b. Radioisotope:
1) Calcium137 unit, sinar gamma : 0.6 MeV.
2) Cobalt60 unit, sinar gamma . 1.3 MeV.
3) Radium226 unit, sinar. a, 0, y . 1.6 MeV.
C. INTRAVENA
Larutan radioisotope disuntikkan ke dalam vena. Misalnya I131 yang disuntikkan
intravena akan diserap oleh thyroid, untuk mengobati kanker thiroid dan P32 akan
diserap oleh tulang dan sumsum tulang untuk mengobati kanker myelum. Kini
radioisotope dapat pula digabungkan secara kimiawi dengan antibodi monoclonal
yang spesifik terhadap satu jenis kanker, sehingga dengan demikian terciptalah
apa yang disebut “peluru ajaib” (magic bullet). Peluru ajaib yang disuntikkan
intravena itu akan mencari sel-sel kanker dimanapun ia berada dan
membunuhnya tanpa merusak sel-sel normal. Konsep peluru ajaib itu telah
dicobakan tahun 1982 oleh Order di USA pada kanker hati dan dikatakan
hasilnya cukup memuaskan. Order menyebut tekniknya itu dengan terapi radio-
immunoglobulin. Antibodi monoclonal yang spesifik terhadap satu jenis kanker
dapat dibuat dengan teknik rekayasa gen, yaitu teknik hibridoma.
X. KOMPLIKASI RADIOTERAPI
Komplikasi radioterapi dapat berupa:
a. KOMPLIKASI DINI (kurang dari 1 tahun)
1) Kombusio 5) Mual-muntah
2) Dermatitis 6) Anoreksi
3) Mukositis 7) Depresi sumsum
4) Erosi-ulkus 8) Dsb.
b. KOMPLIKASI LAMBAT (setelah 1 tahun)
1) tropi-ulkus 5) Perdaraban usus
2) Fibrosis 6) Paralise saraf
3) Stenosis 7) Ganguan pertumbuhan
4) Kontraktur 8) Dsb.
a. JENIS KANKER
Untuk keperluan pemberian, khemoterapi kanker dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1) Kanker hemopoitik dan limphopoitik
Kanker hemopoitik dan limphopoitik umumnya merupakan kanker
sistemik. Termasuk dalam jenis kanker ini ialah: kanker darah (leukemia),
limfoma maligna dan kanker sumsum (myeloma). Terapi utama kanker
hematologi ialah dengan khemoterapi, sedang operasi dan radioterapi
sebagai adjuvan.
2) Kanker padat (solid)
Kanker padat mulai lokal, lalu menyebar regional dan atau sistemik ke
organ-organ lain. Dalam kanker jenis ini termasuk semua kanker di luar
kanker hematologi. Terapi utama kanker ini ialah dengan operasi dan atau
radioterapi, sedang khemoterapi baru diberikan pada stadium lanjut atau
sebagai adjuvan.
b. SENSITIVITAS KANKER
Sensitivitas tumor terhadap obat anti-kanker tidaklah konstan, tetapi pada
umumnya:
1) Sensitif
Sebagian besar tumor solid adalah khemoresponsif atau resistens, hanya
beberapa jenis kanker yang khemosensitif sedang kanker hematologi
umumnya khemosensitif yang dapat disembuhkan dengan obat-obat anti-
kanker, seperti:
(a) Leukemia (d) Choriokarsinoma
(b) Limfoma maligna (e) Kanker testis
(c) Myeloma (f) Dsb.
2) Resonsif
a) Tumor kecil
b) Tumor yang pertumbuhannya cepat
c) Tumor yang diferensiasi selnya jelek
Contoh kanker: mamma, serviks, paru, kulit, dsb.
3) Resistens
a) Tumor besar
b) Kanker yang pertumbuhannya pelan
c) Kanker yang diferensiasi selnya baik
Contoh: Kanker otak, fibrosarkoma, melanoma maligna, dsb.
Sensitivitas kanker terhadap khemoterapi ada yang telah ada sejak asal
mulanya dan dapat pula timbul dalam perjalanan pengobatan kanker.
Resistensi obat yang timbul terjadi karena ada perubahan farmakokinetika
obat ini, seperti:
a) Perubahan absorpsi
(1) Variabilitas absorbsi obat di gastrointestinal
(2) Adanya penyakit gastrointestinal
(3) Tidak makan obat seperti seharusnya (non compliance)
(4) Formulasi obat yang tidak cocok.
b) Perubahan distribusi
(1) Perubahan ikatan obat dengan protein serum
(2) Perubahan distribusi karena ada obat lain yang mengikat protein
serum.
c) Perubahan metabolisme
(1) Perubahan enzim yang mengadakan detoksifikasi
(2) Penyakit hati
(3) Ada obat lain yang ikut serta
(4) Pengurangan konjugasi obat karena usia.
d) Pengurangan ekskresi
(1) Penyakit hati
(2) Penyakit ginjal.
f. IMMUNITAS TUBUH
Pada penderita kanker yang telah manifest klinik, immunitasnya tertekan.
Diperkirakan kemampuan tubuh untuk mengatasi sel kanker terbatas sampai
sejumlah 105 sel. Setelah jumlah sel kanker dapat dikecilkan sampai 105 sel,
diharapkan immunitas tubuh mengambil alih untuk menghancurkan lebih
lanjut sisa sel kanker yang masih ada. Perlu pula diperhatikan bahwa operasi,
radioterapi dan khemoterapi juga dapat menurunkan immunitas tubuh.
7. PEMANTAUAN KHEMOTERAPI
Obat-obat anti-kanker sangat toksis, karena itu pada pemberian khemoterapi
perlu dikerjakan pemantauan toksisitasnya. Sebelum memberikan khemoterapi
terlebih dulu harus diketahui dengan baik bagaimana status penderita sebagai
data dasar:
a) Fisik penderita. terutama status penampilan dan toksisitac
b) Radiologi, terutama keadaan parunya
c) Laboratorium, terutama hemoglobin, leukosit dan thrombosit.
a. TOKSISITAS KHEMOTERAPI
Toksisitas khemoterapi perlu dipantau untuk menghindari komplikasi yang
fatal. Kalau timbal toksisitac dosis obat-obat yang diberikan perlu
disesuaikan dan kalau perlu dihentikan untuk sementara sampai toksisitas
dapat diatasi.
Sebelum memberikan khemoterapi perlu diperiksa darah, fungsi hati, fungsi
ginjal, dsb. Untuk darah pemberian dosis protokol sebaiknya diberikan bila
hemoglobin 10 mg%, Leukosit 4.000 per mm3 dan thrombosit 100.000
per mm3. (Tabel 3, 4, 5 & 6)
b. KOMPLIKASI KHEMOTERAPI
1) Segera
a) Shock c) Nyeri pada tempat suntikan
b) Arrhythmia d) Dsb.
2) Dini
a) Mual/Muntah c) Panas, reaksi hipersensitif
b) Panas d) Dsb.
3) Lambat (beberapa hari)
a) Stomatitis e) Nephrotoksis
b) Diarrhoea f) Neuropathi
c) Alopecia g) Dsb.
d) Depresi sumsum tulang, terjadi:
(1) Setelah 1-3 minggu: sebagian besar obat anti-kanker
(2) Setelah 4-6 minggu: nitrosourea
4) Lambat (beberapa bulan)
a) Hiperpigmentasi kulit
b) Lesi organ:
(1) Adriamycin: hati
(2) Bleomycin, Busulfan: paru
(3) Methotrexate: hati
c) Gangguan kapasitas reproduksi:
(1) Amenorhoea
(2) Penurunan konsentrasi sperms
d) Gangguan endokrine:
(1) Feminisasi
(2) Virilisasi
e) Efek karsinogen.
Tabel 3: Toksisitas darah dan penyesuaian dosis khemoterapi
Keterangan:
* = Jika serum kreatinin satu-satunya parameter fungsi ginjal yang dapat
dikerjakan, pada orang tua dosis obat harus diturunkan lagi
§ = Adanya proteinuria 3 gr/l juga memerlukan penyesuaian dosis
@ = MTX, dosis standar
# = Bleomycin (BLM), Etoposide (VP-16), Teniposide (VM-26), Melphalan=
Phenylalanin mustrad (L-PAM), Ifosfamide (IFO), Cyclophosphamide
(CPA/CTX), Procarbazine (PCZ), Mithomycin-C (MMC), Dacarbazine
(DTIC).
d. INTRA TUMORAL
Obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena
dapat melepaskan sel kanker dari tumor induknya dan ada cara lain yang
lebih efektif, yaitu operasi (eksisi, debulking, elektrokoagulasi), atau
radioterapi.
e. INTRACAVITAR
Obat disuntikkan atau diinstalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, perikardial, vesikal atau tekal. Contoh: instalasi bleomycin,
fluorouracil, chlormetine, terramycin, dsb. intrapleura untuk efusi maligna.
f. TOPIKAL
Pemberian salep Fluorouracil pada kanker kulit.
9. HASIL KHEMOTERAPI
Hasil atau respons khemoterapi dapat berupa:
a. SUBJEKTIF
Mengukur hasil subjektif/hasil terapi kanker sukar tetapi sebagai pegangan
dapat dipakai parameter:
1) Berat badan
2) Status penampilan.
b. OBJEKTIF
Hasil objektif ada yang dapat dan yang tidak dapat diukur serta dapat
diperiksa secara klinik, radiologi, biokimia atau pemeriksaan stadium klinik-
patologi.
1) Respons komplit = (complete response = CR)
Semua tumor menghilang untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu.
2) Respons partial = (partial response = PR)
Semua tumor mengecil sedikitnya 50% dan tidak ada tumor baru yang
timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu
3) Tidak berubah = (no change = NC)
Tumor mengecil kurang dari 50% atau membesar kurang dari 25%.
4) Penyakit progresif = (progresive disease = PD)
Tumor membesar 25% atau lebih atau timbul tumor baru yang dulu tidak
diketahui adanya.