Oleh:
Gary Riantomo
101316115
1
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA
PRAKTIK
MENYETUJUI,
NIP 116158
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, saya ucapkan terima kasih atas bantuan Nya
dalam pembuatan laporan dengan judul "Decline Curve Analysis Untuk Kinerja Reservoir
Zona F-20 (Lower) Tanggulangin" yang dilaksanakan di Minarak Brantas Gas, Inc. dapat
terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian kegiatan kerja praktik ini dan khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Astra Agus Pramana DN., S.Si., M.Sc selaku ketua prodi Teknik
Perminyakan Universitas Pertamina.
3. Bapak Iwan Setia Budi, M.T. selaku dosen pembimbing penulis untuk
kegiatan kerja praktik.
5. Aris Prabowo selaku Field Engineer yang telah menjadi pembimbing lapangan
selama kegiatan KP dan dalam pengerjaan laporan.
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan ataupun isi dari laporan,
kritik dan saran dapat membantu penyusunan laporan yang berikutnya lebih baik lagi.
Demikian penulis menyampaikan terima kasih atas waktunya untuk membaca laporan kerja
praktik ini.
Penulis
Gary Riantomo
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. vi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1.2 TUJUAN………………………………………………………………………….. 2
1.3 TEMPAT…………………………………………………………………………. 2
1.4 WAKTU………………………………………………………………………….. 2
iii
5.1 Initial Gas In Place (IGIP)………………………………………………………18
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 24
6.2 Saran…………………………………………………………………………... 24
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I PENDAHULUAN
Kegiatan kerja praktik merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh
mahasiswa.Mahasiswa diharapkan dapat beradaptasi terhadap situasi dunia kerja, memiliki jiwa
professional dalam pekerjaan sesuai dengan bidang yang telah diambil, dapat menerapkan ilmu
yang telah dipelajari selama perkuliahan untuk digunakan dalam dunia kerja
Dalam teknik perminyakan, salah satu bidang yang dipelajari yaitu kegiatan produksi.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan penting dalam mengalirkan minyak/gas bumi dari
dalam sumur menuju ke permukaan. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam bidang
perminyakan adalah memprediksi kinerja suatu sumur produksi di masa yang akan datang.
Kegiatan memprediksi kinerja sumur sangatlah penting karena untuk memperkirakan kapan
sumur sudah tidak ekonomis . Beberapa metode untuk melakukan prediksi kinerja sumur telah
dikembangkan seperti material balance, decline curve analysis, volumetric calculation,
simulasi reservoir. Namun, untuk pengerjaan kegiatan kerja praktik ini menggunakan metode
decline curve analysis.
Decline curve analysis (DCA) adalah suatu metode untuk menganalisis penurunan laju
produksi dan memprediksi kinerja suatu reservoir di masa yang akan datang. Metode ini
diperkenalkan pertama kali oleh J. J. Arps pada tahun 1945 yang kemudian berkembang hingga
sekarang. Prinsip metode DCA adalah menggunakan data produksi sumur yang sudah berjalan
dengan asumsi bahwa kinerja sumur tersebut akan mengikuti trend produksi sebelumnya. Dapat
juga digunakan untuk mencari trend dari sumur lain pada lapangan yang sama atau memiliki
karakteristik reservoir yang mirip (biasanya untuk sumur atau lapangan yang baru). Dengan
mengetahui data peramalan produksi dapat memperkirakan usia reservoir dari laju produksi
ekonomis suatu sumur (economic limit rate), perkiraan jumlah gas yang dapat diproduksi
(Estimate Ultimate Recovery).
Minarak Brantas Gas, Inc. merupakan salah satu perusahan yang bergerak di bidang
migas. Sejak pengambil alihan blok brantas pada tahun 1966 sudah banyak melakukan kegiatan
dan pengembangan lapangan sampai sekarang. Sebagai perusahaan yang sudah bergerak lama
dan berpengalaman di bidang migas, oleh karena itu, Minarak Brantas Gas, Inc. dipilih sebagai
tempat pelaksanaan kerja praktik
1.2 Tujuan
1. Dapat memperkirakan cadangan gas (IGIP) pada reservoir zona F-20 (lower) Tanggulangin.
2. Dapat mengidentifikasi penurunan laju produksi menggunakan Decline Curve Analysis pada
sumur reservoir zona F-20 (lower) Tanggulangin.
