Anda di halaman 1dari 13

RESUME METODE SIMPLEKS

Mata Kuliah : Program Linier


Kelas : TMT 4F
Dosen Pengampu : Nadya Alfi Rahma, S.Pd., M.Si.
Kelompok 3
1. AGNIS MILA LISTANTI (12204183264)
2. SEPTINA DWI FEDERIKA (12204183303)
3. DAMAR DANISHWARA (12204183304)
4. ULFA MUBAROH (12204183308)
5. NURUL KHOIRIYAH (12204183310)

Masalah Program Linear (PL) dengan dua peubah atau dengan tiga peubah
yang dapat disusutkan masih dapat diselesaikan dengan metode grafik. Untuk
masalah yang memuat tiga peubah atau lebih dan tidak dapat disusutkan menjadi
masalah dengan dua peubah terpaksa digunakan metode aljabar yang disebut
metode simpleks.

A. Bentuk-bentuk Soal Program Linear

Kendala utama masalah PL dapat berbentuk atau

atau . Kendala yang berbentuk pertidaksamaan

dapat diubah menjadi persamaan sebagai berikut:

Misalnya kendala : 2 ₁ 3 ₃ 8 dapat diganti dengan 2 ₁ 3 ₃+t

= 8, dengan t 0

Jika sebenarnya 2 ₁ 3 ₃ 8, maka t = 8 2 ₁+2 ₁ 3 ₃

= 8, maka t = 0.
Secara umum :

1
i. dalam ruas kiri disisipkan sedemikian sehingga dipenuhi

: dengan sᵢ 0, dalam hal ini = 0 bila

dan 0 bila

ii. dalam ruas kanan disisipkan sedemikian sehingga

dipenuhi : atau dengan 0

Sesuai dengan penerapannya, dan di atas disebut peubah pengetat/semu

(slack variable), karena perannya adalah untuk membuat ruas yang semula
longgar menjadi ketat, sehingga sama nilai dengan ruas yang lainnya.
Jadi, misalnya diketahui susunan kendala :

2 ₁ 3 ₃ 8

₁ ₃ 10

3 ₁ ₃ 7

₁ ₃ 0

susunan ini dapat diubah menjadi :

Timbul susunan persamaan linear dengan ₁ ₃ peubah asli dan ₄

peubah semu (pengetat).


Pada umumnya, dengan cara di atas himpunan kendala utama sudah berubah
menjadi susunan persamaan linear :

(1)

2
ialah dengan memberi lambang peubah-peubah pengetat dengan dimulai

dari j = p + 1 sampai j = n, dan supaya penyelesaian susunan ini menjadi layak


masih harus dipenuhi kendala tak negatif.

0 , j = 1,2,….,n (2)

Pada umumnya susunan (1) di atas termasuk jenis yang mempunyai


penyelesaian tak hingga banyak. Di antara penyelesaian (1) dicari yang juga
memenuhi (2), dan inipun pada umumnya masih tak hingga banyak, lalu di antara
penyelesaian layak (pl) yang tak hingga banyak ini dicari yang mengoptimumkan
fungsi objektif, maka diperoleh penyelesaian optimum (po).
Untuk menyelesaikan dengan bentuk kendala baru, fungsi sasaran yang
semula berbentuk

dilengkapi menjadi

dengan

Dengan demikian soal akan berbunyi :

Mencari

Yang memenuhi

... (3)

... (4)

Dan memaksimumkan (atau meminimumkan)

... (5)

3
Bentuk soal seperti diatas (dengan semua kendala utama berbentuk
persamaan) disebut bentuk kanonik dari soal program linier (PL).
Apabila fungsi objektif harus dimaksimumkan maka soal disebut berpola
maksimum, dan apabila fungsi objektif diminimumkan maka soal disebut berpola
minimum.
Dalam pembicaraan dualitas, di samping bentuk kanonik di atas diperlukan
pula bentuk-bentuk berikut :

Soal :

Mencari

Yang memenuhi

Dan memaksimumkan

(relasi dalam semua kendala utama berbentuk ), disebut berbentuk maksimum

baku.

