Anda di halaman 1dari 11

SURVEI TERHADAP PEMAHAMAN PENDIDIKAN SEKS DAN SIKAP/PERILAKU

SEKS DI KALANGAN REMAJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Das Salirawati*, Kartika Ratna P, M.*, M. Lies Endarwati**
*FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
**FE Universitas Negeri Yogyakarta
email: das.salirawati@yahoo.co.id

Abstrak: Survei terhadap Pemahaman Pendidikan Seks dan Sikap/Perilaku


Seks di Kalangan Remaja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: (1) pemahaman tentang pendidikan seks dan sikap/
perilaku seks di kalangan remaja SMP dan SMA di DIY, (2) sikap/perilaku remaja
terhadap berbagai permasalahan seks di sekitarnya, dan ada tidaknya perbedaan
tingkat pemahaman tentang pendidikan seks berdasarkan lokasi (Kabupaten),
jenis kelamin, dan tingkat sekolah (SMP dengan SMA). Penelitian ini didesain
sebagai penelitian deskriptif dengan metode survei. Sampel diambil secara area
proportional sampling. Seluruh data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukkan besarnya pemahaman tentang pendidikan seks dan sikap/
perilaku seks di kalangan remaja SMP dan SMA di DIY sangat bervariasi, tetapi
semuanya berada pada kategori rendah sampai tinggi, dengan rerata persentase
terendah 26,3% dan tertinggi 74,9%. Sikap/perilaku remaja terhadap berbagai
permasalahan seks di sekitarnya banyak persoalan yang muncul dari jawaban yang
diberikan responden yang perlu ditindaklanjuti dalam bentuk program pendidikan
seks dan penelitian yang lebih mendalam. Berdasarkan hasil ANAVA dan uji-t
menunjukkan ada perbedaan tingkat pemahaman tentang pendidikan seks diantara
remaja SMP dan SMA di lima Kabupaten yang ada di DIY, tidak ada perbedaan
tingkat pemahaman tentang pendidikan seks ditinjau dari jenis kelamin, tetapi
ada perbedaan tingkat pemahaman tentang pendidikan seks ditinjau dan tingkat
sekolah (SMP dan SMA). Secara keseluruhan hasil penelitian ini telah berhasil
memotret tingkat pemahaman peserta didik SMP dan SMA di lima Kabupaten yang
terdapat di DIY, meskipun dengan jumlah responden yang hanya 600 peserta didik.
Hasil ini dapat menjadi acuan bagi pemilik kebijakan dalam memandang pentingnya
pendidikan seks diberikan kepada remaja, khususnya remaja di DIY.

Kata kunci: survei, pendidikan seks, sikap/perilaku seks, remaja

Abstract: A Survey of Understanding-Perceiving Sexual Education and Sexual


Behavior Among Teenagers in Yogyakarta Special Region. This study aims to:
determine understanding and perception towards sex education to analyse among
middle and high school teenagers in the Special Region of Yogyakarta (DIY) on
various issues of sex, and (2) discuss whether there is any differences in the level
of understanding of sex education by location (district), sex, and level of school.
This study was designed as a descriptive study using survey method. Samples were
taken with areas proportional sampling. All data were analyzed by descriptive
quantitative. The results showed that an understanding of the magnitude of sex
education among teenagers vary widely, with the average of the lowest percentage
of 26.3% and the highest 74.9%. the sexual perception and behavior of teenagers
on various issues of sexual problems that arise from the respondents need to be
followed up in the form of sex education programs and in-depth research. Based on
the results of ANOVA and t-test showed no difference in the level of understanding
of sex education among young people in junior and senior high schools between
the five districts that exist in the province, there was no difference in the level

85
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 85-95

of understanding of sex education in terms of gender, but there are differences


in the level of understanding of sex education between junior and senior high
school. Overall the results of this study have successfully capture on the level of
understanding of middle and high school students in the five district of Yogyakarta
province. These results can be with as a futher for policy owners in view the
importance of sex education for teenagers high schools in DIY.

