Anda di halaman 1dari 24

Nama : Chintya Aulia Putri

NIM : 1816050011

Prodi : Perbankan Syariah A

Tugas : Aspek Hukum dalam Bisnis

Hukum Perbankan

A. Pengertian dan Sejarah Bank

1. Pengertian Bank

Bank secara harfiah berasal dari bahasa italia, yakni Banco yang artinya bangku. Bangku sendiri
merujuk pada meja yang yang digunakan oleh para banker untuk melakukan kegiatan
operasional melayani masyarakat atau nasabah. Istilah bangku pun semakin berkembang menjadi
Bank.

Berikut definisi selengkapnya:

 Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 2),
menyebutkan bahwa bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dengan tujuan untuk meningkatkan taraf
hidup orang banyak.
 Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 3) menjelaskan,
definisi bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan-kegiatan konvensional
maupun secara syariah dalam kegiatannya memberikan jasa keuangan dalam lalu lintas
pembayaran.
 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 dijelaskan bank adalah suatu lembaga
yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.

2. Sejarah Bank
Pendirian bank pertama kali berbentuk seperti firma pada umumnya di tahun 1690, ketika
kerajaan Inggris ingin merencanakan pembangunan kembali armada lautnya agar dapat bersaing
dengan armada laut Perancis. Saat itu pemerintahan Inggris tidak mampu mendanainya.
Kemudian gagasan dari William Patterson direalisasikan oleh Charles Montagu untuk
membentuk lembaga intermediasi keuangan yang akhirnya dapat membantu memenuhi
kebutuhan pendanaan tersebut dalam waktu hanya 12 hari. Pada saat itu sebelum Inggris ada
beberapa bank yang sudah terkenal di Eropa seperti Bank of Venesia pada 1171, Bank of Genoa
dan Bank of Barcelona pada 1320.

Sejarah terbentuknya bank dimulai pada zaman kerajaan lampau di Eropa, dan berkembang ke
Asia Barat dibawa oleh para pedagang, juga Afrika dan Amerika yang terjadi pada saat bangsa
Eropa melakukan penjajahan kepada negara – negara di ketiga benua ini. Dapat ditelusuri dalam
sejarah terbentuknya bank dimulai dari kegiatan penukaran uang sehingga bank dapat diartikan
sebagai ‘meja tempat penukaran uang’. Pada masa kerajaan, proses penukaran uang dilakukan
antara kerajaan yang satu dengan lainnya. Sekarang kegiatan ini dikenal dengan nama Pedagang
Valuta Asing (Money Changer). Kemudian kegiatan perbankan kembali berkembang menjadi
tempat penitipan uang atau kegiatan simpanan uang, peminjaman uang, dimana uang yang
disimpan masyarakat dipinjamkan kembali kepada masyarakat lain yang membutuhkan oleh
perbankan.

B. Pengaturan Perbankan

Pengaturan perbankan di Indonesia memiliki beberapa fungsi utama :

1. Untuk tujuan moneter, pengaturan perbankan diarahkan untuk tujuan moneter, ditujukan
untuk mendorong stabilitas moneter di Indonesia.
2. Untuk tujuan pengawasan terhadap industri perbankan.
3. Untuk tujuan pembangunan.

C. Jenis - Jenis Perbankan

1. Jenis Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya

a) Bank Sentral
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang bertanggung
jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Fungsi dan peran bank sentral
berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem
finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh
Bank Indonesia (BI).
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan
mengawasi perbankan di Indonesia.
Tugas Bank Indonesia
 Melaksanakan dan menetap kebijakan moneter.
 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
 Mengatur dan mengawasi kinerja bank-bank.
b) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
Tugas Bank Umum
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
 Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.
 Menerbitkan uang melalui pembayaran kredit dan investasi.
 Menawarkan jasa-jasa keuangan seperti kartu kredit, cek perjalanan, ATM, transfer
uang antar bank, dan lain sebagainya.
 Menyediakan fasilitas untuk perdagangan antar negara/internasional.
 Melayani penyimpanan barang berharga.
c) Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan BPR ini jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Hal
ini dikarenakan BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian
seperti yang dilakukan pada jenis bank secara umum.
Tugas Bank Perkreditan Rakyat
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

2. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

a) Bank Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia.
Contoh Bank Pemerintah
 Bank Mandiri
 Bank Negara Indonesia
 Bank Rakyat Indonesia
 Bank Tabungan Negara
b) Bank Swasta Nasional
Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian keuntungannya juga untuk
swasta nasional. Bank swasta dibedakan menjadi dua, yaitu bank swasta nasional devisa
dan bank swasta nasional nondevisa.
Contoh Bank Swasta Nasional
 Bank Muamalat
 Bank Central Asia
 Bank Bumi Putra
 Bank Danamon
 Bank Duta
 Bank Nusa Internasional
 Bank Niaga
 Bank Universal
 Bank Mega
c) Bank Koperasi
Bank milik koperasi adalah jenis bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Bank ini menerapkan asas-asas dan prinsip
koperasi pada umumnya.
Contoh Bank Koperasi: Bank Umum Koperasi Indonesia
d) Bank Campuran
Bank campuran adalah jenis bank yang kepemilikan sahamnya bercampur antara pihak
asing dan pihak swasta nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh warga
negara Indonesia, namun sebagian juga dimiliki oleh pihak asing.
Contoh Bank Campuran
 Bank ANZ Indonesia
 Bank Commonwealth
 Bank Agris
 Bank BNP Paribas Indonesia
 Bank Capital Indonesia
 Bank Chinatrust Indonesia
 Bank DBS Indonesia
 Bank Mizuho Indonesia
 Bank Rabobank International Indonesia
 Bank Resona Perdania
 Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
 Bank Windu Kentjana International
e) Bank Asing
Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing
atau pemerintahan negara asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri secara
utuh.
Contoh Bank Asing
 Bank of America
 Bangkok Bank
 Bank of China
 Citibank
 Deutsche Bank
 HSBC
 JPMorgan Chase
 Standard Chartered
 The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ

3. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Statusnya

a. Bank Devisa
Bank devisa dalah jenis bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral.
b. Bank Non-Devisa
Bank non-devisa adalah jenis bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan
kegiatan transaksi layaknya bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya melakukan
kegiatan transaksi hanya dalam batas-batas wilayah negara yang terbatas.

4. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya


a. Bank Konvensional
Bank konvensional adalah jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
secara umum berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk
untuk menyerap dana masyarakat, menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara
mengeluarkan kredit, pelayanan jasa keuangan, dan jasa-jasa lainnya.
b. Bank Syariah
Bank syariah merupakan jenis perbankan yang segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Berkaitan dengan bank syariah, ada dua konsep dalam hukum agama Islam, yaitu:
larangan penggunaan sistem bunga, karena bunga (riba) adalah haram hukumnya.
Sebagai pengganti bunga digunakan sistem bagi hasil.
Prinsip-prinsip yang berlaku pada Bank Syariah
 Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
 Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).
 Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).
 Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).
 Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).

5. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Bentuk Badan Usaha

a. Bank berbentuk Perseroan Terbatas (PT)


Bank jenis ini memiliki badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas atau PT. Segala
struktur dan susunan organisasi dalam bank dibentuk seperti sebuah Perseroan Terbatas
pada umumnya.
b. Bank berbentuk Firma
Bank jenis ini merupakan bank yang memiliki badan usaha berbentuk firma. Segala
struktur dan susunan organisasi dalam bank dibentuk seperti sebuah firma pada
umumnya.
c. Bank berbentuk Koperasi
Bank jenis ini merupakan bank yang memiliki badan usaha berbentuk koperasi. Segala
struktur dan susunan organisasi dalam bank dibentuk seperti sebuah koperasi pada
umumnya.
d. Bank berbentuk Perusahaan Perseorangan
Bank jenis ini merupakan bank yang memiliki badan usaha berbentuk perusahaan
perseorangan.

