Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Aktivitas -Glukosidase Ekternal Dari .......

PENGARUH AKTIVITAS -GLUKOSIDASE EKTERNAL DARI KAPANG


TERHADAP KADAR VANILIN BUAH VANILI

Dwi Setyaningsih1), Kania Tresnawati1), Maggy T. Soehartono3), dan A. Apriyantono3)


1)
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
2)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

ABSTRACT

Vanilla is one of the most widely used and important flavoring materials wordwide. The Indonesian
natural vanilla has known for having lower quality than Bourbon due to immature harvested bean and
uncompleted curing process. The objective of this research was to increase the vanillin content of cured vanilla
by improving the -glucosidase activity. This research studied the best mold (between Aspergillus niger and A.
oryzae) and the optimum time for producing -glucosidase enzyme. The analysis was including the -
glucosidase activity, vanillin and glucovanillin content, and reducing sugar content. The mold that produced the
highest -glukosidase activity was A. niger with 72 incubation time was 193.7 unit/mg protein. The optimum pH
and temperature of enzyme from A. niger was 4.5 and 60oC, respectively. The highest vanillin content produced
from vanilla homogenat with enzyme extract A. niger at 18 hour incubation time was 0.514 mg/100 ml. The
homogenate that is incubated with enzyme extract from A. niger has the highest glucose content at 48 hour
incubation time (8.61 mg/ml). The glucovanillin content from three kind of homogenate was decreasing as long
as incubation time from 0.44 mg/ml to 0.00 mg/ml (mold), from 0.26 mg/ml to 0.03 mg/ml (emulsin) and from
0.38 mg/ml to 0.12 mg/ml (endogen).

Keywords : -glucosidase activity, vanillin, vanilla

PENDAHULUAN vanili alami dihasilkan oleh transformasi enzimatik


yang terjadi selama proses curing. Enzim -gluko-
Vanili (Vanilla planifolia Andrews) adalah sidase berperan terutama dalam menghidrolisis
salah satu komoditas Indonesia yang memiliki nilai senyawa glikosida menjadi aglikon yang memiliki
ekonomis tinggi karena kandungan flavor vanili aktivitas flavor. Rendahnya kualitas flavor vanili
yang dihasilkannya. Produksi vanili Indonesia pada diduga terjadi karena tidak semua glikosida terhidro-
tahun 2000 adalah 1.681 ton senilai US$ 40.84 juta, lisis menjadi aglikon yang disebabkan karena ren-
tahun 2001 produksi 2.198 ton senilai US$ 90.69 dahnya aktivitas enzim -glukosidase.
juta, dan tahun 2002 produksi 2.731 ton senilai US$ Penambahan aktivitas enzim -glukosidase
14.54 juta. Pada tahun 2002 terjadi peningkatan eksternal ke dalam homogenat vanili diduga dapat
volume ekspor vanili sebesar 769% namun nilai mempercepat terjadinya hidrolisis senyawa gliko-
ekspor per tonnya menurun sebesar 12.89% sida. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan
(Statistik Perkebunan Indonesia, 2003). Penurunan enzim vanili endogenus karena sifatnya yang kurang
nilai ekspor ini disebabkan karena mutu vanili tahan panas, pH optimum yang tinggi dan terhambat
Indonesia belum sesuai dengan standar importir. oleh adanya glukosa. Untuk membuktikan hal ter-
Mutu ekspor vanili Indonesia sebagian besar berada sebut, dilakukan penelitian dengan cara menambah-
pada tingkat standar mutu ketiga. Pada bulan kan enzim -glukosidase kapang dan enzim -
Oktober 2005, harga vanili kering Indonesia US$ glukosidase komersial dari almond (emulsin) ke
121.03/kg. Harga ini 47.79% lebih rendah diban- dalam homogenat buah vanili dan selanjutnya diin-
dingkan harga vanili kering Bourbon yang mencapai kubasi dalam inkubator goyang selama 48 jam dan
US$ 253.31/kg (www.amadeusvanillabeans.com). diamati setiap 6 jam.
Dengan demikian, peningkatan kualitas vanili kering Penelitian ini bertujuan untuk memilih jenis
Indonesia menjadi tingkat pertama merupakan ke- kapang yang menghasilkan aktivitas enzim -gluko-
harusan untuk meningkatkan nilai ekspor (Loeillet, sidase yang tinggi, mengetahui karakteristik enzim
2003). dari kapang yang terpilih, dan pengaruhnya terhadap
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi karakteristik (aktivitas enzim, kadar vanillin, kadar
permasalahan mutu vanili kering salah satunya gula pereduksi dan glukovanillin) homogenat vanili.
adalah dengan memperbaiki proses curing sehingga
senyawa prekursor flavor dalam buah vanili dapat
berubah seluruhnya menjadi senyawa flavor. Flavor

