Anda di halaman 1dari 2

Untuk emeberikan kemungkinan solusi ,asalah krusial terssebut berikut akan

dikemukakan beberapa pendekatan model dalam membahas pelaksanaan birokrasi, mengutip


dalam (Tohha, 1999; 15-18) mengumukakan paling tidak ada tiga model yaitu;
a.    Model perwakilan konstitusional
b.    Model perhitungan pluralis
c.    Model otonomi yang demokratis
Ketiga model ini disebut dengan natural attitude atau every day life word.  berikut ini akan
disampaikan prinsip penting dari ketiga model tersebut. ( Cholisin dan Nasiwan,
2012. Dasar-Dasar Ilmu Politik. hlm 191-192 )
Model pertama, model perwakilan konstitusional model ini menyatakan bahwa dalam
suatu negara rakyatnya bebas bersrikat, berkumpul, dan memilih delam partai-partai politik.
Didalam negara da lembaga konstitusional yang berupa perwakilan rakyat yang dipilih
melalui partai-partai politik dalm suatu peemilihan umum yang demokratis. Dengan demikian
model ini menghendaki dalam pemerintahan ada pejabat politik yang berasal dari kekutan
partai politik yang ada di lembaga konstitusional parlemen dan ada pula pejabat birokrasi
yang merupakan pejabat karir yang meniti karirnya dalm hirarki birokrasi pemerintah.

Model kedua, model pluralis. Secara idealisme sejalan dengan model perwakilan,
menekankan agar pegawai pemerintahdan instansi pemerintah dibebaskan dari
keterpengaruhan dan kepemilihan dari kekuatan politik yang ada perbedaan yang menunjul
dari model ini dengan model perwakilan ialah bahwa model pluralis memandang oragnisasi
birokrasi pemerintah itu sebagai kelompok kepentingan sebagai mana juga kelompok-
kelompok kepentingan lainnya yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain model ini
mengakui adanya partai politik maka masih dimungkinkan berkuumpulnya rakyat kedalam
kelompok-kelompok kepentingan yang bukan parti politik.
Model ketiga adalah model otonomi yang demokratis. Model ini berada pada
bayangan model kedua pluris. Seperti model pluris, model pemerintahan yang otonomi ini
melihat proses pembuatan kebijaksanaan publik terbagi-bagi kedalam jaringan-jaringan
kebijaksanaan akan tetapi pejabat-pejabat birokrasi pemerintah tidak bisa memainkan
kekuasaan dan kepentingannya kalau mereka tidak mempunyai preferensi dari kebijaksanaan
tersebut. model ini memberikan solusi agar birokrasi pemerintah mempunyai otonomi dalam
menentukan kebijaksanaan, akan tetapi tidak sama sekali melepaskan diri dari kepentingan
kelompok-kelompok kepentingan. Dalam model ini kelompok-kelompok kepentingan bisa
mempengaruhi kebijaksanaan dalam isu masalah-masalah yang bersifat terbuka, namun jika
birokrasi pemerintah telah menentukan seperangkat parameter, maka hanya kelompok-
kelompok kepentingan yang sejalan dengan parameter itu, yang bisa masuk dalam posisi
pembuatan-pembuatan kebijaksanaan publik.

Anda mungkin juga menyukai