6. Jenis-Jenis Bank Berdasarkan Organisasinya

a) Unit Banking
Unit banking merupakan jenis bank yang hanya memiliki satu organisasi dan tidak
memiliki cabang di daerah lain. Artinya hanya ada satu bank saja yang berdiri sendiri
tanpa cabang lainnya.
b) Branch Banking
Branch banking merupakan jenis bank yang memiliki cabang-cabang di daerah lain. Bank
jenis ini memiliki berbagai unit yang tersebar di beberapa daerah lain untuk menunjang
dan memperluas kegiatan operasionalnya.
c) Correspondency Banking
Correspondency banking merupakan jenis bank yang dapat melakukan kegiatan
pemeriksaan dokumen ekspor-impor dan kegiatan utamanya dilakukan di luar negeri.

D. Pendirian dan Likuidasi Bank

1. Pendirian Bank

a. Pendirian Bank Umum Konvensional (PBI No.11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum)


1) Perizinan
a) Bank umum hanya dapat didirikan dengan memperoleh izin persetujuan dari
Gubernur Bank Indonesia.
b) Terdapat dua tahap izin yang diberikan dalam hal ini:
I. Izin prinsip yakni Persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank.
II. Izin Usaha yakni izin yang diberikan kepada bank setelah persiapan
sebagaimana huruf i selesai dilakukan.
2) Permodalan
Minimum untuk pendirian Bank Umum baru harus memenuhi modal disetor
sekurang-kurangnya IDR3,000,000,000,000 (tiga triliun rupiah).
3) Kepemilikan
a) Bank Umum hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan
Hukum Indonesia.
b) Warga Negara Indonesia/Badan Hukum Indonesia dengan Warga Negara
Asing/Badan Hukum Asing, namun total maksimum kepemilikan oleh orang
asing dibatasi maksimal 99%.
4) Syarat Persetujuan Prinsip
a) Rancangan Akta Pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar yang memuat
minimum:
I. Nama dan tempat kedudukan.
II. Kegiatan usaha sebagai bank.
III. Permodalan.
IV. Kepemilikan.
V. Wewenang, tanggung jawab dan masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan
anggota Direksi.
VI. Persyaratan bahwa pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan anggota
Direksi harus mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia terlebih dahulu.
b) Data Kepemilikan. Daftar calon pemegang saham berikut rincian kepemilikannya
bagi yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Perusahaan Daerah.
c) Daftar Calon Anggota Dewan Komisari dan Anggota Direksi wajib disertai
dengan:
I. Pas foto 4 x6:
II. Fotokopi KTP atau Passport;
III. Riwayat Hidup atau CV;
d) Surat pernyataan tidak pernah melakukan kegiatan tercela di perbankan,
keuangan, dan usaha lainnya serta tidak pernah dihukum pidana kejahatan dan
tidak tercantum dalam Daftar Hitam Kliring Bank Indonesia atau Daftar Tidak
Lulus Bank Indonesia.
e) Surat pernyataan tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah jadi pemegang
saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi dari perusahaan yang
dinyatakan pailit dalam jangka waktu 5 tahun sebelum tanggal permohonan. Kalo
misalnya calon pemegang sahamnya juga perorangan wajib melampirkan hal-hal
ini.
f) Rencana susunan, struktur organisasi dan personalia.
g) Rencana bisnis untuk 3 tahun ke depan termasuk didalamnya studi kelayakan
keuangan dan ekonomi, rencana penghimpunan dan penyaluran dana serta
kegiatan yang akan dilakukan, dan proyeksi keuangan 12 bulan terhitung sejak
bank akan melakukan kegiatan usahanya.
h) Rencana strategis jangka menengah dan jangka panjang.
i) Pedoman manajemen risiko, sistem pengendalian intern, rencana penggunaan