28 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35


D. Setyaningsih, K. Tresnawati, M. T. Soehartono,
dan A. Apriyantono

BAHAN DAN METODE pH 4.5 sampai volume mencapai 50 ml. Penentuan


pH optimum aktivitas enzim -glukosidase dilaku-
Bahan dan Alat kan pada larutan buffer asetat (pH 4.0-5.5) dan
buffer fosfat (pH 6.0-8.0). Suhu optimum ditentukan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian pada berbagai kisaran suhu mulai dari suhu ruang
ini adalah buah vanili segar berumur 6-7 bulan, sampai dengan suhu 80oC.
kapang A. niger dan A. oryzae, xilan (oat spelt
xylan), pepton, K2HPO4, (NH4)2HPO4, ekstrak Penerapan Enzim dalam Homogenat Vanili
khamir, buffer asetat pH 4.5, buffer fosfat, vanillin
standar, bovine serum albumin untuk standar Buah vanili yang berumur 6-7 bulan disortasi
protein, glukosa, NaOH, Na2CO3, PNPG, terlebih dahulu. Selanjutnya buah vanili dipotong-
(NH4)2SO4, pereaksi DNS, enzim -glukosidase potong sepanjang 1-2 cm dan dimasukkan ke dalam
komersial, dan perekasi Bradford. blender. Larutan enzim dari kapang dan emulsin
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, dilarutkan ke dalam buffer dalam jumlah unit enzim
neraca analitik, blender, inkubator, mikropipet, labu yng sama yaitu 35 IU/l. Larutan enzim ditambahkan
goyang, penangas air, hot plate magnetic stirrer, ke dalam buah vanili dengan nisbah buah dan
magnetic bar, spektrofotometer, penyaring hampa, larutan 1kg : 2 liter. Selanjutnya campuran diblender
pemusing, membran selofan, serta alat-alat gelas. selama 10-20 detik. Homogenat yang dihasilkan di-
inkubasi dalam inkubator goyang suhu 40oC selama
Metode Penelitian 48 jam. Setiap 6 jam homogenat diambil untuk di-
analisis. Sebelum dianalisis, contoh terlebih dahulu
Penyegaran Biakan disaring dan disentrifugasi 3000 rpm selama 15
menit. Analisis yang dilakukan meliputi aktivitas
Biakan kapang A. niger dan A. oryzae enzim -glukosidase, kadar vanillin, dan gluko-
diinkubasi pada media PDA dengan metode agar vanillin dengan metode spektrofotometrik, kandung-
miring selama 5-7 hari suhu 30oC. Setiap 2-4 an protein dengan metode Bradford dan kandungan
minggu inokulum kapang disegarkan kembali. gula pereduksi dengan metode DNS. Diagram alir
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Produksi Enzim dengan Metode Fermentasi
Terendam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suspensi inokulum dibuat dengan
menambahkan 10 ml air suling steril ke dalam Pemilihan Jenis Kapang
biakan murni yang ditumbuhkan pada media PDA
pada suhu 30oC. Selanjutnya suspensi inokulum Pada tahap awal, dilakukan pemilihan jenis
sebanyak 2 ml diinokulasikan ke dalam 100 ml kapang yang menghasilkan aktivitas enzim -
medium produksi dan diinkubasikan selama 3-4 hari glukosidase ekstraselular tertinggi dan menentukan
di atas labu goyang dengan suhu 30oC. Komposisi waktu inkubasi yang tepat untuk menghasilkan
medium produksi adalah oat spelt xylan 2%, pepton aktivitas tertinggi. Pada tahap penelitian ini diguna-
1%, K2HPO4 0.4%, (NH4)2HPO4 1%, ekstrak khamir kan dua jenis kapang yaitu A. oryzae dan A. niger
0.3% dan 50 mM buffer asetat pH 4.5 sampai 100%. yang diisolasi dari ragi kecap. Kapang ditumbuhkan
Setiap 24 jam, medium yang telah terfermentasi dalam medium yang mengandung oat spelt xylan 2%
diambil untuk diuji aktivitas enzim -glukosidase. untuk menginduksi produksi enzim -glukosidase.
Contoh tersebut disaring terlebih dahulu dan Aktivitas enzim diamati setiap 24 jam sampai 96
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm jam waktu inkubasi. Pada Gambar 2 terlihat bahwa
selama 15 menit. Filtrat yang dihasilkan diencerkan aktivitas enzim -glukosidase dari kapang A. niger
10 kali dan dianalisis aktivitas enzimnya dengan jauh lebih tinggi dibanding kapang A. oryzae dan
substrat pnp-g aktivitas mencapai maksimum setelah inkubasi
selama 72 jam. Hal ini berhubungan dengan kemam-
Semipurifikasi dan Karakterisasi puan A. niger dalam menghidrolisis xilan sebagai
sumber karbon utamanya, sehingga sel dapat tumbuh
Media inkubasi kapang yang telah disentri- dengan baik.
fugasi ditambahkan garam amonium sulfat hingga Produksi enzim -glukosidase meningkat se-
mencapi tingkat kejenuhan 80%. Setelah dibiarkan jalan dengan pertumbuhan sel pada fase logaritmik,
satu malam pada suhu rendah (sekitar 5oC), campur- karena berhubungan dengan metabolisme primer
an ini selanjutnya disentrifugasi kembali pada dalam sel. Selanjutnya pada waktu inkubasi 96 jam
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Endapan yang terjadi penurunan aktivitas enzim karena telah ter-
terbentuk dilarutkan dengan 50 mM buffer asetat

