Kegawatdaruratan
Latar Belakang
Pada tanggal 18 Maret 2020, 7.083 kasus COVID-19 telah dilaporkan di
Amerika. Jumlahnya diprediksi meningkat secara drastis karena peningkatan
pemeriksaan. Terdapat 116 kematian, umumnya pada lansia. Saat ini dilaporkan
ada 106 pasien yang telah sembuh sempurna. Dua puluh tiga kematian pada lansia
merupakan cluster dari satu fasilitas perawatan di Negara Bagian Washington.
Saat ini, 49 negara bagian telah melaporkan kasus infeksi COVID-19, dan
Presiden Trump telah menyatakan status gawat darurat. Tanpa langkah penekanan
yang luas, jumlah kasus diperkirakan meningkat dua kali lipat tiap 6.4 hari.
COVID-19 berbeda dari penyakit ISPA oleh virus lainnya karena faktor
virulensinya. Virus ini dapat hidup di permukaan hingga 9 hari dan lebih menular
dibanding influenza. Selain itu tidak ada herd immunity untuk infeksi ini, dan
sampai saat ini belum ditemukan vaksin.
Artikel ini memberikan dua skenario kasus umum untuk menggambarkan
peran utama dari departemen gawat darurat (ED) dalam diagnosis, tatalaksana
akut, dan koordinasi perawatan komunitas pada pasien lansia dalam situasi yang
berubah sangat cepat.
Apa yang unik mengenai COVID-19 & Lansia?
Karena perubahan psikologis dari penuaan, penurunan fungsi imun, dan
multimorbiditas, lansia secara signifikan memiliki resiko yang tinggi untuk
terkena COVID-19. Lihat Appendix 1 pada Kata Kunci untuk Pasien. Lansia
lebih rentan terhadap infeksi dan lebih rentan menderita bentuk berat dari penyakit
COVID-19 dan mendapat komplikasi.
Penuaan juga dapat memperberat diagnosis, karena lansia dengan virus
respiratorik seringkali menunjukkan gejala yang atipikal. Durasi median dari
onset gejala hingga kematian ialah 11.5 hari pada pasien berusia > 70 tahun vs. 14
hari pada pasien yang lebih muda.
Definisi demam mungkin perlu diubah untuk lansia. Silakan lihat bagian
“apa itu demam” di bawah ini. Evaluasi demam yang cermat sangat penting pada
lansia karena berdasarkan pada laporan baru oleh Cao et.al., Cao menunjukkan
peningkatan cepat dalam kunjungan rumah sakit, dengan 40% dari semua
kunjungan IGD ialah untuk evaluasi demam. Berdasarkan angka tersebut,
administrator akan mengantisipasi menipisnya alat pelindung diri yang
memengaruhi sebagian besar penyedia jasa IGD.
Laporan World Health Organization terbaru menemukan bahwa case
fatality rate pasien COVID-19 lansia di China ialah 21.9% dimana pasien segala
usia tanpa kondisi kronik lainnya memiliki angka CFR hanya 1.4%. perlu
dipertimbangkan bahwa isu seperti perawatan IGD atau ICU yang tidak adekuat,
atau kurangnya sumber daya juga mempengaruhi mortalitas dan usia merupakan
salah satu dari banyak faktor.
Data kematian yang muncul dari Italia menyatakan risiko yang sangat
tinggi dari virus ini untuk lansia. Di Italia, di mana 23% populasi berusia di atas
65 tahun, 89% kematian COVID-19 merupakan pasien yang berusia di atas 70
tahun (31% antara 70- 79 dan 58% berusia di atas 80 tahun).
Di sisi yang menjanjikan, Zhang Guangfen yang berusia 103 tahun dirawat
di Rumah Sakit Liyuan Wuhan 1 Maret dan telah sepenuhnya pulih.
Apa Itu Demam pada Lansia?
Haruskah kita menggunakan suhu 100oF untuk menskrining penyakit ini
pada lansia? Skrining gejala COVID-19 seringkali menggunakan demam sebagai
tanda penting untuk penyakit ini. Data dari China menyatakan bahwa demam
merupakan tanda yang paling sering, dengan 83% dari 99 pasien dengan usia
rerata 55 tahun (15% diatas 70 tahun) menunjukkan demam.
Namun, demam dapat menjadi tanda yang tidak terlalu sensitif pada lansia,
karena seringkali tidak ditemukan bahkan pada infeksi serius. Kurangnya data
spesifik dari epidemik COVID-19 yang berkembang, influenza, virus respiratorik
lainnya dengan mortalitas yang signifikan pada lansia, juga menunjukkan
sensitivitas demam pada lansia. Satu studi di IGD menunjukkan bahwa hanya
32% pasien di atas 60 tahun dengan influenza memiliki suhu triase > 100oF. Suhu
dapat menjadi kurang sensitif pada lansia yang lebih lemah, yang tinggal di panti
jompo, yang memiliki resiko tinggi dari infeksi.
Infectious Disease Society of America merekomendasikan perubahan
definisi demam untuk lansia yaitu :
Suhu oral sekali pengukuran di atas 100oF, atau
Suhu oral dua kali pengukuran di atas 99oF, atau
Peningkatan suhu 2oF di atas suhu basal.
Kotak 2: Pasien Skenario 2
Seorang pria berusia 86 tahun dirujuk dari fasilitas perawatan terlatih (SNF)
dengan riwayat batuk dua hari dan sesak napas yang progresif. PMH signifikan
untuk PPOK, atrial fibrilasi, dan demensia (non-ambulatorik, orientasi baik
mengenai orang dan waktu, dua orang membantu untuk ADL). EMS
menginformasikan bahwa terdapat “sejumlah” pasien dengan gejala ISPA pada
fasilitas. IGD menahan pasien ICU dalam waktu rata-rata 20 jam.
Riwayat Tambahan: Tidak terdapat kasus COVID-19 di daerah anda.
Terdapat tiga kasus pada daerah sekitar. Anak perempuan pasien sedang dalam
perjalanan ke IGD. Formulir POLST menunjukkan “DNR; terapkan semua
tindakan lain.”
Evaluasi: Terbangun, sadar, usaha pernapasan yang meningkat secara moderat.
Suhu 100oF (timpani), RR 27, Pox 87% RA, HR 108, TD 102/62. Pergerakan
udara baik, wheezing difus. Pasien seringkali melepaskan facemask yang
dipasang oleh EMS.
Apakah intervensi COPD standar berubah dengan COVID-19?
Haruskah pasien diintubasi bila status pernapasannya menurun?
Haruskah “sejumlah” pasien lain dari fasilitas datang ke IGD?
Bila keadaan pasien membaik, atau anaknya meminta, dapatkah SNF
menerima pasien kembali tanpa tes COVID-19 negatif?
Kriteria Pemeriksaan & Keadaan Unik untuk Lansia
Saat ini pemeriksaan COVID-19 terbatas, dan beberapa pedoman dengan
lokasi yang beragam muncul. Pembatasan siapa yang dapat diuji akan berkurang
dengan meningkatnya ketersediaan tes. Pada 16 Maret 2020, CDC
merekomendasikan pengujian COVID-19 diprioritaskan untuk orang dewasa yang
lebih tua, orang dengan kondisi medis kronis, dan pasien imunosupresi. Dalam
praktiknya, ini berarti bahwa lansia dengan gejala demam dan/atau gejala
pernapasan yang dites negatif untuk influenza harus dipertimbangkan untuk
pengujian COVID-19 prioritas. Jika individu tersebut memiliki tanda-tanda vital
yang stabil dan tidak ada, atau hanya memiliki gejala klinis yang ringan,
sebaiknya uji di lokasi selain UGD jika memungkinkan. Bahkan ketika pengujian
menjadi lebih tersedia, lansia sebaiknya mendapatkan akses preferensi. Mengikuti
protokol CDC.
Forward Triage & Penentuan untuk Rujuk ke IGD
Forward triage merupakan penyortiran EMS dari kehidupan senior (panti
jompo, fasilitas hidup yang dibantu, komunitas hidup mandiri) dan lansia yang
tinggal di rumah. Triase ini penting untuk mengoptimalkan sumber daya darurat
dan rawat inap selagi meminimalisir resiko bahaya pada pasien. Keputusan untuk
merujuk pasien lansia dari perawatan berbasis fasilitas seringkali beragam dan
spesifik. Untuk membatasi permintaan yang dapat membanjiri IGD, keputusan
rujukan dapat diadaptasi berdasarkan beban penyakit komorbid atau kelemahan
pasien. Idealnya, protokol rujukan yang telah ada sebelumnya dapat ditambahkan
secara kooperatif oleh rumah sakit, IGD, EMS, pejabat kesehatan masyarakat, dan
fasilitas dan agensi rujukan untuk mengatasi masalah spesifik COVID-19.
Keputusan dapat berubah berdasarkan aktivitas penyakit, dan kapasitas diagnostik
dan perawatan rumah sakit dan masyarakat.
Sumber daya untuk forward triage berbasis masyarakat bervariasi
berdasarkan wilayah, dan dapat mencakup telekesehatan, paramedis komunitas,
layanan primer berbasis rumah, perawatan kesehatan di rumah, dan tatalaksana
perawatan kompleks berbasis fasilitas.
Lansia hanya membutuhkan pemeriksaan COVID-19 dan influenza, atau
mereka dengan kebutuhan medis akut yang kurang sebaiknya dirujuk untuk lokasi
pemeriksaan atau lokasi medis di luar IGD. Orang-orang yang hanya mengalami
gejala ringan dapat dipantau/dimonitor oleh pengasuh tempat mereka tinggal,
dengan tindak lanjut melalui telepon untuk mendukung perubahan kondisi.
Namun, seluruh pasien yang beresiko COVID-19 sebaiknya diisolasi dengan baik
dari lansia yang rentan lainnya.
Perubahan berlandaskan sistem yang penting & Dampak
Membawa pasien lansia ke atau dari tempat perawatan penting dalam
tatalaksana pada mereka yang sangat rentan di masyarakat. Perawatan dari IGD
dapat menjadi tertunda oleh karena kemampuan fasilitas perawatan untuk
menerima rujukan balik pasien mereka. Pada 12 Maret 2020, CMS
mengesampingkan pembatasan penting untuk akses panti jumpo dan fasilitas
perawatan terampil yang disebut “aturan 3 hari”. Peraturan CMS ini
membutuhkan 3 hari rawat inap pasien agar memenuhi syarat pembayaran CMS
dari biaya masuk hingga rehabilitasi SNF. Longgranya peraturan serta pengabaian
ini sekarang memungkinkan rujukan langsung lansia yang stabil ke SNF dari IGD.
Dampak kemampuan rujukan baru ini untuk membebaskan baik sumber daya IGD
maupun rawat inap sangat jelas dan dapat mengurangi beban pasien stabil yang
hanya membutuhkan perawatan terampil.
SNF mungkin memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengisolasi
pasien yang dicurigai menderita infeksi COVID-19 karena banyak yang memiliki
kamar pribadi yang terbatas. Perencanaan proaktif antara rumah sakit dan daerah
SNF di sekitar sumber daya dan kapasitas pengendalian infeksi adalah prioritas
tinggi selama wabah ini. Pedoman telah disediakan oleh CDC, CMS dan asosiasi
dagang untuk mengurangi risiko penularan.
Pelatihan pekerja SNF dan NH dengan teknik yang tepat merupakan hal
yang terpenting. Instruksi untuk penerapan tindakan pencegahan isolasi/kontak
dapat ditemukan di: https://www.cdc.gov/hai/containment/PPE-Nursing-
Homes.html. Lihat lampiran 1 untuk sumber daya berbasis sistem tambahan.