3. Dapat meramalkan laju produksi sumur pada reservoir zona F-20 (lower) Tanggulangin
menggunakan Decline Curve Analysis.
1.3 Tempat
1.4 Waktu
Waktu pelaksanaan kerja praktik dilaksanakan selama 01 Juli 2019 sampai 31 Juli 2019.
BAB II PROFIL INSTANSI
Pada tahun 1990 HUFFCO menandatangani Production Sharing Contract (PSC) Blok
Brantas pada tahun 1990 untuk jangka waktu 30 tahun. Pada tahun 1996 Blok Brantas
dipegang oleh HUFFCO diambiloleh Lapindo Brantas, Inc (LBI). LBI merupakan perusahaan
swasta pertama di Indonesia yang memproduksi gas di Lapangan Wunut sejak bulan Januari
1999. Pada tahun 2004 LBI bergabung dengan PT Energi Mega Persada (EMP), lalu pada
tanggal 01 Juli 2007 Minarak Labuan Co Ltd.(MLC) mengambil alih LBI dari EMP. Pada
tahun 2019 Lapindo Brantas Inc. Resmi berubah nama menjadi Minarak Brantas Gas,
Inc(MBGI).
Blok Brantas berlokasi di Provinsi Jawa Timur berdekatan dengan beragam daerah
industri yang membutuhkan banyak energi seperti petrokimia, pembangkit listrik dan perkotaan
di Provinsi Jawa Timur. Blok Brantas terbagi dalam 5 area yang potensial, terdiri dari 2 area
onshore dan 3 area Off shore yang memiliki cadangan potensial dan prospektif sumber daya.
Lapangan Tanggulangin sebagai salah satu area di Blok Brantas yang menghasilkan
gas. Lapangan Tanggulangin saat ini memiliki 15 sumur yang diantara nya masih berproduski
sejumlah 6 sumur, 6 sumur yang sudah tidak berproduksi (shut in well), dan 3 sisanya masih
dalam tahap pengeboran dan pengembangan. Berikut data sumur Tanggulangin:
No Well Status
1 TGA 1 LS Shut in
2 TGA 1 SS Production
3 TGA 2 LS Shut in
4 TGA 2 SS Shut in
5 TGA 3 Production
6 TGA 4 LS Shut in
7 TGA 4 SS Shut in
8 TGA 5 Production
9 TGA 6 LS Shut in
10 TGA 6 SS Production
11 TGA 7 LS Drilling / Development
12 TGA 7 SS Drilling / Development
13 TGA 10 LS Production
14 TGA 10 SS Production
15 TGA 12 Drilling / Development
Pada saat ini, produksi gas dari area lapangan Tanggulangin akan dijual kepada PT.
Indogas Kriya Dwiguna (Indogas) yang telah menjalankan kontrak sejak bulan April 2008.
Beberapa perusahaan lain yang juga melakukan kontrak penjualan gas dengan MBGI adalah
Banten Gas, City Gas, PJU dan Jargas. Berikut skema proses fasilitias permukaan
Tanggulangin:
Pada tahun 2005, MBGI telah meraih peringkat PROPER BIRU dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan mencatat 2.980.000 jam kerja tanpa kecelakaan kerja. Hal tersebut
merupakan bahwa MBGI selalu menerapkan standar Kesehatan, Keselamatan Kerja &
Lingkungan Hidup (K3L) yang tinggi dalam setiap operasi. Pada tahun 2009, MBGI juga
menerima Zero Accident Award yang diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Timur.
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Kegiatan kerja praktik di MBGI penulis ditempatkan di lapangan gas Wunut. sebelum
memulai kegiatan mengikuti health and safety induction untuk pengenalan keamanan jika
sedang berada di lapangan terjadi kecelakaan kerja dan mencegah hal - hal yang tidak
diinginkan. Kegiatan rutin kerja praktik dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul
16.00 WIB dengan meeting pagi sebelum memulai kegiatan.
Pada hari ke-5 kerja praktik penulis dipindahkan ke lapangan gas Tanggulangin sampai
akhir kegiatan kerja praktik. Kegiatan rutin sama seperti di lapangan gas Wunut dimulai dari
pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan meeting pagi sebelum memulai
kegiatan. Kegiatan yang dilakukan adalah observasi kegiatan yang dilakukan lapangan, survei
ke lapangan, pengerjaan topik KP. Perkunjungan ke salah satu sumur yang baru dilakukan
kegiatan pengeboran di lapangan Tanggulangin, yaitu sumur TGA
7
Pada kegiatan kerja praktik di MBGI penulis mengambil tema peramalan kinerja
rervoir menggunakan decline curve analysis. Objek analisa yang digunakan adalah zona
reservoir yang masih aktif di lapangan Tanggulangin, yaitu zona F-20 (lower).
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan data produksi sumur untuk zona F-20 (lower)
dan data Plan of Development (POD) untuk data reservoir.
2. Langkah kedua adalah menentukan nilai Initial Gas In Place (IGIP) untuk mengetahui
besarnya cadangan gas menggunakan metode volumetric.
3. Langkah ketiga adalah menentukan rentang waktu produksi pada masing – masing
sumur di zona F-20 yang memenuhi syarat DCA.
4. Langkah keempat adalah mencari nilai penurunan produksi dengan metode Loss Ratio
dan metode X2 Chisquare untuk masing – masing sumur di zona F-20.
5. Langkah kelima adalah menentukan economic limit rate untuk mengetahui batas waktu
forecasting.
6. Langkah keenam adalah melakukan peramalan laju produksi pada masing – masing
sumur menggunakan DCA sampai waktu laju produksi sumur ekonomis.
7. Langkah ketujuh adalah menentukan nilai Estimated Ultimate Recovery (EUR) dan
Recovery Factor (RF) untuk zona F-20 (lower)
Berikut flow chart kegiatan yang dilakukan:
Hasil Pengalaman yang didapatkan dari kegiatan kerja praktik ini adalah bagamana kondisi
lingkungan kerja di lapangan, mengetahui proses produksi gas dan pemrosesan di fasilitas permukaan
sebelum dijual, dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan untuk
penyelasian kerja topic kerja praktik, mendapatkan pengalaman bagaimana proses pengeboran pada
sumur yang baru dikembangkan.
Tujuan dari kegiatan kerja praktik ini adalah peramalan kinerja reservoir zona F-20
Tanggulangin menggunakan DCA. Zona F-20(lower) mulai diproduksikan dengan sumur
TGA 5 sejak tahun 2009 dan pada tahun 2019 ada penambahan sumur TGA 10 LS untuk
reservoir zona F-20 (lower). Jadi, untuk zona F-20 (lower) akan dianalisa DCA melalui sumur
TGA 5 dan TGA 10 LS . Karena ada penambahan sumur maka akan ada sedikit modifikasi
dalam melakukan analisa DCA.
Penentuan harga IGIP dengan metode volumetrik didapatkan dari data Plan Of
Development (POD) untuk lapangan Tanggulangin pada tahun 2009 sebesar 3,71 BSCF.
Untuk laju produksi sumur TGA 5 dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Grafik produksi sumur TGA 5
Data produksi sumur TGA 5 dimulai sejak zona F-20 (lower) mulai diproduksikan dari bulan
Juli 2009 – Juli 2019. Pada awal produksi pada bulan Juli 2009 – Desember 2010 banyak
terjadi shut in sehingga produksi saat itu sangatlah kecil. Pada tahun 2011 produksi mengalami
kenaikan yang kemudian turun kembali pada pertengahan tahun 2012. Produksi mengalami
kenaikan dan penurunan selama tahun 2013 – 2017. Pada bulan Juli 2017 produksi mengalami
peningkatan yang signifikan sampai bulan Mei 2018 sebagai puncaknya, setelah itu mengalami
penrunan sampai sekarang Juli 2019. Selama rentang waktu produksi tersebut sumur TGA 5
telah memproduksikan gas dengan kumulatif gas sebesar 3132.1 MMSCF
Untuk produksi sumur TGA 10 LS dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:
Data produksi sumur TGA 10 LS dimulai sejak dibuka baru untuk produksi zona F-20 (lower)
pada bulan Januari 20019 – Juli 2019. Pada awal produksi cukup tinggi di bulan Januari dengan
rate sebesar 52,78 MMSCF dan bulan Februari rate sebesar 54,74 MMSCF yang kemudian
mengalami penurunan pada Maret 2019 dengan rate sebesar 30,82 MMSCF. Pada bulan April
2019 mengalami kenaikan rate menjadi 35,03 MMSCF yang kemudian turun sampai sekarang
Juli 2019. Selama rentang waktu produksi tersebut sumur TGA 5 telah memproduksikan gas
dengan kumulatif gas sebesar 257.43 MMSCF.