Keywords: survey, sex education, perception, sexual behavior, teenagers

PENDAHULUAN memiliki waktu 70% (±17 jam), pada


Saat ini bangsa Indonesia telah kenyataannya disibukkan bekerja untuk
menyadari pentingnya mengutamakan memenuhi hidup yang layak bagi anak-
akhlak mulia dalam proses pendidikan, anaknya (Kemendiknas, 2010).
seperti yang tercermin dalam acuan Remaja dalam Bahasa Inggris disebut
operasional penyusunan kurikulum. adolescence yang berasal dari Bahasa
Pemerintah menyadari hanya generasi Latin adolescere yang berarti tumbuh
yang berakhlak mulia yang dapat dididik ke arah kematangan (Pratiwi, 2005:1).
menjadi generasi yang mudah diarahkan Kematangan itu bukan hanya kematangan
dan berhasil, sehingga selain cerdas yang bersifat fisik, namun juga kematangan
intelektualnya juga sekaligus berkarakter sosial dan psikologis. Masa remaja adalah
dan berkualitas akhlaknya. masa transisi dari kanak-kanak menuju
Era globalisasi sudah merambah dewasa. Anak-anak yang menginjak
ke semua negara, termasuk negara kita. bangku SMP adalah awal dari masa remaja.
Kecanggihan IPTEK yang salah satunya Demikian pula anak SMA yang sangat
ditandai dengan semakin canggihnya bergejolak jiwa remajanya. Gejolak mental
teknologi informasi dan komunikasi emosional seringkali dimunculkan oleh
telah membawa pada cepatnya informasi remaja disebabkan adanya perubahan
diterima tanpa batas ruang dan waktu. draktis akibat perkembangan fisik dan
Selain berdampak positif, kondisi tersebut psikis.
juga membawa dampak negatif yang Perubahan psikologis adalah
membahayakan bagi perkembangan perubahan mental emosional dari alam
masyarakat dunia. Terlebih bagi anak ke alam dewasa. Mereka disebut anak
masyarakat di negara berkembang, sudah tidak mau, tetapi dewasa masih
seperti Indonesia, yang masyarakatnya jauh dari kematangan sikap dan pola
sangat mudah tergoda untuk meniru pikir. Selain itu juga terjadi perkembangan
dan mengikuti apapun perkembangan psikoseksual, yaitu terjadi menstruasi
di negara-negara maju. Salah satu pada wanita dan politio (mimpi basah)
dampak negatif yang saat ini sudah pada pada remaja pria membuat mereka
tingkat mengkhawatirkan dan penting menjadi cemas dan tertekan (Lanson,
diwaspadai adalah maraknya situs-situs 1987:19).
dewasa di internet yang sangat mudah Usia remaja rawan untuk melakukan
diakses anak-anak usia remaja dimanapun hal-hal di luar batas kendali normal, apalagi
dan kapanpun mereka inginkan. Sekolah jika terlepas dari pengawasan orangtua.
yang hanya dapat mengawasi 30% (± Godaan-godaan tersebut mengarah pada
7 jam) setiap hari dari kegiatan anak, kerusakan moral dan kesehatan, seperti
tidak mampu memberikan pemahaman pergaulan bebas, minuman keras, seks
pengetahuan tentang seks kepada anak bebas, bahkan yang terparah terjerumus
didiknya. Sedangkan orangtua yang narkoba. Hanya melalui dasar pendidikan

86
Survei terhadap Pemahaman Pendidikan...(Das Salirawati, dkk)

agama yang kuat dan pemberian bekal mau diatur lagi oleh orangtua. Mereka lebih
pendidikan seks yang benar dari kita (guru perhatian terhadap diri sendiri, seperti
dan orangtua), mereka dapat terbebas lebih sering berdandan, bercermin, dan
dari godaan-godaan yang merusak masa lebih perhatian serta ingin diperhatikan
depannya. oleh lawan jenisnya. Dengan perubahan
Salah satu bagian penting pada yang demikian, maka sangat rawan bagi
tahap perkembangan remaja adalah remaja untuk mudah dipengaruhi teman
terjadinya pubertas. Pubertas berasal bergaulnya, baik di sekolah maupun
dari kata Latin pubes yang berarti akil lingkungan dimana ia tinggal. Oleh karena
baligh (Pratiwi, 2005:13). Pubertas itu pendampingan orangtua atau guru di
adalah periode kematangan fisik yang sekolah dibutuhkan agar mereka tidak
melibatkan perubahan hormonal dan salah dalam pergaulan.
tubuh. Perubahan itu terutama muncul Seks bukan sesuatu yang tabu untuk
pada masa awal remaja yang melibatkan dibicarakan dan harus diperkenalkan
perubahan fisik, psikologis, dan perawatan sedini mungkin pada anak-anak dengan
kesehatan. Perubahan pada masa pubertas bahasa yang sesuai usia mereka. Pendidikan
berbeda pada masing-masing anak. seks dalam keluarga sangat penting
Pada masa pubertas terjadi dilakukan sebagai antisipasi pemahaman
perubahan fisik pada anak laki-laki dan informasi seks yang salah dari pihak-pihak
anak perempuan yang berlangsung secara yang tidak bertanggungjawab. Selain itu
bertahap. Ciri-ciri fisik pada perempuan sekolah sebagai media pendidikan formal
pada masa pubertas (Anonim, 1998: juga berkewajiban untuk memberikan be-
16-22) adalah pertumbuhan payudara, kal pengetahuan tentang pendidikan seks
pertumbuhan rambut di sekitar ketiak kepada anak didiknya agar mereka tidak
dan vagina, menstruasi, panggul mulai salah dalam bergaul (Madan, 2004:3).
melebar dan membesar, alat kelamin Di luar negeri (misal Perancis, Amerika),
berwarna menjadi lebih gelap, tinggi dan pendidikan seks secara formal diberikan
berat badan bertambah, kulit menjadi kepada anak-anak setingkat SD dan SMP
lebih berminyak sehingga memungkinkan di Indonesia dengan tujuan agar mereka
tumbuhnya jerawat, keringat keluar mengetahui akibat yang ditimbulkan
lebih banyak. Sedangkan pada laki-laki bila melakukan hubungan badan dan
adalah pertumbuhan testes dan skrotum, bagaimana cara mengatasinya. Secara
pertumbuhan rambut di sekitar ketiak terang-terangan beberapa sekolah di luar
dan kemaluan, pertumbuhan penis dan negeri menyediakan alat kontrasepsi
kelenjar prostat menjadi lebih besar dan (misal: kondom) bagi peserta didiknya
berwarna lebih gelap, perubahan suara yang ingin menggunakannya. Anak-anak
menjadi lebih berat, ejakulasi dapat terjadi Indonesia tidak mendapatkan pendidikan
saat mimpi basah atau saat melakukan seks sebagai mata pelajaran formal tetapi
masturbasi, bulu tumbuh di sektar hanya terselip diantara mata pelajaran
wajah dan dada, tubuh menjadi lebih biologi, PPKn, atau hanya sekedar nasihat/
berotot, berkeringat lebih banyak, kulit informasi tambahan di tengah-tengah
menadi berminyak dan memungkinkan pelajaran (sebagai hidden curriculum).
tumbuhnya jerawat. Oleh karena itu, bagi anak-anak yang rasa
Perubahan yang terjadi pada masa ini ingin tahunya tinggi kemudian mencoba
tidak hanya fisik, namun juga perubahan mencari informasi sendiri dari berbagai
psikis. Perubahan psikis yang sering sumber, seperti internet, CD, atau media
kita lihat pada remaja diantaranya ingin lainnya. Bila ini tidak termonitoring,
mandiri, ingin diakui kedewasaan, tidak baik oleh orangtua, saudara, maupun

