4. Periode UUD 1945 Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 - 21 Mei 1998
Pasal ini menentukan bahwa kedaulatan adalah ditangan Rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Ini berarti bahwa menurut hukum, kekuasaan yang
tertinggi adalah di tangan Rakyat. Kekuasaan tertinggi yang ada di tangan rakyat ini
sebenarnya hanya merupakan asasnya saja, sebab kekuasaan tersebut sepenuhnya
yang melakukan adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis Permusyawaratan
Rakyat adalah penjelmaan daripada rakyat, oleh karena itu keputusannya adalah dianggap
sebagai keputusan rakyat. Sebagai pelaksana sepenuhnya daripada kedaulatan, Majelis ini
memiliki kekuasaan yang tertinggi dalam sistem Ketatanegaraan Undang-Undang Dasar
1945. Tidak ada suatu badan lain (kecuali rakyat seluruhnya) mempunyai kekuasaan yang
tertinggi berwenang menentukan segalanya, walaupun didalam bekerjanya tentu saja harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, sebab justru Undang-
Undang Dasar inilah yang memberikan kekuasaan kepadanya.
Namun, MPR adalah satu badan yang besar sehingga tidak mungkin melaksanakan
seluruh kekuasaannya itu, maka MPR menyerahkan lagi kekuasaannya kepada lembaga-
lembaga yang ada dibawahnya. Dalam hal ini lembaga-lembaga yang terletak langsung di
bawah MPR adalah Presiden, DPR, DPA, MA, BPK. Dengan adanya Lembaga-lembaga
Tinggi Negara itu menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk menampung kekuasaan
agar bisa dilaksanakan, yang sebenarnya merupakan kekuasaan MPR karena MPR sendiri
menerima kekuasaan itu dari rakyat.
Singkatnya seluruh macam kekuasaan tersebut terletak di tangan MPR tetapi MPR
melimpahkannya lagi kepada-kepada lembaga-lembaga yang ada dibawahnya, yakni :
Kekuasaan Eksekutif kepada Presiden
Kekuasaan Legislatif kepada Presiden dan DPR
Kekuasaan yudikatif kepada Mahkamah Agung dan untuk sebagian kecil diserahkan kepada
Presiden.
Kekuasaan Pemerikasaan Keuangan Negara kepada Badan Pemeriksa Keuangan
Kekuasaan menasehati Eksekutif kepada DPA.
Lembaga-lembaga tinggi negara tersebut adalah merupakan pemegang kekuasaan
yang diambil dan dibagi dari kekuasaan MPR. Dengan maka adanya lembaga tertinggi dan
lembaga tinggi negarayang merupakan penjelmaan adanya aparatur demokrasi di tingkat
pusat yang berpucuk kepada DPR.
Berdasarkan aturan yang termuat dalam UUD 1945 beserta penjelasannya maka dapat
disimpulkan bahwa sistem pemerintahan Indonesia tidak sepenuhnya menganut karakter
sistem presidensial tetapi juga menganut sistem parlementer. Karakter sistem presidensial
terlihat dari :
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang
Dasar (Pasal 4 ayat (1)). Hal ini diperjelas lagi dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
yang menyatakan bahwa Presiden ialah Kepala Kekuasaan Eksekutif dalam negara.
Kemudian di dalam penjelasan umum angka IV disebutkan bahwa Presiden ialah
penyelenggara Pemerintahan Negara yang tertinggi di bawah Majelis.
Presiden Negara Republik Indonesia yang berfungsi sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan memiliki kekuasaan-kekuasaan sebagai berikut :
Kekuasaan Legislatif (Pasal 5 dan Pasal 17 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945).
Kekuasaan Administratif (Pasal 15 dan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945).
Kekuasaan Eksekutif (Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
Kekuasaan Militer (Pasal 10, 11, 12 Undang-Undang Dasar 1945).
Kekuasaan Yudikatif (Pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945).
Kekuasaan Diplomatik (Pasal 13 Undang-Undang Dasar 1945).
Adanya masa jabatan yang tetap (fix term) yaitu selama 5 tahun.
Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Menteri-menteri tidak
bertanggung jawab kepada DPR tetapi kepada Presiden. DPR tidak dapat membubarkan
Menteri-menteri dan demikian juga sebaliknya.
2. Bentuk Negara
Negara kesatuan sistem sentralisasi adalah bentuk negara dimana pemerintahan pusat
memiliki kedaulatan penuh untuk menyelenggarakan urusan pemerintah dari pusat hingga
daerah, termasuk segala hal yang menyangkut urusan pemerintahan daerah. Pemerintah
daerah hanya bersifat pasif dan menjalankan perintrah dari pemerintah pusat. Singkatnya
pemerintah daerah hanya sebagai pelaksana belaka.
3. Kedaulatan
Kedaulatan rakyat dapat berarti: pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pemerintahan dari rakyat berarti mereka yang duduk sebagai penyelenggara pemerintahan
terdiri atas rakyat itu sendiri dan memperoleh dukungan rakyat. Namun terjadi banyak
penyimpangan pada masa orde baru ini.
4. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerinthana presidensiil merupakan sistem pemerintahan di mana kepala
pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
parlemen (legislative). Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
5. Lembaga Negara
a. DPR-GR Masa Orde Baru 1966-1971
Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan dalam UU
No. 10/1966, DPR-GR masa “Orde Baru” memulai kerjanya dengan menyesuaikan diri dari
“Orde Lama” ke “Orde Baru.”
Kedudukan, tugas dan wewenang DPR-GR 1966-1971 adalah sebagai berikut:
1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai dengan Pasal 23 ayat (1)
UUD 1945 beserta penjelasannya.
2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai dengan Pasal 5 ayat (1),
Pasal 20, Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.
3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah sesuai dengan UUD 1945
dan penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.
b. DPR Hasil Pemilu 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997
Dalam masa ini, DPR berada di bawah kontrol eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlalu
besar dianggap telah mematikan proses demokratisasi dalam bernegara. DPR sebagai
lembaga legislatif yang diharapkan mampu menjalankan fungsi penyeimbang (checks
andbalances) dalam prakteknya hanya sebagai pelengkap dan penghias struktur
ketatanegaraan yang ditujukan hanya untuk memperkuat posisi presiden yang saat itu
dipegang oleh Soeharto.
c. MPR
Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas (super power)
karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR
adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD,
GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden. Susunan keanggotaannya terdiri dari
anggota DPR dan utusan daerah serta utusan golongan yang diangkat.
Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain:
Presiden, sebagai presiden seumur hidup.
Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali berturut turut.
Memberhentikan sebagai pejabat presiden.
Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.
Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.
Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah Presiden, yaitu
dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang paling banyak menduduki kursi di
MPR.
d. DPA DAN BPK
Di samping itu, UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir lembaga-lembaga negara lain seperti
DPA dan BPK dengan memberikan kewenangan yang sangat minim.
e. MA, Merupakan lembaga tinggi Negara dari peradilan Tata Usaha Negara,PN,PA,dan PM.
f. PRESIDEN / WAPRES
Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris MPR.
Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi (consentration of
power and responsiblity upon the president).
Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power), juga memegang
kekuasaan legislative (legislative power) dan kekuasaan yudikatif (judicative power).
Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat menjabat sebagai
presiden serta mekanisme pemberhentian presiden dalam masa jabatannya.
6. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan republik. Republik adalah sebuah negara di mana tampuk pemerintahan
akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan. Istilah ini berasal
dari bahasa Latin res publica, atau “urusan awam”, yanng artinya kerajaan dimilik serta
dikawal oleh rakyat.