4.3 Penentuan Jenis Decline
Setelah mendapatkan laju produksi tiap sumur, lalu menentukan rentang waktu
produksi sebagai berikut:
Rentang waktu yang dipilih untuk sumur TGA 5 dan sumur TGA 10 LS sudah memenuhi
kondisi untuk analisa DCA sehingga dapat digunakan untuk analisa. Langkah selanjutnya
adalah analisa jenis decline menggunakan metode loss ratio dan X2 Chisquare dengan hasil
sebagai berikut:
Metode loss ratio mencari nilai decline exponent dari data laju produksi. Berikut hasil
metode loss ratio dapat dilihat dibawah ini:
TGA 5
t date Q dQ dt A da bn D
1 May-18 134,9944
2 Jun-18 94,0540 -40,9404 1 -3,29734 -0,30327
3 Jul-18 71,7840 -22,2700 1 -4,22335 -0,92601 0,926011 -0,23678
4 Aug-18 86,5554 14,7714 1 4,859662 9,083012 -9,08301 0,205776
5 Sep-18 89,5557 3,0003 1 28,84869 23,98903 -23,989 0,034664
6 Oct-18 85,9669 -3,5888 1 -24,9542 -53,8029 53,80291 -0,04007
7 Nov-18 82,7154 -3,2515 1 -26,4395 -1,48533 1,485329 -0,03782
8 Dec-18 88,9812 6,2658 1 13,20109 39,64063 -39,6406 0,075751
9 Jan-19 108,6026 19,6213 1 4,534925 -8,66616 8,666164 0,220511
10 Feb-19 80,0515 -28,5511 1 -3,8038 -8,33873 8,338725 -0,26289
11 Mar-19 84,5337 4,4822 1 17,85971 21,66351 -21,6635 0,055992
12 Apr-19 78,5197 -6,0140 1 -14,0561 -31,9158 31,91576 -0,07114
13 May-19 75,0412 -3,4785 1 -22,573 -8,51699 8,516991 -0,0443
14 Jun-19 74,7388 -0,3024 1 -248,164 -225,591 225,5912 -0,00403
15 Jul-19 36,5036 -38,2352 1 -1,95471 246,2095 -246,209 -0,51158
Σ bn -1,34263 -0,91921
b 0,103279 0,070708
Dari hasil tabel 4.1 untuk TGA 5 didapatkan nilai exponent decline (b) = 0,103279 dan
decline rate (D) = 0,070708. Nilai b yang didapatkan masih dalam batas nilai 0≤b≤1 sehingga
dapat digunakan untuk melakukan forecast. Untuk jenis decline termasuk dalam jenis
hyperbolic decline.
TGA 10 LS
t date Q dQ dt A da bn D
1 Feb-19 54.74375
2 Mar-19 30.82116 -23.9226 1 -2.28837 -0.43699
3 Apr-19 35.03864 4.2175 1 7.307945 9.596315 -9.59631 0.136837
4 May-19 34.28746 -0.7512 1 -46.645 -53.9529 53.95291 -0.02144
5 Jun-19 29.56616 -4.7213 1 -7.26229 39.38268 -39.3827 -0.1377
6 Jul-19 20.19374 -9.3724 1 -3.15459 4.107693 -4.10769 -0.317
Σ bn 0.866223 -0.77629
b 0.173245 0.155258
Dari hasil tabel 4.2 untuk TGA 10 LS didaptkan nilai exponent decline (b) = 0.173245 dan
decline rate (D) = 0.155258. Nilai b yang didapatkan masih dalam batas nilai 0≤b≤1 sehingga dapat
digunakan untuk melakukan forecast. Untuk jenis decline termasuk kedalam hyperbolic decline.
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat nilai X2 yang paling kecil ditunjukkan oleh nilai b = 0 dan
nilai paling besar oleh nilai b = 1. Jadi, dari hasil diatas dapat diartikan nilai b = 0 akan
memberikan nilai laju alir untuk peramalan (Qforecast) yang paling mendekati laju alir aktual
(Qaktual).
