Anda di halaman 1dari 10

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal.

1-10, Desember 2009

EFEKTIFITAS TIRAM BAKAU (Crassostrea sp. ) DALAM MEREDUKSI CU


PADA AIR PEMELIHARAAN UDANG WINDU (Panaeus monodon)

THE MANGROVE OYSTER (Crassostrea sp) EFFECTIVENESS IN REDUCING


CU IN THE POND WATER OF BLACK TIGER SHRIMP (Panaeus monodon)

Muhammad Iqbal Djawad dan Nova Bertha


1
Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin. Jl.Perintis Kemerdekaan Km 10, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar 90245.
E-mail: iqbaldj@indosat.net.id

ABSTRACT
Study of the mangrove oyster (Crassostrea sp) to reduce heavy metal (Cu) concentration on
shrimp pond water and the black tiger shrimp’s (Penaeus monodon) body was conducted during
ten days. Variable used in this research was the efficiency level of mangrove oyster as a
treatment in the Cu contaminated waters to reduce the level of the Cu concentration. Survival
and specific growth rate of shrimp were also observed and measured. Histological condition of
the fish especially gills was also observed to determine the level of damage caused by Cu. The
results showed that oysters (Crassostrea sp) were a proper type of organisms used as bio-
treatment in reducing Cu not only in the shrimp pond water but also in the body of the shrimp.
Oysters were able to reduce heavy metals Cu concentration up to 78% level to the normal level
of heavy metal Cu for black tiger shrimp.

Keywords: Mangrove Oyster, Shrimp, Efficiency Level, Copper

ABSTRAK
Pengujian tiram bakau (Crassostrea sp) dalam mereduksi logam berat Cu pada air
pemeliharaan serta badan udang windu (Panaeus monodon fabr) dilakukan selama 10
hari.Peubah yang diamati selama penelitian yaitu efisiensi peubah untuk mengetahui tingkat
efisiensi dari penggunaan organisme tiram bakau sebagai treatment kondisi perairan yang
buruk dimana tercemar logam berat Cu. Selain itu sintasan dan pertumbuhan udang windu
juga diamati dan diukur. Kondisi histologis insang ikan juga diamati untuk mengetahui tingkat
kerusakan yang disebabkan oleh Cu. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tiram
(Crassostrea sp) merupakan jenis organisme yang layak digunakan sebagai biotreatment dalam
mereduksi logam pencemar khususnya logam tidak hanya di dalam kolam pemeliharaan tetapi
juga di dalam tubuh udang. Tiram mampu menurunkan konsentrasi Cu sampai 78% ke level
yang normal buat kehidupan udang windu.

Kata Kunci: Tiram bakau, udang windu, level efisiensi, Tembaga

I. PENDAHULUAN Pemberian pakan secara intensif dan


padat penebaran tinggi merupakan ciri
Permintaan pasar terhadap salah khusus sistem budidaya intensif yang
satu komoditi andalan perikanan yang dapat mengakibatkan terjadinya
setiap waktunya bertambah ini, penurunan nilai kualitas air akibat sisa
menyebabkan terjadinya suatu perubahan endapan pakan yang tidak dikonsumsi
sistem budidaya udang windu (Penaeus oleh udang maupun feses udang itu
monodon) dari sistem tradisional kepada sendiri. Kandungan bahan kimia yang
sistem intensif agar dapat memenuhi terkandung dalam setiap gram pakan
setiap permintaan yang selalu meningkat.

©Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 1


Djawad dan Bertha

yang tidak terkonsumsi dapat yang bersifat filter feeder menyebabkan


mencemari lingkungan perairan dan tiram dapat menyerap sebagian besar air
dapat berikatan dengan unsur kimia dan kandungan-kandungan unsur di
lainnya di dalam air yang dapat bersifat dalamnya (Suharyanto et al., 1996).
racun bagi udang sehingga dapat Penggunaan tiram (Crassostrea sp)
menyebabkan kematian udang windu sebagai biofilter yang akan menyerap
(Penaeus monodon Fabr) (Buwono, logam Cu di dalam perairan pada sebuah
1993). sistem resirkulasi air pada tambak sistem
Organisme perairan intensif pada akhirnya diharapkan dapat
mengakumulasi logam termasuk Cu dari memperbaiki kondisi perairan yang
makanan, air dan buruk dan dapat mengurangi kematian
sedimen. Lavenstein et al. (2002) udang windu (Penaeus monodon) yang
melaporkan bahwa akumulasi logam diakibatkan kandungan logam Cu yang
cenderung lebih tinggi apabila mereka berlebih di dalam perairan dan tubuh
hidup di muara dan perairan pantai, yang udang windu (Penaeus monodon Fabr).
menerima masukan yang signifikan dari Hasil penelitian Espericueta et al. (2009)
sumber-sumber alam, dan juga dari melaporkan pengggunaan tiram
industri dan pertanian. Menilai kualitas (Crassostrea corteziensis) dalam
lingkungan ini, kerang moluska penyerapan Cd, Cu, Pb dan Zn di tujuh
(terutama Mytilus dan Crassostrea) telah pesisir pantai sepanjang New Mexico.
digunakan di seluruh dunia sebagai Berdasarkan beberapa hasil penelitian di
sentinel spesies dalam program atas, dicoba untuk melakukan penelitian
pemantauan polusi. dalam skala kecil untuk mengetahui lebih
Keberadaan Cu di perairan atau di lanjut hasil dan proses penyerapan Cu di
kolam pemeliharaan yang berikatan dalam tiram dan udang windu. Tujuan
dengan unsur lainnya dapat bersifat dari penelitian ini adalah untuk
racun (toksik) umumnya berasal dari mengetahui kemampuan tiram bakau
daerah industri yang berada disekitar (Crassostrea sp) dalam mereduksi logam
kolam pemeliharaan udang. Logam ini berat Cu pada air media pemeliharaan
akan terserap oleh udang windu baik udang windu (Panaeus monodon) dan
secara langsung maupun tak langsung hasilnya diharapkan dapat memperbaiki
dan terus menerus dan akan bertumpuk kualitas Air pada suatu sistem budidaya
pada beberapa bagian organ tubuh udang dengan memanfaatkan organisme Tiram
windu sehingga dapat menyebabkan bakau ( Crassostrea ) sebagai
kerusakan organ tersebut dan pada biotreatment pada sistem resirkulasi air.
dampak yang lebih buruk dapat
menyebabkan kematian udang windu ( II. BAHAN DAN METODA
Penaeus monodon Fabr) (Darmono,
1991).
Penelitian ini dilaksanakan di Unit
Kondisi perairan yang buruk tetap
Mini Hatchery dan Laboratorium
dapat direhabilitasi dengan penggunaan
Fisiologi Hewan Air Universitas
berbagai organisme sebagai biofilter
Hasanuddin Makassar serta Balai Besar
pada sistem resirkulasi air. Tiram
Teknologi Pertanian, Maros. Sulawesi
(Crassostrea sp) dapat digunakan
Selatan. Hewan uji yang digunakan
sebagai biofilter yang baik dalam upaya
dalam penelitian ini adalah Tiram bakau
rehabilitasi perairan karena sifatnya
(Crassotrea ) dan post larva udang windu
yang mampu hidup pada kondisi
Panaeus monodon umur 14 hari. Udang
perairan yang buruk dan cara hidupnya
windu diadaptasi sebelum melakukan

2 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12
Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea Sp. ) Dalam Mereduksi Cu Pada Air Pemeliharaan Udang
Windu (Panaeus Monodon)

perlakuan di hatchery mini dan suhu, pH, Oksigen terlarut (DO), dan
pengukuran kandungan Cu pada tiram Amoniak dan diukur setiap 2 hari selama
dan udang windu dilakukan di penelitian. Kondisi histologis insang ikan
laboratorium Fisiologi Hewan Air. juga diamati untuk mengetahui tingkat
Pembuatan larutan Cu sesuai kerusakan yang disebabkan oleh Cu
dengan konsentrasi yang diinginkan dengan merujuk Suntoro (1993).
dengan menggunakan bahan kimia Untuk mengetahui pengaruh
proanalisis Tembaga sulfat (CuSO4)2. penggunaan tiram bakau sebagai
Pada perlakuan kontrol tidak Biotreatment logam berat yang terdapat
ditambahkan kandungan Cu karena air pada air media, dan juga untuk
laut yang digunakan telah mengandung mengetahui jumlah kandungan logam
logam Cu (0.06 ppm). Kemudian berat yang terkandung di air media dan
mengatur konsentrasi pada tiga perlakuan tubuh organisme maka dilakukan analisis
lainnya yaitu 0.12 ppm, 0.18 ppm, dan ragam sesuai dengan petunjuk Gasperz
0.24 ppm yang kemudian dimasukkan (1991).
pada masing-masing fiber sesuai dengan
yang telah ditentukan. Tiram bakau ( III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Crassotrea) sebanyak 750 gr yang rata-
rata terdiri dari 3 ekor ditempatkan pada Konsentrasi Cu pada air media pada
masing-masing fiber dan dilakukan masa awal hingga akhir penelitian dapat dilihat
adaptasi selama 10 hari pada air media pada gambar 1 dimana setiap perlakuan
sebelum kemudian dialirkan pada memberikan nilai yang signifikan
baskom sebanyak 20 L dan mengukur terhadap perubahan air media
kandungan Cu yang ada dalam air. pemeliharaan. Pada grafik terlihat tingkat
Setelah itu udang windu (Panaeus penurunan konsentrasi Cu pada air media
monodon Fabr) PL 14 sebanyak kurang selama penelitian, dimana penurunan
lebih 15 ekor ditempatkan pada baskom konsentrasi terjadi pada semua perlakuan,
yang berisi air yang telah disiapkan. yang berlangsung hingga hari ke empat.
Langkah akhir yang dilakukan adalah Nilai yang diperoleh pada awal penelitian
pengukuran kandungan logam Cu yang hinga hari keempat penelitian berada
terdapat pada Tiram, air media dan udang pada kisaran 0.054-0.06 ppm. Hal ini
windu (Panaeus monodon Fabr). diduga karena tiram merupakan
Penelitian ini berlangsung selama kurang organisme yang mampu menyerap setiap
lebih 10 hari sejak adaptasi pertama partikel yang terdapat pada badan air. Hal
dilakukan. ini diperkuat dengan laporan Mangampa
Peubah yang diamati selama et al. (1999), Suharyanto et al. (1996),
penelitian yaitu efisiensi peubah untuk dan Mustafa et al. (2002) bahwa jenis
mengetahui tingkat efisiensi dari bivalvia dari tiram, kerang bakau dan
penggunaan organisme tiram bakau kerang hijau dapat mengakumulasi logam
sebagai treatment kondisi perairan yang berat dari air sumber, menurunkan
buruk dimana tercemar logam berat Cu. populasi bakteri dari sumber, mengurangi
Selain itu sintasan dan pertumbuhan peningkatan bahan organik terlarut dan
udang windu juga diamati dan diukur. mengendalikan peledakan populasi
Parameter kualitas air yang diamati plankton.
selama penelitian berlangsung adalah

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 3
Djawad dan Bertha

0.25

0.06 0.12
0.2 0.18 0.24
Konsentrasi Cu di air (ppm)

0.15

0.1

0.05

0
0 2 4 6 8
Hari

Gambar 1. Grafik Penurunan Konentrasi Cu pada air media setelah dilakukan perlakuan.

Rerata efisiensi pengubahan Logam berat yang masih terdapat


konsentrasi Cu pada air media, nilai pada badan perairan yang tidak
efesiensi pengubahan yang paling besar direduksi oleh tiram bakau kemudian
diperoleh pada perlakuan 0.24 ppm, diserap dan masuk ke dalam tubuh
dimana efektifitas tiram dalam udang windu (Penaeus monodon)
menurunkan konsentrasi Cu berada pada melalui difusi baik melewati insang
kisaran 0.059, dan nilai efisiensi yang maupun kulit. Konsentrasi Cu yang
terkecil berada pada perlakuan 0.06 ppm berada di dalam tubuh udang windu
dengan nilai 0.056. Hal ini dapat terjadi seperti yang terlihat pada gambar 3.
karena tiram yang digunakan, memiliki Pada gambar 3 terlihat bahwa udang uji
ukuran yang berbeda-beda, sehingga pada di 0.24 ppm dengan tanpa
kemampuan dalam menyaring air juga perlakuan paling banyak
berbeda. Tompo (2007) menyatakan mengakumulasi Cu dalam tubuhnya
bahwa kemampuan tiram dalam memfilter (0.15 ppm) sedangkan dengan
air yang masuk ke dalam tubuhnya juga perlakuan mengakumulasi sebanyak
sangat dipengaruhi oleh ukuran organisme 0.03 ppm) dan udang uji pada 0.12 ppm
tersebut. Akumulasi logam berat Cu pada dengan tanpa perlakuan mengakumulasi
tiram bakau (Crassostrea sp) dapat dilihat 0.012 ppm, sedangkan dengan
pada gambar 2. Akumulasi logam berat Cu perlakuan mengakumulasi 0.017 ppm.
sangat tinggi, yang diduga akibat besarnya Hal ini mungkin terjadi karena besarnya
ukuran tiram, seperti yang diungkapkan akumulasi logam pada tubuh udang
oleh Muliani et al. (1997) bahwa tinggi windu yang dipelihara pada air media
daya serap tiram sangat dipengaruhi pula yang tidak melalui perlakuan berada
oleh bukaan cangkangnya saat penyerapan pada kisaran yang lebih tinggi dari yang
sangat tinggi, sehingga daya memompa air dapat diakumulasi oleh udang pada
yang akan dikeluarkan juga semakin besar. media air yang telah diberi perlakuan.

4 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12
Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea Sp. ) Dalam Mereduksi Cu Pada Air
Pemeliharaan Udang Windu (Panaeus Monodon)

0.25

0.2
Konsentrasi Cu di Tiram (ppm)

0.15

0.1

0.05

0
A (0.06) B (0.12) C (0.18) D (0.24)
Perlakuan (ppm)

Gambar 2. Rata-rata akumulasi Logam Berat Cu pada tiram bakau di akhir


Penelitian.Bar menandakan simpangan deviasi

0.16

0.14
Tanpa Perlakuan
Dengan Perlakuan
0.12
Konsentrasi Cu di PL Udang Windu (ppm)

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
A (0.06) B (0.12) C (0.18) D (0.24)
Perlakuan (ppm)

Gambar 3. Rata-rata akumulasi Logam Cu pada Udang windu (P. monodon Fabr) pada
Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 5
Djawad dan Bertha

Persentase kelangsungan hidup Laju pertumbuhan spesifik (LPS)


udang windu (P. monodon Fabr) yang udang uji yang telah melalui perlakuan air
diperoleh selama penelitian yang telah disaring dengan menggunakan
memperlihatkan adanya perbedaan antara tiram bakau, setelah dikonversi ke dalam
persentase kelangsungan hidup udang uji satuan persentase adalah 63% pada 0.06
yang telah melalui perlakuan dan tanpa ppm, 55 % pada 0.12 ppm, 67 % pada 0.18
melalui perlakuan. Pada udang uji yang ppm dan 73 % pada perlakuan 0.24 ppm.
yang melalui tidak melalui perlakuan, Persentase pertumbuhan spesifik ini lebih
persentase yang diperoleh berada pada tinggi bila dibandingkan dengan
kisaran nilai 40 % - 57.5 % atau lebih persentase yang diperoleh pada udang uji
rendah dari persentase yang diperoleh yang tidak melalui perlakuan penyaringan
pada udang uji melalui perlakuan yang terlebih dahulu, yang yaitu 35 %, 31 %, 29
berada pada kisaran nilai 75 % - 85%. %, dan 21 % pada 0.06 ppm, 0.12 ppm,
Salah satu peubah yang diukur 0.18 ppm dan 0.24 ppm berturut-turut.
adalah pertumbuhan udang windu Hasil pengamatan histologi insang
(Panaeus monodon Fabr) yang dapat udang uji pada gambar 5, 6 dan 7
diketahui adalah melalui pertambahan memperlihatkan kerusakan yang paling
bobot tubuh (Tricahyo, 1995). Dari nilai banyak terdapat pada insang udang yang
pertambahan bobot tubuh udang windu tidak melalui perlakuan. Pada Insang
ini dapat dihitung laju pertumbuhan udang yang melalui treatment ukuran
spesifik (LPS) yang selengkapnya lamella sekunder maupun lamella primer
disajikan pada Gambar 4. Laju masih dalam keadaan normal, namun telah
pertumbuhan spesifik (LPS) yaitu memperlihatkan Fusion pada lamella
pertumbuhan berat setiap harinya sekunder yang dapat mengganggu sistem
dihitung dengan persamaan yang pernafasan pada udang. Terdapat pula
dikemukakan oleh Rabi and Carol Distal hyperplasia, dimana pembengkakan
(1997). terjadi pada bagian atas lamella sekunder.
90

Tanpa Perlakuan
80
Dengan Perlakuan

70

60
Specific Growth Rate (%)

50

40

30

20

10

0
A (0.06) B (0.12) C (0.18) D (0.24)
Perlakuan (ppm)

Gambar 4. Specific Growth Rate udang windu (Panaeus monodon Fabr) yang diperoleh
pada udang uji yang tanpa dan melalui perlakuan.

6 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12
Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea Sp. ) Dalam Mereduksi Cu Pada Air
Pemeliharaan Udang Windu (Panaeus Monodon)

Dh
H
T

Cs
Ha dlm CL
LS
LP 40X

Gambar 5. Insang dang windu pada 0.18 ppm yang telah melalui perlakuan. Dh = Distal
Hyperplasia. H = Hypertrophy, Ls = Lamella sekunder, Lp = Lamella Primer, Ha dalam
CL = Haemocyanin dalam Capiler Lumen. Cs = Cartilago support. H&E 40X

CL
LS

LP

M
Ha Bh
F 40X

Gambar 6. Insang udang windu pada perlakuan 0.06 ppm tanpa melalui perlakuan. CL
= Capilary Lumen, Ls = Lamella Sekunder, LP = Lamella Primer, F = Fusion, Bh =
Bassal hyperplasia, M = Mucus, H & E 40 X

Hasil pengamatan pada insang adalah adanya Fusion (penggabungan


udang tanpa melalui treatment pada dua lamella sekunder) diduga sebagai
konsentrasi 0.06 ppm memperlihatkan penyebab terjadinya hyperplasia sehingga
kerusakan insang yang sangat jelas, proses pernapasan semakin terganggu.
dimana pada lamella sekunder Bassal hyperplasia yang ditemui pada
mengalami Fusion pada beberapa lamella insang udang uji mengakibatkan ukuran
(gambar 6). Sorensen (1991) rongga (Capilary lumen) mengalami
menambahkan bahwa bereaksinya logam penyempitan dan sel yang berada di
berat pada insang akan menghasilkan tengah lamella sekunder ke tepi lamella
gumpalan lendir sehingga insang akan sekunder dan ada pula yang berkumpul
terselimuti gumpalan lendir dan akan pada ujung lamella sekunder. Hal ini
sulit bernapas. Hal lain yang juga ditemui disebabkan karena konsentrasi yang
pada pengamatan insang udang uji ini

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 7
Djawad dan Bertha

cukup besar sehingga sel mengalami pula lumen masih dalam ukuran yang
pergeseran untuk mengalami respirasi. normal (Gambar 7). Hal ini membuktikan
Pada pengamatan hepatopancreas bahwa pengaruh perlakuan mempunyai
udang uji yang telah melalui perlakuan, peran penting dalam melindungi
kondisi hepatopancreas masih dalam hepatopankreas dari logam. Bhavana et
keadaan normal, dimana B al. (2000) menambahkan bahwa
(blassenzelen) – cells tetap berada pada hepatopancreas merupakan organ yang
sisi anterior tubules hepatopancreas, sangat peka terhadap peningkatan
demikian pula dengan sel-sel lainnya, pestisida ataupun jenis bahan berabahaya
yaitu R (Restzellen)- cells, E (embrionic) lainnya.
– cell, F (Fibrillenzen) – cells, demikian

B
LU
F

R
E

40X

Gambar 7. Hepatopancreas udang uji yang melalui perlakuan pada 0.06 ppm. B = B-
Cells, F = F-Cells, E = E-Cells, R = R-Cells, Lu = Lumen, H & E, 40 X

B
ALU

E
P 40X

Gambar 8. Hepatopancreas udang windu tanpa melalui perlakuan pada 0.24 ppm. ALU
= Abnormal Lumen, B = B- cells, E =E- Cells, F = F – Cells, P = Poor Cells

8 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12
Efektifitas Tiram Bakau (Crassostrea Sp. ) Dalam Mereduksi Cu Pada Air
Pemeliharaan Udang Windu (Panaeus Monodon)

Gambar 8 menunjukkan kerusakan melalui perlakuan ukuran


pada Abnormal lumen (ALU) yang lamella sekunder maupun
merupakan salah satu ciri utama yang lamella primer serta
dapat terlihat ketika terjadi kerusakan hepatopankreas masih dalam
hepatopancreas selain ciri lainnya. keadaan normal.
Takashima and Hibiya (1972)
melaporkan bahwa hepatopancreas DAFTAR PUSTAKA
Yamame (Oncorhynchus masou) yang
rusak akan berwarna kecoklat-coklatan Bhavana. P. Saravana, and P. Geraldine.
serta ditemukan hepatopancreas 2000. Histopathology of
mengalami banyak penyusutan dan Hapetopancreas and Gills Of The
penghancuran. Hasil penelitian ini Prawn Macrobrachium
menunjukkan adanya penyusutan sel malscolmsonii Exposed to
utamanya F – cell, dan E – cell tidak lagi Endosulfan. A Journal of Aquatic
berada pada tempatnya. Kondisi seperti Toxicology. Departement of
ini diduga mengakibatkan Animal Science, Barathidasan
hepatopancreas tidak dapat berfungsi University. India. 331–339pp.
normal dan mengakibatkan udang Buwono. I.D. 1993. Tambak Udang
menjadi lemah dan akhirnya mengalami Windu Sistem Pengelolaan
kematian (Takashima and Hibiya, 1995). Berpola Intensif. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius
IV. KESIMPULAN Clark. R. B. 1981. Marine Pollution (3rd
Ed) Emeritus Professor of Zoology
Hasil dari penelitian ini of New Castle Upon Tyne. Cl.
menyimpulkan bahwa Rendon Press. Oxford. 5–77pp.
Tiram bakau (Crassostrea sp) Darmono.1991.Budidaya Udang
dapat mereduksi logam berat Cu Penaeus. Kanisius, Yogyakarta.
pada air media pemeliharaan 264 hal.
udang windu (Panaeus Espericueta. M.G.F., Lo´pez. O.I,
monodon) hingga 78% dan Vargas, I.B, Lo´pez. G.L, Rangel.
membuat kandungan Cu pada air M.D.M, Fierro.G. I, Carrasco.
media menjadi layak bagi W.B, Guerrero. P.C.M, and
kehidupan organisme udang Voltolina. D. 2009. Cadmium,
windu. Copper, Lead and Zinc Contents of
the Mangrove Oyster, Crassostrea
Kelangsungan hidup dan laju corteziensis, of Seven Coastal
pertumbuhan spesifik udang Lagoons of NW Mexico. Bull
windu lebih baik pada air Environ Contam Toxicol. 83:595–
pemeliharaan yang telah diberi 599.
perlakuan dibandingkan dengan Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan
air pemeliharaan yang tidak Percobaan. Armico. Bandung
melalui perlakuan. Lavenstein, G., A. Y. Cantillo, and T.
O’Connor. 2002. The status and
Hasil pengamatan insang dan trends of trace element and organic
hepatopankreas udang uji contaminant in oysters,
mengalami kerusakan udang Crassostrea virginica in the
yang tidak melalui perlakuan. waters of the Carolina USA.
Sedangkan pada udang yang Sci.Tot.Envi., 285:79-87.

E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.1, No.2, Desember 2009 9
Djawad dan Bertha

Mangampa. M, D.Suryanto, dan M. Tompo, A. 2007. Pengaruh Konsentrasi


Tjaronge. 1999. Model Insektisida Sherpa 50 EC terhadap
pengembangan teknologi budidaya Mortalitas Hama Jembret
udang ramah lingkungan di (Mesopodopsis sp) dan Sintasan
tambak. Balai Penelitian Perikanan Udang Windu pada Wadah
Pantai Maros, Maros. 4 hal. terkontrol. Prosiding Seminar
Muliani. M, Atmomarsono. M.I, Nasional Tahunan, Brawijaya
Madeali. 1997. Pengaruh Malang 2008.
penggunaan kekerangan sebagai Tricahyo, E. 1995. Biologi dan Kultur
biofilter terhadap kelimpahan dan Udang Windu (Penaeus Monodon
komposisi jenis bakteri pada Fab). Akademika Pressindo.
budidaya udang windu dengan Jakarta.128 hal.
sistem resirkulasi air. Laporan
Penelitian Perikanan Pantai.
Maros. 13 Hal.
Rabi. M. and M. Carol. 1997. Growth
Curves And Specific Growth Rate
of Concholepas Concholepas
(Bruguière, 1789) (Gastropoda:
Muricidae) in Culture Experiments.
Sci. Mar., 61 (Supl. 2):49-53
Sorensen, E.M.B. 1991. Metal
Polsoning in Fish Volume II. CRC
Press Boca Ann Arbor, Boston.
376p.
Suharyanto, M. Atmomarsono dan A.
Sudradjat. 1996. Penggunaan tiga
jenis kerang sebagai biofilter pada
pemeliharaan udang windu
(Penaeus Monodon) dalam skala
laboratorium, Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. Volume II.
No.1. Balai Penelitian Perikanan
Budidaya Pantai, Maros. 31-38
halaman.
Suntoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan
(Histologi dan Histokimia).
Bharata Karya Aksara. Jakarta. 36
hal.
Takashima, F and Hibiya, T. 1972.
Hepatic tumor in Yamame,
Oncorhynchus masou Ishikawae. A
Preliminary report. Bull.of Japan
Soc.of Sci.Fish. 38 (9):955-964.
Takashima, F and Hibiya, T. 1995. An
atlas of fish histology; normal and
pathological features. Tokyo
Kodansha Ltd

10 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt12

Anda mungkin juga menyukai