Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UAS ETIKA PROFESI DAN HUKUM

KESEHATAN

Dr. Herry F., SKM, SH, MH.Kes

Disusun oleh :
Hasbi Abdul Rozak
NIM : 178020033

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk

mengatasi kendala-kendala kehidupan..Salah satunya adalah kesulitan mempunyai anak

dengan berbagai faktor.Tetapi terkadang kecanggihan teknologi mempengaruhi etika-etika

terhadap islam. Kemungkinan kehamilan dipengaruhi oleh usia anda dan kadar FSH basal.

Secara umum, makin muda usia makin baik hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga

tergantung pada jumlah embrio yang dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang

dipindahkan akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi kemungkinan

terjadinya kehamilan multipel dengan masalah yang berhubungan dengan kelahiran prematur

juga lebih besar. Pengertian mandul bagi wanita ialah tidak mampu hamil karena indung telur

mengalami kerusakan sehingga tidak mampu memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul

bagi pria ialah tidak mampu menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat

memproduksi sel spermatozoa sama sekali.

Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual yang normal.

Tetapi sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian mengalami gangguan fungsi

seksual sebagai akibat hambatan psikis karena menyadari kekurangan yang dialaminya.

Tetapi istilah mandul seringkali digunakan untuk menyebut pasangan suami istri yang belum

mempunyai anak walaupun telah lama menikah. Padahal pasangan suami istri yang belum

mempunyai anak setelah lama menikah tidak selalu mengalami kemandulan. Yang lebih

banyak terjadi adalah pasangan yang infertil atau pasangan yang tidak subur.Tulisan tentang

bayi tabung ini dimaksudkan agr masyarakat terutama dari kalangan agama memberikan

tanggapan dan masukan tentang proyek/tim pengembangan Bayi tabung Indonesia yang mulai

terbuka untuk peminat bayi tabung.Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern
dan teknologi kedokteran dan biologi yang canggih,maka teknologi bayi tabung juga maju

dengan pesat,sehingga kalau teknologi bayi tabung ini ditanagani oleh orang-orang yang

kurang beriman dan bertaqwa,dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia,bisa

merusak nilai-nilai agama,moral,dan budaya bangsa.

1.2 Tujuan 

 Untuk memenuhi tugas UAS MARS UNPAS 2019

 Mempelajari hal-hal yang ada dalam medis dan pengetahuan tentang hukum-hukum

nya.
BAB II

PERMASALAHAN

Banyak pro dan kontra mengenai bayi tabung, dilihat dari aspek medis maupun

hukum dan HAM dan juga banyak kontra jika dilihat dari aspek islam, yang dimana terkadang

kecanggihan teknologi mempengaruhi etika-etika terhadap islam. Kemungkinan kehamilan

dipengaruhi oleh usia anda dan kadar FSH basal. Secara umum, makin muda usia makin baik

hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah embrio yang

dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang dipindahkan akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi kemungkinan terjadinya kehamilan multipel dengan

masalah yang berhubungan dengan kelahiran prematur juga lebih besar. Pengertian mandul

bagi wanita ialah tidak mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak

mampu memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak mampu

menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel spermatozoa sama

sekali. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pro dan kontra jika dikaitkan dengan Hukum HAM

dan aspek lainnya mengenai bayi tabung.

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi boleh tidaknya dilakukan bayi tabung

sebab bayi tabung sendiri merupakan suatu hal yang tidak sederhana untuk dibahas. Apalagi

jika sudah dikaitkan dengan aspek agama, banyak syarat dan ketentuan untuk

diperbolehkannya dilakukan bayi tabung, lebih dari itu untuk kedepannya mengenai status

kepemilikan anak dari bayi tabung tersebut.


BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran sering dikenal dengan istilah

fertilisasi-in-vintro yang merupakan pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri

yang dilakukan oleh petugas medis. Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa

teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan

proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel

sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari

ditemukannyateknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus

dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat fahrenheit.

Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin

memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan
permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini

diterapkan pada yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak

dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

2.2 Macam-macam Proses Bayi Tabung

a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami – istri dari pembuahan bakal anak.

Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan

perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.

Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat

dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan

pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan

ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

 b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang

istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan – alasan lain. Dalam kasus ini, maka

diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi.

Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan

semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang

sangat besar. Suami – istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya

kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan

hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu

dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.


c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur

istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih

yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang

lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari

orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita

tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga,

apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak

masalah lain lagi yang bisa muncul.

d. Munculnya Bank Sperma

Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank sperma. Pasangan

yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank – bank tersebut. Bahkan orang bisa

menjual – belikan benih – benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih

dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank

sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah

menyimpannya dan memperdagangkannya seolah – olah benih manusia itu suatu benda

ekonomis.

Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non – komersial. Sementara itu bank – bank

sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan

artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data

mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak

diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.


2.4 Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung

            Maslahahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang

keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri

menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit

atau ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:

 Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan

kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan

haram dikawini) dan kewarisan.

 Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.

 Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran

sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.

 Kehadiran anak hasil inseminasi  buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah

tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik

yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan

bapak ibunya.

 Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan

sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada

umumnya diketahui asal dan nasabnya.

 Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung

lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang

punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak

dengan ibunya secara alami

Surat Al-Lugman ayat 14

Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam

adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42

No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah”maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat

dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan

sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945

pasal 29 ayat 1.

      Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama

nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan

agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang

bertentangan dengan agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah

diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

    2.5 Hukum-Hukum Tentang Bayi Tabung

Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung):

·         Jika benihnya berasal dari suami istri

Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan

diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis

mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya

memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis

status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai

benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri

penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah

atau dengan jalan tes DNA.

·         Jika salah satu benihnya berasal dari donor

Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio

dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di

dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri.
Jika embrio diimplantasikan  ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang

dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No.

1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

·         Jika semua benihnya dari donor

Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi

embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka

anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena

dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.

   2.6 Undang-Undang Bayi Tabung

Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992

tentang kesehatan yang berbunyi:

Ayat 1

Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk

membantu uami istri mendapat keturunan

Ayat 2

Upaya  kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat

dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:

   1.  Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam

rahim istri darimana ovum itu berasal 

2 2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu 

   3.  Ada sarana kesehatan tertentu

Ayat 3

Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P 
2.7 Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal,Etik dan HAM 

Aspek Medis

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung

masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16

disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang

bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini

menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu

pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin.

Aspek Legal

Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat

dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri

akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan

diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan

memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak

menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250

KUHPer.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang

dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No.

1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan

inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini

belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-

undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio

ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang

dilarang
2.8 Dilema Inseminasi Buatan

Aspek Etik(Moral)

Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya dengan budaya dan

tradisi ketimuran kita.  Sebagian agamawan menolak Fertilisasi invitro pada manusia, sebab

mereka berasumsii bahwa kegiatan tersebut termasuk Intervensi terhadap “karya Illahi”. Dalam

artian, mereka yang melakukakan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang

tentunya itu menjadi hak prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural,

bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang

sah menurut agama.

Aspek Human Rigths

Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat yang setara.

Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah satunya tentang hak

reproduksi.

Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi buatan dengan donor sperma dari laki-laki

yang bukan suami wanita tersebut adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus

dipertimbangkan secara hukum, baik hukum perdata,hukum pidana ,hukum agama, hukum

kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia .


BAB IV

KESIMPULAN

 Kesimpulan

Dari pengetahuan yang didapat diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak

ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan) DIPERBOLEHKAN oleh

islam, jika keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan.Dan

status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam. 

2. Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh

Islam.Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini

statusnya sama dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah. 

3. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah(Sperma) dan Bank Ovum

untuk perbuatan bayi tabung,karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945.Juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat

manusia sejajar dengan hewan. 

4. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung

dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer kedalam

rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan

sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi

buatan pada manusia dengan sperma atau ovum donor.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, Jusuf. 1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGC

http://bayitabung.com

2. Barniah, dali. 2008. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam. jakarta:EGC

3. Darusman, hani. 2003. Kerugian dan keuntungan dari IVF. Jakarta: EGC

4. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) ACOG Practice

Bulletin: IVF pregnancy and aspect in law and ethic. Int J Gynecol Obstet. 2004;54:197–

204.

5. Williams Obstetrics. Maternity and pregnancy, Chapter 26. 22. McGraw-Hills; 2007. 

Anda mungkin juga menyukai