NIM : 1816050011
Hukum Perbankan
1. Pengertian Bank
Bank secara harfiah berasal dari bahasa italia, yakni Banco yang artinya bangku. Bangku sendiri
merujuk pada meja yang yang digunakan oleh para banker untuk melakukan kegiatan
operasional melayani masyarakat atau nasabah. Istilah bangku pun semakin berkembang menjadi
Bank.
Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 2),
menyebutkan bahwa bank adalah sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dengan tujuan untuk meningkatkan taraf
hidup orang banyak.
Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (pasal 1 ayat 3) menjelaskan,
definisi bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan-kegiatan konvensional
maupun secara syariah dalam kegiatannya memberikan jasa keuangan dalam lalu lintas
pembayaran.
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 dijelaskan bank adalah suatu lembaga
yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran.
2. Sejarah Bank
Pendirian bank pertama kali berbentuk seperti firma pada umumnya di tahun 1690, ketika
kerajaan Inggris ingin merencanakan pembangunan kembali armada lautnya agar dapat bersaing
dengan armada laut Perancis. Saat itu pemerintahan Inggris tidak mampu mendanainya.
Kemudian gagasan dari William Patterson direalisasikan oleh Charles Montagu untuk
membentuk lembaga intermediasi keuangan yang akhirnya dapat membantu memenuhi
kebutuhan pendanaan tersebut dalam waktu hanya 12 hari. Pada saat itu sebelum Inggris ada
beberapa bank yang sudah terkenal di Eropa seperti Bank of Venesia pada 1171, Bank of Genoa
dan Bank of Barcelona pada 1320.
Sejarah terbentuknya bank dimulai pada zaman kerajaan lampau di Eropa, dan berkembang ke
Asia Barat dibawa oleh para pedagang, juga Afrika dan Amerika yang terjadi pada saat bangsa
Eropa melakukan penjajahan kepada negara – negara di ketiga benua ini. Dapat ditelusuri dalam
sejarah terbentuknya bank dimulai dari kegiatan penukaran uang sehingga bank dapat diartikan
sebagai ‘meja tempat penukaran uang’. Pada masa kerajaan, proses penukaran uang dilakukan
antara kerajaan yang satu dengan lainnya. Sekarang kegiatan ini dikenal dengan nama Pedagang
Valuta Asing (Money Changer). Kemudian kegiatan perbankan kembali berkembang menjadi
tempat penitipan uang atau kegiatan simpanan uang, peminjaman uang, dimana uang yang
disimpan masyarakat dipinjamkan kembali kepada masyarakat lain yang membutuhkan oleh
perbankan.
B. Pengaturan Perbankan
1. Untuk tujuan moneter, pengaturan perbankan diarahkan untuk tujuan moneter, ditujukan
untuk mendorong stabilitas moneter di Indonesia.
2. Untuk tujuan pengawasan terhadap industri perbankan.
3. Untuk tujuan pembangunan.
a) Bank Sentral
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang bertanggung
jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Fungsi dan peran bank sentral
berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem
finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh
Bank Indonesia (BI).
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan
mengawasi perbankan di Indonesia.
Tugas Bank Indonesia
Melaksanakan dan menetap kebijakan moneter.
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Mengatur dan mengawasi kinerja bank-bank.
b) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
Tugas Bank Umum
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.
Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.
Menerbitkan uang melalui pembayaran kredit dan investasi.
Menawarkan jasa-jasa keuangan seperti kartu kredit, cek perjalanan, ATM, transfer
uang antar bank, dan lain sebagainya.
Menyediakan fasilitas untuk perdagangan antar negara/internasional.
Melayani penyimpanan barang berharga.
c) Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan BPR ini jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Hal
ini dikarenakan BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian
seperti yang dilakukan pada jenis bank secara umum.
Tugas Bank Perkreditan Rakyat
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
a) Bank Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia.
Contoh Bank Pemerintah
Bank Mandiri
Bank Negara Indonesia
Bank Rakyat Indonesia
Bank Tabungan Negara
b) Bank Swasta Nasional
Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian keuntungannya juga untuk
swasta nasional. Bank swasta dibedakan menjadi dua, yaitu bank swasta nasional devisa
dan bank swasta nasional nondevisa.
Contoh Bank Swasta Nasional
Bank Muamalat
Bank Central Asia
Bank Bumi Putra
Bank Danamon
Bank Duta
Bank Nusa Internasional
Bank Niaga
Bank Universal
Bank Mega
c) Bank Koperasi
Bank milik koperasi adalah jenis bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Bank ini menerapkan asas-asas dan prinsip
koperasi pada umumnya.
Contoh Bank Koperasi: Bank Umum Koperasi Indonesia
d) Bank Campuran
Bank campuran adalah jenis bank yang kepemilikan sahamnya bercampur antara pihak
asing dan pihak swasta nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh warga
negara Indonesia, namun sebagian juga dimiliki oleh pihak asing.
Contoh Bank Campuran
Bank ANZ Indonesia
Bank Commonwealth
Bank Agris
Bank BNP Paribas Indonesia
Bank Capital Indonesia
Bank Chinatrust Indonesia
Bank DBS Indonesia
Bank Mizuho Indonesia
Bank Rabobank International Indonesia
Bank Resona Perdania
Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
Bank Windu Kentjana International
e) Bank Asing
Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing
atau pemerintahan negara asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri secara
utuh.
Contoh Bank Asing
Bank of America
Bangkok Bank
Bank of China
Citibank
Deutsche Bank
HSBC
JPMorgan Chase
Standard Chartered
The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ
a. Bank Devisa
Bank devisa dalah jenis bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral.
b. Bank Non-Devisa
Bank non-devisa adalah jenis bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan
kegiatan transaksi layaknya bank devisa. Jadi bank non-devisa hanya melakukan
kegiatan transaksi hanya dalam batas-batas wilayah negara yang terbatas.
a) Unit Banking
Unit banking merupakan jenis bank yang hanya memiliki satu organisasi dan tidak
memiliki cabang di daerah lain. Artinya hanya ada satu bank saja yang berdiri sendiri
tanpa cabang lainnya.
b) Branch Banking
Branch banking merupakan jenis bank yang memiliki cabang-cabang di daerah lain. Bank
jenis ini memiliki berbagai unit yang tersebar di beberapa daerah lain untuk menunjang
dan memperluas kegiatan operasionalnya.
c) Correspondency Banking
Correspondency banking merupakan jenis bank yang dapat melakukan kegiatan
pemeriksaan dokumen ekspor-impor dan kegiatan utamanya dilakukan di luar negeri.
1. Pendirian Bank
2. Likuidasi Bank
Kredit merupakan perjanjian antara debitur dan kreditur di mana hak dan kewajibannya termuat
dalam perjanjian tersebut dan dikenal dengan perjanjian utang piutang, dimana terdapat unsur-
unsur di dalamnya sebagai berikut :
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa kredit tersebut akan dibayar
kembali oleh sipenerima kredit dalam jangka waktu tertentu yang telah diperjanjikan.
2. Waktu, yaitu bahwa pemberian kredit dengan pembayaran kembali tidak dilakukan pada
waktu yang bersamaan melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu.
3. Risiko, yaitu bahwa setiap pemberian kredit mempunyai risiko akibat adanya jangka
waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan pembayaran kembali. Semakin
panjang jangka waktu pemberian kredit semakin tinggi resiko kredit tersebut.
4. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat
berbentuk barang dan jasa. Namun dalam obyek kredit yang menyangkut uanglah yang
sering dijumpai dalam praktek perkreditan.
Kredit dapat dibedakan menurut kriteria lembaga pemberi dan penerima kredit yang menyangkut
struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit terdiri dari:
1. Kredit Perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan atau konsumsi. Kredit
ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada dunia usaha untuk ikut
membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu
untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.
2. Kredit Likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang
beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai
perkreditannya.
3. Kredit Langsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah
atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada
Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan barang.
Perkembangan bisnis syariah di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan bisnis syariah pada
masyarakat negara-negara Islam di dunia. Tentu kenyataan tersebut berpengaruh terhadap hiruk-
pikuk perbankan syariah. Prinsip-prinsip dasar ekonomi syariah yang selama ini kita kenal
melalui bank syariah adalah nilai-nilai etika dan norma ekonomi yang universal dan
komprehensif. Keuniversalan itu sengaja diberikan pada umat untuk memberikan kesempatan
agar ber-inovasi (ijtihad) dan berkreasi (jihad) dalam mengatur sistem ekonominya dengan syarat
tidak keluar dari kerangka umumnya. Dengan demikian sistem ekonomi Islam akan valid dan
cocok untuk setiap perubahan waktu dan perbedaan tempat dan umat Islam mampu memerankan
fungsinya sebagai kholifah di muka bumi ini.
Bank Indonesia adalah bank sentral RI sesuai Pasal 23D UUD Negara Republik Indonesia dan
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1999 Bank Indonesia. Sebelum dinasionalisasi sesuai
Undang - Undang Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli 1953, bank ini bernama De Javasche Bank
(DJB) yang didirikan berdasarkan Oktroi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai bank
sentral, BI mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua dimensi, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa domestik (inflasi), serta kestabilan terhadap mata uang negara lain (kurs).
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga tugas ini adalah:
Ketiga tugas tersebut dijalankan secara terintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan
mengawasi perbankan secara mikroprudensial dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas
BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek
makroprudensial sistem perbankan.
BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur yang diketuai
oleh seorang Gubernur Bank Indonesia. Sejak 24 Mei 2018, Perry Warjiyo menjabat sebagai
Gubernur BI menggantikan Agus Martowardojo.
Pendirian Bank Indonesia didahului oleh proses nasionalisasi De Javasche Bank NV (DJB) yang
dilakukan pada Desember 1951 berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 1951
Tentang Nasionalisasi De Javasche Bank NV. Setelah DJB dinasionalisasi, Republik Indonesia
mendirikan Bank Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 Tentang
Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia yang disahkan pada 19 Mei 1953,
diumumkan 2 Juni 1953, dan mulai berlaku pada 1 Juli 1953. Tanggal berlakunya UU tersebut
diperingati juga sebagai hari lahir Bank Indonesia. Selain itu, di dalam UU tersebut dinyatakan
bahwa Bank Indonesia didirikan untuk bertindak sebagai bank sentral Indonesia.
Dalam perjalanannya, peran bank Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan dinamika
ekonomi, sosial dan politik baik nasional maupun global. Sejalan dengan itu, UU yang menjadi
dasar hukum eksistensi Bank Indonesia mengalami pergantian dan penyempurnaan. UU saat ini
yang menjadi dasar hukum Bank Indonesia adalah UU Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia (yang telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, terakhir dengan UU No. 6
Tahun 2009).
Tidak hanya pada tataran UU, perubahan mendasar juga terjadi pada tataran konstitusional.
Amandemen Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), menyisipkan satu pasal baru, 23D, yang berbunyi, " Negara memiliki suatu bank sentral
yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan
Undang-Undang."