Kebutuhan unik Lansia yang tinggal di fasilitas hidup senior
Lansia yang tinggal di fasilitas hidup senior memiliki resiko mortalitas
oleh karena COVID-19 yang tertinggi, melihat komorbid dan paparan yang
disebabkan karena pengaturan kongregasi mereka. Dari 120 penduduk di
LifeCare Center di Kirkland, WA, 63 dinyatakan positif COVID-19; 13
meninggal di rumah sakit dengan COVID-19 terkonfirmasi dan 11 meninggal di
pusat tanpa hasil tes postmortem. Lebih dari empat lusin anggota staf juga
terinfeksi. Karena interaksi interpersonal yang erat di antara penghuni, dan antara
penghuni dan anggota staf, tim dalam pengaturan hidup ini harus memeriksa situs
web CDC dan Departemen Kesehatan Masyarakat untuk mendapatkan petunjuk
terbaru tentang batasan penularan.
Fasilitas hidup dibantu dan SNF di seluruh negeri telah membatasi akses
ke fasilitas mereka untuk keluarga dan teman, serta vendor. Fasilitas membatasi
kegiatan, serta makan bersama dan mengurangi jumlah staf individu yang bekerja
sama dengan pasien, jika memungkinkan. Sebagai catatan, fasilitas hidup
berbantuan memberikan tingkat perawatan yang lebih rendah daripada SNF.
Sementara sebagian besar SNF dapat menyediakan oksigen, obat-obatan IV, dan
perawatan nebulizer, fasilitas hidup yang dibantu memiliki staf perawat yang jauh
lebih sedikit, kehadiran dokter dan penurunan kemampuan untuk memberikan
perawatan medis.
Keselamatan Pasien
Pasien yang lebih tua yang dikirim ke UGD, bukannya dikirim ke tempat
pemeriksaan alternatif, akan menempatkan pasien pada risiko pajanan dan
berpotensi menambah sumber daya UGD yang terbatas. Baca CDC terbaru yang
sesuai mengenai kriteria pemeriksaan dan ketahui protokol pemeriksaan. Aspek
luar biasa dari seri kasus dari Tiongkok adalah penularan terkait nosokomial
diantara 41% kasus. Tingkat penularan yang tinggi ini terjadi pada pasien lain dan
pekerja rumah sakit.
Rekan Masyarakat
UGD adalah tempat penting untuk koordinasi perawatan. Dalam
mengantisipasi lonjakan pasien di UGD, administrator rumah sakit harus
mempertimbangkan banyak strategi simultan untuk menjaga aliran pasien aman
dan mengurangi kepadatan. Rumah sakit dapat berkolaborasi dengan sumber daya
rawat jalan seperti SNF daerah, homecare, penyedia perawatan primer, kantor
penuaan, EMS, dan pengaturan rumah sakit. Tujuannya adalah untuk membantu
transisi COVID-19 pada orang dewasa yang terkena dampak secara efisien dan
tepat waktu. Demikian pula, UGD harus mengoordinasikan transisi yang jelas dan
cepat ke unit rawat inap terutama unit perawatan intensif, dan obat pernapasan /
paru. Penggunaan sumber daya perawatan paliatif dapat meningkatkan koordinasi
perawatan dan penggunaan IGS secara optimal untuk mereka yang paling
membutuhkan. Memulai saluran panggilan 24 jam/7 hari antara UGD dan
administrator SNF individu akan memungkinkan perawatan terkoordinasi dan
pengambilan keputusan.
Pasien parah datang dengan dispnea, takipnea> 30 / menit, saturasi < 90% dan >
50% dan muncul infiltrat paru dalam 1-2 hari. Pasien kritis datang dengan syok
septik mirip dengan sepsis dari penyebab apa pun, durasi median dari onset
penyakit ke dispnea adalah 8 hari dan untuk ventilasi mekanik adalah 10,5 hari.