Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PERATURAN BUPATI NOMOR 27 TAHUN 2016 TERHADAP

IZIN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DI DINAS KOPERASI USAHA


KECIL MENENGAH KABUPATEN SLEMAN

Tri Wahyu Nugroho Herujati, SE


NIP. 197207182007011009
Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Sleman

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

Krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan hingga kini membawa

Indonesia ke dalam krisis multidimensional (ideologi, politik, sosial, budaya,

pertahanan, keamanan dan hukum) membuat Indonesia semakin terpuruk. Keadaan

ini semakin diperburuk lagi dengan adanya krisis global, yang mau tidak mau

mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan

pemerintah untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Namun demikian,

banyaknya permasalahan yang sedang ditangani menyebabkan usaha Pemerintah

tersebut mengalami berbagai kendala dan memiliki keterbatasan. Untuk itu, bangsa

Indonesia selayaknya harus tanggap akan hal tersebut dan berupaya mengatasi

masalah perekonomian melalui usaha mandiri (kemandirian ekonomi); di antaranya

adalah memperkuat izin Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). (SEAF, 2014;

Ade Raselawati, 2011)

UMKM sebagai salah satu usaha rakyat memiliki peran penting dalam

menanggulangi dampak krisis ekonomi di Indonesia. Melalui UMKM, rakyat dilatih

untuk mandiri dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Dengan

1
2

demikian, maka perekonomian rakyat Indonesia akan membaik dan semakin kuat

sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan anarkis yang

ditimbulkan dari kemiskinan dan rasa lapar. Hal ini tentu akan membuat pertahanan

Indonesia semakin kuat. (Mubyarto, 2010)

UMKM mempunyai banyak peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Salah satunya yang paling krusial dalam pertumbuhan ekonomi adalah menstimulus

dinamisasi ekonomi. Karakternya yang fleksibel dan cakap membuat UMKM dapat

direkayasa untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih baik daripada

perusahaan-perusahaan besar. Dalam banyak kasus, sejumlah UMKM yang baru

pertama kali memasuki pasar dapat menjadi besar karena kesuksesannya dalam

beroperasi. UMKM dianggap sebagai sektor usaha yang tidak cengeng dan tahan

banting. Selain itu, sebagai sektor usaha yang dijalankan dalam tataran bawah,

UMKM berperan besar dalam mengurangi angka pengangguran; bahkan fenomena

PHK menjadikan para pekerja yang menjadi korban dipaksa untuk berfikir lebih jauh

dan banyak yang beralih melirik sektor UMKM. Produk-produk UMKM dapat

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional, karena

tidak sedikit produk-produk UMKM yang mampu menembus pasar internasional.

(Pemprov DIY, 2015)

Sekarang ini lembaga-lembaga donor internasional semuanya mendukung

perkembangan UMKM. International Labor Organisation (ILO) melihatnya sebagai

wahana untuk menciptakan kesempatan kerja, sedangkan Bank Dunia dan Bank

Pembangunan Asia melihatnya sebagai penjabaran komitmen mereka untuk

memerangi kemiskinan di negara-negara berkembang. Di Asia, perkembangan sektor

UMKM juga dilihat sebagai salah satu jalan untuk keluar dari krisis ekonomi. Para
3

donor multilateral dan bilateral (antara lain Jepang) menyediakan dana dan bantuan

teknis untuk pengembangan sektor ini. (ILO, 2015)

Pengembangan UMKM merupakan fenomena yang harus ditanggapi serius.

Peningkatan kualitas dan daya saing UMKM lokal menjadi mutlak diperlukan, bukan

sekedar untuk standar lokal namun juga harus diproyeksikan sesuai dengan standar

global. Tantangan globalisasi dan AFTA nampaknya menjadi pemicu utama untuk

segera menormalisasi kondisi ekonomi sehingga bangsa Indonesia nanti tidak terusir

di negeri sendiri. Untuk itu, diperlukan dukungan dari Pemerintah, kalangan

Perbankan dan Institusi Pendidikan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan

UMKM. Dengan UMKM yang kuat, maka ekonomi rakyat Indonesia akan semakin

kuat pula. Hal tersebut tentu membuat kesejahteraan dalam setiap lini kehidupan

masyarakat bangsa Indonesia dapat terwujud. Dengan keluarga yang sejahtera maka

sejahtera juga bangsa Indonesia, sehingga diharapkan kesatuan dan persatuan bangsa

akan dapat terjamin. Inilah sebabnya mengapa pengembangan UMKM selalu menarik

untuk dikaji karena memiliki segi-segi yang aktual. (Pemkab Sleman, 2015)

Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah untuk mengetahui

upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman dan konstribusi UMKM di

Kabupaten Sleman di bidang ketahanan ekonomi keluarga. (Pemkab Sleman, 2015)

Karya tulis ini menggunakan metode survey dan merupakan penelitian

kualitatif, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta tentang pengembangan UMKM dalam

mewujudkan ketahanan ekonomi keluarga di Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan

sampel menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi siapa saja. Peneliti terjun langsung ke pelaku

UMKM di Kabupaten Sleman. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik


4

observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode

triangulasi, yaitu membandingkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

Variabel independen adalah Pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman.

