Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi,

maka dari itulah pemerintah mengatur hal ini sedemikian rupa, baik dalam

aturan undang-undang maupun kebijakan-kebijakan agar setiap individu berhak

dan mendapatkan pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

“Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan”. Kemudian, dalam arti luas, pendidikan adalah

segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan

seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat. Dalam arti sempit,

pendidikan identik dengan persekolahan tempat pendidikan dilakukan dalam

bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terencana secara formal.

Dalam undang - undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem

Pendidikan Nasional merumuskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Adapun sistem pendidikan yang ada di Indonesia menurut Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat 1 menegaskan bahwa, ”jalur


2

pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat

saling melengkapi dan memperkaya”.

Pasal 1 Ayat 12 : Pendidikan Non Formal adalah “jalur pendidikan diluar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.

Jalur Pendidikan Non Formal diselenggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat.

Sementara itu Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 3 dijelaskan bahwa :

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, Pendidikan


Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.

Berdasarkan peraturan menteri pariwisata Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2015 tentang usaha standar sanggar seni pada Bab 1 Pasal 1 adalah

usaha sanggar seni adalah penyediaan tempat, fasilitas dan sumber daya

manusia untuk kegiatan seni bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan

penyelenggara pariwisata.

Berkembangnya seni di tengah masyarakat menumbuhkan inspirasi bagi

terciptanya karya seni yang dihasilkan para seniman. Karya seni yang

berkembang di tengah kehidupan masyarakat, menghasilkan beragam jenis

karya seni. Karya seni tari dihasilkan oleh seniman dari berbagai kalangan,

baik dari kalangan seniman akademis maupun seniman otodidak. Hal ini
3

dapat dilihat dari karya-karya seni yang ada di berbagai daerah menunjukkan

berbagai variasi.

Melihat berbagai variasi karya seni tersebut menghasilkan kualitas yang

beragam. Dampak dari kualitas karya yang dihasilkan akan semakin banyak

menghadirkan peminat dari masyarakat luas. Untuk menjaga kualitas karya

tari itu diperlukan berbagai upaya agar karya seni tari terus diminati

masyarakat. Hal ini tentu saja akan berkaitan dengan upaya peningkatan

kualitas karya dan tentu saja pengakuan masyarakat terhadap karya seni yang

dihasilkan seniman. Salah satu cara yang dilakukan oleh seniman yaitu

memberi wadah atau tempat untuk mewujudkan suatu karya seni yang dapat

terus dikembangkan dengan cara mendirikan sanggar.

Seni tari merupakan salah satu kesenian yang terus berkembang di Kota

Manna Kabupaten Bengkulu Selatan, oleh karena itu di Kota Manna terdapat

berbagai sanggar tari dari gaya klasik, kreasi baru dan kontemporer. contoh

sanggar tari yang ada di Kota Manna yaitu: Rentak Selatan, Lenggang Duayu,

Rentak Sekuning, Lemang Tapai Masat, lenggang Serawai. Di Kota Manna ini

sendiri tidak banyak orang yang mau bergerak untuk melestarikan budaya

kreasi daerah itu sendiri.

Tari dapat dipelajari di sekolah formal maupun non formal. Sebagian dari

sekolah formal seperti tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.

Seni tari dimasukkan dalam kegiatan intrakurikuler, tetapi ada juga yang masih

masuk ekstrakurikuler. Sedangkan pada sekolah non formal masuk


4

pada sanggar-sanggar seperti Sanggar Seni Rentak Selatan. Sanggar ini

mengembangkan jenis tarian kreasi baru dan garapan.

Tari adalah desakan perasaan manusia di dalam dirinya yang

mendorongnya untuk mencari ungkapan yang berupa gerak-gerak yang ritmis.

Menurut Corrie Hartong, ahli tari dari Belanda, mengajukan batasan tari yang

berbunyi tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan

didalam ruang.

Menurut Soedarsono dalam Triani (2013), tari adalah ekspresi jiwa

manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah. Gerakan pada seni tari diiringi

dnegan musik untuk mengatur gerakan penari dan menyampaikan pesan yang

dimaksud. Seni tari memiliki geraka berbeda dari gerakan sehari-hari seperti

berjalan. Gerakan pada tari tidak realistis tetapi ekpresif fan estetis. Agar

sebuah tarian harmonis, tarian harus memiliki unsur tersebut. Gerakan seni tari

melibatkan anggota badan. Unsur- unsur anggota badan tersebut didalam

membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri, bergabung ataupun bersambungan.

Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari Bapak Herry Gunawan

selaku ketua umum Sanggar Seni Rentak Selatan dan Bapak Daly Yazid selaku

pelatih inti Sanggar Seni Rentak Selatan didirikan pada 23 Juni 2005

berkedudukan di Jalan Puyang Sakti No.82 Kelurahan Kota Medan Kecamatan

Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Sanggar Seni Rentak Selatan ini

diketuai oleh Bapak Herry Gunawan. Anggota kepengurusan Sanggar Seni

Rentak Selatan ini sampai dengan buku akhir tahun anggota pengurus

berjumlah 32orang, Pria 22 orang dan wanita 12orang.


5

Pada Sanggar Seni Rentak Selatan ini terdapat 6 bidang yaitu: bidang

sastra dan budaya, bidang musik, bidang seni tari, bidang teater, bidang humas,

dan bidang event organizer. Pada Sanggar Seni Rentak Selatan ini khusunya

dibidang kreasi seni dan tari memiliki pelatih berjumlah 10 orang, dan peserta

didik tercatat untuk tahun 2017 ini ada 221 orang. Pada bidang kreasi seni dan

tari ini sangat menekankan, serta menuntut kedisiplinan yang tinggi dan

kecintaan terhadap cerita –cerita Budaya Tradisional Kota Manna Kabupaten

Bengkulu Selatan yang seiring dengan perkembangan zaman yang sudah mulai

ditinggalkan oleh generasi muda, Sanggar Seni Rentak Selatan juga

memberikan wadah yang dapat mengajak generasi mudah serta masyarakat

Bengkulu Selatan untuk dapat belajar berorganisasi dan menyalurkan,

mengembangkan serta meningkatkan bakat, minat, hobbi dan potensi

masyarakat Bengkulu Selatan dibidang kesenian dan kebudayaan.

Kesenian yang ada di Kota Manna didukung oleh

berbagai pihak yang terkait dalam pelestariannya. Tidak banyak orang yang

mau bergerak untuk melestarikan budaya tari di daerah Kota Manna Kabupaten

Bengkulu Selatan. Dan Sanggar Seni Rentak Selatan merupakan salah satu

pihak yang mendukung pelestarian kesenian di Kota Manna dengan mengikuti

berbagai kegiatan seperti: perwakilan dari Propinsi Bengkulu untuk mengikuti

pagelaran Seni pada tahun 2007 di TMII Jakarta, Parade tari nusantara di TMII

Jakarta 11 September 2011, 10 besar Lomba tari kreasi tingkat nasional tahun

2012 yang diadakan di TMII Jakarta, Lomba tari kreasi tingkat nasional etnic

Bengkulu yang diadakan di NTT pada tahun 2012, mewakili Propinsi


6

Bengkulu dalam rangka pagelaran seni Indonesia dalam pagelaran etnic seni

budaya Bengkulu di Kalimantan pada tahun 2013, Juara 2 tari kreasi pada acara

tabot tahun 2014 di Propinsi Bengkulu, FLS2N juara 1 tingkat kabupaten yang

diadakan di SMAN 2 BS pada tahun 2016 kategori perempuan, FLS2N juara 1

tingkat kabupaten yang diadakan di SMAN 2 BS pada tahun 2016 kategori

perempuan, Terpilih mewakili propinsi ke tingkat nasional dalam tari bujang

bekurung sebagai pelopor pemuda yang diadakan dijakarta tahun 2016, Juara 1

tari kreasi yang HUT Kabupaten Bengkulu Selatan sejak tahun 2007, 2008,

2009, 2011, 2013, 2014, 2016. Terpilih sebagai sanggar yang mewakili

Kabupaten Bengkulu Selatan dalam mengikuti pangelaran seni tari etnic yang

diadakan di Sport Center Propinsi Bengkulu dalam rangka ulang tahun

Bengkulu pada tahun 2017. Keikutsertaan Sanggar Seni Rentak Selatan dalam

berbagai kegiatan baik di Kota Manna itu sendiri, Provinsi dan Nasional

membuat penulis tertarik mengkaji tentang pelaksanaan seni tari pada Sanggar

Seni Rentak Selatan.

Untuk memperoleh data yang sesungguhnya peneliti tertarik untuk

melihat bagaimana pelaksanaan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan,

oleh karena itu peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul “Pelaksanaan

Kegiatan Seni Tari Pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota Manna

Kabupaten Bengkulu Selatan”


7

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat

diidentifikasi berbagai masalah yang berkaitan pada penelitian ini yaitu sebagai

berikut: kendala dan faktor pendukung pengelola dalam melaksanakan kegiatan

seni tari, pelaksanaan kegiatan seni tari, peserta didik ikut serta dalam kegiatan

pembelajaran seni tari, teknik dan strategi yang digunakan pelatih dalam

mengembangkan kreasi seni tari.

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini terfokus dan terarah, maka peneliti membatasi

permasalahan pada penelitian ini hanya berkaitan dengan kendala pengelola

dalam melaksanakan kegiatan seni tari, faktor pendukung peserta didik ikut

bergabung dalam kegiatan seni serta teknik dan strategi yang digunakan pelatih

dalam mengembangkan kreasi seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota

Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

D. Rumusan Masalah Penelitian

1. Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

permasalahan umum yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pelaksanaan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak

Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

2. Rumusan Masalah Khusus

a. Apa faktor pendorong peserta didik ikut serta dalam kegiatan seni

tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan?


8

b. Bagaimana tehnik dan strategi pelatih dalam mengembangkan

kreasi seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan?

c. Apa kendala yang ditemukan pengelola dalam melaksanakan

kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan seni tari pada Sanggar

Seni Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

2. Tujuan Penelitian Khusus

a. Untuk mengetahui faktor pendorong peserta didik ikut serta dalam

kegiatan pembelajaran seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan.

b. Untuk mengetahui tehnik dan strategi pelatih dalam

mengembangkan kreasi seni tari pada Sanggar Seni Rentak

Selatan.

c. Untuk mengetahui kendala yang ditemukan pengelola dalam

melaksanakan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak

Selatan?

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat kepada semua pihak terkait baik dari lembaga Sanggar Seni Rentak

Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dan Program Studi

Pendidikan Non Formal, baik dari segi teori, dari segi kebijakan, dari segi

praktik, maupun dari segi isu serta aksi sosial.

1. Dari Segi Teori


9

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan pembaca tentang pelaksanaan kegiatan seni

khususnya pada pelaksanaan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni

Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

2. Dari Segi Kebijakan

Hasil penelitian ini hendaknya mampu memberikan informasi

kepada pemangku kebijakan bahwa kegitan seni tari pada Sanggar

Seni Rentak Selatan benar-benar dilakukan. Sehingga pemangku

kebijakan dapat memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap

kegiatan-kegiatan seni tari yang dilakukan pada Sanggar Seni Rentak

Selatan , pengawasan dan pembinaan yang dimaksud adalah

pemangku kebijakan dapat membimbing kegiatan seni tari yang ada

pada sanggar tersebut.

3. Dari Segi Praktik

a. Bagi Peneliti

Merupakan penambahan wawasan, ilmu pengetahuan dan

metodelogis khususnya keterampilan dibidang kreasi seni tari pada

Sanggar Seni Rentak Selatan. Serta peneliti juga dapat mendalami

keilmuan mengenai Pendidikan Nonformal yang dipelajari selama

perkuliahan pada program studi Pendidikan Luar Sekolah.

b. Bagi Perguruan Tinggi


10

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen

akademik yang dapat dijadikan refrensi dan rujukan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan sanggar seni tari khususnya kegiatan seni tari

yang ada pada sanggar tari Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten

Bengkulu Selatan.

c. Bagi Lembaga Terkait (Sanggar Seni Rentak Selatan)

Penelitian ini dapat dijadikan dokumen panduan dan dapat

menjadi bahan masukan serta evaluasi dalam pembelajaran

khususnya dibidang keterampilan seni tari pada Sanggar Seni

Rentak Selatan.

4. Dari Segi Serta Aksi Sosial

Penulis mengharapkan hasil penelitian tentang pelaksanaan

kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota Manna

Kabupaten Bengkulu Selatan mampu memberikan wawasan,

pengetahuan dan contoh pelaksanaan seni tari yang baik, sehingga

dapat menjadi tuntunan untuk lembaga-lembaga formal maupun non

formal pada Sanggar seni tari yang ada di Bengkulu Selatan

khususnya, dan Provinsi Bengkulu pada umumnya.


11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah

1. Definisi Pendidikan Luar Sekolah

Menurut UUD 1945, Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 dan

Peraturan Pemerintah RI Nomor 73 Tahun 1991 dalam Aliman (2003:3)

menegaskan bahwa,

Pendidikan Luar Sekolah adalah kumpulan individu yang menghimpun


dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain untuk
mengikuti program pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah
dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Sedangkan Pendidikan Luar Sekolah menurut Komunikasi

Pembaharuan Nasional Pendidikan (KPNP) menegaskan bahwa :

Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat


komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai
dengan usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan
tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya
menjadi peserta-peserta yang efisisen dan efektif dalam lingkungan
keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.

Selain dari dua pengertian di atas mengenai pendidikan luar sekolah,

menurut Simanjuntak dalam Aliman (2003:2), “pendidikan luar sekolah

(pendidikan masyarakat) adalah pendidikan yang diberikan di lembaga

tertentu dengan tujuan melengkapi, mengalihkan arah, membantu sifat

pendidikan dan atau mendidik tenaga kerja yang terlatih”.

Dari beberapa pendapat ahli mengenai Pendidikan Luar Sekolah,

penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah ialah

pendidikan yang lebih terfokus pada pendidikan informal dan non-formal


12

yang dilaksanakan demi tercapainya sumber daya manusia yang

berpendidikan, cerdas, terlatih, dan memiliki keterampilan dalam bidang-

bidang tertentu lewat lembaga-lembaga tertentu yang di luar pendidikan

formal.

Lingkup Pendidikan Luar Sekolah menurut Aliman (2003:23) terdiri

dari beberapa macam program, diantaranya adalah :

a. Mass Education
Pendidikan yang diberikan pada orang dewasa di luar
lingkungan sekolah yang bertujuan memberikan kecakapan baca –
tulis dan pengetahuan umum kepada warga masyarakat yang
membutuhkannya, sehingga dapat mengikuti kemajuan,
perkembangan dan kebutuhan hidup sekelilingnya.
b. Pendidikan Orang Dewasa (adult education)
Pendidikan orang dewasa yaitu usaha atau kegiatan yang
pada umumnya dilakukan dengan keinginan sendiri bukan karena
paksaan atau sangsi dari pihak penguasa. Termasuk pemuda diluar
batas tertinggi masa kewajiban belajar dan berlangsung di luar
lingkungan sekolah biasa. Jenis pendidikan ini dibedakan menjadi
empat bagian, yaitu (1) Pendidikan lanjutan, (2) Pendidikan
pembaharuan, (3) Pendidikan kader organisasi, dan (4) Pendidikan
populer.
c. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal, nonformal, dan informal.
d. Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan, merupakan salah satu dari
pendidikan non formal (PNF) yang mencakup program Paket A
setara Sekolah Dasar, Paket B setara Sekolah Menengah Pertama
dan Paket C setara sekolah menengah atas. Program ini
penekannnya pada penguasaan pengetahuan, keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional
peserta didik.
e. Pendidikan Seumur Hidup
13

Pendidikan seumur hidup (long life education) yaitu


pendidikan yang dilakukan sepanjang masa, mulai dari kita
didalam kandungan hingga meninggal dunia. Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga
(rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah (Bab IV GBHN bagian pendidikan).
f. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan adalah pendidikan yang
diselenggarakan bagi anggota masyrakat yang buta aksara sehingga
menjadi melek aksara dan angka, melek bahasa Indonesia dan
melek pengetahuan dasar sebagai bekal dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
g. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill)
Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan
bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta
didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna
bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian
pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata
dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan
hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-
tengah masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

Tujuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) termuat dalam PP No. 73 Tahun

1991 yaitu :

a. Melayani warga belajar supaya tumbuh kembang sedini mungkin


dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu
kehidupannya.
b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan atu ke
jenjang yang lebih tinggi.
c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah.

3. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah

Adapun fungsi dari pendidikan Non Formal dijelaskan dalam UU No. tahun

2003 pasal 26 butir 1 dan 2 bahwa:


14

a. Pendidikan Non Formal diselenggarakan bagi warga masyarakat


yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
b. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional.
Sedangkan fungsi pendidikan luar sekolah dalam Sudjana (2001:30)
sebagai subsistem pendidikan nasional adalah sebagai berikut :
1) Mengembangkan nilai-nilai rohaniah dan jasmaniah warga belajar
atas dasar potensi yang dimiliki.
2) Mengembangkan cipta, rasa, dan karsa warga lebih kreatif, mampu
memahami lingkungannya, dan mempunyai kemampuan untuk
mengaktualisasikan diri.
3) Membantu warga belajar membentuk dan menafsirkan pengalaman
mereka serta mengembangkan kerja sama dan partisipasi aktif
dalam memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan masyarakat.
4) Mengembangkan cara berfikir dan bertindak kritis terhadap dan di
dalam lingkungan serta untuk memiliki kemampuan menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
5) Mengembangkan sikap dan moral tanggung jawab social, nilai
budaya, serta keterlibatan diri dalam perubahan masyarakat.

B. Konsep Pelaksanaan

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara

sederhana pelaksanaan bisadiartikan penerapan. Majone dan Wildavsky

(Usman, 2004 : 7) mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne

dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau


15

mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa

pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana

dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu untuk

mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirimuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana

tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah

program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau

kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program

yang ditetapkan semula.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan diatas peneliti

menyimpulkan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang

telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada,

baik itu di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam

kegiatannya melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan

didukung oleh alat-alat penujang.

C. Konsep Sanggar

1. Pengertian Sanggar
16

Sanggar yaitu: 1). Tempat pemujaan yang terletak dipekarangan

rumah, 2). Tempat kegiatan seni (tari, musik, lukis,dll) (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2001:994). Dalam pembelajaran non formal dimana

belajar disanggar tidak mengikat aturan, tidak seperti pembelajaran

formal. Bidang keahlian disanggar berupa keterampilan yang dapat

diterapkandalam kehidupan. Proses pembelajaran disanggar dilakukan

secaraberjenjang antara jenjang satu ke jenjang berikutnya tidak ada

kelanjutanseperti halnya pendidikan formal.