87
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 84-94

guru, maka dapat saja informasi yang tingkat pemahaman tentang pendidikan
diperoleh tersebut disalahgunakan karena seks berdasarkan lokasi (Kabupaten),
penasaran atau keinginan membuktikan jenis kelamin, dan tingkat sekolah (SMP
sesuatu yang dilihatnya. dengan SMA).
Pendidikan seks bukan berarti
membatasi pergaulan mereka terhadap METODE
sesama teman, namun bertujuan agar Penelitian ini didesain sebagai pene-
mereka lebih berhati-hati dalam bergaul. litian deskriptif dengan metode survei
Bagaimanapun pergaulan sangat penting, terhadap peserta didik SMP dan SMA di
karena kita juga harus dapat menanamkan lima Kabupaten yang ada DIY. Variabel
cara bersosialisasi yang baik pada mereka, penelitian ini adalah pemahaman tentang
agar anak-anak kita tidak menjadi pendidikan seks ditinjau dari berbagai
“kuper” (kurang pergaulan). Mereka pengertian penting dan mitos-mitos yang
butuh mengekspresikan diri dan mencari berkaitan dengan pendidikan seks bagi
identitas diri, tugas kita sebagai orang-tua remaja dan sikap/perilaku seks di kalangan
membekali pendidikan seks, mengawasi remaja. Populasi dalam penelitian ini
dan mengingatkan mereka bila menyim- adalah seluruh peserta didik SMP dan
pang dari jalur yang benar. SMA dari lima Kabupaten yang ada di DIY,
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu yaitu Kota, Sleman, Bantul, Kulon Progo,
kiranya dilakukan survei tentang seberapa dan Gunung Kidul. Sampel diambil secara
besar pemahaman remaja terhadap area proportional sampling, yaitu dengan
pendidikan seks dan permasalahannya. mengambil sejumlah sampel berdasarkan
Dipilihnya sampel anak SMP dan SMA, area secara proporsional, baik dalam hal
karena mereka termasuk remaja yang jumlah SMP dan SMA yang ada di setiap
paling rawan terjebak dalam pergaulan Kabupaten maupun jumlah peserta didik
bebas dan sedang dalam pencarian perempuan dan laki-laki. Instrumen
identitas diri yang ditandai dengan berupa angket yang divalidasi secara logis,
keinginan yang kuat untuk mencoba berjumlah 55 butir pertanyaan, terdiri
sesuatu yang baru dalam hidupnya. Melalui dari 30 soal pilihan ganda, 4 pertanyaan
survei ini diharapkan dapat diperoleh data tema tentang mitos-mitos seputar seks,
empirik mengenai tingkat pemahaman dan 21 soal setengah terbuka mengenai
pendidikan seks anak-anak SMP dan SMA sikap/perilaku seks di kalangan remaja.
di DIY. Harapannya, hasil survei ini dapat
menjadi masukan bagi Dinas Pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN
DIY khususnya dalam merancang program Berdasarkan data yang diperoleh
penyuluhan pendidikan seks di sekolah- dari pengisian angket pemahaman
sekolah secara periodik, sebagai langkah tentang pendidikan seks dan sikap/
menyelamatkan remaja generasi penerus perilaku seks peserta didik SMP dan SMA
bangsa agar berkarakter terpuji, santun, di DIY menunjuk-kan bahwa besarnya
dan maju dalam berkarya. pemahaman peserta didik terhadap
Permasalahan yang akan dijawab pendidikan seks yang meliputi 3 aspek
dalam penelitian ini adalah seberapa utama, yaitu pengetahuan, persepsi
besar pemahaman tentang pendidikan terhadap mitos-mitos seputar seks, dan
seks dan sikap/perilaku seks di kalangan sikap/perilaku seks bervariasi.
remaja SMP dan SMA di Daerah Istimewa Adapun hasil analisis data aspek
Yogyakarta (DIY), sikap/perilaku remaja utama pertama (pengetahuan) yang
terhadap berbagai permasalahan seks di terdiri dari empat aspek berdasarkan
sekitarnya, dan ada tidaknya perbedaan asal Kabupaten penelitian (Kota, Bantul,