Sedangkan soal :

Mencari

Yang memenuhi

Dan meminimumkan

4
(relasi dalam semua kendala utama berbentuk ), disebut berbentuk minimum

baku.

Contoh soal I :
Ubah soal di bawah ini ke bentuk kanonik.

Mencari tak negatif yang memenuhi :

dan memaksimumkan

Penyelesaian :
Soal diatas berbentuk maksimum baku.

Pada masing-masing kendala utama disisipkan peubah pengetat, misalkan dan

sehingga menjadi :

Mencari tak negatif memenuhi :

Dan memaksimumkan

Soal ini sudah berbentuk kanonik dan berpola maksimum, dengan

peubah asli dan peubah pengetat.

Contoh soal II :

5
Tulis bentuk kanonik dari soal yang berbunyi :

Dan meminimumkan

Penyelesaian :
Soal diatas berpola minimum tetapi tidak baku.

Sisipkan peubah pada kendala pertama dan peubah pada kendala kedua

sehingga soal menjadi :

Mencari yang memenuhi

Dan meminimumkan

Soal ini sudah berbentuk kanonik dengan peubah asli dan peubah

pengetat.1

B. Langkah-Langkah Simpleks
1
Maryono, Program Linier, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2014), h. 41-47.

6
Dalam bentuk kanonik seperti penjelasan di atas, maka ( 1, 2, ..., n) yang

memenuhi

(3) ij j= i; = 1,2,...,m

(4) j ≥0

adalah penyelesaian layak (pl), dan apabila mengoptimumkan

(5) j j , maka akan menjadi penyelesaian optimum (po).

Di atas dijelaskan bahwa po (penyelesaian optimum) suatu soal PL


(Program Linier) terdapat di antara penyelesaian layak yang tak hingga bayaknya.
Mencari po cukup sulit, maka dicari usaha untuk membatasi daerah pencarian.

Diketahui bahwa di dalam himpunan penyelesaian (3) ij j= i; =

1,2,...,m beberapa diantaranya berupa penyelesaian basis (pb) dan jumlahnya


paling banyak adalah C(n,m) buah saja, dengan n menyatakan banyaknya variabel
dan m menyatakan banyaknya persamaan, jadi berhingga. Jika pb ini memenuhi

(4) j ≥ 0 maka akan diperoleh penyelesaian layak basis (plb), yang banyaknya

juga akan berhingga.


Terkait dengan plb ini terdapat teorema yang berbunyi:

Jika suatu soal PL mempunyai po, maka paling sedikit satu di antara po
tersebut pasti berupa plb.

Jadi, bila po-nya hanya satu maka pastinya dia berupa plb. Sedangkan bila
po-nya lebih dari satu maka paling sedikit salah satu yang berupa plb diusahakan
dapat ditemukan.
Dengan jaminan teorema di atas, maka pencarian po suatu PL dapat
dibatasi dalam daerah (himpunan) plb saja yang anggotanya banyak berhingga.

7
D e n g a n j a m i n

dalam daerah (himpunan) plb saja yang banyak anggotanya berhingga.

Dengan modal di atas dapat disusun langkah-langkah metode simpleks


sebagai berikut.
1) Pilih salah satu plb
2) Uji apakah plb tersebut berupa po. Bila sudah optimum bisa dilanjutkan ke
langkah 3.
3) Pilih plb baru yang lebih baik atau lebih maju (lebih dekat ke po)
dibandingkan plb lama. (Dalam hal ini diperlukan petunjuk unutk
menentukan peubah mana yang masuk ke basis dan mana yang keluar agar
pb yang baru tetap layak dan plb baru ini lebih maju dibanding plb
sebelumnya).2
optimum optimum

