Anda di halaman 1dari 9

TUGAS I

Nama : Iko Kusumawati


NIM : 530032088
UPBJJ : Mataram

Rekan-rekan mahasiswa sekalian, untuk Tugas I ini mengenai analisis laporan keuangan.
Silahkan Anda mencari data dari laporan keuangan satu perusahaan terbuka (PT TBK) apa
saja (kecuali perusahaan perbankan dan lembaga keuangan) yang dapat anda peroleh
melalui web IDX (Bursa Efek Indonesia) melalui www. idx.co.id.

Data laporan keuangan tersebut Anda ambil data satu tahun (silahkan ambil data tahun 2016
atau 2017) kemudian Anda hitung rasio -rasio berdasarkan kelompok rasio sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Aktifitas
3. Rasio Leverage/Solvabilitas
4. Rasio Profitabilitas

Setelah Anda hitung rasionya, silahkan interpretasikan artinya.


Tugas ini silahkan diupload dan wajib untuk dibuat. Laporan keuangan harap dilampirkan

Selamat mengerjakan.
Salam,
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang harus cepat terpenuhi. Untuk masalah likuiditas sendiri
bisa dihitung melalui dua cara yakni dengan cara perhitungan memakai rasio (quick
ratio, current ratio dan cash ratio dengan dengan menghitung periode penagihan rata-
rata (average collection period).
Dan pada contoh laporan keuangan yang berada diatas saya memakai pendekatan
yang pertama yakni dengan perhitung rasio (Current ratio, quick ratio dan cash ratio).
A. Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%
Tahun 2010 = (Rp 227.819.168.461 : Rp 123.450.557.939) x 100% = 184,54%
Tahun 2011 = (Rp 185.436.645.162 : Rp 96.911.386.652) x 100% = 191,34%
Biasanya Current ratio yang rendah akan dianggap memperlihatkan terjadinya
masalah dalam likuidasi sebaliknya current ratio yang sangat tinggi justru kurang
bagus, sebab hal tersebut memperlihatkan banyaknya dana menganggur yang
kedepanya bisa mengurangi kemampuan laba perusahaan.
B. Current ratio = (aktiva lancar – persediaan) / hutang lancar) x 100%
Tahun  2010 = (227.819.168.461 – 82.424.270.814) / 123.450.557.939) x 100% =
117,77%
Tahun 2011 = (185.436.645.162 – 68.458.457.208) / 96.911.386.652) x 100% =
120,706%
Pada rasio ini adalah rasio yang memperlihatkan kemampuan aktiva lancar yang
begitu likuid dan dapat menutupi hutang lancar.
Dengan quick ratio yang semakin besar maka akan semakin baik juga kondisi
perusahaan tersebut. Akan tetapi jika quick ratio mempunyai perbandingan 1:1
atau 100% maka perusahaan tersebut di anggap kurang baik.
C. Cash ratio = (kas / hutang laancar) x 100%
Tahun 2010 = (9.435.631.304 / 123.450.557.939) x 100% = 7,64%
Tahun 2011 = (5.398.758.478 / 96.911.386.652) x 100% = 5,57%
Maka rasio diatas memperlihatkan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar
perusahaan.
2. Rasio Solvabilitas
Solvabiliitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financialnya ketika perusahaan tersebut dilikuidasi. Dan untuk
mengukur solvabilitas bisa dengan cara membandingkan jumlah aktiva dengan
jumlah hutang. Pada contoh laporan keuangan yang ada di atas perhitungan
solvabilitasnya saya memakai “total debt to capitas asset”. soal rasio keuangan
bank.
Total debt to capital assets = (total hutang / total aktiva) x 100%
Tahun 2010 = (140.879.700.667 / 275.390.730.449) x 100% = 51,51%
Tahun 2009 = (103.889.967.660 / 219.198.880.369) x 100% = 47,395%
Tentunya kelikuidan sebuah perusahaan tidak bisa ditentukan oleh solvabilitas
perusahaan tersebut. Namun perusahaan yang belum mengalami solvabe belum
tentu likuid begitupun sebaliknya
3. Rasio Aktifitas
Cara menghitung rasio aktivitas  adalah dengan melihat beberapa aset, kemudian
Anda menentukan berapa tingkat aktivitas pada aktiva-aktiva pada kegiatan
tertentu. Setelah itu, Anda akan mengetahui aktiva mana yang produktif dan
aktiva mana yang kurang produktif.
 Rasio Perputaran Piutang: Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang.
Melalui  rasio ini Anda dapat melihat pengelolaan piutang dan kebijakan
kredit nya.
 Rasio Perputaran Persediaan: Rasio ini menunjukan likuiditas perusahaan
dalam pengelolaan persediaan nya. Semakin tinggi perputaran nya maka
semakin baik. Jika rendah berarti efektivitas pengendalian persediaan kurang
baik.
 Rasio Perputaran Aktiva Tetap: Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan penjualan dengan aktiva tetap yang dimilikinya.
Semakin besar perputaran rasio nya, maka semakin baik untuk perusahaan.
 Rasio Perputaran Total Aktiva: Rasio ini digunakan untuk menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva.
Rentabilitas dalam sebuah perusahaan memperlihatkan perbandingan antara kaba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Tentunya dalam
perhitungan rentabilitas tidak ada yang sama untuk setiap  perusahaan. Hal
tersebut disebabkan dengan adanya  perbedaan akiva dan laba yang akann
dibandingkan dengan yang lain.
Secara umum rentabbilitas terbagi menjadi dua antara  lain:
A. Rentabilitas Ekonomi
Untuk perhitungan rentabilitas ekonomi dapat diukur dengan memakai gross
profit margin. Untuk laporan keuangan diatas maka contoh perhitungya seperti
dibawah  ini:
Gross Profit  Margin = (laba kotor / pernjualan netto) x 100%
Tahun 2010  = (62.009.766.595 / 516.581.827.788) x 100% = 12,003%
Tahun 2009  = (68.153.669.345 / 447.956.185.580) x 100% =15,214%
  Net Profit  Margin = (laba setelah pajak / penjualan netto) x 100%
Tahun 2010 = (28.443.539.773 /  516.581.827.788) x 100% = 5,506%
Tahun 2009 = (  30.909.406.991 /  447.956.185.580) x 100% = 6,9%
  B. Rentabilitas Perusahaan
Rentabilitas perusahaan ialah perhitungan rentabilitas yang  terjadi di sebuah
perusahaan melalui cara membandingkan laba perusahaan dengan modal 
sendiri.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (laba). Dengan menggunakan rasio ini Anda dapat mengetahui
kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Terdapat lima ukuran yang
dapat digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas.
 Gross Profit Margin, merupakan perbandingan laba kotor dan penjualan pada
periode yang sama.
 Operating Profit Margin, profit margin menggambarkan laba bersih sebelum
bunga dan pajak yang didapat dari penjualan perusahaan. Rasio ini dapat
dilihat pada laporan laba rugi pada bagian analisis common size.
 Net Profit Margin, rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih yang
dihasilkan oleh setiap satu penjualan rupiah.
 Return On Assets (ROA), menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan
after tax operating profit dari total aset yang dimiliki perusahaan. Laba yang
dihitung adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before
Interest and Tax).
 Return On Investment (ROI), analisis ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk
menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk menghitung
rasio ini adalah laba setelah pajak / Earning After tax (EAT).
 Dengan menggunakan contoh laporan keuangan perusahaan tbk berikut ini :

C
ontoh : Laporan Keuangan – Neraca
  

Co
ntoh : Laporan Keuangan – Laba Rugi
 Margin Laba atas Penjualan = Laba Bersih : Penjualan
= $117,5 : $3.000 = 3,9%
 Sedangkan rata-rata industri sejenis adalah sebesar = 5%.
 Dari hasil perhitungan di atas, kita bisa melihat bahwa margin laba perusahaan
tersebut adalah di bawah rata-rata industri.
 Hasil yang berada di bawah rata-rata ini terjadi karena biaya yang terlalu
tinggi. Biaya yang terlalu tinggi ini, terjadi karena operasi yang tidak efisien.
 Margin laba yang rendah ini juga bisa disebabkan oleh tingginya penggunaan
utang. Sebagaimana kita tahu bahwa LABA BERSIH adalah laba setelah
bunga.
 Jadi jika dua perusahaan yang memiliki operasi yang identik  di mana
penjualan, biaya operasi, dan EBIT sama.
 Namun, jika satu perusahaan menggunakan lebih banyak utang dibandingkan
lainnya, maka perusahaan tersebut akan memiliki BEBAN BUNGA yang
lebih tinggi.
 Beban bunga tersebut akan menurunkan laba bersih, karena penjualan konstan,
hasilnya adalah margin laba yang relatif rendah.
 Dalam situasi yang seperti ini, margin laba yang rendah akan menunjukkan
adanya perbedaan pada strategi pendanaan dan bukan masalah operasi.
Jadi perusahaan dengan margin laba yang rendah kemungkinan akan
mendapatkan tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham yang
tinggi karena adanya penggunaan leverage keuangan.
Pengembalian atas Total Aset atau Return on Total Assets (ROA) adalah rasio
Laba Bersih terhadap Total Aset.
Bila dituliskan dalam sebuah rumus, adalah seperti berikut ini :
ROA = Laba Bersih : Total Aset
ROA = Laba Bersih :Total Aset
ROA = $117,5 : $2.000 = 5,9%
Dan rata-rata industri sejenis adalah = 9%
Dengan melihat hasil perhitungan ROA di atas, maka kita bisa menyimpulkan
bahwa pengembalian perusahaan tersebut jauh di bawah standar.
Dan hal ini bukanlah sesuatu yang baik, walaupun tingkat pengembalian atas
aset yang rendah tidak selalu berarti buruk.
Hal itu bisa disebabkan oleh keputusan perusahaan yang disengaja untuk
menggunakan utang dalam jumlah besar, dan beban bunga yang tinggi
menyebabkan laba bersih menjadi relatif lebih rendah.
Utang menjadi penyebab rendahnya ROA perusahaan tersebut
Cara menghitung rasio profitabilitas ini adalah dengan membagi jumlah laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aset. Dan bila dituliskan dalam
sebuah rumus, maka akan seperti berikut ini :
Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (BEP) = EBIT : Total Aset
Untuk lebih jelasnya berikut ini contoh perhitungan BEP dengan data-data dari
contoh laporan keuangan perusahaan tbk di atas, sehingga hasilnya adalah :
BEP = EBIT : Total Aset
BEP = $283,8 : $2.000 = 14,2%
Dan rata-rata industri yang sejenis besarnya BEP adalah = 18%.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset
perusahaan, sebelum pengaruh pajak dan leverage.
Rasio ini bermanfaat ketika membandingkan perusahaan dengan berbagai
tingkat leverage keuangan dan situasi pajak.
Dan karena rasio perputarannya rendah serta margin laba atas penjualan juga
buruk, perusahaan tidak mendapatkan tingkat pengembalian atas aset setinggi
rata-rata perusahaan sejenis.
Pengembalian Ekuitas Biasa atau ROE adalah rasio laba bersih terhadap
ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham
biasa.
Rasio akuntansi “bottom line” adalah pengembalian atas ekuitas biasa (return
on common equity – ROE), dan bila ditulisakan dalam sebuah formula sebagai
berikut :
ROE = Laba Bersih : Ekuitas Biasa
Untuk contoh perhitungan ROE, masih menggunakan contoh laporan
keuangan perusahaan tbk di atas, kita dapat mengetahui ROE-nya sebagai
berikut :
ROE = Laba Bersih : Ekuitas Biasa
ROE = $117,5 : $940 = 12,5%
Sedangkan rata-rata industri sejenis adalah sebesar = 15%.
Pemegang saham berharap mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan
rasio ini menunjukan besarnya pengembalian tersebut dari sisi akuntansi.
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai ROE sebesar 12,5%, berada
dibawah nilai standar di industri sejenis sebesar 15%.
ROE yang sedikit lebih baik ini disebabkan banyaknya penggunaan utang oleh
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai