Anda di halaman 1dari 8

SOAL 7

TEORI EKONOMI MAKRO

KELOMPOK 1

1. GITA RAHMAWATI 1512000106


2. MAUDY AISYAH 1712000051
3. RAISA AZKA UTAMI 1712000055
4. SIFABELA MELLINIA A. 1712000059
5. ALIYA LATHIFA F. 1712000060

1a. Gambarkan dan jelaskan pengaruh Kebijakan Fiskal terhadap Output Nasional dan
Tingkat Bunga!

Jawab:

Kebijakan fiskal terhadap output nasional:


Fiskal digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara yang dikumpulkan berasal
dari masyarakat dan oleh pemerintahan dianggap sebagai pendapatan, lalu digunakan sebagai
pengeluaran dengan program-program untuk menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan
nasional, produksi dan perekonomian serta digunakan sebagai perangkat keseimbangan
dalam perekonomian.
Sedangkan untuk kebijakan fiskal sendiri adalah  salah satu faktor yang membentuk arah
ekonomi negara. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi  ekonomi
dengan menyesuaikan tingkat pendapatan dan pengeluaran.
Kebijakan fiskal didasarkan pada teori-teori ekonom Inggris John Maynard Keynes, yang
menyatakan bahwa peningkatan atau penurunan pendapatan (pajak) dan tingkat pengeluaran
mempengaruhi inflasi, lapangan pekerjaan dan aliran uang melalui sistem ekonomi suatu
negara.
Keberhasilan ekonomi suatu negara biasanya diukur oleh beberapa faktor, salah satunya
termasuk produk domestik bruto (PDB), yang merupakan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam setahun. Faktor lainnya adalah permintaan agregat, yang
merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara yang dibeli pada titik
harga tertentu.
Jika kurva permintaan agregat menyatakan bahwa pada tingkat harga yang lebih rendah,
maka lebih banyak barang dan jasa yang diproduksi. Kebijakan fiskal mempengaruhi
pengukuran ini, tujuannya adalah untuk meningkatkan PDB dan permintaan agregat secara
berkelanjutan.
Sudah umum dipahami jika tanggung jawab dari pemerintah adalah untuk menjaga serta
menjalankan dengan baik perekonomian negara. Dengan kondisi perekonomian yang baik
dan stabil, rakyat mampu mendapatkan taraf hidup yang lebih sejahtera.
Sebaliknya, jika kondisi ekonomi negara sedang kacau, yang menerima dampak negatifnya
sudah pasti masyarakatnya juga. Agar perekonomian negara dapat pulih dari keterpurukan,
dikeluarkanlah kebijakan fiskal oleh pemerintah. Alasan utamanya karena kebijakan tersebut
mampu memberikan beragam manfaat yang dibutuhkan negara dan masyarakat.

Kebijakan fiskal terhadap tingkat bunga:


Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian di suatu negara dimana terjadi kecenderungan
kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam waktu yang panjang (kontinu)
disebabkan karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.

Pada umumnya inflasi terjadi ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Inflasi adalah gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan
secara tuntas. Berbagai upaya yang dilakukan biasanya hanya sebatas pengendalian inflasi
saja.

Tentu saja inflasi tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya
inflasi. Secara umum, penyebab inflasi adalah karena terjadinya kenaikan permintaan dan
biaya produksi. Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis
barang/jasa tertentu.

Dalam hal ini, peningkatan permintaan jenis barang/jasa tersebut terjadi secara menyeluruh
(agregat demand). Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

Meningkatnya belanja pemerintah, Meningkatnya permintaan barang untuk diekspor,


Meningkatnya permintaan barang untuk swasta.

Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun peningkatan biaya produksi
disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku, misalnya: Harga bahan bakar naik, dan
Upah buruh naik. inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak
dibanding yang dibutuhkan.

Ketika jumlah barang tetap, sedangkan uang yang beredar meningkat dua kali lipat, maka
bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga 100%.

Inflasi pun ada beragam jenisnya. Utamanya, jenis-jenis inflasi dapat dibagi berdasarkan 3
hal, yakni tingkat keparahan, penyebab dan sumbernya. Berdasarkan tingkat keparahannya,
inflasi dibagi menjadi 4 yaitu: Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang mudah untuk dikendalikan
dan belum begitu menganggu perekonomian suatu negara.  Terjadi kenaikan harga
barang/jasa secara umum, yaitu di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.

Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat
berpenghasilan tetap, namun belum membahayakan aktivitas perekonomian suatu negara.
Inflasi ini berada di kisaran 10% – 30% per tahun. Inflasi Berat, yaitu inflasi yang
mengakibatkan kekacauan perekonomian di suatu negara.

Pada kondisi ini umumnya masyarakat lebih memilih menyimpan barang dan tidak mau
menabung karena bunganya jauh lebih rendah ketimbang nilai inflasi. Inflasi ini berada di
kisaran 30% – 100% per tahun.
Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation), yaitu inflasi yang telah mengacaukan perekonomian suatu
negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun dilakukan kebijakan moneter dan fiskal.
Inflasi ini berada di kisaran 100% ke atas per tahun

Kebijakan yang bisa diambil untuk mengatasi masalah inflasi, salah satunya Kebijakan
Fiskal, Kebijakan fiskal adalah langkah mengatasi inflasi untuk memengaruhi penerimaan
dan pengeluaran pemerintah, yang memiliki beberapa keuntungan antara lain:

Menghemat pengeluaran Pemerintah “Untuk mengurangi permintaan akan barang dan jasa
yang dapat menurunkan harga, pemerintah harus menekan inflasi dengan cara mengurangi
pengeluaran.

Cara mengatasi inflasi tersebut terbukti efektif untuk mengatasi inflasi.”, Menaikkan tarif
pajak “Jika tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan dinaikkan, hal ini dapat
mengurangi tingkat konsumsi, sehingga harga dapat turun.”

b. Jelaskan berbagai kebijakan Penerimaan Perpajakan!

Jawab:

Berdasarkan Nota Keuangan Rancangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) 2021, kebijakan optimalisasi dan reformasi perpajakan di tahun 2021
mencakup lima hal, yaitu:

1. Pemajakan atas perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE).


2. Ekstensifikasi dan pengawasan berbasis individu dan kewilayahan.
3. Pemeriksaan, penagihan, dan penegakan hukum yang berbasis risiko dan berkeadilan.
4. Meneruskan reformasi perpajakan yang meliputi bidang organisasi, SDM, IT dan
basis data, proses bisnis, serta peraturan pajak.
5. Pengembangan fasilitas kepabeanan dan harmonisasi fasilitas fiskal lintas K/L.

Di sisi lain, Kemenkeu juga akan memberikan insentif perpajakan yang selektif dan terukur.
Antara lain berupa insentif perpajakan kepada sektor terdampak yang dapat mempercepat
pemulihan ekonomi. Lalu, insentif perpajakan dalam rangka membantu cash flow wajib pajak
(WP) badan dan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat.

2a. Jelaskan dan gambarkan dampak Kebijakan Moneter terhadap Output Nasional dan
Tingkat Bunga!

Jawab:
b. Jelaskan piranti kuantitatif dan kualitatif Kebijakan Moneter!

Jawab:

 Kebijakan moneter kuantitatif


Kebijakan monter kauntitatif yaitu langkah-langkah bank sentral yang tujuan
utamanya adalah untuk mempengaruhi jumlah penawaran uang dan suku bunga dalam
perekonomian. Misalnya dalam masa inflasi, pengeluaran masyarakat adalah melebihi
penawaran barang-barang yang tersedia dalam perekonomian. Oleh karena itu
pengeluaran perlu dikurangi melalui pnegurangan penawaran dan kenaikan suku
bunga
 Kebijakan moneter kualitatif
Kebijakan moneter kualitatif, yaitu langkah-langkah bank sentral yang
bertujuan mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh
bank-bank perdagangan.

c. Instrumen Kebijakan Moneter?

Jawab:

 Instrumen Kebijakan Moneter


Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam
pengambilan kebijakan moneter adalah:
1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan
dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di
pasar modal.
2. Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar
dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan
jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral
mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku
bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.
3. Kebijakan Cadangan Kas
Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan
cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam bentuk
giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya. Ada
persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah dan tidak boleh dipinjamkan.
4. Kebijakan Kredit Ketat
Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar
didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan
Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar
dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang
mengalami gejala inflasi.
5. Kebijakan Dorongan Moral
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai
pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku
moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato, dan edaran dapat berupa ajakan atau
larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun melepaskan pinjaman.

d. BI rate sebagai suku bunga kebijakan?

Jawab:

 BI Rate 
BI Rate adalah kebijakan nilai suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang bersangkutan dengan kebijakan moneter yang akan diterapkan pada
masyarakat seluruh Indonesia.
BI Rate ditetapkan setiap bulan melalui rapat anggota dewan gubernur dengan
mempertimbangkan kondisi perekonomian baik di Indonesia maupun situasi
perekonomian global secara umum. Hasil rapat inilah yang diterjemahkan menjadi
kebijakan moneter untuk penentuan suku bunga yang dipakai sebagai acuan bank-
bank yang lainnya di Indonesia.
 BI 7-day (Reverse) Repo Rate
Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan
mengimplementasikan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-
Day (Reverse) Repo Rate, yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, menggantikan
BI Rate. Penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan hal yang lazim
dilakukan di berbagai bank sentral dan merupakan best practice internasional dalam
pelaksanaan operasi moneter. Kerangka operasi moneter senantiasa disempurnakan
untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan. Instrumen BI 7-day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga
kebijakan baru karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan
sektor riil. Instrumen BI 7-Day Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki
hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau
diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya
penggunaan instrumen repo.
Dengan penggunaan instrumen BI 7-day (Reverse) Repo Rate sebagai suku
bunga kebijakan baru, terdapat tiga dampak utama yang diharapkan. Pertama,
menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan suku bunga (Reverse) Repo Rate 7 hari
sebagai acuan utama di pasar keuangan. Kedua, meningkatnya efektivitas transmisi
kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan
suku bunga perbankan. Ketiga, terbentuknya pasar keuangan yang lebih dalam,
khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di pasar uang antarbank
(PUAB) untuk tenor 3-12 bulan.

3a. Dimana daerah pada kurva LM, Kebijakan Fiskal Effektif? Gambarkan!

b. Dimana daerah pada kurva LM Kebijakan Moneter effektif? Gambarkan!

Jawab 3 A dan 3 B:

 Efektivitas Kebijakan Fiskal dan Moneter


Dalam melihat efektivitas kebijakan kita membandingkannya pada 3 daerah
yaitu daerah klasik, intermediate range dan daerah Keynes. Jika digambarkan, maka
bentuk kurva LM menjadi seperti berikut ini:
Daerah liquidity trap merupakan daerah yang idenya pertama sekali
dikemukakan oleh Keynes. Keynes menganggap ada satu daerah pada kurva LM
yang memiliki tingkat bunga yang sangat rendah dan tidak mungkin turun lagi.
Daerah inilah yang disebut daerah liquidity trap. Sementara itu daerah klasik
memiliki kurva LM yang tegak lurus. Hal ini dikarenakan pemahaman kaum
klasik bahwa dalam teori permintaan uang, permintaan uang tidak dipengaruhi
oleh suku bunga. Menurut paham ini, permintaan uang dipengaruhi oleh
pendapatan. Karena tidak ada hubungannya dengan suku bunga, maka kurva LM
bentuknya tegak lurus. Daerah intermediate range adalah daerhah yang
menunjukkan kurva LM dipengaruhi oleh suku bunga. Untuk melihat keefektifan
kebijakan ekonomi dapat kita lihat pada gambar berikut:
Gambar di atas menunjukkan apabila kurva IS bergeser ke kanan berarti
kebijakan fiskal ekspansif. Jika kita perhatikan pada masing-masing daerah,
kebijakan fiskal sangat efektif pada daerah Keynesian dan efektif pada daerah
intermediate range. Hal ini terlihat dari besarnya perubahan keseimbangan
pendapatan nasional di daerah Keynesian. Sementara itu, kebijakan fiskal sama
sekali tidak efektif pada daerah klasik. Ketika ada kebijakan fiskal, keseimbangan
pendapatan nasional tidak berubah.

Kebijakan moneter yang espansif ditandai dengan bergesernya kurva LM dari


LM0 ke LM1. Apabila dibandingkan pada ketiga daerah maka kebijakan moneter
sangat efektif di daerah klasik dan efektif pada daerah intermediate. Sementara
itu, kebijakan moneter sama sekali tidak efektif pada daerah Keynesian.

Anda mungkin juga menyukai