Plb1 belum optimum Plb2 belum optimum Plb3

2
Ibid., h. 47-49.

8
Kemudian kembali ke langkah 2 dan seterusnya, sampai akhirnya
ditemukan plb yang berupa po-nya.

Contoh Soal
Perusahaan meubel “Tekun Belajar” memproduksi dua jenis alat rumah
tangga yaitu rak buku dan meja. Setiap hasil produksi harus melalui dua tahap
pengerjaan, yaitu pemotongan dan perampungan. Untuk pemotongan tiap rak
buku memerlukan waktu 4 jam dan untuk meja juga sama. Untuk proses
perampungan, tiap rak memerlukan waktu 3 jam dan tiap meja memerlukan waktu
2 jam. Rak buku per buah memberi laba Rp 80.000,- dan meja per buah Rp
60.000,- . Waktu yang tersedia untuk pemotongan setiap periode waktu 100 jam
dan untuk perampungan 60 jam. Perusahaan ingin menentukan jumlah produksi
untuk masing-masing jenis barang supaya diperoleh laba maksimum.
Berikut ini model matematika dari soal diatas.
Maks : Z = 80.000x + 60.000y

4x + 4y ≤ 100 ↔ x + y ≤ 25
3x + 2y ≤ 60
x≥0
y≥0
Langkah pertama adalah mengubah pembatas dari pertidaksamaan linier
menjadi persamaan linier, sehingga menjadi :
Maks : Z = 8000x + 6000y + 0 S1 + 0 S2
x + y + S1 = 25
3x + 2y + S2 = 60
x≥0
y≥0
S1 ≥ 0
S2 ≥ 0
S1 dan S2 bukan hasil produksi oleh karena itu mereka tidak memberi laba atau
labanya nol rupiah. Oleh karena itu, koefisien dari S1 dan S2 di beri nilai nol.
Penyelesaian dasar dari sistem persamaan x + y + S1 = 25 dan 3x + 2y + S2 = 60
adalah (0,0,25,60), (0,25,0,10), (0,30,-5,0), (25,0,0,-15), (20,0,5,0), dan

9
(10,15,0,0). Karena x ≥ 0, y ≥ 0, S1 ≥ 0, S2 ≥ 0, maka Penyelesaian dasar
fisibel/penyelesaian layak basis dari persamaan tersebut adalah (0,0,25,60),
(0,25,0,10), (20,0,5,0), dan (10,15,0,0).
1) Langkah pertama, pilih salah satu plb. Berdasarkan pengertian metode
simpleks, algoritma simpleks dimulai dari salah satu Penyelesaian Dasar
Fisibel. Masalah ini adalah maksimum dan nilai Z terkecil adalah 0 yang
dihasilkan oleh (0,0,25,60). Jadi, program awal dari langkah-langkah
penyelesaian masalah ini adalah dengan menentukan (0,0,25,60) sebagai
program awal. Artinya yaitu perusahaan tidak memproduksi kedua jenis
barang tersebut, sehingga diperoleh laba nol rupiah (Z=0).
2) Memperbaiki program dan Program Optimal
 Program awal dengan (0,0,25,60) tidak dikehendaki oleh perusahaan,
sebab tidak memberi keuntungan.
 Dengan penyelesaian layak basis (20,0,5,0)
3x + 2y + S2 = 60, dari persamaan ini kedua ruas dikalikan 1/3, sehingga
diperoleh
x + 2/3y + 1/3S2 = 20, maka
x = 20 - 2/3y - 1/3S2
kemudian substitusi ke persamaan x + y + S1 = 25, sehingga diperoleh
20 - 2/3y - 1/3S2 + y + S1= 25, selanjutnya
S1 = 25 - 20 + 2/3y + 1/3S2 - y
S1 = 5 - 1/3y + 1/3S2
Fungsi pembatas yang baru adalah 1/3y – 1/3 S2 + S1 = 5, sehingga
x + 2/3y + 1/3S2 = 20
Substitusikan x = 20 - 2/3y - 1/3S2 ke Z akan diperoleh
Z = 80.000 (20 - 2/3y - 1/3S2) + 60.000y
= 1.600.000 – 1.600.000/3y – 80.000/3S2
Nilai Z akan bertambah bila y dinaikkan dari 0, sedangkan
penambahan S2 tidak meningkatkan nilai Z. Penambahan satu nilai y akan
meningkatkan nilai Z sebesar -16.000/3, yang berarti setiap tidak
memproduksi sebuah meja meningkatkan laba sebesar -16.000/3 rupiah.

