pada mudah sukarnya bunyi-bunyi menurut ilmu
fonetik, dan dianggap sama bagi semua anak. Bunyi bahasa yang diajarkan
dimulai dari deretan bunyi paling depan/muka di mulut, karena bunyi-bunyi
tersebut paling mudah dilihat dan ditiru, yaitu kelompok konsonan bilabial
(p, b, m dan w). Setelah konsonan bilabial dikuasai, dilanjutkan pada
konsonan dental (l, r, t, d dan n), kemudian konsonan velar (k,g dan ng),
dan selanjutnya konsonan palatal (c, j, ny, y dan s).