Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN INDONESIA PADA GOOLE

INDONESIA
Kantor Pusat : Mountain View, California.
Kantor Asia : Pasir Panjang Road, Singapura
Indonesia : Sentral Senayan II, Jalan Asia Afrika, Jakarta

Pendapatan Google 2015 850 juta USDollar / 11,6 T


"dependent agent" dari Google Asia Pacific Pte Ltd di Singapura

Pasal (2) ayat (5) huruf (N) UU Pajak Penghasilan


• Pertanyaan Analisis:
• Terhadap kasus Google Indonesia di atas, identifikasi jenis pelanggaran yang
dilakukan oleh Google Indonesia!
• Jelaskan mekanisme tax planning yang dilakukan Google Indonesia sehingga
pembayaran pajaknya sangat rendah!
• Menurut Anda, apakah Google Indonesia melakukan tax avoidance dan/atau tax
evasion? Apabila Google Indonesia melakukan praktik tersebut, jelaskan praktik tax
avoidance dan/atau tax evasion yang dilakukan oleh Google Indonesia!
JELASKAN MEKANISME TAX PLANNING YANG DILAKUKAN
GOOGLE INDONESIA SEHINGGA PEMBAYARAN
PAJAKNYA SANGAT RENDAH!
• Google telah melanggar Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 35/2019 tentang Penentuan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Peraturan ini sudah
diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 1 April 2019 dan berlaku bersamaan pada saat diundangkan. Peraturan ini
menjabarkan tentang kewajiban perpajakan bagi perusahaan atau orang asing yang berbisnis di Indonesia, baik itu perusahaan konvensional
maupun yang beroperasi secara digital.

• Melalui aturan ini, fiskus pajak secara tidak langsung mendapatkan kemudahan pada saat memeriksa wajib pajak BUT lantaran penetapan
BUT kini dipertegas sebagai subjek pajak luar negeri, yang selama ini diatur dalam Undang-Undang (UU) 36/2008 tentang Pajak Penghasilan
(PPh). Pada pasal 2 aturan ini meminta perusahaan atau orang asing, seperti Google, Facebook dan perusahaan sejenis lainnya, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
paling lama 1 bulan setelah mulai menjalankan usaha dalam BUT. Tak hanya itu, perusahaan atau orang asing juga wajib menyerahkan objek
pajak sesuai dengan ketentuan UU 42/2009 tentang pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
sebagai pengusaha kena pajak (PKP).
JELASKAN MEKANISME TAX PLANNING YANG DILAKUKAN
GOOGLE INDONESIA SEHINGGA PEMBAYARAN
PAJAKNYA SANGAT RENDAH!
• Google mendirikan induk usaha di Singapura untuk menangani bisnisnya di kawasan Asia termasuk Indonesia. Singapura seperti diketahui
tersohor sebagai negara surga pajak dengan tarif pajak rendah. Pada saat sebelum Google memiliki kantor, Google belum bisa dikatakan
memenuhi syarat sebagai Bentuk Usaha Tetap (BUT) di negara sumber penghasilan, termasuk Indonesia. BUT merupakan satu syarat atau
ambang batas negara sumber penghasilan bisa memungut pajak. Tanpa BUT, tax treaty tidak berhak memajaki penghasilannya yang didapat
dari iklan secara online. Ada dua cara supaya Google tidak memiliki BUT di Indonesia. Pertama, sambungnya, jangan sampai Google hadir
secara fisik di Indonesia (ada kantor) dan hanya menjalankan fungsi penunjang dan pelengkap sehingga tidak dikategorikan terbentuknya BUT.
Jadi, fungsinya Google hanya sebagai marketing supporting, sehingga Indonesia tidak bisa menjustifikasi Google BUT di Indonesia.