Pengembangan UMKM memberikan arti mengenai keberadaan UMKM itu sendiri

bagi masyarakat. Dengan adanya UMKM diharapkan masyarakat Indonesia mampu

mandiri dalam meningkatkan perekonomian keluarganya. Pengembangan UMKM

dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu peran dan fungsi UMKM. Peran UMKM

merupakan serangkaian tindakan perilaku yang dijalankan oleh UMKM. Fungsi

UMKM akan timbul jika berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku,

sehingga fungsi UMKM menjadi berguna bagi masyarakat apabila peran UMKM

benar-benar dilaksanakan untuk masyarakat. Untuk melihat peran UMKM bisa diukur

dengan tiga indikator yaitu sebagai tempat pendidikan yaitu pendidikan non-formal,

sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan sebagai objek wisata.

Fungsi UMKM diukur dengan tiga indikator yaitu fungsi kognitif, fungsi afektif dan

fungsi psikomotorik. (Pemprov DIY, 2015)

Variabel dependen adalah ketahanan ekonomi keluarga yang merupakan salah

satu aspek dari ketahanan nasional. Ketahanan ekonomi keluarga adalah kondisi

dinamis yang harus mengandung kemampuan dalam menghadapi tantangan baik yang

datang dari dalam maupun dari luar yang mengancam fungsi nilai dari keutuhan

bangsa Indonesia. Telah menjadi dasar utama dalam menata kehidupan nasional dan

memberikan arah serta tujuan keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator

dari variabel ketahanan ekonomi keluaarga diambil dari landasan teori yang terdiri

dari lima kebutuhan dasar manusia (Maslow’s) yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan

rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ego, dan kebutuhan aktualisasi diri yang
5

digabungkan menjadi tiga indikator, yaitu: indikator pertama adalah kebutuhan

fisiologis, indikator kedua adalah kebutuhan sosio kultural yang merupakan gabungan

antara kebutuhan rasa aman dan sosial, serta indikator ketiga adalah eksistensial yang

merupakan gabungan kebutuhan ego dan kebutuhan aktualisasi diri. (ILO, 2015;

Mubyarto, 2010)

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

A. Pengembangan UMKM

Usaha kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting

dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.

Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya

56,7% dan  dalam ekspor nonmigas hanya 15%, UMKM memberi kontribusi sekitar

99% dalam jumlah badan usaha di Kabupaten Sleman serta mempunyai andil 99,6%

dalam penyerapan tenaga kerja. Namun dalam kenyataannya selama ini, UMKM

kurang mendapatkan perhatian. (Pemprov DIY, 2015; SEAF, 2014)

Dengan riset sederhana, pemerintah dan perbankan bisa menghitung tingkat

pengembalian dan resiko dari masing-masing jenis usaha. Hal ini dibutuhkan untuk
6

menentukan urutan jenis usaha yang diprioritaskan. Apabila diperlukan, dapat pula

ditambahkan dengan kriteria lain, seperti penyerapan tenaga kerja dan yang paling

cepat menghasilkan permintaan (demand creation), khususnya menciptakan customer

base yang besar dan dinamis yang pada umumnya berada di perkotaan. Kalau upaya

minimal ini dilakukan, diharapkan program pengembangan UMKM bisa menjadi

salah satu tulang punggung penyelesaian krisis secara menyeluruh. (Tambunan, 2012)

Restrukturisasi UMKM hendaknya tak hanya berkutat pada soal pendanaan,

sebab itu bukanlah persoalan utama. Upaya-upaya pemerintah pusat selama ini lebih

tercurah pada penyaluran dana. Masalah kredit untuk UMKM cenderung hanya

sebagai alibi. Sampai sekarang pun masalah pendanaan masih menjadi primadona

bagi kebanyakan instansi pemerintah yang terlibat di dalam usaha pengembangan

UMKM dan koperasi. Bahkan beberapa instansi terlibat langsung menyalurkan dana

ke UMKM atau kelompok masyarakat marjinal. (Dani Danuar Tri U., Darwanto,

2013)

Menyadari heterogenitas UMKM itu sendiri, pengembangan UMKM

diserahkan pada inisiatif-inisiatif lokal dan sektor swasta. Pemerintah pusat ataupun

pemerintah daerah bisa membantu sebatas untuk memperkuat capacity building dari

inisiatif-inisiatif lokal tersebut. Untuk itu, mengingat betapa pentingnya UMKM

dalam membantu penyelesaian krisis ekonomi di Indonesia, UMKM perlu mendapat

perhatian serius dan diberdayakan. (Ade Raselawati, 2011)

B. Ketahanan Ekonomi Keluarga

Teori “Maslow’s Hierarchy of Needs” dalam Tambunan (2012) menyebutkan

bahwa setiap manusia memiliki minimal 5 kebutuhan dasar, yaitu:


7

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs). Kebutuhan fisiologis adalah

kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk

mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut meliputi makanan, air, udara,

rumah, pakaian dan seks.

2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs). Kebutuhan rasa aman adalah

kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar. Ini merupakan kebutuhan

perlindungan bagi fisik manusia. Manusia membutuhkan perlindungan dari

gangguan kriminalitas, sehingga ia dapat hidup dengan aman dan nyaman

ketika berada di rumah maupun ketika berpergian.

3. Kebutuhan Sosial (Social Needs). Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman

terpenuhi, manusia membutuhkan rasa cinta dari orang lain, rasa memiliki dan

dimiliki, serta diterima oleh orang-orang di sekelilingnya. Inilah kebutuhan

ketiga dari Maslow, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut berdasarkan

kepada perlunya berhubungan satu dengan lainnya. Pernikahan dan keluarga

adalah cermin kebutuhan sosial yang dipraktekkan oleh manuisa. Keluarga

adalah lembaga sosial yang mengikat anggota-agotanya secara fisik dan

emosional. Sesama anggota saling membutuhkan, menyayangi, saling

melindungi.

4. Kebutuhan Ego (Egoistic or Esteem Needs). Kebutuhan ego atau esteem

adalah kebutuhan tingkat keempat, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga

mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia tidak hanya

puas dengan telah terpenuhinya kebutuhan dasar, rasa aman dan sosial.

Manusia memiliki ego yang kuat untuk bisa mencapai prestasi kerja, dan
8

karier yang lebih baik untuk dirinya maupun lebih baik dari orang lain.

Manusia berusaha mencapai prestasi, reputasi dan status yang lebih baik.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Needs for Self-Actualization). Derajat tertinggi

dari kebutuhan adalah keinginan dari individu untuk menjadikan dirinya

sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang

dimilikinya. Seorang individu perlu mengekspresikan dirinya dalam suatu

aktivitas untuk membuktikan dirinya bahwa ia mampu melakukan hal tersebut.

Antony Giddens dalam bukunya The Third Way (2005) dalam Dani Danuar

Tri U., Darwanto (2013) mempercayai bahwa negara atas dasar demokrasi mampu

memiliki peran besar dalam masyarakat. Hal ini senada dengan teori kesejahteraan

rakyat (Welfare State), yakni sebuah sistem kesejahteraan sosial yang memberi peran

besar kepada negara (pemerintah) untuk mengalokasikan dana publik demi menjamin

terpenuhinya kebutuhan rakyat. Untuk itu, ekonomi rakyat yang dalam beberapa

waktu terakhir menjadi istilah baru yang banyak didiskusikan dalam berbagai forum

dan oleh banyak pihak. Bukan tanpa alasan ekonomi rakyat seolah-olah menjadi

trendsetter baru dalam wacana pembangunan. Ambruknya ekonomi Indonesia yang

selama lebih dari tiga dasawarsa selalu dibanggakan oleh pemerintah, memaksa

berbagai pihak meneliti kembali struktur perekonomian Indonesia. Tentu hal ini

dilakukan guna ketahanan ekonomi rakyat. Karena bagaimanapun, mau tidak mau,

bangsa Indonesia harus bisa menerima kenyataan pahit (krisis ekonomi) dan berusaha

mengatasinya dengan kembali kepada ekonomi kerakyatan, dengan apa dan

bagaimana serta usaha apapun untuk bangkit dari keterpurukan.