teknologi informasi dan pedoman good corporate governance.
j) Sistem dan prosedur kerja.
k) Bukti modal disetor minimal IDR3,000,000,000,000 atas nama Dewan Gubernur
qq salah satu calon pemegang saham bank bersangkutan dan dikasih keterangan
pencairan hanya bisa dilakukan dengan persetujuan Gubernur BI.
l) Surat penyataan dari calon pemilik bank bahwa dana setoran modal tidak berasal
dari pinjaman dan tidak berasal dari/untuk tujuan pencucian uang.
m) Bagi calon pemegang saham perusahaan maka dilampirin akta pendirian,
anggaran dasar dan perubahannya, daftar pemegang saham, laporan keuangan
yang sudah diaudit minimal 6 bulan sebelum tanggal pengajuan, dan struktur
kelompok usaha, selain surat pernyataan yang ditandatangani Direksi (surat
pernyataan mirip dengan calon anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris).
n) Bank Indonesia bisa saja meminta dokumen2 lain yang diperlukan selain yang
diatas.
Setelah memenuhi persyaratan administrasi tersebut yang diajukan dalam surat
permohonan ke Bank Indonesia, maka akan dilakukan pengecekan administrasi oleh
Bank Indonesia, termasuk juga dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi
Calon Pemegang Saham, Calon Anggota Dewan Komisari dan Calon Anggota
Direksi.
Dalam hal ini ada kemungkinan bank diminta melakukan presentasi kepada Bank
Indonesia terutama mengenai rencana bisnis bank, analisa ekonomi dan analisa bisnis.
5) Persyaratan persetujuan prinsip
a) Apabila semua izin prinsip lancar, maka BI akan memberikan persetujuan prinsip
yang berlaku cuma 1 tahun sejak dikeluarkan, namun pada saat izin ini keluar
bank belum boleh melakukan kegiatan operasional dan diminta melakukan
persiapan operasional sehingga apabila sudah siap bank dapat segera mengajukan
permohonan izin usaha dilampirin dengan bukti minimal
b) Akta pendirian badan hukum yang sudah mendapatkan persetujuan dari
Menkumham;
c) Data kepemilikan bank jika ada perubahan berikut lampiran2nya;
d) Daftar anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dilampiri contoh tanda
tangan dan paraf, identitas diri dan fotokopi KITAS/KITAP serta izin bekerja kalo
orang asing serta dokumen lampiran lainnya kalo ada perubahan;
e) Bukti pelunasan modal disetor;
f) Bukti kesiapan operasional berupa daftar aktiva tetap dan inventaris, perjanjian
sewa-menyewa gedung, foto gedung, NPWP, dan contoh formulir/warkat yang
akan digunakan;
g) Surat penyataan dari Pemegang Saham, Anggota Dewan Komisaris dan Anggota
Direksi yang akan dibahas lebih jauh dibagian fit and proper test karena umumnya
udah diserahin pas fit and proper test Bank Umum.
Kalo udah dapat izin usaha maka dalam waktu 60 hari harus segera jalan dan paling
lambat 10 hari sejak tanggal jalan kegiatan usaha sudah harus dilaporkan ke BI.
b. Pendirian BPR Konvesional
1) Perizinan
a) BPR hanya dapat didirikan dengan memperoleh izin persetujuan dari Gubernur
Bank Indonesia.
b) Terdapat dua tahap izin yang diberikan dalam hal ini:
I. Izin prinsip yakni Persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank.
II. Izin Usaha yakni izin yang diberikan kepada bank setelah persiapan
sebagaimana huruf i selesai dilakukan.
2) Permodalan
Permodalan minimum bagi BPR tergantung wilayah:
a) Rp5,000,000,000 (lima milyar rupiah) kalo didirikan di Jakarta.
b) Rp2,000,000,000 (dua milyar rupiah) kalo didirikan di Jawa dan Bali.
c) Rp1,000,000,000 (satu milyar rupiah) kalo didirikan di Ibukota Propinsi diluar
Jakarta, Jawa dan Bali.
d) Rp500,000,000 (lima ratus juta rupiah) kalo diwilayah diluar semua yang diatas.
3) Kepemilikan
BPR cuma bisa dimiliki oleh WNI atau Badan Hukum Indonesia
4) Syarat Persetujuan Prinsip
a) Rancangan Akta Pendirian dan Rancangan Anggaran Dasar (mirip dengan
persyaratan izin prinsip Bank Umum).
b) Data kepemilikan.
c) Daftar Calon anggota Komisaris dan Anggota Direksi (persyaratan dibahas lebih
jauh di fit and proper test BPR).
d) Rencana stuktur organisasi dan personalia.
e) Analisis Potensi dan kelayakan pendirian BPR termasuk aspek demografi, jumlah
dan pertumbuhan lembaga perbankan, termasuk lembaga keuangan mikro,
rencana kegiatan usaha yang mencakup sumber dana dan penyaluran dana serta
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana
dimaksud, proyeksi keuangan secara bulanan untuk tahun pertama dan secara
tahunan untuk dua tahun berikutnya, sejak BPR melakukan kegiatan operasional;
dan perencanaan sumber daya manusia.
f) Rencana sistem dan prosedur kerja.
g) Bukti setoran modal paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari modal disetor
dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada Bank Umum di Indonesia, atas nama
“Dewan Gubernur Bank Indonesia q.q. salah seorang calon pemilik untuk
pendirian BPR yang bersangkutan” dengan mencantumkan keterangan bahwa
pencairannya hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Dewan Gubernur Bank Indonesia.
h) Surat pernyataan dari pemegang saham kalo sumber dana tidak berasal dari
pinjaman dan tidak berasal dari/untuk tujuan pencucian uang.
i) Daftar calon pemegang saham (dibahas persyaratan di fit and proper test BPR).
j) Setelah memenuhi persyaratan administrasi tersebut yang diajukan dalam surat
permohonan ke Bank Indonesia, maka akan dilakukan pengecekan administrasi
oleh Bank Indonesia, termasuk juga dilakukan penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi Calon Pemegang Saham, Calon Anggota Dewan Komisari dan
Calon Anggota Direksi.
k) Dalam hal ini ada kemungkinan bank diminta melakukan presentasi kepada Bank
Indonesia terutama mengenai rencana bisnis bank, analisa ekonomi dan analisa
bisnis.
5) Persyaratan persetujuan prinsip
a) Apabila semua izin prinsip lancar, maka BI akan memberikan persetujuan prinsip
yang berlaku cuma 1 tahun sejak dikeluarkan, namun pada saat izin ini keluar
bank belum boleh melakukan kegiatan operasional dan diminta melakukan
persiapan operasional sehingga apabila sudah siap bank dapat segera mengajukan
permohonan izin usaha dilampirin dengan bukti minimal.
b) Akta pendirian badan hukum yang sudah mendapatkan persetujuan dari
Menkumham.
c) Data kepemilikan bank jika ada perubahan berikut lampiran2nya.
d) Daftar anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dilampiri contoh tanda
tangan dan paraf, identitas diri dan fotokopi KITAS/KITAP serta izin bekerja kalo
orang asing serta dokumen lampiran lainnya kalo ada perubahan.
e) Bukti pelunasan modal disetor.
f) Bukti kesiapan operasional berupa daftar aktiva tetap dan inventaris, perjanjian
sewa-menyewa gedung, foto gedung, NPWP, dan contoh formulir/warkat yang
akan digunakan.
g) Surat penyataan dari Pemegang Saham, Anggota Dewan Komisaris dan Anggota
Direksi yang akan dibahas lebih jauh dibagian fit and proper test karena umumnya
udah diserahin pas fit and proper test Bank Umum.
Kalo udah dapat izin usaha maka dalam waktu 60 hari harus segera jalan dan paling
lambat 10 hari sejak tanggal jalan kegiatan usaha sudah harus dilaporkan ke BI.

2. Likuidasi Bank

a. Pengertian likuidasi bank


Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga Penjamin
Simpanan Nomor 1/PLPS/2011 adalah tindakan penyelesaian seluruh asset dan
kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum
bank.
Likuidasi bank merupakan tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank
sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Jadi likuidasi
bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank, tetapi
berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang
dicabut izin usahanya.
Bank dikatakan likuid apabila :
1) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya.
2) Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari yang tersebut diatas, tetapi
yang bersangkutan juga memiliki asset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang
dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melalui
berbagai bentuk hutang.
b. Dasar Hukum Likuidasi Bank
1) Ketentuan likuidasi menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yaitu terdapat
dalam:
a) Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa “Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan
tindakan agar:
I. Pemegang saham menambah modal;
II. Pemegang saham mengganti .Dewan Komisaris dan atau Direksi bank;
III. Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya;
IV. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
V. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban;
VI. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada
pihak lain;
VII. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
b) Pasal 37 ayat (2) yang menyatakan bahwa dalam hal suatu bank mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, apabila :
I. Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum cukup untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi bank, dan/atau,
II. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan
sistem perbankan, pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank
dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum bank dan
membentuk tim likuidasi.
c) Pasal 37 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal direksi bank tidak
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk
mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan
tim likuidasi, dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Ketentuan likuidasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, tanggal 3
Mei 1999 tentang Pencabutan izin usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank,
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, pencabutan izin usaha bank dilakukan
oleh Pimpinan Bank Indonesia apabila :
a) Pasal 3 ayat (2) huruf b dan Pasal 4 ayat (1) Pasal 3 ayat (2) huruf b menyatakan
bahwa apabila :
I. Tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) belum cukup untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi bank, dan/atau,
II. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan
sistem perbankan, Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank
dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham.
b) Pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan likuidasi bank oleh Bank
Indonesia ditetapkan dan diserahkan kepada Badan Khusus yang bersifat
sementara dalam rangka penyehatan perbankan berdasarkan ketentuan Pasal 37 A
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tetap mengikuti
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
c) Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal para pemegang saham akan
membubarkan badan hukum bank atas keinginan sendiri, pembubaran tersebut
hanya dapat dilakukan setelah pencabutan izin usaha oleh Bank Indonesia.
3) Ketentuan likuidasi menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha,
Pembubaran dan Likuidasi Bank umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 32/54/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin
Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Perkreditan Rakyat :
1) Pasal 2 dari kedua Surat Keputusan tersebut menyatakan bahwa pencabutan izin
usaha Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dilakukan oleh Direksi Bank
Indonesia apabila :
a) Tindakan penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum cukup untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat; dan/atau
b) Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu Bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat dapat membahayakan sistem perbankan; ata
c) Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat.
2) Pasal 3 dari surat keputusan tersebut di atas menyebutkan bahwa pencabutan izin
usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dilakukan oleh
direksi Bank Indonesia berdasarkan alasan tindakan penyelamatan belum cukup
mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh Bank atau membahayakan sistem
perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a atau huruf b.
a) Terdapat permintaan kantor pusat bank yang berkedudukan di luar negeri;
atau
b) Izin usaha kantor pusat bank yang berkedudukan di luar negeri dicabut
dan/atau kantor pusat dimaksud dilikuidasi oleh otoritas yang berwenang di
negara setempat.

Ketentuan mengenai likuidasi diatur pula di dalam :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral sebagaimana telah


diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2009;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang
Nomor 3 Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang- Undang Nomor
7 Tahun 2009;
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan
dan Penetapan Status Bank sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/38/PBI/2005;
4. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2005 tentang Likuidasi
Bank, yang kemudian diganti dan disempurnakan dengan Peraturan Lembaga
Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2008 tentang Likuidasi Bank;

E. Kegiatan Usaha Bank

1. Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional


a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang.
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan
dan atas perintah nasabahnya.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah.
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkandana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak.
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnyadalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lainberdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang tentang Perbankan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
n. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh BI.
o. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang
keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi,
serta lembaga kliring Ketentuan Perbankan Saat Ini 101 penyelesaian dan
penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
p. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh BI.
q. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundangundangan dana pensiun yang berlaku.
2. Kegiatan Usaha Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
a. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuksimpanan dan
investasi, antara lain : Giro berdasarkan pinsip wadi’ah,Tabungan berdasarkan
prinsip wadi’ah dan atau mudharabah, Deposito berjangka berdasarkan prinsip
mudharabah.
b. Menyalurkan dana melalui: Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi:
murabahah, istishna, salam.
c. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain: mudharabah,musyarakah.
d. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain: ijarah, ijarah muntahiya
bittamlik.
e. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh.
f. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain:
wakalah, hawalah, kafalah, rahn.
g. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri suratsuratberharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction)
berdasarkan Prinsip Syariah; 102 BANK BERSUBSIDI BEBANI RAKYAT.
h. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
Pemerintah dan/atau BI.
i. Menerbitkan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah.
j. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan
Prinsip Syariah.
k. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah.
l. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-suratberharga
berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.
m. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan
pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.
n. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan PrinsipSyariah.
o. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan Prinsip Syariah.
p. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan Prinsip Syariah.
q. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah.
r. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh
Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
s. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf.
t. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang
keuangan berdasarkan Prinsip Syariah seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan.
u. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan Prinsip Syariah
untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank
Indonesia; dan Ketentuan Perbankan Saat Ini 103.
v. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan
Prinsip Syariah sesuai ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang
berlaku.
w. Bank Syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai penerima
dana sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah dan
menyalurkannya sesuai Syariah atas nama Bank atau lembaga amil zakat yang
ditunjuk oleh pemerintah.
3. Kegiatan Usaha BPR Konvensional
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain
4. Kegiatan Usaha BPR Syariah
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain: Tabungan
berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; dan atau
c. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadi’ah atau mudharabah.
d. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain:
e. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip: murabahah, istishna, dan atau salam;
f. Transaksi sewa menyewa dengan prinsip ijarah
g. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: mudharabah, dan atau musyarakah;
h. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang
Perbankan dan Prinsip Syariah.

F. Aspek Hukum Perkreditan

Kredit merupakan perjanjian antara debitur dan kreditur di mana hak dan kewajibannya termuat
dalam perjanjian tersebut dan dikenal dengan perjanjian utang piutang, dimana terdapat unsur-
unsur di dalamnya sebagai berikut :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa kredit tersebut akan dibayar
kembali oleh sipenerima kredit dalam jangka waktu tertentu yang telah diperjanjikan.
2. Waktu, yaitu bahwa pemberian kredit dengan pembayaran kembali tidak dilakukan pada
waktu yang bersamaan melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu.
3. Risiko, yaitu bahwa setiap pemberian kredit mempunyai risiko akibat adanya jangka
waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan pembayaran kembali. Semakin
panjang jangka waktu pemberian kredit semakin tinggi resiko kredit tersebut.
4. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat
berbentuk barang dan jasa. Namun dalam obyek kredit yang menyangkut uanglah yang
sering dijumpai dalam praktek perkreditan.

Kredit dapat dibedakan menurut kriteria lembaga pemberi dan penerima kredit yang menyangkut
struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit terdiri dari:

1. Kredit Perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau konsumsi. Kredit
ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada dunia usaha untuk ikut
membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu
untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.
2. Kredit Likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang
beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai
perkreditannya.
3. Kredit Langsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah
atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada
Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan barang.

G. Aspek Hukum Perbankan Syariah

Perkembangan bisnis syariah di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan bisnis syariah pada
masyarakat negara-negara Islam di dunia. Tentu kenyataan tersebut berpengaruh terhadap hiruk-
pikuk perbankan syariah. Prinsip-prinsip dasar ekonomi syariah yang selama ini kita kenal
melalui bank syariah adalah nilai-nilai etika dan norma ekonomi yang universal dan
komprehensif. Keuniversalan itu sengaja diberikan pada umat untuk memberikan kesempatan
agar ber-inovasi (ijtihad) dan berkreasi (jihad) dalam mengatur sistem ekonominya dengan syarat
tidak keluar dari kerangka umumnya. Dengan demikian sistem ekonomi Islam akan valid dan
cocok untuk setiap perubahan waktu dan perbedaan tempat dan umat Islam mampu memerankan
fungsinya sebagai kholifah di muka bumi ini.

1. Aspek Filosofis Undang-undang Perbankan Syariah


Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UUPS),
keberadaannya sesungguhnya merupakan tuntutan untuk memenuhi ketentuan Pasal 49
Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama, khususnya perubahan
lembaga peradilan agama menyangkut (kompetensi) yang harus diemban oleh peradilan
agama dalam memenuhi amanat Undang-undang. Apabila dirunut dari aspek historis
eksistensi Peradilan Agama sudah ada sejak zaman penjajah sampai kemerdekaan, hingga
sekarang reformasi tidak dipersoalkan lagi, hanya saja yang menjadi persoalan mengapa
kewenangan pengadilan agama yang telah mempunyai status sama kedudukannya dengan
peradilan yang lain, namun kompetensi mengadili perkara bagi orang Islam belum semua
dapat dilaksanakan oleh Peradilan Agama, artinya masih terjadi tarik menarik dengan
peradilan yang lain, padahal masing-masing telah mempunyai kompetensi sendiri-sendiri.
2. Aspek Yuridis Perbankan Syariah
Peradilan Agama, secara yuridis normatif merupakan amanat konstitusi Undang-undang
NKRI 1945 Pasal 24, Pasal 25, yang konkritisasi formalitasnya Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 dan dipayungi oleh Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Undang-undang perbankan syariah, jika diteropong dari aspek
yuridis merupakan hukum yang baik, karena hukum yang baik adalah hukum yang
mempunyai kekuatan yuridis yang memberikan kepastian hukum. Dalam rangka
mewujudkan kepastian hukum unsur penegakan hukum dari Friedman (substansi,struktur
dan kultur) penekanan unsur manusia merupakan pelaku utama dalam segala kegiatan
untuk mewujudkan keadilan.

H. Apsek Hukum Kebanksentralan ( Bank Indonesia )

Bank Indonesia adalah bank sentral RI sesuai Pasal 23D UUD Negara Republik Indonesia dan
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1999 Bank Indonesia. Sebelum dinasionalisasi sesuai
Undang - Undang Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli 1953, bank ini bernama De Javasche Bank
(DJB) yang didirikan berdasarkan Oktroi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai bank
sentral, BI mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua dimensi, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa domestik (inflasi), serta kestabilan terhadap mata uang negara lain (kurs).

Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga tugas ini adalah:

 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;


 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; serta
 Mengatur dan mengawasi perbankan (tugas ini masih berlaku pasca-UU OJK namun
difokuskan pada aspek makroprudensial dalam rangka menjaga stabilitas sistem
keuangan di Indonesia).

Ketiga tugas tersebut dijalankan secara terintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan
mengawasi perbankan secara mikroprudensial dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas
BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek
makroprudensial sistem perbankan.

BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur yang diketuai
oleh seorang Gubernur Bank Indonesia. Sejak 24 Mei 2018, Perry Warjiyo menjabat sebagai
Gubernur BI menggantikan Agus Martowardojo.

Pendirian Bank Indonesia didahului oleh proses nasionalisasi De Javasche Bank NV (DJB) yang
dilakukan pada Desember 1951 berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 1951
Tentang Nasionalisasi De Javasche Bank NV. Setelah DJB dinasionalisasi, Republik Indonesia
mendirikan Bank Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 Tentang
Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia yang disahkan pada 19 Mei 1953,
diumumkan 2 Juni 1953, dan mulai berlaku pada 1 Juli 1953. Tanggal berlakunya UU tersebut
diperingati juga sebagai hari lahir Bank Indonesia. Selain itu, di dalam UU tersebut dinyatakan
bahwa Bank Indonesia didirikan untuk bertindak sebagai bank sentral Indonesia.

Dalam perjalanannya, peran bank Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan dinamika
ekonomi, sosial dan politik baik nasional maupun global. Sejalan dengan itu, UU yang menjadi
dasar hukum eksistensi Bank Indonesia mengalami pergantian dan penyempurnaan. UU saat ini
yang menjadi dasar hukum Bank Indonesia adalah UU Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia (yang telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, terakhir dengan UU No. 6
Tahun 2009).

Tidak hanya pada tataran UU, perubahan mendasar juga terjadi pada tataran konstitusional.
Amandemen Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), menyisipkan satu pasal baru, 23D, yang berbunyi, " Negara memiliki suatu bank sentral
yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan
Undang-Undang."

Anda mungkin juga menyukai