88
Survei terhadap Pemahaman Pendidikan...(Das Salirawati, dkk)

Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul), pula untuk dua aspek lainnya, yaitu
jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), kontrasepsi dan aborsi dan kelainan dan
dan tingkat sekolah (SMP dan SMA) dapat PMS, Kabupaten Kulon Progo memiliki
disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3 . rerata tertinggi dan Kabupaten Gunung
Pemahaman tentang aspek organ Kidul terendah. Data ini menunjukkan
reproduksi dan pubertas Kulon Progo bahwa meskipun Kulon Progo bukan
tertinggi, disusul oleh Kabupaten Sleman, Kota, tetapi ternyata pemahaman peserta
Kota, Gunung Kidul, dan terakhir Bantul. didik terhadap pendidikan seks lebih
Pada aspek pemahaman tentang fertilisasi tinggi dibandingkan Kabupaten lainnya.
dan kehamilan, kembali Kulon Progo Sedangkan untuk Kabupaten Gunung
mendominasi, disusul oleh Kota, Sleman, Kidul yang memang berada jauh dari Kota
Bantul, dan Gunung Kidul. Demikian memiliki rerata terendah.

Tabel 1. Rerata Pengetahuan Berdasarkan Kabupaten


Rerata Pengetahuan (%)
No Aspek
Kota Bantul Sleman KP GK
1. Organ Reproduksi dan Pubertas 63,5 54,8 65,4 68,1 58,8
2. Fertilisasi dan Kehamilan 39,5 29,8 33,3 44,0 29,0
3. Kontrasepsi dan Aborsi 35,0 26,3 36,3 48,8 35,2
4. Kelainan dan Penyakit Menular Seksual 66,0 64,3 67,2 74,2 54,7
Rerata 51,0 43,8 50,6 58,8 44,4
Kriteria S S S S S

Tabel 2. Rerata Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin


Rerata Pengetahuan (%)
No Aspek
Laki-laki Perempuan
1. Organ Reproduksi dan Pubertas 61,6 62,7
2. Fertilisasi dan Kehamilan 34,9 35,4
3. Kontrasepsi dan Aborsi 34,7 37,9
4. Kelainan dan Penyakit Menular Seksual 63,7 66,8
Rerata 48,7 50,7
Kriteria Sedang Sedang

Tabel 3. Rerata Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Sekolah


Rerata Pengetahuan (%)
No Aspek
SMP SMA
1. Organ Reproduksi dan Pubertas 55,4 68,9
2. Fertilisasi dan Kehamilan 27,7 42,6
3. Kontrasepsi dan Aborsi 30,6 42,1
4. Kelainan dan Penyakit Menular Seksual 58,1 72,4
Rerata 43 56,5
Kriteria Sedang Sedang

89
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 85-95

Rerata pemahaman pengetahuan sebaliknya. Hal ini disebabkan Kulon


pada keempat aspek pengetahuan jika Progo berkontribusi sangat besar untuk
ditinjau dari jenis kelamin, maka antara persentase peserta didik SMP, yaitu 81,3%,
peserta didik laki-laki dan perempuan padahal peserta didik SMA relatif kecil,
hampir sama (selisihnya relatif kecil), yaitu sebesar 68,5%.
meskipun peserta didik perempuan Ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat
memiliki rerata sedikit lebih besar dari sekolah dari masing-masing Kabupaten
rerata peserta didik laki-laki. Namun menunjukkan hasil yang tidak selalu
pada aspek kontrasepsi dan aborsi, rerata sama, artinya perempuan tidak selalu
peserta didik perempuan relatif lebih lebih besar daripada laki-laki seperti yang
besar (37,9%) dibandingkan laki-laki ditunjukkan pada rerata keseluruhan.
(34,7%). Hal ini dapat dipahami, karena Sebagai contoh, untuk Kota peserta
sebagian besar alat kontrasepsi ditujukan didik SMP perempuannya memiliki
untuk perempuan dan aborsi merupakan persentase persepsi lebih kecil daripada
tindakan yang berkaitan pula dengan laki-laki, sebaliknya pada tingkat SMA
perempuan. laki-lakinya jauh lebih besar persepsi-
Peserta didik SMA memiliki rerata nya daripada perempuan. Demikian pula
pemahaman pengetahuan pendidikan untuk Kabupaten Bantul dan Kulon Progo.
seks yang jauh lebih tinggi pada keempat Namun hasil yang sama ditunjukkan oleh
aspek. Hal ini wajar karena mereka lebih Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul
dewasa dan juga telah memperoleh materi dimana untuk Sleman pada tingkat SMP
pelajaran yang berkaitan dengan organ- dan SMA peserta didik perempuan lebih
organ biologis lebih banyak dibandingkan besar persepsinya (56,7% dan 60,1%)
peserta didik SMP. Bahkan pada aspek dibanding laki-laki (53,9% dan 54,7%),
fertilisasi dan kehamilan (42,6%) dan sedangkan untuk Gunung Kidul sebaliknya,
aspek kelainan dan PMS (72,4%) jauh lebih yaitu pada tingkat SMP dan SMA peserta
tinggi daripada rerata peserta didik SMP didik laki-laki lebih besar persepsinya
pada kedua aspek (27,7% dan 58,1%). (50,0% dan 52,3%) dibanding perempuan
Persepsi peserta didik terhadap (48,3% dan 50,9%).
mitos-mitos seputar seks antar Kabupaten Beberapa persepsi yang ditanyakan
bervariasi dengan dominasi pertama tetap pada bagian angket ini menunjukkan
diduduki oleh Kabupaten Kulon Progo respon yang sebagian besar benar atau
dan terendah Gunung Kidul. Demikian salah pada beberapa pernyataan. Persepsi
pula jika ditinjau dari jenis kelamin, yang salah dapat berbahaya, karena pola
peserta didik perempuan sedikit lebih pikir yang salah dapat menjerumuskan
besar persepsinya (59,1%) atau hampir pada perilaku yang salah pula. Sebagai
berimbang dengan laki-laki (58,3%). contoh untuk pernyataan “Sering melaku-
Ditinjau dari tingkat pendidikan, maka kan masturbasi/onani dapat menyebabkan
peserta didik SMP ternyata sedikit lebih kemandulan” sebagian besar peserta didik
besar persepsinya (59,2%) daripada SMA SMP dan SMA menjawab “salah”, dan itu
(58,3%). Hal ini berkebalikan dengan hasil merupakan persepsi yang benar, karena
rerata pada aspek pengetahuan. masturbasi/onani bukan merupakan
Besarnya persepsi terhadap mitos- penyebab dari kemandulan dan biasa
mitos seputar seks ditinjau dari tingkat dilakukan di kalangan remaja sebagai
seko-lah, empat Kabupaten menunjukkan perilaku lazim.
hasil yang sama, yaitu persepsi peserta Pada pernyataan seputar hubungan
didik SMP lebih kecil daripada peserta didik seksual dan kehamilan, ada beberapa
SMA, namun hasil rerata menunjukkan persepsi yang salah, diantaranya yang

