Anda di halaman 1dari 11

Agrointek Volume 13 No 2 Agustus 2019:132-142

PEMBUATAN SABUN CAIR BERBAHAN BAKU MINYAK KELAPA


DENGAN BERBAGAI VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK TEH
PUTIH

Asri Widyasanti1†, Adryani Tresna Winaya1, S. Rosalinda1

1
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

Article history ABSTRACT


Diterima: 30 Maret 2019 Coconut oil is one of the soap base materials that can be
Diperbaiki:19 Juni 2919 used, because it has a high content of lauric acid. The
Disetujui:26 Juni 2019 addition of white tea extract served as an active
substance to add properties functions. The purpose of
Keyword this study was to determine the effect of adding white tea
extract white tea, extract to the characteristics of liquid soap. This study
coconut oil, was used an experimental laboratory method with
liquid soap regression-correlation analysis and descriptive analysis.
The treatments in this study were the addition of white
tea extract concentrations (1% v / v) of A = 0% (w / v), B
= 0.5% (w / v), C = 1.0% (w / v), D = 1.5% (w / v), and
E = 2.0% (w / v), out of 300 grams soap basis.
Parameters observed included specific gravity, pH , total
plate count, organoleptic test, and antibacterial test of
liquid soap. The analysis results showed that every
formulas met the requirement based on SNI 06-4085-
1996 of liquid soap. The liquid soap formula with D
treatment was the best product according to
organoleptics test with a percent of 40 %. The
antibacterial test was showed liquid soap formula with E
treatment has a strong bacterial inhibitory activity of
12.93 mm ± 0.33 with a specific gravity value of 1.025
g/g± 0.002, pH 9.23± 0.059, and a total plate value of 5.5
x 104 colonies / g ± 0 .
© hak cipta dilindungi undang-undang


Penulis korespondensi
Email: asri.widyasanti@unpad.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/agrointek.v13i2.5102
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 133

memiliki banyak manfaat diantaranya


PENDAHULUAN adalah sebagai antibakteri, antikanker,
Sabun merupakan salah satu produk antioksidan, antiobesitas, dan anti-aging
non-pangan yang cukup penting, dan (Preedy,2013).
sering digunakan manusia untuk Berdasarkan pemaparan tersebut
membersihkan diri. Sabun tidak hanya penggunaan asam laurat pada minyak
dapat digunakan untuk membersihkan kelapa dengan tambahan ekstrak teh putih
diri, namun dapat berguna sebagai obat pada pembuatan sabun cair, dapat
penyakit kulit yang disebakan oleh jamur menghasilkan sabun cair dengan
atau bakteri. Berdasarkan bentuk fisiknya efektifitas yang baik. Asam laurat pada
sabun yang sering digunakan adalah sabun minyak akan memberikan karakteristik
cair dan sabun padat. Namun saat ini sabun yang lembut di kulit dan efek
sabun cair lebih banyak diminati oleh pembusaan yang baik, sedangkan katekin
masyarakat. Sabun cair memiliki pada ekstrak teh putih memberikan efek
keunggulan yaitu mudah digunakan, antibakteri pada sabun. Pada penelitian ini
disimpan, dan lebih higienis bagi memerlukan formulasi yang tepat untuk
konsumen. menghasilkan sabun cair dengan
Proses pembuatan sabun terjadi campuran minyak kelapa dan ekstrak teh
antara asam lemak yang ada pada minyak putih.
bereaksi dengan larutan alkali garam atau Tujuan penelitian ini adalah
basa kuat yang kemudian ditambahkan mengetahui proses pembuatan sabun cair
dengan pewangi maupun antiseptik . berbasis minyak kelapa. Mendapatkan
Reaksi tersebut dikenal dengan reaksi sediaan yang sesuai untuk pembuatan
safonifikasi, safonifikasi merupakan sabun cair berbasis minyak kelapa dengan
proses penyabunan yang mereaksikan tambahan ektrak teh putih. Mengetahui
suatu lemak atau gliserida dengan basa. mutu sabun cair yang dihasilkan terhadap
Minyak kelapa merupakan salah satu standar mutu sabun cair SNI 06-4085-
bahan baku sabun yang dapat digunakan, 1996
berdasarkan kandungan asam lemaknya
minyak kelapa memiliki kandungan asam METODE
laurat yang tinggi. Asam laurat (C12H24O2) Alat-alat yang digunakan adalah
tergolong kedalam jenis asam lemak timbangan analitik, beaker glass 250 ml,
rantai menengah (medium chains beaker glass 500 ml, batang pengaduk,
tryglicherides). Menurut Gani et al., slow cooker, pipet volum 10 ml, pH
(2005) asam laurat mampu memberikan meter, gelas ukur 100 ml, erlenmeyer 250
sifat berbusa yang sangat baik, dan asam ml, Ultrasound processor, Rotary vacuum
laurat yang berkhasiat sebagai evaporator, piknometer, pipet ukur 10 ml,
antimikroba alami, sehingga minyak tabung reaksi, cawan petri, lemari
kelapa dapat digunakan sebagai bahan pengeram 36 ± 1℃, alat penghitung
baku sabun. koloni (colony counter), oven, cawan,
erlenmeyer asah, thermometer digital,
Penambahan zat aktif dapat
masker dan sarung tangan.
dicampurkan kedalam formulasi sabun,
penambahan tersebut bertujuan untuk
menambah fungsi khusus sabun lainnya.
Bahan lainnya yang digunakan dalam
pembuatan sabun cair pada penelitian ini
adalah ekstrak teh putih. Teh putih
134 Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142

Tabel 1 Formulasi pembuatan sabun cair dengan berbagai konsentrasi ekstrak teh putih

Perlakuan
Bahan
A B C D E
Minyak Kelapa 75 75 75 75 75
Kalium Hidroksida (KOH) 30% 52,5 52,5 52,5 52,5 52,5
Gliserin 10,25 10,25 10,25 10,25 10,25
Propilena Glikol 22,5 22,5 22,5 22,5 22,5
Aquadest 134,29 132,79 131,29 129,79 128,29
Coco-DEA 5,46 5,46 5,46 5,46 5,46
Ekstrak Teh Putih 0 1,5 3 4,5 6
pengujian mutu sabun mandi cair yaitu
Bahan baku utama yang digunakan
Bahan – bahan kimia yang digunakan
dalam penelitian ini adalah minyak kelapa
yaitu etanol 96%, phenolphtalein (PP),
Delfico dan ekstrak teh putih yang
aseton, dietil eter, media plate count agar
didapatkan dari Pusat Penelitian Teh dan
(PCA), buffered peptone water (BPW),
Kina (PPTK) Gambung, Jawa. Bahan
dan alkohol 70%.
kimia yang digunakan yaitu Kalium
hydroxide (KOH) 30%, gliserin, aquadest, Pembuatan ekstrak teh putih dengan
propilena glikol, coco-DEA, etanol 96%, menggunakan metode UAE.
phenolphtalein (PP), dietil eter, media Pembuatan ekstrak teh putih dengan
plate count agar (PCA), buffered peptone pelarut etanol 96% dengan perbandingan
water (BPW), dan alkohol 70%. 1:100 (b/v) menggunakan Ultrasound
Metode penelitian yang digunakan Processor selama 30 menit dengan
adalah metode eksperimental laboratorium amplitudo 100%, frekuensi 20 kHz, dan
dengan menggunakan analisis korelasi- 500 W. Penyaringan dilakukan dengan
regresi dan analisis deskriptif untuk menggunakan kertas saring whatman no
menggetahui pengaruh perlakuan variasi 42. Hasil ekstraksi yang telah dipisahkan
konsentrasi ekstrak teh putih terhadap dari padatan diuapkan kandungan
kualitas mutu sabun cair yang pelarutnya menggunakan rotary vacuum
dihasilkan.Penelitian ini dilakukan dengan evaporator pada suhu 40°C, dan putaran
5 taraf perlakuan, yaitu penambahan 55 rpm.
konsentrasi ekstrak teh putih (1,0% v/v) Pembuatan Sabun Cair dengan
sebesar A = 0% (b/v), B = 0,5% (b/v), C = Penambahan Ekstrak Teh Putih
1,0% (b/v), D = 1,5% (b/v), dan E = 2,0 % Proses pembuatan sabun
(b/v). Pada setiap perlakuaan dilakukan 3 menggunakan metode hot process.
kali ulangan untuk memperkecil kesalahan Minyak kelapa dipanaskan dengan
dalam penelitian.Formulasi pembuatan slowcooker. Selanjutnya memasukkan
sabun mandi cair dengan berbagai larutan KOH 30 % dan diaduk hingga
konsentrasi ekstrak teh putih disajikan homogen. Selanjutnya melakukan clarity
pada Tabel 1. test dan mengamati warna dari hasil pasta
Persiapan Bahan Baku Pembuatan sabun. Kemudian memasukkan aquades,
Sabun gliserin dan PG. Selanjutnya menurunkan
Tahapan persiapan bahan baku terdiri suhu dan memasukkan Coco DEA dan
dari mempersiapkan bahan-bahan kimia ekstrak teh putih. Tahap terakhir
untuk pembuatan sabun cair. Persiapan pengkondisian penyimpanan sabun mandi
bahan antara lain KOH padat menjadi cair selama 24 jam. Proses pembuatan
larutan KOH dengan konsentrasi 30% b/v. Sabun Cair dengan penambahan ekstrak
Selain itu bahan penunjang untuk teh putih dapat dilihat pada Gambar 1.
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 135

Pengujian Mutu Sabun Cair sabun. Menurut (Widyasanti et.al., 2019)


Prosedur untuk uji mutu sabun cair penguapan disebabkan adanya zat
yang dihasilkan sesuai dengan SNI 06- menguap berupa akuades yang
4085-1996 mengenai syarat mutu sabun ditambahkan ke dalam formulasi sabun
mandi cair, yaitu meliputi bobot jenis, cair. Adanya lapisan minyak yang terdapat
nilai pH, dan bobot jenis. Selain uji di bagian atas sabun sebanyak ± 28,541 g
antibakteri dan uji organoleptik terhadap
setelah penyimpanan 1 minggu juga
warna, aroma, banyak busa, kesan saat
pemakaian dan kesan setelah pemakaian. mempengaruhi rendemen, lapisan minyak
ini harus dipisahkan sehingga rendemen
HASIL DAN PEMBAHASAN akhir sabun menjadi berkurang. Hal yang
A. Rendemen Sabun sama juga terjadi dalam rendemen
Pembuatan sabun cair minyak kelapa pembuatan sabun cair berbasis minyak
dilakukan dengan menggunakan metode kelapa dengan metode heat infusions,
hot process. Proses pembuatan sabun dimana adanya sejumlah lapisan minyak
dimulai dengan pembuatan pasta sabun sekitar 17,05% dari total berat sabun cair
selama 3 jam yang dilanjutkan dengan
yang dihasilkan harus dipisahkan dari
proses dilusi selama 2,5 jam. Total bahan
yang digunakan pada pembuatan sabun sabun cair (Uswah et.al, 2019). Sisa – sisa
yaitu 300 gram, akan tetapi setelah sabun cair yang menempel pada
melalui proses tersebut produk sabun yang slowcooker dan sulit untuk dipindahkan
dihasilkan menjadi berkurang. Massa ke dalam botol kemasan sabun juga
akhir sabun yang dihasilkan berkisar ± menyebabkan adanya sejumlah massa
146,0325g. Tabel 2 merupakan hasil yang hilang dan mempengaruhi rendemen.
pengukuran rendemen pembuatan sabun
kelapa dengan ekstrak teh putih, Tabel 2 Pengukuran rendemen sabun cair
sedangkan Gambar 2 merupakan
penampakan visual dari sabun yang Rendemen
Perlakuan SD
dihasilkan. (%)
Nilai rendemen yang dihasilkan dari A 45,94 4,036
setiap perlakuan sabun tidak sama, karena B 46,55 2,235
selama proses pembuatan sabun C 48,04 3,244
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor D 47,99 3,474
yang mempengaruhi banyaknya rendemen E 54,86 2,356
sabun diantaranya adalah penguapan zat
yang terjadi selama proses pembuatan
136 Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142

Gambar 1 Diagram Proses Pembuatan Sabun Mandi Cair

Analisis Sabun Mandi Cair (SNI 06- 1,035 y = -0,0002x2 + 0,0022x + 1,0202
4085-1996) R² = 0,956
1,03
Bobot Jenis
Bobot Jenis (g/g)

1,0246 1,0248 1,0253


1,024
1,025 1,022
Bobot jenis merupakan perbandingan
bobot zat di udara pada suhu 25˚C 1,02
terhadap bobot air dengan volume dan 1,015
suhu yang sama (Voight, 1994). Bobot
jenis dalam sabun cair tersebut dapat 1,01
A B C D E
dilihat pada Gambar 3. Perlakuan

Hasil pengukuran menunjukan bobot Gambar 2 Pengukuran bobot jenis dalam sabun
jenis pada sabun cair terendah dimiliki mandi cair.
sabun cair pada perlakuan A (konsentrasi Peningkatan bobot jenis diduga
minyak kelapa 100 %) yaitu 1.0220 g/g ± diakibatkan oleh pengaruh penambahan
0.0081, sedangkan nilai bobot jenis ekstrak teh putih pada sediaan sabun.
tertinggi di dapatkan pada sabun cair Bobot jenis ekstrak teh putih lebih tinggi
perlakuan E yaitu 1,0253 g/g± 0,00201. dibandingkan bobot jenis minyak kelapa.
Karakteristik bobot jenis ekstrak teh putih
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 137

hasil ekstrasi berbantu ultrasonik (UAE) Nilai pH


sebesar 1,0306 g/g (Widyasanti et al,
2018). Perbedaan nilai bobot jenis dapat Pada produk kosmetika, nilai pH
disebabkan oleh jenis dan konsentrasi sangat perlu diperhatikan karena nilai pH
bahan baku dalam larutan. Setiap bahan dapat mempengaruhi daya absorpsi kulit.
baku yang ditambahkan dalam formulasi Nilai pH sabun cair yang diizinkan oleh
sabun sangat menentukan bobot jenis SNI,1996 umumnya berkisar antara 8
produk sabun yang dihasilkan. Semakin hingga 11. Nilai pH sabun cair yang
tinggi bobot bahan baku yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat
ditambahkan, maka bobot jenis sabun mempengaruhi daya absorbansi kulit
yang dihasilkan akan semakin tinggi sehingga menyebabkan iritasi pada kulit
(Nurhadi, 2012). seperti luka, gatal atau mengelupas
(Wasitaatmaja, 1997). Pengukuran nilai
Melihat nilai koefisien determinasi pH pada sabun cair dapat dilihat pada
atau R2 (R-square) pada grafik yang Gambar 4.
disajikan pada grafik, dapat dilihat bahwa
9,4 y = 0,0021x2 - 0,0079x + 9,216
nilai koefisien determinasi atau nilai R2 R² = 0,9821
yang dihasilkan cukup tinggi yaitu 0,956. 9,3 9,23
9,21 9,21 9,21 9,22
Nilai koefisien determinasi menunjukkan 9,2
nilai pH

nilai keeratan atau hubungan antara bobot


jenis dan penambahan ekstrak teh putih. 9,1
Nilai 0,956 dapat diartikan dengan 95,6 % 9
perubahan bobot jenis dapat dipengaruhi
8,9
oleh penambahan ekstrak teh putih A B C D E
Perlakuan
sedangkan 4,4 % dipengaruhi oleh faktor
lainnya. Berdasarkan nilai R-square, Gambar 3 Pengukuran nilai pH dalam sabun mandi
didapat nilai koefisien korelasi (r) yaitu cair.
dengan mengakarkan nilai R2,sehingga
dihasilkan nilai r = 0,977 . Nilai koefisien Hasil pengukuran pH yang diperoleh
korelasi 0,977 termasuk pada kategori menunjukkan sabun E memiliki nilai pH
sangat kuat, korelasi antara bobot jenis yang paling besar yaitu 9,23± 0,059
terhadap penambahan ekstrak teh putih sedangkan untuk sabun A, B, dan C
sangat kuat, atau peningkatan bobot jenis memiiki nilai pH terendah yaitu 9,21±
yang dipengaruhi oleh penambahan 0,102. Penambahan ekstrak teh putih tidak
ekstrak teh putih sangat kuat. menunjukan peningkatan nilai pH sabun
secara signifikan, pH sabun A, B, C sabun
Nilai bobot jenis menunjukkan sabun cair cenderung stabil, akan tetapi pada
cair yang dihasilkan sudah memenuhi perlakuan sabun D dan E mengalami
kriteria SNI 06-4085-1996 yaitu bobot sedikit kenaikan. Sabun cair memiliki pH
jenis berkisar dari 1,01 – 1,10. Pada basa, hal ini dikarenakan bahan dasar
parameter bobot jenis ini tidak ada penyusun sabun cair adalah KOH yang
perbedaan yang cukup tinggi pada tiap bersifat basa kuat. Peningkatan nilai pH
konsentrasi ekstrak teh putih yang pada sabun D dan E diduga disebabkan
ditambahkan untuk bahan baku oleh penambahan ekstrak teh putih.
pembuatan sabun cair , akan tetapi Berdasarkan pengukuran pH ekstrak teh
memiliki korelasi positif dimana nilai putih sebesar 5 (bersifat asam), akan
bobot jenis semakin besar dengan semakin tetapi semakin besar penambahan
banyaknya ekstrak teh putih yang konsentrasi ekstrak teh putih
ditambahkan. dimungkinkan terdapat penambahan
138 Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142

senyawa aktif alkanoid dalam teh yang Hasil pengamatan uji angka lempeng
merupakan senyawa organik yang total pada sabun cair dengan berbagai
bersifat alkali (Lenny, 2006), sehingga konsentrasi ekstrak teh putih serta sabun
penambahan ekstrak teh putih pada sabun pembanding dapat dilihat pada Tabel 3.
akan menyebabkan peningkatan nilai pH Tabel 3 Hasil uji angka lempeng total sabun
pada sabun.
Pada grafik yang disajikan pada Rata-rata Angka
Gambar 4, diketahui bahwa nilai koefisien Sampel Lempeng Total SD
determinasi atau R2 dari persamaan (Koloni/g)
A 0,275 x 105 0
polymonial yang dihasilkan yaitu 0,9821.
B 0,85 x 105 0,354
Nilai R2 sebesar 0,9821 menunjukkan
C 1 x 105 1,414
98,21 % perubahan nilai pH dipengaruhi
D 0,825 x 105 0
oleh penambahan ekstrak teh putih,
E 0,5 x 105 0 0
sedangkan nilai r adalah hasil pengakaran
nilai R2 yaitu 0,991. Nilai r atau koefisien Sabun A memiliki nilai angka
korelasi 0,991 termasuk pada kategori lempeng total terrendah yaitu dengan rata
sangat kuat, korelasi antara pH terhadap rata 0,275 x 105 ± 0,00 . Hal ini terlihat
penambahan ekstrak teh putih sangat kuat. dari Tabel 3,dimana perlakuan A (kelapa
100%) pada pengenceran 1:10000 (10-4)
Kriteria mutu nilai pH yang baik
dan 1:100000 (10-5) hanya terdapat 1
untuk sabun mandi cair menurut SNI 06-
koloni cemaran mikroba pada sabun,
4085-1996 berkisar antara 8 – 11.
sedangkan sabun perlakuan C memiliki
Sehingga analisis nilai pH untuk sabun
nilai rata-rata angka lempeng total yang
cair yang dihasilkan pada penelitian ini
terbesar yaitu 1 x 105± 1,41. Sabun
sudah sesuai dengan kriteria mutu SNI 06-
dengan perlakuan C (penambahan ekstrak
4085-1996. Pada parameter pH ini tidak
ada perbedaan yang cukup tinggi pada tiap teh putih 1,0 % (b/v) ) pada pengenceran
konsentrasi ekstrak teh putih yang 1:10000 (10-5) terdapat 3 koloni cemaran
ditambahkan untuk bahan baku mikroba pada sabun
pembuatan sabun cair, akan tetapi Semakin banyak koloni bakteri pada
memiliki korelasi positif dimana nilai pH sabun menandakan semakin besarnya
semakin besar dengan semakin banyaknya cemaran atau kontaminasi bakteri yang
ekstrak teh putih yang ditambahkan. ada pada sabun. Hasil pengujian angka
Uji angka lempeng total lempeng total menunjukkan perbedaan
diduga berasal dari banyaknya koloni
Uji angka lempeng total merupakan yang ada, selain itu juga disebabkan
salah satu metode yang digunakan untuk beberapa faktor salah satunya adalah
mengetahui adanya bakteri yang faktor lingkungan, dimana suhu, udara,
terkandung dalam sediaan sabun. Uji dan kelembaban dapat mempengaruhi atau
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih memacu tumbuhnya mikroba.
tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob Berdasarkan hasil penghitungan angka
mesofil menggunakan media padat dengan lempeng total, sabun cair dengan
hasil akhir berupa koloni yang dapat penambahan berbagai konsentrasi ekstrak
diamati secara visual berupa angka dalam teh putih mempunyai cemaran mikroba
koloni (cfu) per ml/gram atau koloni/100 yang sesuai standar SNI sabun mandi cair
ml. Cara yang digunakan antara lain (SNI 06-4085-1996) yaitu berkisar
dengan cara tuang, cara tetes, dan cara maksimal 1×105 koloni/g. Diduga dalam
sebar (BPOM, 2008). sabun cair terdapat zat kimia yang
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 139

memiliki sifat antimikroba baik baik aktif ekstrak teh putih.


berasal dari minyak kelapa maupun bahan

Gambar 4 Sabun kelapa dengan berbagai konsentrasi ekstrak teh putih


Keterangan
A : sabun minyak kelapa 100 %
B : sabun minyak kelapa dengan penambahan ekstrak teh putih 0,5 % b/v
C : sabun minyak kelapa dengan penambahan ekstrak teh putih 1,0 % b/v
D : sabun minyak kelapa dengan penambahan ekstrak teh putih 1,5 % b/v
E : sabun minyak kelapa dengan penambahan ekstrak teh putih 2,0 % b/v
Tabel 4 Hasil rekapitulasi mutu sabun cair menurut SNI 06-4085-1996
Hasil Analisis
Parameter Perlakuan Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Teh Putih
A B C D E
Bobot Jenis(g/g) 1,022 1,024 1,024 1,0248 1,0253
Nilai pH 9,21 9,21 9,21 9,22 9,23
Angka Lempeng Total (Koloni/g)
0,275x105 0,85 x105 1 x 105 0,825 x105 0,55 x105
Tabel 5 Hasil rekapitulasi uji organoleptic
Hasil Analisis Rata-rata Penilaian Panelis
Perlakuan perbedaan konsentrasi ekstrak teh putih
Sabun Cair
Kesan saat Kesan setelah
Warna Aroma Banyak busa
pemakaian pemakaian
A 4 2 4 4 4
B 4 3 4 4 4
C 4 3 4 4 4
D 4 3 4 4 4
E 4 3 4 4 3
140 Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142

Rekapitulasi Hasil dan Mutu Sabun sedangkan nilai zona hambat sabun A
Mandi Cair memiliki nilai zona hambat terendah yaitu
8,4 mm ± 1,93. Nilai zona hambat pada
Hasil analisis dari uji mutu sabun cair
sabun cair cenderung mengalami
minyak kelapa setiap perlakuan dengan
peningkatan dengan semakin banyaknya
berbagai konsentrasi ekstrak teh putih dan
penambahan ekstrak teh putih pada
dibandingkan dengan standar. Standar
sediaan sabun.
yang digunakan untuk uji mutu adalah
Standar Nasional Indonesia untuk sabun Adanya zona hambat ini
mandi cair (SNI 06-4085-1996). Berikut menunjukkan bahwa adanya aktifitas
merupakan hasil rekapitulasi mutu sabun antibakteri yang dihasilkan dari sabun.
cair menurut SNI 06-4085-1996 yang Antibakteri pada sabun berasal dari
disajikan pada Tabel 4. kandungan senyawa katekin yang ada
pada ekstrak teh putih. Senyawa katekin
Hasil analisis uji mutu SNI 06-4085-
pada teh putih merupakan senyawa yang
1996 sabun mandi cair menunjukkan
mamiliki sifat antibakteri sehingga dapat
seluruh sabun cair berbasis minyak kelapa
menghambat pertumbuhan bakteri gram
dengan tambahan berbagai konsentrasi
positif dan gram negatif. Hal ini diperkuat
ekstrak teh putih sudah sesuai dengan
dengan penelitian Hajar (2014) yang
standar (SNI 06-4085-1996).
menyatakan adanya aktifitas antibakteri
Uji Antibakteri dalam ekstrak teh putih terhadap gram
Antibakteri merupakan zat yang positif maupun gram negatif. Pada
dapat mengganggu pertumbuhan atau penelitian tersebut zona bening atau zona
bahkan mematikan bakteri dengan cara hambat bakteri Staphylococos aureus yang
mengganggu metabolisme mikroba yang terbentuk akibat ekstrak teh putih adalah
merugikan. Bakteri yang digunakan pada 10,16 mm
uji sabun ini adalah bakteri gram positif Melihat nilai koefisien determinasi
staphylococcus aureus yang dapat atau R2 (R-square) pada grafik yang
menyerang kulit. Pengukuran aktifitas disajikan pada gambar 10, nilai R2 yang
antibakteri pada sabun cair tersebut dapat dihasilkan yaitu 0,995. Nilai regresi
dilihat pada Gambar 5. sebesar 0,995 menunjukkan 99,5 %
14 y = 0,2579x2 - 0,4381x + 8,602 12,93 perubahan nilai zona hambat dipengaruhi
R² = 0,995 10,78
12 oleh penambahan ekstrak teh putih.
Zona Hambat (mm)

9,76
10 8,4 8,75 Berdasarkan nilai R-square, didapat nilai
8 koefisien korelasi (r) yaitu dengan
6
mengakarkan nilai R2,sehingga dihasilkan
4
nilai r = 0,977 . Nilai Koefisien Korelasi
2
0,997 termasuk pada kategori sangat kuat,
0
A B C D E korelasi antara zona hambat bakteri
Perlakuan
terhadap penambahan ekstrak teh putih
Gambar 5 Hasil uji antibakteri sabun cair sangat kuat, atau peningkatan zona
hambat bakteri yang dipengaruhi oleh
Pada Gambar 5, hasil pengukuran penambahan ekstrak teh putih sangat kuat.
zona hambat bakteri staphylococus aureus Uji Organoleptik
menunjukkan zona hambat sabun E
memiliki nilai tertinggi yaitu 12,93 mm ± Uji organoleptik yang dilakukan
0,33 dibandingkan dengan sabun lainnya, merupakan uji kesukaan atau uji
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 141

Organoleptik. Pada uji Organoleptik sabun cair yang dihasilkan diurutkan dari
panelis diminta untuk memberikan rangking 1-5 yaitu sabun yang paling
tanggapan tentang tingkat kesukaan atau disukai sampai sabun yang tidak disukai.
ketidaksukaannya terhadap produk sabun Respon kesukaan panelis secara umum
cair yang dihasilkan. Panelis diminta pada sabun cair terhadap perbedaan
untuk menilai warna, aroma, banyak busa, konsentrasi ekstrak teh putih yang
kesan saat pemakaian dan kesan setelah ditambahakan dapat dilihat pada Tabel 6
pemakaian. Pada uji ini melibatkan 30 Pada Tabel 6 terlihat bahwa untuk
panelis agak terlatih dengan skala sabun terbaik berdasarkan presentase
penelitian 1 sampai 5, 1= Sangat suka, 2 = kesukaan secara umum sebanyak 40 %
Tidak suka, 3 = Biasa, 4 = Suka, 5 = panelis menyatakan perlakuan D
Sangat suka.Berikut hasil rekapitulasi uji menempati rangking 1, perlakuan E
organoleptik sabun cair dapat dilihat pada sebanyak 23% ada pada peringkat ke 2
tabel 5. ditempati, kemudian perlakuan C
Setelah penilaian kesukaan panelis sebanyak 30% pada peringkat ke 3,
terhadap warna, aroma, banyak busa, peringkat ke 4 pada perlakuan B sebanyak
kesan saat pemakaian dan kesan setelah 37% dan peringkat ke 5 pada perlakuan A
pemakaian selanjutnya penilaian secara sebanyak 30%.
umum sabun cair yang dihasilkan. Produk
Tabel 6 Penilaian kesukaan panelis secara umum pada sabun cair
Perlakuan
Keterangan
A B C D E
Rangking 1 20% 13% 17% 40% 7%
Rangking 2 23% 20% 13% 23% 23%
Rangking 3 17% 7% 30% 23% 27%
Rangking 4 10% 37% 23% 0% 27%
Rangking 5 30% 23% 17% 13% 17%

KESIMPULAN semakin kuat. Kandungan katekin


pada ekstrak teh putih memberikan
1) Hasil analisis uji organoleptik sabun manfaat antibakteri pada sabun cair
cair menunjukkan sabun cair pada yang dihasilkan.
perlakuan D (penambahan ekstrak teh
putih 1,5% b/v) merupakan sabun cair 3) Hasil analisis uji bobot jenis, pH, dan
terbaik berdasarkan hasil uji Angka Lempeng Total (ALT) sabun
organoleptik oleh panelis dengan mandi cair menunjukkan seluruh
persentase 40%. sabun cair berbasis minyak kelapa
dengan tambahan berbagai
2) Hasil analisis uji antibakteri pada konsentrasi ekstrak teh putih sudah
sabun cair menunjukkan sabun cair sesuai dengan standar (SNI 06-4085-
pada perlakuan E (penambahan 1996) sabun mandi cair.
ekstrak teh putih 2,0% b/v) memiliki
aktifitas daya hambat bakteri yang Saran pada penelitian ini adalah
kuat yaitu 12,93 mm ± 0,33. Semakin diperlukan penelitian lebih lanjut
banyak penambahan ekstrak, maka mengenai variasi konsentrasi KOH yang
aktivitas antibakteri akan menjadi ditambahkan pada sediaan sabun minyak
142 Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142

kelapa karena masih terdapat ± 28,541 g Keteknikan Pertanian Tropis dan


minyak yang tidak tersabunkan secara Biosistem. 7(1): 67-77
sempurna.Diperlukan tambahan fragrance Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
dalam sedian sabun, sehingga sabun lebih Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
diminati oleh konsumen. Tidak perlu University Press
penambahan ekstrak teh putih yang terlalu
kental karena dengan penambahan ekstrak
teh putih 1,0% v/v sudah memiliki nilai
daya hambat yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2008.
Pengujian Mikrobiologi Pangan.
Jurnal No. 2, Vol. 9. ISSN 1829-
9334.
Gani, Z., et al. 2005. Bebas Segala
Penyakit dengan VCO.
Jakarta:Puspa Swara.
Lenny S, 2006. Senyawa Flavonoida,
Fenilpropanoida dan Alkaloida.
[Skripsi]. Universitas Sumatera
Utara, Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam. Medan
Nurhadi, S.C., 2012, Pembuatan Sabun
Mandi Gel Alami dengan Bahan
Aktif Mikroalga (Chlorrela
pyrenoidosa Beyerinck) dan Minyak
Atsiri (Lavandula lativolia Chaix)
[Skripsi], Universitas Ma Chug,
Malang.
Preedy, V.R. 2013.Tea in Healty and
Deases Prevention. United State of
America: Academic Press. Terdapat
pada: http://book.google.co.id
(Diakses pada tanggal 3 Februari
2018 pukul 16.32 WIB)
Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI
06-4085- 1996 Tentang Sabun
Mandi Cair. Jakarta: Dewan
Standardisasi Nasional.
Uswah, N. U., Widyasanti A., Rosalinda
S. 2019. Perlakuan Bahan Baku
Minyak Kelapa (Coconut Oil)
dengan Variasi Konsentrasi Infused
Oil Teh Putih (Camelia sinensis)
pada Pembuatan Sabun Cair. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai