1
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
†
Penulis korespondensi
Email: asri.widyasanti@unpad.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/agrointek.v13i2.5102
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 133
Tabel 1 Formulasi pembuatan sabun cair dengan berbagai konsentrasi ekstrak teh putih
Perlakuan
Bahan
A B C D E
Minyak Kelapa 75 75 75 75 75
Kalium Hidroksida (KOH) 30% 52,5 52,5 52,5 52,5 52,5
Gliserin 10,25 10,25 10,25 10,25 10,25
Propilena Glikol 22,5 22,5 22,5 22,5 22,5
Aquadest 134,29 132,79 131,29 129,79 128,29
Coco-DEA 5,46 5,46 5,46 5,46 5,46
Ekstrak Teh Putih 0 1,5 3 4,5 6
pengujian mutu sabun mandi cair yaitu
Bahan baku utama yang digunakan
Bahan – bahan kimia yang digunakan
dalam penelitian ini adalah minyak kelapa
yaitu etanol 96%, phenolphtalein (PP),
Delfico dan ekstrak teh putih yang
aseton, dietil eter, media plate count agar
didapatkan dari Pusat Penelitian Teh dan
(PCA), buffered peptone water (BPW),
Kina (PPTK) Gambung, Jawa. Bahan
dan alkohol 70%.
kimia yang digunakan yaitu Kalium
hydroxide (KOH) 30%, gliserin, aquadest, Pembuatan ekstrak teh putih dengan
propilena glikol, coco-DEA, etanol 96%, menggunakan metode UAE.
phenolphtalein (PP), dietil eter, media Pembuatan ekstrak teh putih dengan
plate count agar (PCA), buffered peptone pelarut etanol 96% dengan perbandingan
water (BPW), dan alkohol 70%. 1:100 (b/v) menggunakan Ultrasound
Metode penelitian yang digunakan Processor selama 30 menit dengan
adalah metode eksperimental laboratorium amplitudo 100%, frekuensi 20 kHz, dan
dengan menggunakan analisis korelasi- 500 W. Penyaringan dilakukan dengan
regresi dan analisis deskriptif untuk menggunakan kertas saring whatman no
menggetahui pengaruh perlakuan variasi 42. Hasil ekstraksi yang telah dipisahkan
konsentrasi ekstrak teh putih terhadap dari padatan diuapkan kandungan
kualitas mutu sabun cair yang pelarutnya menggunakan rotary vacuum
dihasilkan.Penelitian ini dilakukan dengan evaporator pada suhu 40°C, dan putaran
5 taraf perlakuan, yaitu penambahan 55 rpm.
konsentrasi ekstrak teh putih (1,0% v/v) Pembuatan Sabun Cair dengan
sebesar A = 0% (b/v), B = 0,5% (b/v), C = Penambahan Ekstrak Teh Putih
1,0% (b/v), D = 1,5% (b/v), dan E = 2,0 % Proses pembuatan sabun
(b/v). Pada setiap perlakuaan dilakukan 3 menggunakan metode hot process.
kali ulangan untuk memperkecil kesalahan Minyak kelapa dipanaskan dengan
dalam penelitian.Formulasi pembuatan slowcooker. Selanjutnya memasukkan
sabun mandi cair dengan berbagai larutan KOH 30 % dan diaduk hingga
konsentrasi ekstrak teh putih disajikan homogen. Selanjutnya melakukan clarity
pada Tabel 1. test dan mengamati warna dari hasil pasta
Persiapan Bahan Baku Pembuatan sabun. Kemudian memasukkan aquades,
Sabun gliserin dan PG. Selanjutnya menurunkan
Tahapan persiapan bahan baku terdiri suhu dan memasukkan Coco DEA dan
dari mempersiapkan bahan-bahan kimia ekstrak teh putih. Tahap terakhir
untuk pembuatan sabun cair. Persiapan pengkondisian penyimpanan sabun mandi
bahan antara lain KOH padat menjadi cair selama 24 jam. Proses pembuatan
larutan KOH dengan konsentrasi 30% b/v. Sabun Cair dengan penambahan ekstrak
Selain itu bahan penunjang untuk teh putih dapat dilihat pada Gambar 1.
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 135
Analisis Sabun Mandi Cair (SNI 06- 1,035 y = -0,0002x2 + 0,0022x + 1,0202
4085-1996) R² = 0,956
1,03
Bobot Jenis
Bobot Jenis (g/g)
Hasil pengukuran menunjukan bobot Gambar 2 Pengukuran bobot jenis dalam sabun
jenis pada sabun cair terendah dimiliki mandi cair.
sabun cair pada perlakuan A (konsentrasi Peningkatan bobot jenis diduga
minyak kelapa 100 %) yaitu 1.0220 g/g ± diakibatkan oleh pengaruh penambahan
0.0081, sedangkan nilai bobot jenis ekstrak teh putih pada sediaan sabun.
tertinggi di dapatkan pada sabun cair Bobot jenis ekstrak teh putih lebih tinggi
perlakuan E yaitu 1,0253 g/g± 0,00201. dibandingkan bobot jenis minyak kelapa.
Karakteristik bobot jenis ekstrak teh putih
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 137
senyawa aktif alkanoid dalam teh yang Hasil pengamatan uji angka lempeng
merupakan senyawa organik yang total pada sabun cair dengan berbagai
bersifat alkali (Lenny, 2006), sehingga konsentrasi ekstrak teh putih serta sabun
penambahan ekstrak teh putih pada sabun pembanding dapat dilihat pada Tabel 3.
akan menyebabkan peningkatan nilai pH Tabel 3 Hasil uji angka lempeng total sabun
pada sabun.
Pada grafik yang disajikan pada Rata-rata Angka
Gambar 4, diketahui bahwa nilai koefisien Sampel Lempeng Total SD
determinasi atau R2 dari persamaan (Koloni/g)
A 0,275 x 105 0
polymonial yang dihasilkan yaitu 0,9821.
B 0,85 x 105 0,354
Nilai R2 sebesar 0,9821 menunjukkan
C 1 x 105 1,414
98,21 % perubahan nilai pH dipengaruhi
D 0,825 x 105 0
oleh penambahan ekstrak teh putih,
E 0,5 x 105 0 0
sedangkan nilai r adalah hasil pengakaran
nilai R2 yaitu 0,991. Nilai r atau koefisien Sabun A memiliki nilai angka
korelasi 0,991 termasuk pada kategori lempeng total terrendah yaitu dengan rata
sangat kuat, korelasi antara pH terhadap rata 0,275 x 105 ± 0,00 . Hal ini terlihat
penambahan ekstrak teh putih sangat kuat. dari Tabel 3,dimana perlakuan A (kelapa
100%) pada pengenceran 1:10000 (10-4)
Kriteria mutu nilai pH yang baik
dan 1:100000 (10-5) hanya terdapat 1
untuk sabun mandi cair menurut SNI 06-
koloni cemaran mikroba pada sabun,
4085-1996 berkisar antara 8 – 11.
sedangkan sabun perlakuan C memiliki
Sehingga analisis nilai pH untuk sabun
nilai rata-rata angka lempeng total yang
cair yang dihasilkan pada penelitian ini
terbesar yaitu 1 x 105± 1,41. Sabun
sudah sesuai dengan kriteria mutu SNI 06-
dengan perlakuan C (penambahan ekstrak
4085-1996. Pada parameter pH ini tidak
ada perbedaan yang cukup tinggi pada tiap teh putih 1,0 % (b/v) ) pada pengenceran
konsentrasi ekstrak teh putih yang 1:10000 (10-5) terdapat 3 koloni cemaran
ditambahkan untuk bahan baku mikroba pada sabun
pembuatan sabun cair, akan tetapi Semakin banyak koloni bakteri pada
memiliki korelasi positif dimana nilai pH sabun menandakan semakin besarnya
semakin besar dengan semakin banyaknya cemaran atau kontaminasi bakteri yang
ekstrak teh putih yang ditambahkan. ada pada sabun. Hasil pengujian angka
Uji angka lempeng total lempeng total menunjukkan perbedaan
diduga berasal dari banyaknya koloni
Uji angka lempeng total merupakan yang ada, selain itu juga disebabkan
salah satu metode yang digunakan untuk beberapa faktor salah satunya adalah
mengetahui adanya bakteri yang faktor lingkungan, dimana suhu, udara,
terkandung dalam sediaan sabun. Uji dan kelembaban dapat mempengaruhi atau
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih memacu tumbuhnya mikroba.
tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob Berdasarkan hasil penghitungan angka
mesofil menggunakan media padat dengan lempeng total, sabun cair dengan
hasil akhir berupa koloni yang dapat penambahan berbagai konsentrasi ekstrak
diamati secara visual berupa angka dalam teh putih mempunyai cemaran mikroba
koloni (cfu) per ml/gram atau koloni/100 yang sesuai standar SNI sabun mandi cair
ml. Cara yang digunakan antara lain (SNI 06-4085-1996) yaitu berkisar
dengan cara tuang, cara tetes, dan cara maksimal 1×105 koloni/g. Diduga dalam
sebar (BPOM, 2008). sabun cair terdapat zat kimia yang
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 139
Rekapitulasi Hasil dan Mutu Sabun sedangkan nilai zona hambat sabun A
Mandi Cair memiliki nilai zona hambat terendah yaitu
8,4 mm ± 1,93. Nilai zona hambat pada
Hasil analisis dari uji mutu sabun cair
sabun cair cenderung mengalami
minyak kelapa setiap perlakuan dengan
peningkatan dengan semakin banyaknya
berbagai konsentrasi ekstrak teh putih dan
penambahan ekstrak teh putih pada
dibandingkan dengan standar. Standar
sediaan sabun.
yang digunakan untuk uji mutu adalah
Standar Nasional Indonesia untuk sabun Adanya zona hambat ini
mandi cair (SNI 06-4085-1996). Berikut menunjukkan bahwa adanya aktifitas
merupakan hasil rekapitulasi mutu sabun antibakteri yang dihasilkan dari sabun.
cair menurut SNI 06-4085-1996 yang Antibakteri pada sabun berasal dari
disajikan pada Tabel 4. kandungan senyawa katekin yang ada
pada ekstrak teh putih. Senyawa katekin
Hasil analisis uji mutu SNI 06-4085-
pada teh putih merupakan senyawa yang
1996 sabun mandi cair menunjukkan
mamiliki sifat antibakteri sehingga dapat
seluruh sabun cair berbasis minyak kelapa
menghambat pertumbuhan bakteri gram
dengan tambahan berbagai konsentrasi
positif dan gram negatif. Hal ini diperkuat
ekstrak teh putih sudah sesuai dengan
dengan penelitian Hajar (2014) yang
standar (SNI 06-4085-1996).
menyatakan adanya aktifitas antibakteri
Uji Antibakteri dalam ekstrak teh putih terhadap gram
Antibakteri merupakan zat yang positif maupun gram negatif. Pada
dapat mengganggu pertumbuhan atau penelitian tersebut zona bening atau zona
bahkan mematikan bakteri dengan cara hambat bakteri Staphylococos aureus yang
mengganggu metabolisme mikroba yang terbentuk akibat ekstrak teh putih adalah
merugikan. Bakteri yang digunakan pada 10,16 mm
uji sabun ini adalah bakteri gram positif Melihat nilai koefisien determinasi
staphylococcus aureus yang dapat atau R2 (R-square) pada grafik yang
menyerang kulit. Pengukuran aktifitas disajikan pada gambar 10, nilai R2 yang
antibakteri pada sabun cair tersebut dapat dihasilkan yaitu 0,995. Nilai regresi
dilihat pada Gambar 5. sebesar 0,995 menunjukkan 99,5 %
14 y = 0,2579x2 - 0,4381x + 8,602 12,93 perubahan nilai zona hambat dipengaruhi
R² = 0,995 10,78
12 oleh penambahan ekstrak teh putih.
Zona Hambat (mm)
9,76
10 8,4 8,75 Berdasarkan nilai R-square, didapat nilai
8 koefisien korelasi (r) yaitu dengan
6
mengakarkan nilai R2,sehingga dihasilkan
4
nilai r = 0,977 . Nilai Koefisien Korelasi
2
0,997 termasuk pada kategori sangat kuat,
0
A B C D E korelasi antara zona hambat bakteri
Perlakuan
terhadap penambahan ekstrak teh putih
Gambar 5 Hasil uji antibakteri sabun cair sangat kuat, atau peningkatan zona
hambat bakteri yang dipengaruhi oleh
Pada Gambar 5, hasil pengukuran penambahan ekstrak teh putih sangat kuat.
zona hambat bakteri staphylococus aureus Uji Organoleptik
menunjukkan zona hambat sabun E
memiliki nilai tertinggi yaitu 12,93 mm ± Uji organoleptik yang dilakukan
0,33 dibandingkan dengan sabun lainnya, merupakan uji kesukaan atau uji
Widyasanti et al./AGROINTEK13(2):132-142 141
Organoleptik. Pada uji Organoleptik sabun cair yang dihasilkan diurutkan dari
panelis diminta untuk memberikan rangking 1-5 yaitu sabun yang paling
tanggapan tentang tingkat kesukaan atau disukai sampai sabun yang tidak disukai.
ketidaksukaannya terhadap produk sabun Respon kesukaan panelis secara umum
cair yang dihasilkan. Panelis diminta pada sabun cair terhadap perbedaan
untuk menilai warna, aroma, banyak busa, konsentrasi ekstrak teh putih yang
kesan saat pemakaian dan kesan setelah ditambahakan dapat dilihat pada Tabel 6
pemakaian. Pada uji ini melibatkan 30 Pada Tabel 6 terlihat bahwa untuk
panelis agak terlatih dengan skala sabun terbaik berdasarkan presentase
penelitian 1 sampai 5, 1= Sangat suka, 2 = kesukaan secara umum sebanyak 40 %
Tidak suka, 3 = Biasa, 4 = Suka, 5 = panelis menyatakan perlakuan D
Sangat suka.Berikut hasil rekapitulasi uji menempati rangking 1, perlakuan E
organoleptik sabun cair dapat dilihat pada sebanyak 23% ada pada peringkat ke 2
tabel 5. ditempati, kemudian perlakuan C
Setelah penilaian kesukaan panelis sebanyak 30% pada peringkat ke 3,
terhadap warna, aroma, banyak busa, peringkat ke 4 pada perlakuan B sebanyak
kesan saat pemakaian dan kesan setelah 37% dan peringkat ke 5 pada perlakuan A
pemakaian selanjutnya penilaian secara sebanyak 30%.
umum sabun cair yang dihasilkan. Produk
Tabel 6 Penilaian kesukaan panelis secara umum pada sabun cair
Perlakuan
Keterangan
A B C D E
Rangking 1 20% 13% 17% 40% 7%
Rangking 2 23% 20% 13% 23% 23%
Rangking 3 17% 7% 30% 23% 27%
Rangking 4 10% 37% 23% 0% 27%
Rangking 5 30% 23% 17% 13% 17%
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2008.
Pengujian Mikrobiologi Pangan.
Jurnal No. 2, Vol. 9. ISSN 1829-
9334.
Gani, Z., et al. 2005. Bebas Segala
Penyakit dengan VCO.
Jakarta:Puspa Swara.
Lenny S, 2006. Senyawa Flavonoida,
Fenilpropanoida dan Alkaloida.
[Skripsi]. Universitas Sumatera
Utara, Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam. Medan
Nurhadi, S.C., 2012, Pembuatan Sabun
Mandi Gel Alami dengan Bahan
Aktif Mikroalga (Chlorrela
pyrenoidosa Beyerinck) dan Minyak
Atsiri (Lavandula lativolia Chaix)
[Skripsi], Universitas Ma Chug,
Malang.
Preedy, V.R. 2013.Tea in Healty and
Deases Prevention. United State of
America: Academic Press. Terdapat
pada: http://book.google.co.id
(Diakses pada tanggal 3 Februari
2018 pukul 16.32 WIB)
Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI
06-4085- 1996 Tentang Sabun
Mandi Cair. Jakarta: Dewan
Standardisasi Nasional.
Uswah, N. U., Widyasanti A., Rosalinda
S. 2019. Perlakuan Bahan Baku
Minyak Kelapa (Coconut Oil)
dengan Variasi Konsentrasi Infused
Oil Teh Putih (Camelia sinensis)
pada Pembuatan Sabun Cair. Jurnal