Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2020


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FROZEN SHOULDER

Disusun Oleh:
Nur Fitriany Lihawa
111 2019 2076

Pembimbing:
dr. Andi Dhedie P. Sam, M. Kes,Sp.OT(K)

BAGIAN ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka laporan
kasus ini dapat diselesaikan. Salam dan salawat semoga selalu tercurah
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan kaum yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.
Referat yang berjudul “Frozen Shoulder” ini disusun sebagai
persyaratan kepaniteraan klinik pada Bagian Bagian Orthopedi dan
Traumatologi Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia. Penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya
atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung selama penyusunan tugas ilmiah ini hingga selesai,
terkhusus kepada dr. Andi Dhedie Prasatya Sam, M.Kes,Sp.OT(K)
sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan tugas ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini belum sempurna, untuk saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan
penulisan karya ini. Terakhir penulis berharap semoga laporan kasus ini
dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Makassar, Oktober 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh aktivitas manusia dilakukan dengan menggerakkan
anggota tubuh. Gerakkan ini dapat dilakukan bila keadaan tulang, otot,
persendian maupun sistem-sistem lain tidak mengalami gangguan.
Kelainan pada persendian dimana terjadi pergeseran letak sendi akan
menimbulkan masalah yang dapat menyebabkan seseorang terganggu
aktifitasnya.1
Frozen shoulder merupakan kondisi yang dikarakterisasi oleh
hilangnya kemampuan gerak aktif dan pasif sendi glenohumeral secara
progresif akibat kontraktur sendi.2 Dapat merupakan akibat dari trauma
ringan, namun kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. 3 Dengan insiden
sekitar 2% pada populasi umum, lebih sering pada wanita, dengan umur
antara 40-60 tahun.2
Nyeri dan kaku yang timbul bukan merupakan gejala arthritis,
namun merupakan proses patologi struktur periarticular, dapat pula timbul
sebagai nyeri perlahan sekitar insersio deltoid. 2
Dalam kondisi ini, gejala nyeri dan kaku pada penderita
mengakibatkan gangguan tidur, keterbatasan gerak sendi yang
berdampak pada terbatasnya aktivitas sehari-hari seperti memakai
pakaian, menyisir rambut, atau meletakkan sesuatu ke dalam lemari. 3

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri
dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang sering
dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma
sering kali ringan.5
Frozen shoulder adalah suatu gangguan bahu yang sedikit atau
sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memperlihatkan
kelainan pada foto rontgen tetapi menunjukkan adanya pembatasan
gerak.6,8
Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan
periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara
pasif maupun aktif pada semua pola gerak.6,8

B. Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti.
Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang
lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi,
hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular, clinical depression dan
Parkinson.4
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS (American
Academy of Orthopaedic Surgeons) tahun 2007 mengenai frozen
shoulder, teori tersebut adalah :9
1. Teori hormonal
Pada umumnya Capsulitis adhesive terjadi 60% pada wanita
bersamaan dengan datangnya menopause.
2. Teori genetik

5
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari Capsulitis
adhesive, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik
pasti menderita pada saat yang sama.
3. Teori auto immuno
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap
hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.
4. Teori postur
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan
berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu
ligamen bahu.

C. Klasifikasi4
Terdapat dua klasifikasi frozen shoulder :
1. Frozen Shoulder Primer
Termasuk frozen shoulder yang tidak bisa diidentifikasi
penyebabnya.
2. Frozen Shoulder Sekunder
Termasuk frozen shoulder karena trauma, pembedahan atau
suatu penyakit.

D. Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa
penulis menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah
imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat
merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi
tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau
dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan
nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung.
Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti
sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan
menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya

6
reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan
bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur
tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi. 2
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi.
Kapsul yang berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi.
Hal ini membuat ruangan untuk tulang humerus bergerak lebih kecil,
sehingga saat bergerak terjadi nyeri. 10
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder
adalah fibrosis yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral.
Secara histologik ditemukan prolifrasi aktif fibroblast dan fibroblas
tersebut berubah menjadi miofibroblas sehingga menyebabkan
matriks yang padat dari kolagen yang berantakan yang menyebabkan
kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu
juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder. 3
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan
thrombine dan fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin.
Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam darah dan
membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan
pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama
lain sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva pada bahu
inilah yang disebut frozen shoulder.3

E. Manifestasi Klinis
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta
gerakan sendi bahu yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan
abduksi, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri
akan meningkat intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal
itu terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi
lebih kurang selama 6-12 bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu
akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi
keterbatasan gerak sendi bahu.4

7
4,10,11
Frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini
berakhir sampai 10 -36 minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari
glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase
ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada
sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan
yang nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.

F. Diagnosis4
1. Anamnesis
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau
keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa
menyisir rambut, memakai baju, menggosok punggung waktu
mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain
pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-
internal rotasi, maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka
gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar
ke leher lengan atas dan punggung. Perlu dilihat faktor pencetus
timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama-tama
pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian
untuk semua gerakan sendi bahu.

8
Tes “appley scratch” merupakan tes tercepat untuk
mengevaluasi lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta
menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi
kontralateral melewati belakang kepala. Pada Capsulitis adhesive
pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas
pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai
penyebab keterbatasan.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang
membentuk muskulotendineus “rotator cuff”. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar,
bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot
“rotator cuff” lainnya.

G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa4,10
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti
inflamasi nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk
mengurangi kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme
otot. Beberapa penulis menganjurkan pemberian suntikan
kortikosteroid ditambah anestesi lokal pada rotator cuff dan intra
artikuler untuk menghilangkan nyeri secara cepat. Harus
diperhatikan kemungkinan ruptur dari tendon pada penyuntikan
tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 kali dalam 1
tahun. Dasar penggunaan kortikosteroid pada frozen shoulder
dikaitkan dengan kemampuan mengurangi edema atau inflamasi
saraf.
2. Istirahat/terapi dingin12,13
Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses
pembengkaan masih bekerja, diperlukan dimmobilisasi sampai
proses pembengkaan berhenti. Selama bahu tidak digerakkan

9
untuk menghentikan pembengkaan, diberikan kompres dingin atau
es dan obat anti bengkak dan nyeri.
3. Terapi panas12,13
Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkaan berhenti
atau pada bahu yang nyeri tanpa pembengkaan pada jaringan otot
yang spasme. Terapi panas bertujuan :
a. Memperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempat
b. Mengurangi rasa nyeri
c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme
Terapi panas yang digunakan adalah :
 Terapi panas superficial : HCP, sinar infra merah
Macam-macam sinar infrared:
 Luminos: diberikan pada penderita dengan kondisi akut
 Non Luminos: diberikan pada penderita dengan kondisi
kronis
Dosis :
o Jarak lampu dengan punggung bawah antara 50-75 cm
o Pada kondisi akut durasi dan frekuensinya 10-15 menit/1 x
1/hari.
 Terapi panas dalam :8,12
 MWD (Micro Wave Diathermy)
Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan
gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang
12,25 cm dan frekuensinya 2.450 mc/detik.
Dosis : jarak emitor dengan kulit pada punggung bawah
antara 10-20 cm, intensitas 200 watt, tetapi untuk semua
kasus tergantung toleransi penderita. Durasi dan
frekuensinya 10-30 menit/hari ( kondisi akut kurang dari 10
menit).
 SWD (Short Wave Diathermy)

10
Terapi modalitas dimana sumber energinya
menggunakanarus listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 27,33
MHz dan panjang gelombang 11 meter. Elektrode yang
digunakan dengan kondensor (pad).
Dosis : Kondisi akut intensitasnya kurang dari 40 mA
(dibawah sensasi panas), durasi dan frekuensinya 2,5-10
menit/hari. Kondisi kronis intensitasnya antara 40-60 mA
(panas comfortable) durasi dan frekuensinya 20 menit/hari.
 USD (Ultra Sound Diathermy)
Terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari
gelombang suara dengan frekuensi tinggi antara 0,8-1 MHz
dan panjang gelombang 1,5 mm.
Dosis : Kondisi akut intensitasnya 0,25-0,5 W/cm2 durasi
2-3 menit. Apabila tidak ada perbaikan intensitasnya
dinaikkan 0,8W/cm2, durasinya 4-5 menit. Kondisi kronis
intensitasnya 2W/cm2, durasinya 5-10 menit, apabila tidak
ada perbaikan intensitasnya dinaikkan maksimal 3 W/cm2,
durasi 10 – 15 menit, jika tidak ada perbaikan sampai 6 kali
terapi, maka terapi dihentikan mungkin ada penyakit lain.

H. Prognosis1,2
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian
besar penderita frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari
sendi bahu.

11
BAB III
KESIMPULAN
Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan
periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif
maupun aktif pada semua pola gerak.
Faktor predisposisi pada frozen shoulder antara lain periode
immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi
pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression
dan Parkinson. Frozen sholder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu: Pain,
stiffness, recovery.
Penatalaksanaan pada frozen shoulder adalah medikamentosa, terapi,
dan pelatihan fisik. Pelatihan fisik pada frozen shoulder dapat secara aktif
maupun pasif dilihat dari kekuatan otot (MMT) yang ada pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Frozen Shoulder. RS Mitra Keluarga. Surabaya. 2012.
2. Goyal M., Bhattacharjee S, Goyal K. Combined Effect of End Range
Mobilization (ERM) and Mobilization with Movement (MWM)
Techniques on Range Of Motion and Disability in Frozen Shoulder
Patients: A Randomized Clinical Trial. Journal of Exercise Science and
Physiotherapy.2013;9:74-82.
3. Ansari SN, Lourdhuraj I, Shah S, Patel N. Effect Of Ultrasound
Therapy With End Range Mobilization Over Cryotherapy With Capsular
Stretching On Pain In Frozen Shoulder – A Comparative Study.
IJCRR.2012;4:64-73.
4. William E. Morgan, DC & Sarah Ptthoff, DC. Managing the Frozen
Shoulder. Available online at :
http://drmorgan.info/data/documents/frozen-shoulder-ebook.pdf
[diakses tanggal 7 Juli 2015]
5. Brian R. Wolf, MD, MS. 2008. Frozen Shoulder. American Orthopaedic
Society for Sports Medicine. Available online at :
https://www.sportsmed.org/uploadedFiles/Content/Patient/Sports_Tips
/3ST%20Frozen%20Shoulder%2008.pdf [diakses tanggal 7 Juli 2015]
6. David. Ring. 2009. Aprroach to The Patient with Shoulder Pain. In
Primary Care Medicine. Lippincott Williams and Wilkins.p:150.
7. Setianing, Retno., Kusumawati, K., Siswarni. 2011. Pelatihan
Ketrampilan Medis Pemeriksaan Muskuloskeletal Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi Medik. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
8. Djohan Aras. 2004. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder.
Akfis: Ujungpandang.
9. Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codman’s
Exercise. American Academy of Orthopaedic Surgeons.
10. Patient Information Guide Frozen Shoulder Syndrome (Adhesive
Capsulitis) in Seacoast Orthopedics & Sports Medicine.
11. Brett Sanders, MD. 2003. Frozen Shoulder – Adhesive Capsulitis.
Center For Sports Medicine and Orthopaedic 2415 McCallie Ave.
Available online at : http://sportmed.com/wp-
content/uploads/Frozen_Shoulder.pdf [diakses tanggal 7 Juli 2015]
12. Thomson, Ann M. 2001.Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-
Heinemann, 2001. hal: 71.
13. Donatelli, Robert, Wooden, Micheal J. 1999. Orthopaedic Physical
therapy. Churchil Livingstone Inc. hal: 160.

13

Anda mungkin juga menyukai