• Cara kedua, Google mengklain sebagai BUT keagenan. Itu artinya, seluruh kontrak yang dilakukan antara Google dengan konsumen di
Indonesia berlangsung secara online. Kalau konsumen di Indonesia mau mengiklan di Google, maka kontraknya berhubungan langsung dengan
Google di Singapura secara online. Jadi tanpa melalui kantor perwakilan atau tenaga marketing di Indonesia. Dengan strategi tersebut,
Google merasa tidak pernah mengaku ada BUT di Indonesia karena faktanya seluruh kontrak dijalankan tanpa melalui kantor perwakilan di
negara ini. Kalaupun Google lagi apes ada BUT di negara sumber penghasilan, paling implikasi kecil karena hanya menjalankan fungsi
marketing support. Ganjarannya cost plus komisi, cost diganti dan yang kena cuma komisinya yaitu 8 persen dari total penghasilan Google.
• Selain tidak menjadi BUT di Indonesia, Google melarikan transaksi ke Singapura. Sehingga pajak di kenai di Singapura
saja. Sebab, berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty, Singapura termasuk negara
yang melakukan perjanjian P3B. Yang mana sebelum tahun 2020, masih jika Google bukan BUT maka tidak dapat
dikenakan pajak di Indonesia, melainkan hanya dikenakan pajak Singapura saja.

• Selain itu cara Google dalam melakukan tax planning pada kawasan internasional adalah sebagai berikut Google
mendirikan perusahaan di Irlandia. Namun efektif manajemennya di negara Bermuda untuk menghindari pajak. Alasannya
berdasarkan hukum pajak di Irlandia, penetapan status subjek pajak bagi perusahaan jika efektif manajemennya berada
di Irlandia. Sementara di Bermuda, perusahaan jadi subjek pajak jika perusahaan tersebut didirikan di Bermuda. Aturan
perpajakan di kedua negara inilah yang dimanfaatkan Google. Dengan begitu, Google bukan subjek pajak karena mereka
tidak punya status pajak di manapun, baik di Irlandia dan Bermuda. Jadi tidak dapat dikenakan pajak. Google
membutuhkan lagi perusahaan agar tidak terkena peraturan Controlled Foreign Company (CFC) AS. Perusahaan ini kembali
membentuk perusahaan di Irlandia, Google Irlandia Limited (GIL) untuk mengakali CFC AS. Tidak berhenti sampai di situ,
upaya penghindaran pajak Google terus berlangsung. Google lagi-lagi mendirikan perusahaan di Belanda yang terkenal
sebagai treaty heaven yang memfasilitasi skema-skema internasional. Jadi tidak ada pajak jika penghasilannya dialihkan ke
Bermuda.
MENURUT ANDA, APAKAH GOOGLE INDONESIA MELAKUKAN TAX AVOIDANCE DAN/ATAU
TAX EVASION?APABILA GOOGLE INDONESIA MELAKUKAN PRAKTIK TERSEBUT, JELASKAN
PRAKTIK TAX AVOIDANCEDAN/ATAU TAX EVASION YANG DILAKUKAN OLEH GOOGLE
INDONESIA!

• Menurut kami, Google saat ini telah masuk pada kategori tax avoidance, karena Google telah memanfaatkan celah peraturan pajak Indonesia
maupun Internasional. Mentransfer dana ke negara lain yaitu ke Singapura. Menurut ketentuan PPh Pasal 26, tarif umum yang dikenakan
adalah 20% dan bisa berubah jika Wajib Pajak mengikuti Tax Treaty atau Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B). Ada pengecualian
mengenai PPh yang dikenakan atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak Luar Negeri dari Indonesia, yaitu tidak berlaku untuk yang bukan
BUT di Indonesia. Inilah yang sering dijadikan argumen oleh Google untuk tidak membayar pajak. Berdasarkan P3B Indonesia – Singapura,
laba perusahaan akan di kenai di Indonesia apabila BUT di Indonesia. Google tidak menganggap BUT di Indonesia, jadi pajak dikenakan di
Singapura saja.

• Namun saat ini, Google telah memenuhi persyaratan sebagai BUT (Bentuk Usaha Tetap) di Indonesia karena Pemerintah Republik Indonesia
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.03/2019 tentang Penentuan Bentuk Usaha Tetap (“PMK No. 35/2019”).
Penerbitan PMK ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi subjek pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui BUT di Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan usaha dalam ketentuan ini adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan, menagih, atau memelihara penghasilan di Indonesia.
• Terdapat sejumlah poin penting terkait penegasan ketentuan BUT dalam PMK No. 35/PMK.03/2019. Pertama, setiap orang
pribadi atau badan asing yang menjalankan usaha di Indonesia melalui BUT wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) maksimal satu bulan setelah kegiatan usaha berjalan. Apabila yang bersangkutan tidak mendaftarkan diri, NPWP
bisa dikeluarkan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak. PMK No. 35/2019 menjelaskan pengertian dari orang
pribadi asing dan badan asing, sebagai berikut:

• Orang pribadi asing adalah orang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
• Badan asing adalah badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia

• Melihat ketentuan di atas khususnya perusahaan yang tidak didirikan atau berada di Indonesia ataupun yang
mengoperasikan usahanya melalui BUT di Indonesia bisa dikenakan PPh Pasal 26. Dan tentu saja Google masuk kategori di
dalamnya.

• Kedua, PMK ini juga mempertegas definisi dan kriteria BUT. BUT adalah bentuk usaha di Indonesia yang dipergunakan oleh
orang pribadi maupun badan asing dengan kriteria: tempat usaha yang digunakan untuk menjalankan usaha bersifat
permanen. Tempat usaha yang dimaksud dalam ketentuan BUT ini mencangkup ruang, fasilitas atau instalasi, termasuk mesin
atau peralatan yang digunakan untuk berbisnis di Indonesia. Sementara yang dimaksud dengan tempat usaha permanen
adalah tempat digunakan usaha yang secara berkelanjutan dan berada di lokasi geografis tertentu. Selain itu, suatu tempat
usaha dikatakan BUT jika orang pribadi atau badan asing bisa mengakses tempat tersebut secara tidak terbatas.
Sementara itu, jika orang pribadi dan badan asing memiliki akses yang terbatas tempat usaha atau tempat hanya
digunakan untuk penyimpanan atau pengelolaan data secara elektronik, maka tidak termasuk kategori BUT.
• Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pernah mengeluarkan Surat Edaran No. SE-4/SE.PJ/2017 tentang
Penentuan BUT Bagi Subjek Pajak Luar Negeri yang Menyediakan Layanan Aplikasi dan/atau Layanan
Konten Melalui Internet. Namun, Surat Edaran tersebut bersifat parsial dan hanya merupakan panduan bagi
internal DJP dalam menetapkan status perusahaan-perusahaan digital berbasis internet (Over The Top/OTT)
di Indonesia.
• SE-4/SE.PJ/2017 terbit ketika keberadaan OTT menjadi sorotan dan perdebatan publik, terutama terkait
status perusahaan-perusahaan digital raksasa dunia yang beroperasi dan meraup keuntungan di Indonesia.
Dalam perspektif DJP keberadaan OTT memang dikategorikan BUT. Terutama bila mengacu pada isi SE-
4/PJ/2017. Seperti halnya PMK No. 35/PMK.03/2019 ini surat edaran tersebut juga bersifat menjelaskan
dari ketentuan yang sudah dituangkan dalam UU PPh maupun UU KUP.

• Pada tahun 2020 juga terdapat amandemen P3B Indonesia dan Singapura yaitu salah satunya Tutup Celah
Penghindaran Pajak. Amendemen P3B Indonesia dan Singapura juga mencakup penghapusan klausul most
favoured nation (MFN) di dalam pengaturan kontrak bagi hasil. Selain itu, ada pengaturan lebih eksplisit
terkait penghindaran pajak, antipenghindaran pajak, serta pertukaran informasi sesuai standar internasional.

Anda mungkin juga menyukai