Menurut Sri Lestari dan Dyah Agus Sulistyowati (2002:28) bahwa

sanggar adalah:

Organisasi merupakan salah satu wadah dalam pembentukan kolektivitas


yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus. Organisasi
ditandai dengan adanya aturan-aturan formal, hubungan kewenangan atau
otoritas, pembagian kerja, dan keanggotaan yang di batasi. Bentuk-bentuk
organisasi yang dikenal dalam masyarakat ada 3, yaitu (1) organisasi sosial
masyarakat, (2) organisasi sosial keagamaan, (3)organisasi profesi.

Sanggar adalah salah satu contoh organisasi yang ada di masyarakat,

sesuai bentuknya sanggar merupakan organisasi profesi, karena organisasi

yang bercirikan terbentuk karena tujuan khusus yang saling berkaitan

dengan permasalahan dengan kepentingan dalam suatu profesi. Hal yang

menyatukan anggota dalam organisasi ini adalah tujuan, kepentingan dan

visi yang sama. Sedangkan sanggar sendiri mempunyai arti suatu tempat

atau sarana yang di gunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang

untuk melakukan suatu kegiatan.

(Wiki pedia bahasa Indonesia25/07/2012).


17

Sanggar merupakan wadah kegiatan dalam membantu menunjang

keberhasilan penguasaan keterampilan (Rusliana,1994:13). Sedangkan

menurut Poerwadarminto (1984: 569) sanggar adalah tempat pertemuan

yang dihadiri sekelompok manusia atau orang yang biasa diadakan secara

teratur dan berkala untuk mengadakan penelitian, diskusi, kegiatan

pembahasan mengenai bidang tertentu. Sanggar merupakan pendidikan

luar sekolah, yaitu pendidikan yang diterima dalam keluarga, dalam

lembaga yang tidak berupa sekolah atau masyarakat (koentjaraningrat

1984: 38).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa

sanggar seni adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu

komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan

pelatihan keterampilan dan bakat. Sanggar merupakan bentuk pendidikan

non formal yang melakukan kegiatan secara terorganisasi dan

mengutamakan penguasaan ketrampilan individu bagi anggota belajarnya.

2. Sanggar Seni

Suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas

atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis,

seni kerajinan atau kriya, seni peran dls. Kegiatan yang ada dalam sebuah

sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi

proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses

hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada

tidaknya fasilitas dalam sanggar), sebagai contoh apabila menghasilkan


18

karya berupa benda (patung, lukisan, kerajinan tangan dll) maka proses

akhir adalah pemasaran atau pameran,apabila karya seni yang dihasilkan

bersifat seni pertunjukan (teater, tari, pantomim dll) maka proses akhir

adalah pementasan.

Sanggar seni biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan,

mengenai tempat dan fasilitas belajar dalam sanggar tergantung dari

kondisi masing-masing sanggar ada yang kondisinya sangat terbatas

namun ada juga yang memiliki fasilitas lengkap, selain itu sistem atau

seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni sangat fleksibel, seperti

menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat, pembelajaran

yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi dll, mengikuti

peraturan masing-masing sanggar seni, sehingga antara sanggar seni satu

dengan lainnya memiliki peraturan yang belum tentu sama. Karena

didirikan secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan

untuk penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah agar bisa setara dengan hasil pendidikan formal.

(http://indrastomo.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-perpustakaan-

sanggar-dan.html diakses Jum’at, 10 April 2017)

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan sanggar adalah wadah

atau tempat yang digunakan oleh komunitas atau sekumpulan orang

Bengkulu Selatan untuk menyalurkan dan mengekspresikan keterampilan


19

mereka dibidang seni, terutama pada seni tari yang ada di Sanggar Seni

Rentak selatan Kota Manna Kabupten Bengkulu selatan.

D. Konsep Seni

1. Pengertian Seni

Pengertian Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang

mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan

orang lain. Istilah seni berasal dari kata sanskerta dari kata sani yang

diartikan pemujaan, persembahan dan pelayanan yang erat dengan

upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padma pusphita

dimana seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa latin disebut

dengan genius yang artinya kemampuan luar biasa dibawa sejak lahir.

Sedangkan menurut Ilmu Eropa bahwa seni berasal dari kata art yang

berarti artivisual yaitu suatu media yang melakukan kegiatan tertentu.

Menurut Aristoteles dalam Ardi Al-Maqassary (2013): Pengertian seni

menurut aristoteles adalah bentuk yang pengungkapannya dan

penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu

adalah meniru alam. Sudarmaji dalam Ardi Al-Maqassary (2013):

Menurut Sudarmaji dalam ardi, pengertian seni adalah segala manifestasi

batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media bidang, garis,

warna, tekstur, volume, dan gelap terang.

(http://ardialmaqassary.blogspot.co.id/2011/07/pengertian-seni.html

diakses pada tanggal 12 April 2017)


20

Dari beberapa pengertian seni diatas dapat peneliti simpulkan bahwa

seni merupakan seluruh kegiatan yang mampu menghasilkan suatu karya

yang indah.

E. Konsep Tari

1. Pengertian Tari

Kesenian tari melangkah maju dan berkembang sejalan dengan

kehidupan manusia. Dimana manusia masih mampu bergerak, maka tari

akan tercipta dan berkembang. Manusia menciptakan tari sesuai dengan

ungkapan hidup dan juga merupakan rangkuman gerak yang bersumber

dari alam se-keliling.

Menurut M.Jazuli (2008:7), tari adalah bentuk gerak yang indah,

lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan

maksud dan tujuan tari. Tari adalah salah satu pernyataan budaya. Oleh

karena itu maka sifat, gaya dan fungsi tari selalu tak dapat dilepaskan

dari kebudayaan yang menghasilkannya (Sedyawati, 1986:3). Hidup dan

tumbuhnya tari sangat erat berkaitan dengan citra masing-masing

kebudayaan itu, bahwa tari diciptakan dan digiati dalam lingkungan

tertentu, sehingga nilai kehadirannya pun tergantung pada lingkungan

tersebut. Sekian banyak kekayaan seni budaya Indonesia, tari adalah

salah satu bidang seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia.

Tari merupakan kegiatan kreatif dan konstruktif yang dapat menimbulkan

intensitas emosional dan makna.


21

Berdasarkan pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa tari

merupakan suatu keterampilan gerakan yang diekspresikan oleh manusia

sebagai sebuah karya seni bentuk pelestarian budaya Indonesia.

2. Tujuan Tari

a. Melestarikan kebudayaan negeri sendiri, sebagai warga negara

Indonesia sebaiknya kita juga harus turut melestarikan kebudayaan

leluhur kita sendiri.

b. Meningkatkan daya kreatif, umumnya belajar menari daerah

mendorong kita untuk menjadi lebih kreatif dengan berbagai

gerakan yang kita pelajari.

c. Selain kreatif, menari juga mengajak kita untuk berimajinasi,

gerakan-gerakan setiap tarian mempunyai makna tersendiri. Karena

setiap tarian mempunyai tema sendiri sebagai pokok gerakan-

gerakannya. Contohnya, pada tari Remo, Jawa Timur. Gerakannya

terinspirasi dari gerakan-gerakan lelaki dari cara mereka melihat,

bergerak, dan yang lainnya.

d. Untuk dapat menemukan hubungan antara tubuh dan eksistensi

e. Sebagai pembentuk kepribadian

(http://titahandrasb.blogspot.co.id/2013/09/tujuan-menari.html diakses pada


tanggal 10 April 2017)
3. Fungsi dan Manfaat Tari

Secara garis besar dari berbagai kegiatan dan kegunaannya, fungsi

tari dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Tari upacara
22

Artinya adalah tari itu ada (menjadi bagian) dalam rangkaian

upacara itu sendiri. Yang dimaksud dalam upacara di sini adalah upacara

ritual yang diselenggarakan oleh suatu daerah/lokal budaya tertentu

dengan tujuan vertikal antara makhluk di bumi dengan roh/kekuatan

dahsyat di atasnya, yang diyakini sebagai penguasa daerah tersebut.

Tari upacara pada umumnya bersifat sakral dan magis. Banyak

tarian yang tergolong sebagai tari upacara tersebut saat ini masih

dijumpai di desa-desa yang masih tetap mempertahankan tradisinya

dalam bentuk upacara desa. Seringkali digunakan dalam rangkaian

upacara adat suatu desa atau keluarga, meskipun unsur tarinya cenderung

sebagai pelengkap. Tarian upacara mempunyai tujuan khusus, misalnya

untuk kesuburan, menghalau penyakit, kematian, perkawinan, potong

gigi, bersih desa/sedekah bumi, potong rambut yang pertama/kethok

kuncung, turun tanah, kehamilan dan lain-lain.

Pada mulanya tarian upacara bersifat kolektif, tata gerak tariannya

yang tidak merupakan hal utama menyebabkan adanya aspek kekuatan

jiwa yang dominan. Kekuatan jiwa tersebut lebih dapat mempengaruhi

kehidupan manusia itu sendiri ataupun hal-hal di luar diri manusia.

Kehendak jiwanya dinyatakan dalam bentuk gerak tari. Mereka percaya

bahwa dengan bergerak atau menari, apa yang jadi kehendak jiwanya

akan tercapai.

b. Tari hiburan
23

Dikenal pula dengan istilah social dance, lebih mengutamakan

kegembiraannya. Oleh karena itu segi hiburan lebih menjadi tujuan

utama daripada segi tehnik dan estetisnya.

c. Tari pertunjukan

Tari pertunjukan adalah sebuah tari yang ditata menjadi sebuah

pertunjukan yang dapat ditonton lebih menarik apik. Oleh karenanya

berbagai aspek pemanggungan hingga penyelenggaraannya ditelaah

berdasarkan pendekatan yang lebih mengacu pada proporsinya masing-

masing, misalnya ada yang khusus menangani tentang

kekaryaan/penggarapannya, ada yang menangani masalah produksinya,

ada yang menangani masalah penyelenggaraannya, ada yang menangani

masalah pendanaannya dan sebagainya.

d. Tari pendidikan

Tari pendidikan meliputi hal-hal berikut: pewarisan nilai-nilai seni

maupun proses pembelajaran dan apresiasi tari yang makin terasa

kekurangannya. Tari pendidikan (educational dance) adalah tari sebagai

sarana atau media pendidikan. Pencetus tari  pendidikan adalah Rudolf 

Laban. Tari pendidikan dikenal juga dengan istilah exspressive dance dan

creative dance. Hal ini dikarenakan bentuk tarian ini menekankan pada

ekspresi diri peserta didik dan menekankan pada metode kreatif

(khususnya proses kreatif). Metode ini sering juga disebut dengan

metode creative movement,  yaitu suatu model pembelajaran tari yang

menekankan kepada kebebasan gerak pribadi yang menggunakan gerak


24

yang universal (gerak keseharian seperti berjalan, berguling, berlari dan

sebagainya), dalam aktivitas belajar menari dirumah/keluarga, kelompok

bermain, sekolah dan sebagainya. Metode dan model pembelajaran tari

ini secara luas dapat juga digunakan untuk anak, remaja dan orang

dewasa (Ulmann dalam Laban, 1976:29).

Ekpresi tersebut bersumber dari kehidupan nyata di sekitar diri

peserta didik. Dengan demikian, tari dengan materi dasar gerak,

merupakan salah satu kegiatan yang langsung berhubungan dengan

kegiatan  sehari-hari. Melalui stimulasi pancainderanya peserta didik

belajar memahami semua kejadian di sekitar dirinya dan belajar

mengekspresikannya melalui gerak tubuhnya baik dengan proses imitasi

tidak langsung maupun melalui proses eksplorasi, maupun elaborasi,

kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya tari. Hal ini sesuai dengan

cara pandang dan aplikasi teori konstruktivisme, dimana peserta didik

diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui

belajarnya (Soeparno, 1997: 46-47).

(http://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-tari/fungsi-seni-tari diakses

pada tanggal 10 April 2017)

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

fungsi dan manfaat tari adalah sebagai sarana upacara, sebagai hiburan,

sebagai petunjukan, sebagai pendidikan serta pengekspresian seseorang

dalam keterampilan dibidang tari.

4. Unsur-unsur tari
25

a. Gerak

Gerak merupakan medium pokok dalam seni tari. Karena

merupakan media yang pertama-tama digunakan untuk alat ungkap dan

ditangkap oleh penonton. Agar gerak tersebut dapat mewakili maksud

yang hendak diungkapkan, maka perlu adanya penataan/penggarapan

yang tepat. Melalui penggarapan itulah, suatu gerakan akan mempunyai

kualitas atau bobot yang ditentukan sesuai dengan maksud

penggarapannya.

Banyak sedikitnya pola gerak tari yang tersusun dalam suatu

komposisi tari akan menentukan panjang pendeknya sebuah tari. Untuk

itu berapa lama sebuah tari dilakukan juga tergantung dari kebutuhan

penciptaan/penataan tari. Dengan demikian aspek waktu merupakan

permasalahan tentang panjang-pendeknya maupun cepat-lambatnya

suatu perjalanan gerak tari.

b. Iringan

Gerak dan musik merupakan suatu kesatuan dalam tari. Namun

demikian bukan berarti setiap gerakan atau tarian memerlukan musik

iringan yang jelas secara auditif, tetapi bisa berupa kesan musikal saja.

Kesan musik tersebut bisa dilihat/dirasakan pada unsur ritme atau

irama. Dari pemahaman irama tersebut terjalinlah nafas kehidupan,

sehingga dapat menghasilkan suasana tertentu dalam penghayatan.

c. Tema
26

Dalam suatu karya tari, tema merupakan salah satu unsur yang

menentukan. Agar karya tari dapat ditangkap oleh penonton, maka tema

perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum geraknya dieksplorasi. Karena

pengembangan ide penggarapan tetap perlu berpijak pada tema

pokoknya.

d. Tata rias busana

Tata rias adalah segala upaya mengubah wajah dengan

menggunakan alat-alat tertentu sesuai dengan peran atau karakter yang

ditentukan. Berbagai upaya mengubah wajah tersebut antara lain

dengan menggunakan pewarna, goresan/coretan, dan lain sebagainya.

Tata busana adalah segala perlengkapan yang dikenakan pada

artis/penari saat ia memperagakan peran tertentu di atas pentas. Tata

busana dapat berupa pakaian yang berfungsi sebagai penutup

(pelindung) badan termasuk perhiasan (asesoris) ataupun tanda

pengenal (atribut) yang membedakan peran yang satu dengan yang

lainnya, dan juga peralatan untuk kelengkapan menari (property).

(http://sabihahmutia.blogspot.co.id/2013/05/fungsi-dan-tujuan-tari.html

diakses pada tanggal 10 April 2017)

Dapat disimpulkan bahwa didalam Tari diperlukan unsur-unsur

sebagai faktor yang sangat penting yang mencakup gerak, iringan, tema,

tata rias, ruang pentas.


27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sasaran yang ingin di capai dalam penelitian ini diarahkan pada upaya

menemukan teori-teori yang bersifat pendekatan studi kasus. Peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus

karena permasalahan yang ada dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan

angka-angka, tetapi menguraikan, menggambarkan dan menelaah suatu kasus

secara lebih rinci dan detail tentang pelaksanaan kegiatan seni tari pada

Sanggar Seni Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

Sugiyono (2006:9-10) menyatakan,

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada


filsaft postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat indukatif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.

Penelitian ini menggunkan jenis pendekatan kualitatif studi kasus.

Menurut Bimo Walgito (2010:92) dalam Binham (2013) studi kasus

merupakan “suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian

mengenai perseorangan (riwayat hidup)”.  Pada metode studi kasus ini

diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.

Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain.
28

(http://binham.wordpress.com/2013/06/05/pengertian-studi-kasus/ diakses pada

tanggal 10 April 2017).

Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus didefinisikan

oleh Danim (2002 : 41) adalah sebagai berikut : 1) bersifat mendeskripsikan

kejadian atau peristiwa yang bersifat factual, 2) dilakukan secara survey, 3)

bersifat mencari informasi dan dilakukan secara mendetail, 4) mengidentifikasi

masalah untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik yang sedang

berlangsung, 5) mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok

tertentu.

B. Partisipan dan tempat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini yang termasuk dalam

partisipan adalah: ketua umum, pelatih, sekretaris, bendahara, kepala bidang,

dan peserta didik. Maksud dari partisapan itu ialah sasaran/subjek di dalam

penelitian yang akan dilakukan, gunanya untuk mendapat informasi. Akan

tetapi untuk mengumpulkan data informasi yang lebih luas tidak terbatas

dengan subyek semata, dapat merujuk pada mereka yang dapat memberikan

informasi mengenai objek penelitian. Untuk itu dari sekian banyak partisipan,

peneliti membutuhkan informasi dari: Ketua Umum Sanggar Seni Rentak

Selatan (Bapak Herry Gunawan). Selain itu untuk memperkuat kebenaran

informasi yang diperoleh dari ketua umum, maka peneliti memilih pelatih

bidang seni tari (Bapak Dali Yazid dan Mas Apritno HR, S.Kom), serta peserta

didik (Stevani dan Vera) sebagai bagian dari partisipan penelitian. Peneliti

memilih partisipan tersebut dengan alasan bahwa mereka memiliki informasi


29

dan pengetahuan yang cukup untuk menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan,

dengan kata lain, mereka sudah bisa dijadikan sebagai sumber informasi untuk

mengetahui “Pelaksanaan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan”

yang mencakup aspek-aspek yaitu mulai dari faktor pendorong peserta didik

ikut serta dalam kegiatan pembelajaran seni dan tari, tehnik dan strategi pelatih

dalam mengembangkan kreasi seni tari, dan kendala yang ditemukan pengelola

dalam melaksanakan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota

Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

Sedangkan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah obyek penelitian

dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan lokasi penelitian

dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi

sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas. Lokasi penelitian

dalam penelitian ini adalah di Sanggar Seni Rentak Selatan yang berada di

jalan Puyang Sakti No.82 Kelurahan Kota Medan Kota Manna Bengkulu

Selatan.

C. Pengumpulan Data

Instrumen utama dalam pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini

adalah peneliti itu sendiri, atau disebut dengan Human Instrumen.

Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 223) disebutkan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrument penelitian utama. Alasanya ialah segala sesuatunya belum

mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian,

hipotesis yang digunakan, bahwa hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak
30

dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu

dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti

dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai

alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dalam melakukan penelitian membutuhkan alat yang disebut alat

pengumpulan data sendiri yang berperan sebagai pengumpul informasi utama

yang bertujuan untuk pengumpulan data/informasi melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Dalam keadaan yang tidak pasti dan tidak ada

pilihan lain hanya peneliti sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Maka peneliti berperan penuh dalam penyimpulan informasi yang diperoleh.

Seperti diketahui bahwa fokus penelitian ini tentang pelaksanaan kegiatan

seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan, untuk memperoleh data tentang

pelaksanaan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan, teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui wawancara,

observasi dan dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Sudjana (1992) menyatakan, “Wawancara adalah proses

pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya

(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee)”.

Pelaksanaan wawancara dapat digolongkan ke dalam tiga tahap yaitu

persiapan, pelaksaan, dan penutup.


31

Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah peneliti bisa bertatap

muka langsung dengan responden. Agar responden dapat menyampaikan

jawaban apa yang ditanyakan oleh peneliti.

Wawancara dilakukan untuk menggali data tentang, dimana yang

menjadi sasaran dari wawancara ini adalah Ketua Umum Sanggar Seni

Rentak Selatan (Bapak Herry Gunawan). Selain itu untuk memperkuat

kebenaran informasi yang diperoleh dari ketua umum, maka peneliti

memilih pelatih bidang seni tari (Bapak Dali Yazid dan Mas Apritno HR,

S.Kom), serta peserta didik (Stevani dan Vera) diharapkan dengan hasil

wawancara yang ada akan terlihat dengan jelas bagiamana pelaksanaan

kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan yang mencakup

aspek-aspek yaitu mulai dari faktor pendorong peserta didik ikut serta

dalam kegiatan pembelajaran seni dan tari, tehnik dan strategi pelatih

dalam mengembangkan kreasi seni tari, dan kendala yang ditemukan

pengelola dalam melaksanakan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni

Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

2. Observasi

Merujuk pendapat Audrey True (1983) dalam Nugroho (1993: 18),

“observasi adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan

secara simultan mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis”. Di situ

terkandung pengertian bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian harus

peka. Dalam mengamati segala sesuatu, dan mampu merekam atau

mencatat segala hal yang menjadi fokus pengamatannya. Syarat yang


32

harus dipenuhi dalam penggunaan teknik ini adalah tidak boleh

mempengaruhi hal-hal yang diobservasi seperti apa yang dikehendaki

responden.

Menurut Patton (1984) dalam Wisnu Suganda (2010:43) menyatakan

bahwa :

Penggunaan teknik observasi dalam penelitian kualitatif memiliki 4


maksud yaitu : (1) menggambarkan setting yang diamati, (2) kegiatan-
kegiatan yang terjadi pada setting tersebut, (3) individu-individu yang
berperan dalam kegiatan tersebut,dan (4) makna dibalik latar kegiatan
peran serta orang-orang yang terlibat.
Alasan pemakaian observasi adalah dapat mencatat data yang bukan

sekedar mencatat tetapi langsung mengadakan pertimbangan kemudian

mengadakan penilaian. Langkah ini menggunakan wawancara karena

wawancara itu bagian dari observasi secara langsung.

Kelemahan dari observasi bukanlah pekerjaan yang mudah karena

manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan-

kecenderungan yang ada padanya, padahal hasil observasi harus sama

walaupun dilakukan oleh beberapa orang, dengan lain perkataan, observasi

harus obyektif.

Sedangkan kelebihan dari observasi ini adalah teknik ini tidak begitu

sulit dalam arti jika ada kekeliruan sumber datanya masih tetap dan belum

berubah.

Metode ini digunakan dalam rangka mengamati pelaksanaan kegiatan

seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan yang mencakup aspek-aspek

yaitu mulai dari faktor pendorong peserta didik ikut serta dalam kegiatan
33

pembelajaran seni tari, tehnik dan strategi pelatih dalam mengembangkan

kreasi seni tari, dan kendala yang ditemukan pengelola dalam

melaksanakan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota

Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. “Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.

(Arikunto, 1996: 148).

(http://www.pengertianpengertian.com/2011/10/pengertian-dokumentasi.html

diakses pada tanggal 10 April 2017).

Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini dengan alasan : (1) selalu

tersedia di kantor atau lembaga, (2) dokumen merupakan sumber data yang

stabil, mudah didapat dan digunakan, (3) data/informasi yang ada pada

dokumen bersifat faktual dan realistis dalam arti memuat apa adanya

tentang hal-hal yang didokumentasikan, (4) dokumentasi merupakan

sumber data yang kaya berkaitan dengan keadaan subjek penelitian.

Dokumentasi dalam penelitian ini nantinya ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, yang berupa profil

lembaga Sanggar Seni Rentak Selatan meliputi struktur organisasi, jumlah

tenaga pendidik/pelatih, mulai berdiri Sanggar Seni Rentak Selatan,


34

kelengkapan sarana dan prasarana penunjang Sanggar Seni Rentak Selatan

dan segala sesuatu yang mendukung penelitian.

Kemudian untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Sebagaimana pendapat (Wiliam Wiersma,1986) dalam

Sugiyono (2010:273-274 Meleong dalam Reka Anggraini (2015 : 32) yang

menyatakan bahwa : Teknik triangulasi adalah sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan dan

dan triangulasi waktu. Untuk lebih jelas ketiga bentuk triangulasi tersebut

akan penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Triangulasi Sumber Penelitian

Triangulasi sumber penelitian ini adalah membandingkan hasil

pengamatan dan data hasil wawancara dengan cara mewawancarai

sumber yang berbeda dan waktu yang berbeda. Sehingga data yang

diperoleh benar-benar valid.

Untuk mendapatkan kevaliditasan data dalam penelitian ini,

peneliti akan mewawancarai Ketua Umum Sanggar Seni Rentak

Selatan (Bapak Herry Gunawan). Selain itu untuk memperkuat

kebenaran informasi yang diperoleh dari ketua umum, maka peneliti

memilih pelatih bidang seni tari (Bapak Dali Yazid dan Mas Apritno

HR, S.Kom), serta peserta didik (Stevani dan Vera).


35

2. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu penelitian adalah teknik pengumpulan data

dengan cara mewawancarai orang yang berbeda atau sama dalam waktu

yang berbeda dengan pertanyaan yang sama.

Untuk mendapatkan kevaliditasan data dalam penelitian ini,

dilakukan wawancara dengan Ketua Umum Sanggar Seni Rentak

Selatan (Bapak Herry Gunawan). Selain itu untuk memperkuat

kebenaran informasi yang diperoleh dari ketua umum, maka peneliti

memilih pelatih bidang seni tari (Bapak Dali Yazid dan Mas Apritno

HR, S.Kom), serta peserta didik (Stevani dan Vera) pada orang yang

sama dan waktu yang berbeda (pagi hari, siang/malam hari) yang

bertujuan untuk mendapatkan data yang kredibel dan valid.

3. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu menguji kreabilitas data dilakukan dengan

cara mengecek hasil dari ketiga teknik penelitian yang didapat di

lapangan.

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data/informasi kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda-beda. Misalnya informasi yang diperoleh dengan

wawancara. Lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi. Bila dengan

tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan informasi

yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber informasi yang bersangkutan atau yang lain. Atau mungkin


36

semua benar, karena sudut pandanganya berbeda-beda. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan keabsahan informasi yang dapat di pertanggung

jawabkan.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa triangulasi tidak

hanya menilai kebenaran atau kevaliditasan data, akan tetapi juga

menyelidiki validitas kebenaran tafsiran kita mengenai data yang telah

diperoleh melalui penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan seni tari

pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu

Selatan.

D. Analisis Data

Dalam penelitian ini, digunakan analisis studi kasus kualitatif. Sebagai

instrumen utama dalam penelitian kualitatif, peneliti berpartisipasi secara

tidak langsung hanya menganalisa, mewawancarai, mengobservasi,

langkahnya yaitu, menganalisa data yang ada. Aktivitas analisis data dalam

penelitian kualitatif model Miled dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 91)

yaitu,

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data. Reduksi data

memerlukan pemikiran yang sensitif yang memerlukan kecerdasan,

keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.


37

Dalam reduksi data ini peneliti memilah-milah data yang di peroleh

dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara kepada Ketua Umum

Sanggar Seni Rentak Selatan (Bapak Herry Gunawan). Selain itu untuk

memperkuat kebenaran informasi yang diperoleh dari ketua umum, maka

peneliti memilih pelatih bidang seni tari (Bapak Dali Yazid dan Mas

Apritno HR, S.Kom), serta peserta didik (Stevani dan Vera) diharapkan

dengan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara yang ada akan

terlihat dengan jelas bagiamana pelaksanaan kegiatan seni tari pada

Sanggsar Seni Rentak Selatan yang mencakup aspek-aspek yaitu mulai

dari faktor pendorong peserta didik ikut serta dalam kegiatan

pembelajaran seni dan tari, tehnik dan strategi pelatih dalam

mengembangkan kreasi seni tari, dan kendala yang ditemukan pengelola

dalam melaksanakan kegiatan seni tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan

Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu proses penyusunan data, penyajian data

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan natar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Semua disusun guna menyusun

informasi data secara teratur dan tersusun untuk lebih memudahkan dalam

memahaminya.

Dalam penyajian data, peneliti menyajikan data yang telah di reduksi

dari hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara kepada Ketua Umum

(Bapak Herry Gunawan), pelatih (Bapak Dali Yazid dan Mas Apritno HR,
38

S.Kom), serta peserta didik (Stevani dan Vera) Sanggar Seni Rentak

Selatan dimana data yang disajikan oleh peneliti bermaksud untuk

mendapatkan jawaban atas permasalahan yang ada pada bab I.

3. Verifikasi atau Menarik kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data ini adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan peneliti masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukannya bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Dalam menarik kesimpulan, peneliti menyimpulkan data dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi kepada Ketua Umum (Bapak

Herry Gunawan), pelatih (Bapak Dali Yazid dan Mas Apritno HR,

S.Kom), serta peserta didik (Stevani dan Vera) Sanggar Seni Rentak

Selatan bermaksud untuk mendapatakan jawaban atas permasalah yang

ada pada bab 1 yaitu tentang bagiamana pelaksanaan seni tari pada

Sanggar Seni Rentak Selatan yang mencakup aspek-aspek yaitu mulai dari

faktor pendorong peserta didik ikut serta dalam kegiatan pembelajaran seni

dan tari, tehnik dan strategi pelatih dalam mengembangkan kreasi seni tari,

dan kendala yang ditemukan pengelola dalam melaksanakan kegiatan seni

tari pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu

Selatan.

E. Isuetik

Dalam penelitian ini, isuetik merupakan hal yang sangat penting

digunakan untuk memberikan penjelasan tentang isu yang di angkat oleh


39

peneliti dalam penelitian ini dan dilakukan penanganan isu secara ilmiah,

penelitian ini bersifat positif karena mengangkat isu yang benar-benar ada

tentang pelaksanaan kegiatan seni tari, sehingga dengan mengangkat isu

tentang kegiatan seni tari mampu memberikan dampak positif bagi

masayarakat untuk memahami dan mendukung kegiatan seni tari yang ada

pada Sanggar Seni Rentak Selatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
40

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Rosid, dkk. 1979. Pendidikan Kesenian Seni Tari Buku Guru.
Jakarta. PT. Rais Utama.

Aminah, Beti. 2013. Eksistensi dan Fungsi Tari di Sanggar Nuun Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Seni Tari, FBS UNY.

Binham. (http://binham.wordpress.com/2013/06/05/pengertian-studi-kasus/
diakses pada tanggal 10 April 2017).

Hadi, Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari Sebuah Pengenalan Awal.


Yogyakarta: Balai Pustaka.
Hanrasb. (http://titahandrasb.blogspot.co.id/2013/09/tujuan-menari.html diakses
pada tanggal 10 April 2017)

Hawkins, alma M. 1990. Mencipta Lewat Tari (Creating Through Dance).


Terjemahan Y, Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.

(http://www.pengertianpengertian.com/2011/10/pengertian-dokumentasi.html
diakses pada tanggal 10 April 2017).

http://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-tari/fungsi-seni-tari diakses pada


tanggal 10 April 2017
Indrayuda. 2011. Imaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Tari. Yogyakarta: UNY

Letari. https://trianilestari61.wordpress.com/seni-tari/pengertian-seni-tari/ diakses


pada tanggal 10 April 2017).

Maqassary.http://ardialmaqassary.blogspot.co.id/2011/07/pengertian-seni.html
diakses pada tanggal 12 April 2017

Miles B, Matthew dan Huberman. 2007. Analisis data kualitatif. Buku sumber
metode-metode baru Universitas Indonesia press: Jakarta

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi penelitian kulaitatif. Bandung : Remaja


Rosda karya

Meri, La. 1975. Komposisi Tari, Elemen-elemen Dasar. Terjemahan Soedarsono.


Yogyakarta: ASTI.

Mutia.http://sabihahmutia.blogspot.co.id/2013/05/fungsi-dan-tujuan-tari.html
diakses pada tanggal 10 April 2017
41

Rahardjo Adisasmita, 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.


Yang Menerbitkan Graha Ilmu : Yogyakarta.
Rusliana, Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari. Bandung: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Stomo.(http://indrastomo.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-perpustakaan-
sanggar-dan.html diakses Jum’at, 10 April 2017)

(Wiki pedia bahasa Indonesia25/07/2012).

Anda mungkin juga menyukai