BAB III
9

PEMBAHASAN

A. Pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman.

Pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari dua

pendekatan, yaitu peran dan fungsi UMKM. Peran UMKM merupakan serangkaian

tindakan perilaku yang dijalankan oleh UMKM. Fungsi UMKM akan timbul jika

peran UMKM berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, sehingga fungsi

UMKM menjadi berguna bagi masyarakat apabila peranan UMKM benar-benar

dilaksanakan untuk masyarakat. Karya tulis ini berusaha untuk mengukur peranan dan

fungsi UMKM dengan menggunakan enam indikator, yaitu sebagai sarana pendidikan

non formal, sarana untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, sebagai objek wisata,

fungsi kognitif, fungsi afektif dan fungsi psikomotorik. (Pemkab Sleman, 2015)

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa secara umum UMKM di

Kabupaten Sleman telah menjalankan peranan dan fungsi sebagaimana tujuan

diberdayakannya UMKM di Kabupaten Sleman. Hal ini ditunjukan dengan hasil

penelitian yang menyebutkan bahwa 84,2% responden sudah merasakan keberadaan

UMKM di Kabupaten Sleman, baik dalam hal sebagai tempat pendidikan, jembatan

kesejahteraan dan sebagai objek wisata; dan mereka juga sudah merasakan fungsi-

fungsi dari UMKM di Kabupaten Sleman yaitu fungsi kognitif, fungsi apektif dan

fungsi psikomotorik. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yang

mempengaruhi adalah:

a. Koleksi produk unggulan yang dipamerkan. Koleksi produk unggulan

yang dipamerkan untuk dikomunikasikan kepada pengunjung bertujuan agar

pengunjung dapat mengetahui kegunaan dan kualitas serta nilai tambah dari
10

produk unggulan tersebut untuk kemudian membelinya dan

mempromosikannya serta menjadi rekan bisnis yang baik.. Uraian tentang

tujuan, fungsi dan karakteristik tiap-tiap koleksi dideskripsikan sejelas

mungkin dalam bentuk label-label. Hal ini dilakukan sebagai suatu upaya

untuk menjelaskan kepada para pengunjung UMKM di Kabupaten Sleman

agar dapat memahami makna dari koleksi tersebut. Upaya lain yang dilakukan

pelaku usaha produk unggulan adalah dengan memberikan penjelasan-

penjelasan secara langsung melalui para pemandu (pramuwidya).

b. Pengelolaan. UMKM di Kabupaten Sleman harus dijaga keberadaannya

beserta nilai-nilai yang dikandungnya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya

pengelolaan dilakukan untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana

yang diharapkan ketika UMKM tersebut didirikan. Apabila pengelolaan

UMKM di Kabupaten Sleman dilaksanakan secara profesional, maka

sosialisasi hasil home industry (produk unggulan) di Kabupaten Sleman ke

seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan luar negara Indonesia akan dapat

dilaksanakan. UMKM di Kabupaten Sleman tidak hanya sekedar

diperuntukkan untuk masyarakat Indonesia saja, namun juga dapat dirasakan

sampai seluruh pelosok dunia sehingga diharapkan ekspor juga akan semakin

meningkat. Dengan demikian, perekonomian masyarakat di Kabupaten

Sleman terjamin dan integritas Indonesia terjaga.

c. Kepariwisataan. Sebagai suatu daerah yang termasuk daerah wisata yang

ada di Indonesia, selain membuat home industry (produk unggulan) agar

mempunyai nilai tambah yang tinggi, maka potensi produk unggulan di

Kabupaten Sleman harus makin ditingkatkan sehingga memuaskan


11

pengunjung yang diharapkan akan menjadi pelanggan. Untuk itu, UMKM di

Kabupaten Sleman harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan hal

tersebut. Sebagai tempat wisata, sudah selayaknya dilengkapi dengan sarana

dan prasarana yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang diharapkan.

Tempat parkir yang luas, kafetaria, souvenir shop, tempat ibadah dan kamar

mandi setidaknya harus ada. Sosialisasi dan publikasi sangat diperlukan untuk

menarik pengunjung, karena dengan mengkomunikasikan keberadaan UMKM

di Kabupaten Sleman maka akan membuat orang untuk datang mencari

informasi tentang berbagai hal; apalagi pengunjung yang datang untuk

menikmati wisata home industry (produk unggulan) dapat sekaligus belajar

cara membuat produk unggulan. Saat ini, media sosialisasi sangatlah mudah

dengan bantuan kemajuan teknologi. Salah satunya adalah dengan

memanfaatkan akses internet. Cara lain adalah dengan melaksanakan event-

event seperti yang selalu dilaksanakan, yaitu travel dialog dan wisata home

industry (produk unggulan) di Kabupaten Sleman.

Faktor-faktor eksternal yang berada dalam diri pengunjung itu sendiri, baik

pengunjung yang berniat sebagai konsumen, pembelajaran UMKM, dan lain-

lain,yaitu kemampuan menangkap makna keberadaan UMKM di Kabupaten Sleman

tersebut, baik pada tingkat pembelajaran, nilai ekonomis dan minat koleksi-koleksi

yang dipamerkan. Keterkaitan pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman sebagai

jembatan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga ternyata mempunyai

signifikasi positif. Hal ini berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data. Oleh

sebab itu, keberadaan UMKM di Kabupaten Sleman sudah sepantasnya mendapat

perhatian dalam rangka mengoptimalkan fungsi-fungsinya. Ketahanan ekonomi


12

keluarga merupakan cerminan dari kekuatan mental, keuletan dan ketangguhan dalam

berusaha serta sikap integritas yang tinggi untuk maju dalam meningkatkan kebutuhan

fisiologis, kebutuhan sosio kultural, dan kebutuhan eksistensial.

Sedangkan secara umum, keberadaan UMKM di Kabupaten Sleman dapat

menunjang terpeliharanya perekonomian nasional. Perekonomian yang merupakan

salah satu faktor penting dalam suatu negara dan dapat memberikan gambaran

keadaan dapur suatu bangsa, memerlukan perhatian guna meningkatkan taraf hidup

bangsa Indonesia di samping untuk menjaga integritas suatu bangsa. Agar

perekonomian Indonesia tetap terjaga, maka hendaknya masyarakat Indonesia tetap

berpedoman pada perekonomian yang mandiri. UMKM di Kabupaten Sleman

merupakan salah satu jembatan yang strategis untuk mencapai masyarakat yang adil

dan makmur.

B. Ketahanan Ekonomi Keluarga

Pengembangan UMKM dalam mewujudkan ketahanan ekonomi keluarga

sudah membuktikan sangat tepat untuk membantu perekonomian Kabupaten Sleman.

Krisis global yang tengah melanda dunia secara signifikan tidak begitu sangat

berpengaruh terhadap UMKM. UMKM mampu mengurangi pengangguran dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat. Untuk itu sudah selayaknya mendapat

perhatian yang tidak hanya dari pemerintah pusat dan daerah tapi dari masyarakat itu

sendiri mengingat kemandirian perekonomian sangat diperlukan dalam hal ini.

Melongok sejarah perekonomian bangsa Indonesia yang pernah mengalami

peningkatan pada masa orde baru di bidang swasembada beras, sudah selayaknya

sekarang bangkit lagi dalam swasembada perekonomian secara menyeluruh. Salah


13

satu cara yang tepat adalah dengan melalui UMKM. Kabupaten Sleman yang kaya

akan sumber daya manusia dan sumber daya alam, cukup sebagai modal untuk

meningkatkan taraf hidup bangsa. Karena dengan meningkatnya kesejahteraan

masyarakat, Kabupaten Sleman akan lebih maju dan semakin diakui bangsa lain akan

eksistensinya selain mencegah kerawanan sosial, sehingga integritas negara

Kabupaten Sleman semakin kokoh. Lalu apa yang seharusnya dilakukan untuk lebih

memberdayakan UMKM sebagai salah satu asset dalam memajukan taraf hidup

bangsa? Menurut penulis ada faktor intern dan ekstern UMKM yang perlu

diperhatikan. Faktor Intern UMKM adalah faktor atau hal-hal yang perlu diperhatikan

dan dibenahi serta ditingkatkan dari dalam UMKM itu sendiri, sedangkan faktor

ekstern adalah faktor atau hal-hal yang perlu diperhatikan dan dibenahi serta

ditingkatkan dari luar UMKM, yakni dari pemerintah dan masyarakat bangsa

Indonesia itu sendiri.

Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar UMKM. Faktor eksternal

ini bisa timbul dari tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan UMKM. Berikut

beberapa faktor eksternal yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat

Kabupaten Sleman itu sendiri.

1. Pemerintah Daerah

Dibandingkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lebih spesifik dalam

memahami karakter geologis daerahnya dan karakter masyarakatnya. (Subarsono,

2010). Berikut beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah daerah guna

pengembangan UMKM:

a. Sebagai penanggung jawab. Seperti yang telah dijelaskan pada kewenangan

Daerah dalam pengimplementasian kebijakan Otonomi Daerah maka Daerah


14

berkewajban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya-upaya

peningkatan kualitas SDM UMKM. Kebijakan-kebijakan yang membantu

UMKM dalam setiap aktifitas usahanya maupun pengadaan anggaran yang

dapat membantu permodalan serta pengawasan terhadap pelaksanaan proses

tersebut.

b. Sebagai pelaksana. Dalam upaya peningkatan kualitas SDM, pemerintah

Daerah menyelenggarakan berbagai pendidikan, pelatihan dan penyuluhan

kepada pelaku UMKM dengan rutin dan bersungguh-sungguh agar UMKM

benar-benar memiliki kualitas SDM yang bagus guna kemajuan UMKM

mengingat UMKM dapat membantu perekonomian Negara, khususnya Daerah

tempat UMKM itu sendiri.

c. Sebagai pemesan. Memesan SDM yang berkualitas kepada pemerintah

melalui lembaga-lembaga pendidikan dan pengembangan yang ada, misalnya

perguruan tinggi, sekolah-sekolah kejuruan, departemen tenaga kerja, dan

sebagainya. Jadi tidak hanya asal saja dalam pengambilan tenaga ahli tersebut.

Tentu hal ini dilakukan demi kualitas dan kuantitas UMKM, disamping ikut

membantu pemerintah pusat dalam memanfaatkan tenaga kerja yang benar-

benar berkualitas, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas tersebut

dapat dimanfaatkan sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan

kualitas UMKM dan membangun Kabupaten Sleman di bidang perekonomian.

d. Sebagai penengah atau perantara. Dalam upaya peningkatan UMKM,

pemerintah daerah sangat dibutuhkan sebagai perantara antara pemerintah

pusat dengan UMKM, misalnya dalam bantuan hibah, administrasi, perbank-

an, pendidikan dan pelatihan, serta lain-lain yang berhubungan dengan


15

UMKM. Juga perantara dengan pihak asing dengan UMKM, misalnya dalam

pengurusan administrasi, pelatihan, dan sebagainya. Pemerintah daerah harus

siap dan peduli melayani dan melindungi UMKM dari segala yang

menghambat pelaksanaan UMKM.

2. Masyarakat

Sebagai warga negara yang baik hendaknya mempunyai sikap peduli dan rasa

nasionalisme yang tinggi kepada negaranya beserta segala isi yang ada di dalamnya,

baik yang berujud sumber daya manusia maupun sumber daya alam serta kebijakan-

kebijakan ataupun peraturan-peraturan yang telah disepakati. Sikap kepedulian

masyarakat sangat diperlukan ketika negara tengah mengalami krisis. Misalnya

kepedulian dalam bidang perekonomian, dimana bidang ini merupakan salah satu

bidang penting dalam pembangunan bangsa.

Di era krisis global yang tengah melanda dunia saat ini, hendaknya masyarakat

tanggap dan waspada terhadap berbagai hal yang dapat mengganggu keselamatan

bangsa dan negaranya. Masyarakat hendaknya sadar dan peduli tentang persoalan

yang dihadapi negaranya dan bersama-sama wakilnya yang duduk di kursi

pemerintahan membangun negara. Masyarakat harus mandiri, dan tidak bergantung

pada orang lain ataupun pemerintah dalam mencari pekerjaan yang telah tersedia,

tetapi berusaha untuk mencari pekerjaan yang mandiri atau diharapkan bisa

menciptakan lapangan pekerjaan.

Kemandirian tidak hanya milik pemerintah saja, tetapi milik seluruh

masyarakat Kabupaten Sleman. Dengan kemandirian, masyarakat dididik untuk lebih

dewasa dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ada di negaranya, khususnya di

keluarganya, salah satunya dalam menyikapi persoalan ekonomi keluarga. Masyarakat


16

tidak hanya menunggu uluran tangan dari pemerintah saja tetapi berusaha untuk

menghadapi dan mencari solusi dari persoalan perkonomian tersebut. Dengan bantuan

pemerintah, salah satunya melalui PNPM, hendaknya masyarakat bangkit dan

mandiri.

UMKM, sebagai salah satu sarana yang tepat dalam mengatasi persoalan

perekonomian. Untuk itu masyarakat harus peduli terhadap UMKM, mengingat

UMKM merupakan sarana yang tepat dalam mengatasi masalah perekonomian.

Dengan adanya kesadaran akan keberadaan UMKM yang sangat penting guna

meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga, masyarakat dituntut untuk bangkit dan

berusaha memanfaatkan dan memberdayakan UMKM. Dengan sikap masyarakat

yang peduli akan keberadaan UMKM, maka permasalahan perekonomian masyarakat,

khususnya ekonomi keluarga dapat teratasi, dan membantu pemerintah dalam

mengatasi persoalan perekonomian.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM yang timbul

dari dalam UMKM itu sendiri, misalnya masalah sumber daya manusia, permodalan,

dan pemasaran.

a. Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan usahanya di sentra industri di Kabupaten Sleman yang

dimaksud dengan SDM yang berkualitas adalah para pelaku usaha, yaitu

pemilik usaha dan tenaga kerjanya yang telah memiliki sifat wirausaha di

dalam dirinya. Sebagian besar pelaku usaha di sentra industri di Kabupaten

Sleman sudah memiliki sifat wirausaha, sifat tersebut nampak pada

kemampuannya dalam memimpin seluruh karyawan atau pegawainya.

Keyakinan akan kemajuan dan perkembangan akan hasil usahanya yang kuat
17

merupakan modal percaya diri yang bagus untuk terus meningkatkan

kemajuan UMKM. Para pelaku usaha juga profesional dalam melayani

pelanggan, sehingga pelanggan puas dan bertahan. Melihat kualitas para

pelaku usaha tersebut, perlu terus ditingkatkan kualitasnya mengingat

persaingan global yang semakin meningkat. Untuk itu dalam meghadapi

permasalahan tersebut perlu belajar dan mengadakan pelatihan terus menerus

agar tidak ketinggalanzaman. Pelaku usaha tidak boleh hanya berpuas diri

hanya cukup sampai disitu, tetapi terus berkreasi dan berinovasi dalam

mempertahankan kualitas dan kuantitas UMKM untuk mempertahankan

pelanggan dan mencari pelanggan.

b. Permodalan

Secara umum modal yang dimiliki oleh para penghrajin adalah modal sendiri

yang berasal dari tabungan yang jumlahnya terbatas. Pelaku usaha memulai

usahanya dari awal, dan melalui perputaran modal pelaku usaha berusaha

untuk meningkatkan usahanya. Sebagian besar pelaku usaha lebih menyukai

modal sendiri dan tidak meminjam dari Bank, dengan alasan modal sendiri

lebih mudah digunakan sebagai biaya operasional usahanya. Menurut

pangrajin, meminjam dari Bank, disamping sangat sulit persyaratannya juga

menjadikan beban ketika harus memikirkan pengembalian angsuran beserta

bunganya yang terkadang terlalu tinggi bagi para pelaku usaha. Modal sendiri

dianggap efektif dalam menjalankan usahanya. Meskipun hal ini menjadi

keterbatasan ketika banyak pesanan yang memerlukan modal banyak. Tapi

ketika terbentur masalah modal karena pesanan banyak pelaku usaha berusaha

untuk kerjasama dengan pelaku usaha lain, baik pelaku usaha yang berskala
18

kecil, sedang, maupun pelaku usaha yang sudah berskala besar. Hal ini tentu

pelaku usaha yang berskala kecil belum pesat dalam mengembangkan

usahanya. Menghadapi permasalahan ini, hendaknya para pelaku usaha mulai

percaya kepada pemerintah agar membantu UMKM dalam permodalan,

disamping melalui program-program pemerintah yang telah dijalankan, yaitu

hibah dan PNPM juga melalui Bank yang ditunjuk pemerintah dengan syarat

dan bunga rendah. Dengan begitu permasalahan permodalan dapat teratasi.

c. Pemasaran

Hasil home industry produksi produk unggulan di Kabupaten Sleman

dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Pemasaran dalam negeri meliputi:

Jakarta, Surabaya, Bandung, Sleman, Solo, Medan, Makasar, balikpapan, dan

berbagai kota besar lainnya. Sedangkan pemasaran luar negeri meliputi:

Amerika, Australia, Jerman, Belanda, Jepang, Kanada, Saudi Arabia, New

Zeland, Inggris, dan Malaysia. Pemasaran produk unggulan sudah berlangsung

secara kontinu, sehingga barang hasil produksi tidak menumpuk di show room

ataupun stand. Teknis pemasaran dilakukan sendiri oleh para pelaku usaha

karena dirasa lebih efektif dan efisien, disamping mengurangi beban resiko

yang mungkin ada jika melalui orang lain ataupun lembaga pemerintah.

Melihat permasalahan tersebut perlu kiranya UMKM bekerjasama dengan

pemerintah setempat ataupun pemerintah pusat untuk mempermudah urusan

surat-menyurat dan tidak melalui birokrasi yang njlimet yang memusingkan

para pelaku UMKM.


19

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan

bahwa:

1. UMKM di Kabupaten Sleman telah menjalankan peranan dan fungsi

sebagaimana tujuan pengembangan UMKM Peraturan Bupati Sleman Nomor

27 Tahun 2016 Tentang Izin Usaha Mikro dan Kecil. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa para pelaku usaha sudah

merasakan peranan dari keberadaan UMKM di Kabupaten Sleman, baik

sebagai tempat pendidikan, peningkatan kesejahteraan maupun objek wisata.

Pelaku usaha juga sudah merasakan fungsi-fungsi dari UMKM di Kabupaten

Sleman yaitu fungsi kognitif, fungsi apektif dan fungsi psikomotorik. Untuk

itu diperlukan upaya-upaya dalam pengembangannya, yaitu dengan melalui

pelatihan-pelatihan, promosi dan bantuan permodalan dan ijin usaha dari

pemerintah (hibah, PNPM dan lain-lain) atau perbankan yang disalurkan

melalui koperasi atau individu dengan kemudahan-kemudahan fasilitas,

misalnya bunga pinjaman yang rendah. UMKM di Kabupaten Sleman tidak

hanya sekedar diperuntukan bagi para pelaku usaha saja, namun juga bisa

dimanfaatkan oleh khalayak umum untuk dikunjungi sebagai sarana kegiatan

belajar dan wisata karena UMKM di Kabupaten Sleman dapat digunakan

sebagai media untuk pembelajaran dalam upaya menciptakan kemandirian

perekonomian bangsa. UMKM di Kabupaten Sleman sebagai objek dan daya

tarik wisata merupakan tempat untuk mengkomunikasikan hasil home


20

industry (produk unggulan) sebagai suatu benda yang mempunyai nilai

tambah, nilai kegunaan serta nilai ekonomi yang tinggi.

2. Dalam penelitian yang dilakukan di UMKM di Kabupaten Sleman diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peranan keberadaan

UMKM di Kabupaten Sleman, khususnya mengenai peranannya sebagai

tempat pendidikan, sebagai jembatan kesejahteraan dan sebagai objek wisata

serta fungsinya secara afektif, kognitif dan psikomotorik dengan peningkatan

jiwa kemandirian, kebebasan dalam berusaha dan peningkatan perekonomian

negara. Semakin meningkatnya pemahaman pelaku usaha akan nilai-nilai

manfaat yang terkandung dalam UMKM di Kabupaten Sleman maka akan

meningkatkan semangat untuk maju dalam memperbaiki kesejahteraan

keluarganya. Dengan tingginya rasa dan sikap untuk maju dalam

meningkatkan perekonomian keluarganya, maka akan menghindarkan sikap

anarkis atau sikap negatif lainnya akibat mundurnya perekonomian dan rasa

lapar, dan menciptakan kondisi perekonomian yang stabil dan lebih maju.

Pemahaman pelaku usaha terhadap keberadaan UMKM di Kabupaten Sleman

akan dapat meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga, dan secara bersama-

sama telah terjadi hubungan yang signifikan antara keberadaan UMKM di

Kabupaten Sleman dan upaya meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Pelaksanaan dalam upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman

dalam melaksanakan fungsinya sebagai tempat pendidikan, jembatan


21

kesejahteraan, dan sebagai objek wisata harus lebih ditingkatkan. Untuk itu,

disarankan agar para pelaku usaha lebih meningkatkan kualitas dan promosi

melalui program dan media yang sistematis, terencana dan berkelanjutan.

2. Dari hasil karya tulis ini menunjukkan pengaruh yang positif antara

pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman dalam rangka ketahanan

ekonomi keluarga. Keberadaan UMKM di Kabupaten Sleman mempunyai

pengaruh yang signifikan dalam mewujudkan ketahanan ekonomi keluarga.

Untuk itu, disarankan agar pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman

ditingkatkan dengan melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah

dilaksanakan. Keterbatasan-keterbatasan dalam manajemen harus segera

dibenahi dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas home industry

(produk unggulan). Penambahan koleksi yang mempunyai nilai tambah tinggi

dan nilai kegunaan serta nilai ekonomi harus terus dilakukan guna

meningkatkan nilai beli yang tinggi sehingga pendapatan makin meningkat.


22

DAFTAR PUSTAKA

Ade Raselawati. (2011). Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia. Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.

BPS Kabupaten Sleman. (2016). Ekonomi dan Perdagangan.


https://slemankab.bps.go.id/

Dani Danuar Tri U., Darwanto. (2013). Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro Semarang.

ILO. (2015). SME Development in the Poverty Reduction Program: Trade and Labor
Issues. International Labour Organization. Workin Paper www.ilo.org

Kemendagri RI. (2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Izin Usaha Mikro dan Kecil.

Mubyarto. (2010). Reformasi, Teori Ekonomi dan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol. 19 No. 2. hal 107-119.

Pemkab Sleman. (2016). Peraturan Bupati Sleman Nomor 27 Tahun 2016 Tentang
Izin Usaha Mikro dan Kecil.

Pemkab Sleman. (2017). Peraturan Bupati Sleman Nomor 40 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Izin
Usaha Mikro dan Kecil.

Pemkab Sleman. (2018). Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten
Sleman. https://dinkopukm.slemankab.go.id/

Pemkab Sleman. (2018). BPS Kabupaten Sleman: Ekonomi dan Perdagangan.


https://slemankab.bps.go.id/.

SEAF.( 2014). The Development Impact of Small and Medium Enterprises: Lessons
Learned from SEAF Investments. Small Enterprise Assistance Funds.
Department for International Development of the United Kingdom. Working
Paper. www.seaf.com/…./SEAF DevelopmentImpace/report 051304

Subarsono. (2010). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Penerbit
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.

Tambunan, Tulus. (2012). Development of Small and Medium Enterprises in


Indonesia. Faculty of Economic, University Trisakti Indonesia. Working
23

Paper. www.google.com .

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah.

Anda mungkin juga menyukai