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35 29


Pengaruh Aktivitas -Glukosidase Ekternal Dari .......

capai fase stasioner dimana kecukupan nutrisi dalam biokonversi asam ferulat menjadi asam vanilat
medium kurang mendukung pertumbuhan sel. karena dapat memutuskan rantai propenoat, selanjut-
nya asam vanilat direduksi menjadi vanillin oleh
Biakan A. niger Biakan A.oryzae
enzim dari Pycnoporus cinnabarinus.
Agar supaya dapat diterapkan ke dalam
homogenat vanili, enzim -glukosidase dari A. niger
Inokulasi pada medium produksi ditingkatkan kemurniannya melalui pengendapan
terfraksi dengan garam (NH4)2SO4, kemudian
dilanjutkan dengan dialisis untuk menghilangkan
Analisis aktivitas enzim -glukosidase garam dan senyawa berbobot molekul rendah.
Tahapan awal pemurnian dilakukan dengan mengen-
Produksi enzim dari kapang terpilih dapkan protein dengan cara penambahan (NH4)2SO4
secara bertahap hingga tingkat kejenuhan 80%. Pada
Ekstraksi enzim tingkat kejenuhan ini hampir seluruh enzim -
glukosidase berhasil diendapkan. Keuntungan proses
ini adalah protein yang diendapkan tetap memper-
Semipurifikasi enzim
tahankan bentuk aslinya sehingga dapat dilarutkan
kembali tanpa mengalami denaturasi.
Ekstrak enzim kapang Emulsin Ativitas -glukosidase menjadi semakin kecil
seiring dengan semakin kecilnya kandungan protein
yang terpisahkan pada setiap tahapan proses
Buah vanili pemurnian. Hal tersebut berarti bahwa kandungan
segar protein yang diperoleh akan semakin kecil dan
spesifik, sehingga aktivitas spesifik semakin
Homogenisasi meningkat dan tingkat serbasamaan dan kemurnian
enzim -glukosidase semakin tinggi. Diketahui
enzim -glukosidase dari A. niger merupakan
Homogenat glikoprotein yang memiliki bobot molekul 116-200
vanili
kDa dan menjadi 91 kDa setelah proses deglikosilasi
kimiawi (Decker at al. 2000).
Inkubasi
Karakterisasi Enzim -glukosidase dari Kapang
A. niger
Analisis
Gambar 1. Diagram alir metode penelitian Aktivitas Enzim pada Berbagai Nilai pH

250
Beberapa karakteristik aktivitas enzim -
glukosidase yang penting dalam reaksi hidrolisis
200
IU/g protein

dicirikan untuk mengetahui kondisi proses yang


150 sesuai. Karakteristik tersebut adalah nilai pH, suhu
100 optimum dan stabilitas panas. Dari Gambar 3 diketa-
50 hui bahwa ekstrak enzim kasar dari A. niger me-
0 miliki aktivitas -glukosidase yang tinggi pada pH
0 24 48 72 96 4.5. Kemungkinan pada pH ini sisi aktif enzim
waktu (jam) A.oryzae
berada pada kondisi yang stabil sehingga dapat me-
A.niger
motong ikatan -glikosidik menggunakan air se-
bagai aseptor (Glew at al. 1993).
Gambar 2. Aktivitas enzim -glukosidase dari A. Sisi aktif enzim -glukosidase memiliki dua
oryzae dan A.niger gugus fungsional yaitu Asp--COO dan Glu--
COO, gugus karboksilat (pKa 3.9) berfungsi untuk
Enzim -glukosidase dari A. niger dapat dipe- menstabilkan ion antara oksokarbonium dan gugus
katkan dengan campuran dekstran dan polietilen asam (pKa 7.3) berfungsi untuk protonasi oksigen
glikol dengan kelipatan kemurnian 2-3 kali anomerik pada substrat glikosida. Pengukuran
(Johansson dan Reczey, 1998). Enzim glikosidase Decker at al. (2000) terhadap enzim -glukosidase
komersial dari A. niger yaitu Hemicellulose, A. niger yang telah dimurnikan menggunakan
Pectinol, Rohapect memiliki pH optimum 4.5-6. kromatografi, menghasilkan dua jenis enzim yang
Meessen at al. (1996) menggunakan A. niger pada

30 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35


D. Setyaningsih, K. Tresnawati, M. T. Soehartono,
dan A. Apriyantono

masing-masing memiliki pH optimum 4.2 dan 4.8 mikrobiologi sehingga berjalan sesuai dengan yang
dengan titik isoelektrik 4.0. diinginkan. Reaksi penonaktifan enzim dan
250
mematikan mikroba dapat dianggap sebagai reaksi
orde pertama. Waktu yang dibutuhkan pada suhu
200 tertentu untuk menurunkan aktivitas 10 kali dari
IU/g protein

150
aktivitas awal disebut nilai D. Berdasarkan pengu-
kuran aktivitas tersisa dari enzim pada masing-
100 masing suhu dihitung besarnya nilai k. Nilai ln k
50
terhadap 1/T digambar dalam kurva Arhenius yang
selanjutnya digunakan untuk menghitung energi
0 aktivasi (Ea).
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

pH 100

% sisa aktivitas
Gambar 3. Aktivitas enzim -glukosidase A. niger 80
pada berbagai pH
60
Aktivitas Enzim pada Berbagai Suhu 40
20
Enzim -glukosidase kapang A. niger me-
miliki suhu optimum pada 60oC (Gambar 4). Nilai 0
ini tidak berbeda jauh dari penelitian Decker at al. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
(2000) yaitu 65oC. Suhu ini lebih tinggi dibanding
waktu (menit) 30oC 40oC
enzim -glukosidase vanili yaitu 40oC. Hal ini
50oC 60oC
sangat menguntungkan karena suhu reaksi dapat
ditingkatkan sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Gambar 5. Aktivitas tersisa enzim - glukosidase
400 kapang A. Niger
IU/g protein

300 Ea untuk reaksi enzimatik berkisar antara 4-


15 kkal/mol, sedangkan katalisator asam atau basa
200 berkisar 20-40 kkal/mol (Winarno, 1986). Ea reaksi
enzimatik bergantung pada jenis substrat, khususnya
100 jika enzim memiliki lebih dari satu substrat. Sebagai
contoh enzim alkohol dehidrogenase biji kacang me-
0
miliki kisaran Ea untuk reaksi dehidrogenasi alkohol
20 30 40 50 60 70 80 90
berkisar 15-40 kJ/mol, sedangkan untuk reaksi
suhu (oC) reduksi aldehida berkisar 18-21 kJ/mol. Hal ini juga
memperlihatkan reaksi kebalikan yaitu reduksi
Gambar 4. Nilai suhu optimum aktivitas enzim - aldehida kurang dipengaruhi oleh jenis substrat
glukosidase A. niger (Hoyem dan Kvalle, 1977).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai
Stabilitas Panas energi aktivasi (hidrolisis) untuk ekstrak enzim -
glukosidase A. niger adalah sebesar 8.12 kkal/mol.
Enzim -glukosidase dari kapang juga terlihat Nilai yang rendah menunjukkan bahwa reaksi hidro-
memiliki stabilitas panas yang sangat baik dibanding lisisis oleh enzim dapat ditingkatkan oleh kenaikan
enzim endogen dari buah vanili. Perhitungan akti- suhu, namun kenaikan aktivitas tidak berlangsung
vitas tersisa dapat dilihat pada Gambar 5. Aktivitas secara drastis. Hal ini juga dapat dilihat pada kurva
enzim -glukosidase pada suhu 30oC paling stabil suhu optimum enzim dimana pada kisaran 40-60 oC
yaitu masih tersisa 70% selama pemanasan 60 terjadi kenaikan aktivitas hidrolisis yang landai
menit. Aktivitas enzim -glukosidase mencapai 50% (Gambar 5). Setelah tercapai suhu 60oC terjadi penu-
setelah 35, 25 dan 20 menit masing-masing pada runan aktivitas enzim, diduga Ea untuk penonaktifan
suhu 40, 50 dan 60oC. Hal ini berkaitan dengan lebih tinggi karena kurvanya lebih curam. Hal ini
stabilitas konformasi enzim terhadap denaturasi oleh juga terjadi pada enzim -amilase dengan nilai Ea
panas. (inaktivasi) sebesar 295 kJ/mol jauh lebih tinggi
Suhu dan waktu merupakan faktor penting dibanding Ea (hidrolisis) sebesar 20 kJ/mol (Hoyem
untuk mengontrol reaksi kimiawi, enzimatik dan dan Kvalle, 1977). Reaksi enzimatis memiliki nilai
optimum yang mana ketergantungan terhadap suhu

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35 31


Pengaruh Aktivitas -Glukosidase Ekternal Dari .......

mencapai maksimum sebagai hasil pengaruh reaksi nya sebagai enzim ekstraselular yang berperan
katalitik dan reaksi penonaktifan enzim. Kedua dalam memecah substrat di luar sel.
reaksi ini memiliki nilai energi aktivasi (Ea) yang Selain itu, meskipun telah dimurnikan sebagi-
sangat berbeda. Kedua nilai Ea dapat digunakan an, tetapi ekstrak kapang ini mungkin masih
untuk menduga laju relatif reaksi katalitik dan reaksi mengandung enzim-enzim lain yang juga memiliki
penonaktifan pada berbagai suhu. aktivitas hidrolitik tinggi. Seperti dijelaskan oleh
Energi aktivasi (Ea) enzim -glukosidase Sulistyo at al. (1998), bahwa enzim dari A.
vanili pada kisaran suhu 40-80oC adalah 5.78 pulverulentus selain memiliki aktivitas -
kkal/mol, sementara Ea enzim -glukosidase ekstrak glukosidase juga memiliki aktivitas pektinase dan -
A. niger pada kisaran suhu 40-60 oC adalah 8.12 xilosidase yang cukup tinggi. Enzim ini kemungkin-
kkal/mol. Ea enzim vanili yang diperoleh adalah an dapat melonggarkan serat-serat selulosa dalam
untuk reaksi inaktivasi karena pada suhu tersebut homogenat buah vanili sehingga substrat gluko-
telah terjadi penurunan aktivitas enzim, sedangkan vanillin lebih mudah terlepas ke media dan kontak
pada A. niger adalah untuk reaksi hidrolisis karena dengan enzim.
masih terjadi kenaikan aktivitas hidrolisis. Kedua Sementara itu, aktivitas enzim emulsin sangat
jenis enzim ini memiliki nilai Ea yang hampir sama, sedikit diatas kontrol dan aktivitas enzim -
hal ini menunjukkan panas atau kenaikan suhu glukosidase endogen buah vanili tidak dijumpai lagi
menghasilkan pola pengaruh yang hampir sama setelah 18 jam inkubasi. Hal ini menunjukkan bahwa
meski pada kisaran suhu aktivitas yang berbeda. emulsin kurang stabil untuk digunakan dalam sistem
homogenat vanili. Enzim endogen vanili dan
Inkubasi Homogenat Buah Vanili dengan Penam- emulsin keduanya berasal dari tanaman sehingga
bahan Enzim mungkin memiliki struktur yang mirip dan memiliki
stabilitas panas dan ketahanan terhadap pH yang
Bagian ketiga dari penelitian ini merupakan rendah. Selain itu, aktivitas enzim ini mungkin di-
penerapan ekstrak enzim -glukosidase dari kapang hambat oleh adanya inhibitor berupa senyawa
A. niger ke dalam homogenat buah vanili. Pada fenolik yang berasal dari buah vanili sendiri. Pada
penelitian ini digunakan suhu inkubasi 40oC dengan jaringan buah vanili utuh, kemungkinan enzim -
harapan enzim endogen dari buah vanili masih dapat glukosidase terikat pada dinding sel atau pada
berperan. Dengan demikian, aktivitas enzim sitoplasma sementara metabolit terdapat pada
endogen ini dapat digunakan sebagai pembanding. vakuola sehingga tidak memungkinkan terjadi
kontak yang menyebabkan penonaktifan enzim.
250 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa homo-
Aktivitas Enzim

genat vanili dan waktu inkubasi memiliki pengaruh


(IU/g protein)

200
150
yang berbeda nyata terhadap aktivitas enzim. Ber-
100
dasarkan uji lanjut Duncan diketahui bahwa aktivitas
enzim tertinggi diperoleh dari homogenat yang di-
50
inkubasi dengan ekstrak enzim dari kapang. Akti-
0
vitas enzim tertinggi dicapai pada jam ke-0.
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Vanilin merupakan senyawa mudah menguap
Waktu (jam)
yang paling dominan dan menentukan klas mutu
Kapang Emulsin Endogen
buah vanili kering. Senyawa vanillin berada dalam
bentuk konjugat gliko glukovanillin, yaitu vanilin
yang terikat dengan satu gugus -D-glukosa. Kadar
Gambar 6. Aktivitas enzim selama inkubasi homo- vanilin dari perlakuan inkubasi dengan enzim A.
genat buah vanili niger menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding
enzim emulsin dan kontrol. Dari Gambar 7 terlihat
Gambar 6 memperlihatkan bahwa aktivitas bahwa kecenderungan pembentukan vanilin ini
enzim -glukosidase pada homogenat vanili yang sejalan dengan kecenderungan yang terjadi pada
diinkubasi dengan ekstrak enzim dari kapang aktivitas enzim -glukosidase yang terukur. Hal ini
A.niger lebih tinggi dibanding emulsin dan enzim juga terlihat pada pengamatan jam ke 18, yang ter-
endogen vanili (tanpa penambahan enzim). Dengan jadi sedikit kenaikan aktivitas enzim dan kenaikan
demikian, pemanfaatan enzim -glukosidase dari A. kadar vanilin pada homogenat yang diinkubasi
niger cukup tepat untuk proses hidrolisis senyawa dengan enzim dari A. niger. Akan tetapi kenaikan
glikosida dalam homogenat buah vanili. Enzim ini aktivitas glukosidase karena enzim dari A.niger yang
tahan terhadap pH rendah dan aktivitasnya men- rata-rata sekitar 15 kali dibanding enzim emulsin,
dekati optimum pada pH homogenat vanili yaitu tidak menghasilkan kenaikan kadar vanilin sebanyak
sekitar 5.0. Enzim juga memiliki stabilitas yang baik itu pula, kadar vanilin hanya meningkat 1.2-1.8 kali.
terhadap pemanasan. Hal ini sesuai dengan fungsi-

32 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35


D. Setyaningsih, K. Tresnawati, M. T. Soehartono,
dan A. Apriyantono

Hal ini mungkin karena ketersediaan glukovanillin Glukosa merupakan gula yang paling banyak
yang terbatas pada homogenat vanili. dijumpai pada senyawa glikosida. Pengukuran kadar
gula pereduksi dapat digunakan untuk menduga
0.6 jumlah senyawa glikosida yang terhidrolisis.
Substrat glukovanilin terhidrolisis menghasilkan
Kadar vanillin

0.5
(mg/100ml)

0.4 glukosa dan vanilin dengan perbandingan yang


0.3 sama. Oleh karena itu kecenderungan kenaikan
0.2 kadar glukosa dari homogenat terlihat sejalan
0.1 dengan kenaikan kadar vanilin yang kadarnya relatif
0.0 stabil setelah 24 jam. Homogenat vanili yang di-
0 6 12 18 24 30 36 42 48 inkubasi dengan enzim dari A. niger menunjukkan
Waktu (jam) kenaikan kadar gula pereduksi yang lebih tinggi
dibanding perlakuan lainnya (Gambar 8). Diduga
Kapang Emulsin Endogen pada inkubasi ini belum terjadi kontaminasi oleh
mikroba yang dapat memanfaatkan glukosa sebagai
substrat, karena homogenat vanili mengandung
Gambar 7. Kadar vanillin selama inkubasi homo- vanillin dan senyawa fenolik lain yang bersifat
genat buah vanili antimikroba.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa homo-

Pereduksi (mg/ml)
10
genat vanili dan waktu inkubasi memiliki pengaruh Kadar Gula 8
yang berbeda nyata terhadap kadar vanilin. Ber- 6
dasarkan uji lanjut Duncan diketahui bahwa kadar 4
vanilin tertinggi diperoleh dari homogenat yang
2
diinkubasi dengan ekstrak enzim dari kapang dicapai
0
pada jam ke-18.
0 6 12 18 24 30 36 42 48
Pada penelitian ini diperoleh kadar vanilin
sebesar 0.514 mg/ml selama 18 jam inkubasi. Kadar Waktu (jam)
vanilin yang diperoleh sangat tergantung dari satuan
pengukuran dan proses ekstraksi, perbandingan air Kapang Emulsin Endogen
dan buah vanili, serta kondisi bahan baku buah
vanili segar yang digunakan. Lamanya inkubasi pada Gambar 8. Kadar gula pereduksi selama inkubasi
penelitian ini disebabkan aktivitas enzim yang di- homogenat buah vanili
gunakan sangat rendah dibandingkan dengan pene-
litian Brunerie (1998) dan Ruiz-Teran at al. (2001). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa homo-
Penelitian Brunerie (1998) menunjukkan bahwa genat vanili dan waktu inkubasi memiliki pengaruh
enzim pektinase 220 unit/g buah vanili menghasil- yang berbeda nyata terhadap gula pereduksi. Ber-
kan kadar vanilin tertinggi yaitu 1.5 g/kg buah vanili dasarkan uji lanjut Duncan diketahui bahwa gula
selama inkubasi 7 jam dalam bufer sitrat fosfat pH 5 pereduksi tertinggi diperoleh dari homogenat yang
(1:1). diinkubasi dengan ekstrak enzim dari kapang. Gula
Penelitian serupa oleh Ruiz-Teran at al. (2001) pereduksi tertinggi dicapai pada jam ke-48.
menggunakan enzim komersial 1% (v/v) Celluclast
dan 1% (v/v) Viscozyme (aktivitas -glukosidase
Glukovanillin (mg/ml)

0.5
masing-masing 5.0 dan 5.8 mg glukosa/ml
enzim.min) dalam 150 air suling, menghasilkan 0.4
kadar vanilin 3.66 g/100g (bk) dalam 50 g potongan 0.3
buah vanili yang diinkubasi selama 8 jam, suhu 50oC 0.2
diikuti dengan penambahan etanol 1:1 pada cairan 0.1
hasil inkubasi. Jika tanpa penambahan etanol kadar 0.0
vanilin hanya 2.30 g/100g (bk). Vanili kering meng- 0 48
hasilkan kadar vanilin 1.14 g/100g (bk) dan vanili Waktu (Jam)
segar tanpa enzim 1.07 g/100g (bk). Hasil yang di-
peroleh Ruiz-Teran (2001) ini tampak sangat tinggi Kapang Emulsin Endogen
mengingat hasil penelitian sebelumnya kenaikan
kadar vanilin dari vanili kering jika ditambah enzim
hanya berkisar 14-24% (Ranadive, 1992; Mane dan Gambar 9. Kadar glukovanilin selama inkubasi
Zucca, 1993) dan vanili segar hanya mengandung homogenat buah vanili
vanilin 0.2 g/100g (bk).

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35 33


Pengaruh Aktivitas -Glukosidase Ekternal Dari .......

Untuk mengetahui kesempurnaan reaksi hidro- inkubasi 0 jam (223.4 IU/g protein), kadar vanilin
lisis senyawa glukovanilin, dilakukan pengukuran tertinggi pada waktu inkubasi 18 jam (0.514
kadar glukovanilin pada awal (0 jam) dan akhir mg/100ml), kadar gula pereduksi tertinggi pada
proses inkubasi (setelah 48 jam). Berdasarkan waktu inkubasi 48 jam (8.61 mg/ml), dan kadar
Gambar 9, terlihat bahwa kadar glukovanillin dari glukovanilin menurun seiring dengan waktu
ketiga jenis homogenat mengalami penurunan inkubasi (dari 0.44 mg/ml menjadi 0.00 mg/ml).
seiring dengan semakin lamanya waktu inkubasi.
Hal ini menunjukkan proses hidrolisis Saran
senyawa glukovanilin dapat berlangsung dengan
baik pada ketiga jenis contoh, karena pada akhir Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
proses inkubasi yaitu setelah 48 jam terjadi penurun- melihat pengaruh penambahan enzim murni -
an kadar glukovanilin. Penurunan yang tertinggi gukosidase dari kapang A. niger terhadap proses
terjadi pada homogenat dengan penambahan enzim curing buah vanili.
A. niger yaitu sebesar 100%, yang mana pada akhir
proses tersisa lagi senyawa glukovanilin. Tampak-
nya reaksi hidrolisis pada homogenat ini telah sem- DAFTAR PUSTAKA
purna jauh sebelum waktu 48 jam, karena kadar
vanilin telah mencapai maksimum setelah 18 jam. Brunerie, P.M. 1998. Process for the production of
Sedangkan contoh yang menggunakan emulsin natural vanilla extract by enzymatic processing
masih tersisa glukovanilin sebesar 13.2% dan tanpa of green vanilla pods, and extract thereby
penambahan enzim tersisa sebesar 31.4%. Kemung- obtained. US Patent 5,705,205
kinan sisa senyawa glukovanilin pada kedua homo- Decker, C.H., J. Visser, P. Schreier. 2000. -
genat ini tidak dapat terhidrolisis lebih lanjut meski- Glucosidase from five black Aspergillus
pun waktu inkubasi diperpanjang karena hilangnya species : study of their physico-chemical and
aktivitas enzim -glukosidase. biocatalytic properties. J. Agric. Food Chem.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa homo- 48, 4929-4936
genat vanili dan waktu inkubasi memiliki pengaruh Glew, R.H., V. Gopalan, G.W. Forsyth dan D.J.
yang berbeda nyata terhadap glukovanilin. Berdasar- Vanderjagt. 1993. The mammalian cytosolic
kan uji lanjut Duncan diketahui bahwa glukovanilin broad specifity -glucosidase. Di dalam -
tertinggi diperoleh dari homogenat yang diinkubasi Glucosidases Biochemistry and Molecular
dengan ekstrak enzim dari endogen. Biology. Esen, A (ed). American Chemical
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui Society. Washington DC
bahwa aktivitas enzim -glukosidase berperan http://www.amadeusvanillabeans.com. 2005. Whole
penting terhadap hidrolisis senyawa glikosida dan vanilla beans and vanilla extracts.
kenaikan kadar vanilin. Akan tetapi, peranan enzim Hoyem, K dan O. Kvale. 1977. Physical, chemical
-glukosidase endogen yang berasal dari buah vanili and biological changes in food caused by
sendiri kurang terlihat pada sistem homogenat ini. thermal processing. Applied Science
Hal ini sesuai dengan pengamatan pada proses Publishers Ltd. London
curing dimana aktivitas enzim -glukosidase vanili Johansson, G. dan K. Reczey. 1998. Concentration
yang terlarut tidak memiliki hubungan langsung and purification of -glucosidase from
dengan peningkatan kadar vanilin. Aspergillus niger by using aqueous two-phase
partitioning. J. Chromatogr. B, 711, 161-172
Loeillet, D. 2003. The international vanilla market
KESIMPULAN DAN SARAN Price is the main handicap. Fruitrop. Januari,
no. 98
Kesimpulan Mane, J, Zucca, J. 1993. Process for Production of
Natural Vanilla Flavour by Treatment of
A. niger mampu menghasilkan aktivitas enzim Vanilla Pods and Vanilla Flavour so
-gukosidase yang lebih tinggi dari pada A. oryzae. Produced. Fr. Patent Appl. PN FR
Aktivitas tertinggi diperoleh pada waktu inkubasi 72 2691880A1.
jam (193.7 IU/g protein), pH optimum 4.5 (231.5 Meessen-Lesage L., Delattre M., Haon M., Thibault
IU/g protein), suhu optimum 60oC (307.1 IU/g J-F., Ceccaldi B. C., Brunerie P dan Asther M.
protein). 1996. A two-step bioconversion process for
Ekstrak enzim dari kapang A. Niger memberi- vanillin production from ferulic acid
kan pengaruh yang lebih baik dibanding enzim - combining Aspergillus niger and Pycnoporus
gukosidase komersial. Homogenat vanili yang di- cinnabarinus. J.
inkubasi dengan ekstrak enzim dari kapang A. niger
memiliki aktivitas enzim tertinggi pada waktu

34 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35


D. Setyaningsih, K. Tresnawati, M. T. Soehartono,
dan A. Apriyantono

Ranadive, A.S. 1992. Vanillin and related flavor Statistik Perkebunan Indonesia. 2003. Vanili.
compounds in vanilla extracts made from Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan.
beans of various global origins. J. Agric. Food Jakarta
Chem. 40, 1922-1924 Sulistyo, J., Y. S. Soeka, P. Dewi. 1998.
Ruiz-Teran, F., I. Perez-Amador, A. Lopez- Semipurifikasi dan uji reaksi transglukosilasi
Munguia. 2001. Enzymatic extraction and -glukosidase dari Aspergillus purverulentus.
transformation of glucovanillin to vanillin Berita Biologi vol. 4.
from vanilla green Pods. J. Agric. Food Chem. Winarno, F.G. 1986. Enzim pangan, PT. Grmedia
2001, 49, 5207-5209 Jakarta.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 16(1), 28-35 35

Anda mungkin juga menyukai