Pemeriksaan Status Mental Gangguan Afektif Bipolar
a. Episode Manik 1) Gambaran umum Tereksitasi, banyak bicara, kadang enghibur, seringnya hiperaktif. Pasa suatu waktu mereka psikotik dan terdisorganisasi. 2) Mood, Afek, dan Perasaan Euforik, iritabel, labil secara emosi 3) Pembicaraan Tidak dapat disela ketika sedang bicara, orang dianggap pengganggu. Ketika mania menjadi lebih intens, pembicaraan akan semakin keras, semakin cepat, dan sulit diartikan. Dapat pula ditemukan asosiasi longgar, flight of ideas, word salad, dan neologisme. Pada cetusan akut, pembicaraan inkoheren dan tidak dapat dibedakan dengan skizofrenia. 4) Gangguan persepsi Waham timbul pada 75% pasien manik. Waham kongruen dengan mood, sering berkenaan dengan kemakmuran, kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan. Waham bizar dan tidak kongruen dengan mood juga terjadi pada manik. 5) Pikiran Isi pikir mencakup tema kepercayaan diri dan membesarkan diri. Mudah teralih perhatiannya, arus gagasan yang tidak tertahan. 6) Sensorium dan kognisi Memiliki defisit kognisi ringan, mencerminkan adanya disfungsi korteks. Orientasi dan memori masih intak, walaupun sejumlah pasien manik tidak dapat menjawab dengan benar karena euforik. 7) Kendali impuls Sekitar 75% pasien manik bersifat menyerang atau mengancam. Pasien manik berupaya bunuh diri dan membunuh, tetapi perilaku ini jarang diketahui. 8) Penilaian dan tilikan Gangguan dalam penilaian merupakan tanda khas pasien manik. Mereka dapat melanggar hukum dalam hal kartu kredit, aktivitas seksual, serta keuangan. Pasien manik juga memiliki sedikit tilikan terhadap gangguan mereka. 9) Taraf dapat dipercaya Tidak dapat dipercaya informasinya. Pasien sering berbohong. b. Episode Depresif 1) Gambaran umum Retardasi psikomotor menyeluruh adalah gejala yang lazim terlihat, walaupun agitasi juga terlihat terutama pada pasien lanjut usia. Menarik-narik rambut dan meremas- remas tangan merupakan gejala tersering agitasi. Umumnya, pasien depresi memiliki struktur tubuh yang bongkok, tidak ada Gerakan spontan, serta tatapan mata menghindar dengan memandang ke bawah. 2) Mood, afek, dan perasaan Depresi, walaupun 50% menyangkal perasaan depresinya maupun secara umum tidak tampak depresi. Anggota keluarga sering membawa pasien untuk ditangani karena penarikan diri secara sosial dan aktivitas umum yang berkurang. 3) Pembicaraan Banyak pasien depresi yang mengalami laju dan volume bicara, mereka memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata dan tampak terlambat menjawab pertanyaan. Pemeriksa dapat menunggu hinga 2-3 menit untuk dijawab pertanyaannya. 4) Gangguan persepsi Pasien depresi dengan waham atau halusinasi dikatakan memiliki episode depresif berat dengan gambaran psikotik. Bahkan bila tidak ditemukan waham atau halusinasi, beberapa klinisi menggunakan istilah depresi psikotik terhadap pasien yang secara umum mengalami depresi – tidak bersuara, tidak mandi, dan membuang kotoran sembarangan. Waham kongruen mood pada pasien depresi mencakup rasa bersalah, berdosa, gidak berharga, miskin, merasa dikejar, serta memiliki penyakit terminal seperti kanker. Waham yang tidak kongruen mood meliputi tema kebesaran berupa kekuatan, pengetahuan, dan rasa berharga yang berlebihan – misalnya keyakinan seseorang disiksa karena ia merupakan seorang juruselamat. 5) Isi pikir Pasien depresi umumnya memili pandangan negative mengenai dirinya dan dunia. Isi pikiran mereka mencakup pikiran berulang yang tidak bersifat waham mengenai kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri, dan kematian. 6) Sensorium dan kognisi Orientasi Hampir seluru pasien depresi masih memiliki orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang, walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki energi cukup atau minat untuk menjawab pertanyaan mengenai hal ini. Memori Sekitar 50-75% pasien depresi memiliki hendaya kognitif. 7) Kontrol impuls Sekitar 10 hingga 15 persen pasiem depresi melakukan bunuh diri dan sekitar duapertiga pasien memiliki ide bunuh diri. Pasien depresi dengan psikotik sering berpikir untuk membunuh orang lain sesuai dengan wahamnya, tapi kebanyakan pasien depresif tidak mempunyai motivasi untuk bertindak impulsive. Pasien berisiko lebih tinggi terhadap bunuh diri ketika keadaan mereka baikd an memperoleh kembali energi yang dibutuhkan untuk merancang dan melakukan usaha bunuh diri. 8) Daya nilai dan tilikan Daya nilai paling baik diperiksan dengan memperhatikan tindakan pasien di masa lalu serta perilaku mereka saat wawancara. Tilikan pasien depresi terhadap keluhan yang mereka alami biasanya berlebihan; mereka melebih-lebihkan gejala, gangguan, dan masalah hidup. Sulit untuk meyakinkan pasien bahwa dapat terjadi perbaikan. 9) Taraf dapat dipercaya Pasien depresi meleih-lebihkan hal buruk dan menutupi hal yang baik. Penyampaian informasi yang membantu mungkn mustahil pada seseorang dengan pikiran depresi. Kesalahan klinis yang sering terjadi adalah mempercayai pasien begitu saja bahwa obat antidepresan sebelumnya tidak berhasil 10) Skala penilaian objektif depresi Zung Skala pelaporan 20 hal, nilai normal adalah 34 ke bawah, dan keadaan depresi adalah 50 ke atas. Nilai ini memberikan indek keseluruhan intenitas gejala oada oasuen depresif, termasuk ekspresi afektif depresi. Raskin Mengukur keparahan depresi pada pasien, seperti yang dilaporkan pasien dan diamati pemeriksa. Skala 5 poin mencakup laporan verbal, perilaku yang terlihat, dan gejala yang menyertai. Nilai normal adalah 3 dan nilai depresi adalah 7 ke atas. Hamilton Merupakan skala depresi dengan 24 hal, masing-masing bernilai 0 hingga 4 atau 0 hingga 2, dengan nilai total 0 hingga 76. Klinisi mengevaluasi jawaban pasien terhadap pertanyaan mengenai rasa bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur, dan gejala lain depresi.