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat nilai X2 yang paling kecil ditunjukkan oleh nilai b = 0 dan
nilai paling besar oleh nilai b = 1. Jadi, dari hasil diatas dapat diartikan nilai b = 0 akan
memberikan nilai laju alir untuk peramalan (Qforecast) yang paling mendekati laju alir aktual
(Qaktual).
Untuk economic limit rate ditentukan batas laju produksi sebesar 0.5 MMSCF/Day
yang berarti batas laju produksi untuk satu bulan sebesar 15 MMSCF. Untuk nilai economic
limit rate diasumsikan kegiatan produksi berjalan tanpa ada masalah seperti produksi seperti
kebocoran pipa, masalah sand content, dll yang membuat adanya penambahan biaya.
Setelah mendapatkan nilai b dari metode loss ratio dan X2 chisquare lalu membuat
forecast untuk masing – masing sumur dengan hasil dibawah ini:
Dari grafik forecast diatas, untuk masing – masing grafik dibuat peramalan dengan 3
tipe decline untuk membandingkan hasil masing – masing decline. Pada Gambar 4.3 nilai Q
exponential menyentuh batas economic limit pada bulan Maret 2020, Q hyperbolic menyentuh
batas economic limit pada bulan Mei 2020, dan Q harmonic menyentuh batas economic limit
pada bulan Februari 2020. Pada Gambar 4.4 nilai Q untuk ketiga jenis decline menyentuh batas
economic limit pada bulan September 2019 dengan perbedaan nilai yang kecil pada masing –
masing tipe decline. Untuk tipe Hyperbolic memberikan hasil laju produksi forecast yang
optimistik sedangkan untuk tipe exponential dan harmonic memberikan hasil laju produksi
tidak terlalu optimistik.
Pada Gambar 4.5 Gp akumulasi untuk tipe exponential sebesar 3595.7268 MMSCF,
untuk tipe hyperbolic sebesar 3626.0356 MMSCF , untuk tipe harmonic sebesar 3561.0271
MMSCF. Untuk tipe Hyperbolic memberikan hasil Gp forecast yang optimistik sedangkan
untuk tipe exponential dan harmonic memberikan hasil Gp tidak terlalu optimistik.
Untuk nilai Estimate Ultimate Recovery (EUR) reservoir zona F-20 (lower)
menggunakan tipe decline harmonic karena memberikan hasil yang cukup realistis, yaitu
sebesar 3561.0271 MMSCF. Untuk nilai Recovery Factor (RF) reservoir zona F-20 (lower)
dengan tipe harmonic sebesar 95%. Untuk nilai Remaining Reserve (RR) reservoir zona F-20
(lower) menggunakan tipe decline harmonic didapatkan sebesar 171,4608 MMSCF.
Nilai Recovery Factor yang didapatkan terlalu bagus karena umumnya nilai RF untuk
gas berkisar 80% - 90%. Produksi aktual sudah memproduksi sebesar 85%, untuk Remaining
Reserve masih tersisa 10% berdasarkan hasil forecast. Hasil yang tinggi ini dapat dikarenakan
ketidakakuratan hasil perhitungan volumetrik dalam asumsi yang digunakan. Oleh karena itu
perlu dilakukan analisa ulang terhadap nilai IGIP zona F-20 untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Jika jumlah reserve masih tersedia dalam jumlah yang tinggi maka Untuk sumur
TGA 10 LS dapat dilakukan stimulasi untuk meningkatkan laju produksi karena mencapai
batas economic limit dalam waktu kurang lebih 2 bulan.
BAB V TINJAUAN TEORITIS
Initial Gas In Place adalah jumlah kandungan gas total dalam suatu reservoir. Untuk penentuan
harga IGIP salah satunya dapat menggunakan metode volumetrik, dengan persamaan sebagai
berikut:
䁛 䁛
弘 랐 ̝ 觸෴䁰晵脨 th [2]
Metode decline curve untuk peramalan produksi pada masa mendatang merupakan hal
penting dalam analisa ekonomi suatu lapangan. Metode ini digunakan untuk menghitung
jumlah cadangan minyak atau gas yang tersisa dari suatu reservoir yang telah berproduksi.[1]
Reservoir yang telah berproduksi dalam waktu tertentu akan mengalami penurunan laju
produksi. Dari penurunan laju produksi tersebut akan diketahui trend penurunannya yang
kemudian di analisis dengan decline curve. Asumsi yang digunakan dalam metode decline
curve adalah tidak ada perubahan dalam metode produksi, tidak ada kerusakan sumur, jumlah
sumur produksi tetap, tidak ada kerusakan alat produksi. Metode decline curve secara
sederhana prinsipnya adalah melakukan ekstrapolasi atau penarikan garis lurus (linear) pada
grafik plot-plot antara data rate produksi dengan waktu produksi ( q vs t).. Persamaan umum
decline curve yang dikenalkan oleh Arps:
̝ h 䁛 t
[4]
t
̝] ̝䁛 [4]
Persamaan kurva decline curve dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: exponential decline curve,
hyperbolic decline curve, harmonic decline curve.[2] Grafik antara (q vs t) dan (q vs Gp)
digunakan untuk pendekatan decline curve dapat dilihat pada Gambar 5.1 dibawah ini:
Gambar 5.1 Klasifikasi jenis decline curve
Dari Gambar 5.1 terlihat perbedaan bentuk grafik pada masing-masing jenis decline curve
ketika laju produksi (q) diplot versus waktu (t), laju produksi (q) diplot versus kumulatif
produksi (Gp) pada skala cartesian, semilog, dan log-log: [3]
Exponential Decline : Saat diplot q versus t pada skala semilog dan q versus Np
pada skala cartesian akan dihasilkan sebuah garis lurus dari grafik
Exponential Decline dicirikan dengan penurunan laju produksi yang konstan seperti
pada Gambar 5.1 untuk grafik semilog q versus t. Kurva exponential decline ini memiliki nilai
exponent decline sebesar nol (b=0). Untuk mendapatkan persamaan laju alir exponential
decline didapatkan dari pengintegralan persamaan Arps:
t
̝] ̝ 䁛 [2]
脨 ̝䁛
Akan didapatkan
䁛 ̝ 䁢敲 q = qi e-Dt [4]
弘R ̝ 脨 [4]
䁛
弘R ̝
䁛
弘R ̝ [4]
Hyperbolic decline dicirikan dengan bentuk grafik yang melengkung ke atas atau
kebawah. Dalam kasus hyperbolic harga exponent decline bernilai dari nol sampai satu (0<b<1).
Untuk mendapatkan persamaan laju alir hyperbolic decline dari pengintegralan persamaan Arps:
] ̝ ̝䁛
脨
̝ 䁛
̝ h 䁛䁛 t
[4]
Harga kumulatif produksi pada hyperbolic decline didapat dari mengintegrasikan persamaan
diatas.
脨 ̝ R̝ 脨 h 䁛䁛 t
䁛 䁛
弘R ̝ 䁛
䁛 䁛 [4]
Pada harmonic decline ini penurunan laju produksi persatuan waktu berbanding lurus
terhadap laju produksinya sendiri. Dalam kasus harmonic decline harga exponent decline
bernilai satu (b=1). Berikut langkah untuk mendapatkan persamaan laju alir harmonic decline
dari persamaan Arps:
䁛
̝o ̝䁛
䁛
̝o ̝䁛
脨 ̝䁛
̝ h 䁛䁛 [4]
Harga kumulatif produksi pada harmonic decline didapat dari mengintegrasikan persamaan
h 䁛
弘R ̝ 脨 ̝ 脨
弘R ̝ [4]
ln 䁛
Ekstrapolasi data dilakukan untuk melihat kecenderungan (trend) penurunan dari data
produksi untuk masa yang akan datang, dari data trend tersebut akan didapapatkan nilai
exponent decline untuk menentukan jenis decline dan peramalan produksi. Metode yang
digunakan ada 2 (dua), yaitu :
2. Metode X2 Chisquare
Metode loss ratio pertama dikembangkan oleh Arps J.J. (1944). Definisi loss ratio (a)
adalah laju produksi satu periode dibagi dengan kehilangan produksi selama periode tersebut.
Nilai loss ratio (a) merupakan invers dari nilai decline rate (D). Berikut langkah-langkah
pengerjaan loss ratio :
1.Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, qo, Δqo, a (loss ratio), ∆a, dan b (exponen
decline).
∆qn = q0 – q1
an = 䁛
䁛
Δan = a2 – a1
bn =
7. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 6 untuk menghitung data-data
selanjutnya.
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), qo actual, kemudian qo forecast serta D (rate
of decline) dengan berbagai harga b, dan terakhir X2 (selisih antara qo actual dengan qo
forecast).
2. Asumsikan harga b mulai 0 sampai 1 (b = 0 untuk exponential, b = 0,1- 0,9 untuk hyperbolic,
b = 1 untuk harmonic).
4. Hitung qo forecast untuk masing – masing nilai b.Untuk harga qi = harga qo actual, harga D
didapat dari langkah 3 dan harga dari t = ∆t.
5. Hitung X2 (selisih antara qo actual dengan qo forecast) dengan menggunakan rumus Chi-
Square Test untuk setiap harga dari b, seperti persamaan dibawah ini:
䁛h 䁛
̝ h
Keterangan :
6. Ulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 sampai langkah 5 untuk menghitung data-data
selanjutnya.
7. Tentukan Σ harga X2 yang paling kecil. Harga X2 yang paling kecil menunjukkan kurva yang
paling fit untuk mewakili titik-titik data yang sedang dianalisa.
Economic Limit Rate adalah batas laju produksi gas yang dihasilkan akan memberikan
keuntungan yang besarnya sama dengan biaya operasional produksi. Jadi, selisih dari harga gas
yang diproduksikan dengan biaya operasional produksi akan menentukan harga economic limit
rate.
ܽ R ݁ ݎ敲 䁢t 敲
ܿ 敲 ܿ䁢 ̝ 랐 敲 R 敲 ݁ ݎt ܿ
[3]
Ultimate Recovery (UR) adalah jumlah gas yang dapat diproduksikan sampai dengan
batas ekonomis. UR merupakan akumulasi kumulatif produksi gas yang sudah diproduksikan
(Gp) dengan kumulatif produksi gas forecasting (Gpforecast). Perhitungan Gpforecast dapat
menggunakan persamaan untuk masing – masing jenis decline.
Recovery Factor (RF) adalah perbandingan antara kumulatif gas yang dapat diproduksi
dengan nilai IGIP dengan persamaan:
R
h̝ 弘랐
脨脨 [3]
Remaining Reserve (RR) adalah jumlah cadangan gas yang dapat diambil atau belum
terproduksikan dengan persamaan berikut:
RR = EUR – Gp [3]
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa decline curve untuk reservoir zona F-20 (lower) dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Initial Gas In Place (IGIP) untuk reservoir zona F-20 (lower) sebesar 3,710
BSCF
2. Hasil forecast dengan tipe decline harmonic menunjukan perkiraan batas waktu
produksi bulan Februari 2020
3. Nilai Estimate Ultimate Recovery (EUR) untuk reservoir zona F-20 (lower) dari hasil
analisa dengan tipe decline harmonic didapatkan sebesar 3561.0271 MMSCF dan
Recovery Factor (RF) sebesar 95%
4. Nilai Remaining Reserve (RR) untuk reservoir zona F-20 (lower) dari hasil analisa
dengan tipe decline harmonic didapatkan sebesar 171,4608 MMSCF karena RF s
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa decline curve dan kesimpulan penulis mengajukan saran
yang dapat digunakan di lapangan Tanggulangin:
1. Analisa decline curve dengan metode Loss Ratio dan X2 Chisquare dapat digunakan
untuk menganalisa zona reservoir lain di lapangan Tanggulangin.
[1] M. J Fetkovich, E. J Fetkovich, & M. D. Fetkovich, Useful Concepts for Decline Curve
Forecasting, Reserve Estimation, and Analysis. Society of Petroleum Engineers, February 1996.
doi:10.2118/28628-PA
[3] “Proposal Tugas Akhir Penentuan Cadangan dengan Decline ...” [Online]. Available:
https://www.academia.edu/36706285/Proposal_Tugas_Akhir_Penentuan_Cadangan_dengan_Decli
ne_Curve_method.doc. [Accessed: 25-Jul-2019].
[4] A. Rudiyono, “Course 4 - Decline Curve Analysis,” in General Lecture, September 2018.
LAMPIRAN