90
Survei terhadap Pemahaman Pendidikan...(Das Salirawati, dkk)

mencolok pada nomor 32(1), yaitu hamilan. Sebaliknya pada peserta didik
“Berhubungan seksual untuk pertama SMP persepsi benar dan salah jumlahnya
kalinya ditandai dengan keluarnya darah berimbang, yaitu jumlah yang menjawab
dari vagina”, sebagian besar menjawab “benar” sebanyak 149 (49,7% persepsinya
“benar”, padahal persepsi tersebut “salah”, salah) dan jumlah yang menjawab “salah”
sebab keluarnya darah dari vagina tidak sebanyak 151 (50,3% persepsinya benar).
selalu menyertai pada saat pertama kali Hasil sebaliknya ditunjukkan pada
berhubungan seksual. Banyak faktor pernyataan 32(8), yaitu “Berhubungan
penyebabnya, misal seorang atlit yang seks saat menstruasi tidak menyebabkan
banyak gerakan yang dapat menyebabkan kehamilan”, dimana peserta didik SMP
sobeknya selaput dara, tebal tipisnya sebagian besar persepsinya salah dengan
selaput dara, dan juga bersepeda. menjawab “salah” sebanyak 190 orang
Kesalahan persepsi justru terjadi pada (63,3%), sedangkan peserta didik SMA
peserta didik SMA, yaitu sebanyak 237 sebagian besar persepsinya benar dengan
responden (79%), sedangkan di SMP menjawab “benar” sebanyak 180 orang
malah lebih kecil yang salah persepsi, (60%).
yaitu 155 responden (51,7%) seimbang Pada butir pernyataan 33(1)
dengan persepsi yang benar. yang berkaitan dengan mitos seputar
Untuk pernyataan 32(3), yaitu kontrasepsi dan aborsi, yaitu “Kondom
“Mela-kukan hubungan seks jika hanya 100% aman untuk mencegah kehamilan”
sekali pasti tidak hamil”, sebagian besar sebagian besar persepsi responden benar
peserta didik SMP dan SMA memiliki dengan menjawab “salah” pernyataan
persepsi yang benar, yaitu menjawab tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang
“salah”, artinya sebagian besar responden menggembirakan, karena mereka tahu
mengetahui bahwa berhubungan seks bahwa dengan menggunakan kondom
sekali saja dapat menyebabkan kehamilan. bukan berarti mereka dapat menganut
Pernyataan berikutnya, yaitu nomor seks bebas.
32(6) yang berbunyi “Mencuci vagina Salah satu pernyataan seputar
setelah berhubungan seksual mencegah kelainan dan PMS adalah butir 34(1), yaitu
terjadinya kehamilan”, ternyata hampir “PMS dapat dicegah dengan mencuci alat
sebagian besar responden menyata-kan kelamin”, dimana pernyataan ini sejalan
“salah”, padahal harusnya “benar”. Hal ini dengan pernyataan pada butir 32(6)
karena mereka tidak pernah memperoleh tentang mencuci vagina dapat mencegah
informasi di sekolah maupun mencari kehamilan. Hasilnya menunjukkan kecen-
tahu dari sumber informasi lain (internet, derungan persepsi yang sama, yaitu
koran, majalah, dan lain-lain). Persepsi sebagian besar salah persepsi dengan
yang salah justru lebih banyak dialami menjawab “salah”, padahalnya harus-
peserta didik SMA (256 atau 85,3%) nya “benar”. Hasil ini membawa kita
daripada SMP (234 atau 78%). pada kesimpulan bahwa sebagian besar
Ada respon yang menarik diberikan remaja yang menjadi responden tidak
responden SMA, yaitu pada butir mengetahui fungsi menjaga kebersihan
pernyataan 32(7) yang berbunyi alat kelamin, mereka beranggapan buka
“Petting (melakukan hubungan seksual hal yang penting dilakukan. Hal inilah
tanpa penetrasi penis ke dalam vagina) yang perlu disampaikan kepada mereka
tidak dapat menyebabkan kehamilan”, melalui pendidikan seks yang terprogram
ternyata sebagian besar peserta didik dengan baik.
SMA menyatakan “benar” (60,3%), Seperti yang sering dibicarakan di
padahal petting dapat menyebabkan ke- masyarakat, ternyata data yang diperoleh

91
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 85-95

dari respon jawaban peserta didik yang akibat kelebihan berat badan (obesitas).
menjadi sampel pada bagian ketiga, Hal ini sejalan dengan penelitian yang
yaitu sikap/ perilaku seks menunjukkan dilakukan Dr. Rajalaksmi Laksmana dari
hasil yang sesuai dengan realita, yaitu Universitas Cambridge yang menyatakan
bahwa sebagian besar peserta didik sebagian besar kasus menstruasi dini
memperoleh informasi yang berkaitan berkaitan dengan jumlah lemak di dalam
dengan kesehatan reproduksi bukan dari tubuh perempuan (www.tempointeraktif.
keluarganya melainkan dari media cetak/ com).
elektronik, yang disusul kemudian dari Menstruasi dini perlu diwaspadai
sekolah/guru. Hasil ini menunjukkan karena selain anak belum mampu secara
bahwa keluarga bukan tempat bertanya benar merawat organ reproduksinya,
bagi anak-anaknya, dan hal ini perlu menjadi juga berpengaruh terhadap datangnya
perhatian kita semua, karena pemahaman menopause dini yang berakibat
mereka tentang informasi yang diperoleh menipisnya kulit dan keriput karena
dari media belum tentu benar. semakin menurunnya estrogen. Selain itu
Pada pertanyaan “Pada usia berapa terjadi penumpukan lemak di beberapa
kamu pertama kali menstruasi atau mimpi tempat tertentu di bawah kulit, seperti di
basah?”, maka jawabannya sangat variatif. pinggang dan di lengan bagian atas (Lanson,
Berdasarkan analisis data, perempuan 1987: 158). Perempuan yang mengalami
pertama kali menstruasi banyak terjadi di menstruasi dini akan mengalami masa
usia 11, 12, dan 13 tahun, yaitu sebanyak menopause secara dini pula. Hal ini berarti
56, 127, dan 83 responden, atau di kelas pada usia yang relatif masih muda, hormon
5, 6 SD, dan 7 SMP. Banyaknya perempuan estrogen sudah tidak ada, padahal hormon
mengalami menstruasi di usia dini di- ini berfungsi mencegah serangan jantung
sebabkan oleh berbagai faktor. Menurut dan melindungi tulang. Dengan demikian
Wirahadi-kusumah, 1989:34-35), adanya menopause dini berakibat hilangnya
kelebihan protein yang diberikan di usia perlindungan terhadap serangan jantung
dini dengan tujuan agar pertumbuhan dan tulang, sehingga resiko terkena
anak menjadi cepat sebenarnya tidak gangguan jantung dan tulang relatif besar
tepat, karena protein tersebut akan (Anonim, 2001:28).
mempengaruhi produksi somatopedin, Tidak jauh berbeda dengan perem-
yaitu suatu fasilitator pertumbuhan yang puan, maka laki-laki mengalami mimpi
diproduksi oleh hati sebagai hormon basah pertama kali banyak terjadi di
pertumbuhan (growth hormone) yang usia 11, 12, 13, dan 14 tahun, yaitu
berfungsi sebagai penggerak utama berturut-turut sebanyak 35, 108, 93
kematangan seksual (www.menarkhe. dan 41 responden. Jika menstruasi dan
com). Protein juga berfungsi dalam mimpi basah dipandang sebagai titik
sintesis beberapa hormon yang penting awal kedewasaan manusia, maka data ini
bagi remaja putri, yaitu hormon estrogen, menunjukkan bahwa perempuan lebih
progesteron, hormon lutinasi (Luteinizing banyak yang memasuki kedewasaan
Hormone/LH), dan hormon perangsang terlebih dahulu dibandingkan laki-laki,
folikel (Folikel Stimulating Hormone/FSH) karena pada 9-12 tahun lebih banyak
yang berperan ketika mereka memasuki perempuan yang mengalami menstruasi
masa pubertas, yaitu masa menstruasi pertama kali, meskipun ada dua laki-laki
awal atau menarkhe. yang mimpi basah pada usia yang masih
Selain protein, kelebihan konsumsi belia (8 tahun). Adanya satu perempuan
karbohidrat dan lemak juga dapat memicu yang menstruasi pertama kali di usia
terjadinya menstruasi (menarkhe) dini 18 tahun kemungkinan ada semacam

92
Survei terhadap Pemahaman Pendidikan...(Das Salirawati, dkk)

gangguan daur menstruasi yang berkaitan Gunung Kidul, keduanya dari SMA swasta,
dengan pertumbuhan hormonal tubuh. sedangkan dua responden yang telah
Secara berimbang responden men- melakukan hubungan seksual tersebut
jawab pertanyaan pernah tidaknya satu peserta didik dari SMA yang sama dan
melihat video porno. Ada 308 menyatakan satunya dari SMA di Kabupaten Bantul.
pernah (51,3%) dan 292 menyatakan Meskipun dua dari 600 responden ini
tidak pernah (48,7%). Hasil ini cukup relatif sangat sedikit, tetapi hal ini perlu
menggembirakan, karena berarti masih diwaspadai, karena bukan tidak mungkin
banyak generasi muda yang tidak terjebak ada beberapa responden yang tidak jujur
untuk melihat video porno yang dapat meskipun tidak ada nama yang harus
berakibat kurang baik bagi perkembangan dicantumkan dalam angket.
mentalnya. Sebanyak 91 responden Respon ketika menjawab pertanyaan
(29,3%) menyatakan terangsang un- “Apakah kamu pernah menggunakan
tuk melihat lagi video porno, tetapi alat kontrasepsi?’, ternyata sebanyak
secara berkebalikan ada 90 responden 122 responden (95,3%) menjawab tidak
(28,9%) menyatakan takut dosa. Hasil pernah, sedangkan ada 6 responden yang
ini menunjukkan betapa menonton menjawab pernah. Hal ini berarti keenam
video porno dapat menyebabkan mereka responden tersebut otomatis pernah
ketagihan, dan ini hal yang harus dicegah melakukan hubungan seksual. Setelah
dimana keluarga harusnya berperan ditelusuri dari data yang dikumpulkan
mengawasi. ternyata keenam responden tersebut, dua
Ada 113 responden (36,5%) me- dari Kota dan keduanya peserta didik SMP
nyatakan melihat video porno karena laki-laki, dua dari Kabupaten Gunung
didorong rasa ingin tahu dan 93 responden Kidul keduanya peserta didik laki-laki dan
(30,0%) karena iseng. Berangkat dari rasa perempuan yang duduk di SMP juga, dan
ingin tahu dan iseng inilah dapat berakibat satu peserta didik SMP dari Kabupaten
fatal bagi mereka. Apalagi mereka sebagian Bantul dan satu peserta didik perempuan
besar melihat video porno bersama SMA dari Kabupaten Kulon Progo.
teman-teman (172 responden, 55,8%) Kelima peserta didik laki-laki meng-
dan menonton sendiri (123 responden, gunakan kondom, sedangkan perempuan
39,9%). Hasil ini sejalan dengan jawaban menggunakan pil KB. Informasi ini sangat
mereka bahwa video porno tersebut memprihatinkan kita, karena ternyata
sebagian besar menyatakan diperoleh dari justru anak-anak usia SMP yang banyak
teman (198 responden, 64,3%) dan cari menggunakan alat kontrasepsi daripada
sendiri (73 responden, 23,7%). SMA. Hal ini karena usia SMP (12-15
Jaman sudah berubah, sehingga tahun) merupakan usia transisi dari anak-
pacaran pun sudah menjadi sesuatu anak menuju remaja dan di sinilah gejolak
yang wajar di era sekarang ini. Ada 404 remajanya tumbuh yang ditandai dengan
responden (68,5%) menyatakan sudah serba ingin tahu dan mencoba sebagai cara
pernah pacaran. Dari 404 responden untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
tersebut, mereka berpacaran ada yang Hasil ANAVA untuk mengetahui
sudah sampai ciuman bibir (43 responden, ada tidaknya perbedaan pemahaman
10,3%) dan bahkan petting dan pengetahuan tentang seks antarkabupaten
berhubungan seksual meskipun masing- menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang
masing hanya 2 responden (0,5%). Setelah dihasilkan pada masing-masing aspek
ditelusuri dari data yang dikumpulkan, pengetahuan sebesar 0,000 (p<0,05)
ternyata dua responden yang pernah yang berarti bahwa terdapat perbedaan
melakukan petting berasal dari Kabupaten pemahaman peserta didik terhadap

93
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1, April 2014: 85-95

pengetahuan tentang organ reproduksi (p<0,05).


dan pubertas, fertilisasi dan kehamilan, Hasil ANAVA mengenai data persepsi
kontrasepsi dan aborsi, dan kelainan dan peserta didik terhadap mitos-mitos
penyakit menular seksual antarkabupaten. seputar seks menunjukkan bahwa terdapat
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan persepsi berdasarakan kabu-
antarkabupaten mana yang berbeda secara paten yang dapat dilihat dari harga taraf
signifikans, maka dilakukan analisis uji-t signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,05)
antar subjek. Hasilnya menunjukkan ada dan harga F sebesar 76,588.
beberapa kabupaten yang menunjukkan Secara keseluruhan hasil penelitian
perbedaan, namun ada pula yang ini telah berhasil memotret tingkat
menunjukkan perbedaan dari keempat pemahaman peserta didik SMP dan SMA
aspek yang ada. di lima Kabupaten yang terdapat di DIY,
Sebagai contoh, untuk pemahaman meskipun dengan jumlah responden
pengetahuan tentang organ reproduksi yang hanya 600 peserta didik. Setidaknya
dan pubertas tidak ada perbedaan antara dengan hasil ini dapat menjadi acuan bagi
Sleman dengan Kota, antara Sleman pemilik kebijakan yang berkaitan dengan
dengan Kulon Progo yang ditunjukkan pendidikan seks bagi perkembangan
dengan harga p>0,05. Demikian juga mental dan masa depan anak didik kita.
untuk pemahaman pengetahuan tentang
fertilisasi dan kehamilan, tidak ada SIMPULAN
perbedaan antara Bantul dengan Gunung Berdasarkan data yang telah
Kidul, Bantul dengan Sleman, Gunung dianalisis dari responden peserta didik
Kidul dengan Sleman, dan Kota dengan SMP dan SMA yang ada di lima Kabupaten
Kulon Progo yang ditunjukkan dengan di DIY, maka dapat disimpulkan besarnya
harga signifikansi lebih dari 0,05. pemahaman tentang pendidikan seks dan
Secara umum tidak dapat digenerali- sikap/perilaku seks di kalangan remaja
sasikan Kabupaten mana yang berbeda SMP dan SMA di DIY sangat bervariasi,
dari Kabupaten yang lain, karena setiap tetapi semuanya berada pada kategori
aspek perbedaan tersebut tidak ditemukan rendah sampai tinggi, dengan rerata
antar dua Kabupaten yang sama. persentase terendah 26,3% dan tertinggi
Ada tidaknya perbedaan pemahaman 74,9%. Hasil lainnya menunjukkan
peserta didik berdasarkan jenis kelamin sikap/perilaku remaja terhadap berbagai
ditentukan dengan analisis uji-t. Hasilnya permasalahan seks di sekitarnya banyak
menunjukkan keempat aspek tersebut persoalan yang muncul dari jawaban
terbukti tidak ada perbedaan yang signifi- yang diberikan responden yang perlu
kan antara peserta didik laki-laki dan pe- ditindaklanjuti dalam bentuk program
rempuan yang ditunjukkan dengan harga t pendidikan seks dan penelitian yang lebih
hitung yang disertai harga taraf signifikansi mendalam. Berdasarkan hasil ANAVA
(p) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). dan uji-t menunjukkan ada perbedaan
Analisis uji-t dilakukan pula untuk tingkat pemahaman tentang pendidikan
mengetahui ada tidaknya perbedaan seks diantara remaja SMP dan SMA di
pemahaman pada keempat aspek penge- lima Kabupaten yang ada di DIY, tidak
tahuan berdasarkan tingkat sekolah, yaitu ada perbedaan tingkat pemahaman
SMP dan SMA. Hasilnya pada keempat tentang pendidikan seks ditinjau dari jenis
aspek pengetahuan ada perbedaan yang kelamin, tetapi ada perbedaan tingkat
signifikans antara peserta didik SMP dan pemahaman tentang pendidikan seks
SMA yang ditunjukkan dengan harga ditinjau dan tingkat sekolah, yaitu peserta
signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 didik SMA memiliki pemahaman lebih

94
Survei terhadap Pemahaman Pendidikan...(Das Salirawati, dkk)

tinggi dibandingkan peserta didik SMP. interaktif. com. pada tanggal 6 Mei
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat 2010 jam 20.15.
disarankan adanya penelitian lebih lanjut Antuni, W., Salirawati, D., Sulistyowati,
terhadap responden terutama tentang E. (2011). Survei terhadap Peran
penelusuran sikap/perilaku seks mereka, Serta Orangtua dalam Penanaman
karena dari jawaban yang diberikan pada Karakter sebagai Pendidikan Karakter
penelitian ini banyak persoalan yang secara Informal. Laporan Penelitian.
dikhawatirkan dapat berimbas pada hal- Yogyakarta: LPPM UNY.
hal yang tidak diinginkan, terutama untuk Bigner, J.J. (1994). Parent-Child Relation:
perkembangan mereka sebagai geberasi An Introduction to Parenting. New
penerus bangsa. Hasil penelitian ini juga Jersey: Prentice Hall.
diharapkan dapat ditangkap oleh pemilik Ebel, R.L. (1972). Essentials of Educational
kebijakan untuk memiirkan perlunya Measurement. New Jersey: Prentice
memasukkan materi pendidikan seks di Hall Inc. Englewood Clift.
sekolah tingkat SMP dan SMA mengingat Kemendiknas. (2010). Pendidikan Karakter
pengetahuan mereka yang relatif berada di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
pada kategori rerata sedang. Kemendiknas.
Lanson, L. (1987). Dari Wanita untuk
Ucapan Terima Kasih Wanita. Surabaya: Usaha Nasional.
Ucapan terima kasih diucapkan Madan, Y. (2004). Sex Education for
kepada UNY, LPPM dan semua pihak yang Children. Bandung: Mizan Publika.
telah membantu kelancaran pelaksanaan Monks, F. J., Knoers, A. M. P, & Haditono.
penelitian ini hingga terselesaikannya (1998). Psikologi Perkembangan:
laporan, karena atas dukungan tersebut Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
penelitian ini dapat terlaksana dengan Yogyakarta: Gajah Mada University
baik dan lancar. Press.
Pratiwi, N. (2005). Karena Tabu Harus
DAFTAR PUSTAKA Tahu: Seputar Seksualitas Remaja.
Anonim. (2001). Tubuh Wanita serta Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Perubahan-perubahan yang Dialami- Wirahadikusumah, M. (1989). Biokimia,
nya. Jakarta: Penerbit Gunung Jati. Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.
Anonim. (2010). Waspadai menstruasi Bandung: ITB.
dini. Diakses dari www.tempo

95

Anda mungkin juga menyukai