10
Ini berarti program di atas belum merupakan program optimal.
Selanjutnya, kita akan memperbaiki program supaya nilai Z meningkat.
 Dengan penyelesaian layak basis (10,15,0,0)
Dari S1 = 5 - 1/3y + 1/3S2 diperoleh
y = 15 - 3S1 + S2
Dari x + 2/3y – 1/3S2 = 20 diperoleh
x = 20 - 2/3y - 1/3S2
= 20 – 2/3 (15 - 3S1 + S2) - 1/3S2
= 10 + 2 S1 - S2
Sehingga diperoleh,
Z = 80.000 (10 + 2 S1 - S2) + 60.000 (15 - 3S1 + S2)
= 800.000 + 160.000S1 – 80.000S2 + 900.000 - 180.000S1 + 60.000S2
= 1.700.000 - 20.000S1 – 20.000S2
Perubahan nilai S1 dan S2 tidak akan meningkatkan nilai Z.
Jadi Zmaks = 1.700.000 bila S1 = 0, S2 = 0, x = 10, dan y = 15.
Sehingga PO dari masalah tersebut ialah (10,15,0,0).3
Agar diperoleh suatu plb maka matriks koefisien yang dilengkapi
(koefisien teknis dan suku tetap) harus terusut gauss-jordan dan suku tetap (di ruas
kanan) harus tidak negatif.
Perhatikan contoh berikut:
2x + y + u = 5
x – y + v = -3
Jika dirubah ke dalam bentuk matriks augmented (diperbesar), maka bentuknya
akan menjadi sebagai berikut:

Matriks tersebut sudah tersusut gauss-jordan untuk perubah u dan v. Jika x,y
dianggap bebas linear dan diisi nol, maka diperoleh pb (x,y,u,v) = (0,0,5,-3). Jelas
pb ini tidak layak karena memuat v yang bernilai negatif.
Guna mewadahi data-data soal dan mempermudah operasi langkah-langkah di
atas disusun tabel yang kemudian disebut Tablo Simpleks sebagai berikut:

3
Hardi Suyitno, Program Linier dengan Penerapannya, (Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama,
2017), h. 28-31.

11
Gambar : Tablo Simpleks
Keterangan:
Xj : Perubah-perubah lengkap
aij : Koefisien teknis
cj : Koefisien ongkos

: Perubah yang menjadi basis dalam tablo yang ditinjau

: Koefisien ongkos milik perubah basis

zj : aij (hasil kali dari dengan kolom aij)

Z : bi (hasil kali dari dengan bj)

zj - c j : Selisih zj dengan cj
Apabila tablo bersangkutan belum optimum dan xk terpilih sebagai basis baru,
maka disusun kolom Ri yang diperoleh dengan rumus:4

Ri = , hanya untuk aik > 0

Dengan wadah berupa tablo di atas dan mengingat langkah-langkah simpleks di

muka, maka dituntut bahwa suatu tablo memuat suatu plb, jadi matriks sudah

tersusut Gauss-Jordan dan bi ≥ 0 untuk semua i.

4
Maryono, op.cit., h.87

12
Langkah-langkah menjadi simpleks:

1. Menyusun tablo awal dengan matriks tersusut Gauss-Jordan dan bi ≥

0;
2. Menguji keoptimuman tablo (maksudnya, keoptimuman plb dalam tablo).
Bila sudah optimum berarti selesai, bila belum optimum, langsung ke
langkah 3
3. Memperbaiki tablo. Dalam hal ini artinya memilih peubah baru yang
masuk menjadi basis, dan memilih peubah basis lama yang harus keluar
(diganti). Selanjutnya kembali ke langkah-2 dan seterusnya sampai timbul
po.

DAFTAR PUSTAKA

Maryono. 2014. Program Linier. Tulungagung: IAIN Tulungagung Press.

Suyitno, Hardi. 2017. Program Linier dengan Penerapannya. Yogyakarta:


Magnum Pustaka Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai