Anda di halaman 1dari 3

Materi ASWAJA

A. Universalisme Islam dengan Islam Sebagai Rahmatan lil ’Alamin Prinsip Rahmatan lil ‘Alamin

merupakan esensi ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an
yang mempunyai nilai-nilai universal, baik terkait hubungannya dengan Allah (hablun minallah),
hubungan dengan manusia (hablun minannas), dan hubungannya dengan alam (hablun minal ‘alam).
Terkait hal ini, Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim menjelaskan makna Rahmatan lil ‘Alamin.
Menurutnya, Allah menyebutkan Rahmatan lil ‘Alamin merupakan Risalah yang ada dalam kepribadian
Rasululllah SAW yang mempresentasikan Rahmat Allah SWT. “Rahmat sebagai makna khusus bagi
nikmat-Nya. Sedang nikmat adalah makna umum bagi Rahmat-Nya,” jelas Kiai Luqman.

B. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan

Islam adalah agama Allah yang diturunkan untuk seluruh manusia. Di dalamnya terdapat tiga pedoman
dan aturan demi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ada tiga hal yang menjadi sendi
utama dalam agama Islam. Yakni Iman, Islam, dan Ihsan

C. Prinsip-Prinsip Dasar yang Dikembangkan ASWAJA

Dalam bukunya khittoh nahdliyah kyai Haji Ahmad Shiddiq merumuskan sikap dasar atau karakter
Ahlussunah Wal Jama’ah yaitu:

1. Tawasud (garis tengah) dan I’tidal (garis lurus). Sikap tengah yang berintikan prinsip hidup yang
menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus. Dengan sikap ini NU selalu menjadi kelompok
panutan yang bersikap dan berlaku serta bertindak lurus dan dengan selalu membangun dan
menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatoruf / ekstrim (keras).

2. Tasamuh Sikap toleran terhadap perbedaan-perbedaan baik masalah keagamaan, terutama hal-hal
yang bersifat furu’iyah atau masalah khilafiyah serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.

3. Tawazun Sikap seimbang dalam berkhidmat menyelaraskan berhikmah terhadap Allah SWT, hikmah
kepada 4ilita manusia serta kepada lingkungan hidupnya, menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa
kini dan masa mendatang.

4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik dan
bermanfaat dan menolak setiap hal yang dapat merugikan dalam kehidupan kini dan esok. Dengan
demikian 4ilita bermadzhab yang dianut oleh Nahdlatul Ulama telah membentuk kepribadian sebagai
organisasi yang berprinsip sebagai berikut.

a. Prinsip penggunaan Al Qur’an dan sunnah secara luas dalam upaya memahami dan mengamalkan
ajaran agama.

b. Prinsip selalu berpijak kepada kebenaran sesuai dengan prinsip- prinsip Rosulullah SAW, para sahabat,
dan salafus sholihin (khususnya madzab empat).

c. Prinsip keberlangsungan ijtihad sebagaimana disyaratkan oleh konsep Al Qur’an, sunnah, ijtihadnya
muadz bin jabal dan ungkapan klasik Ahlussunah Wal Jama’ah. Artinya, memelihara nilai lama yang baik
dan mengambil nilai baru yang lebih baik.

d. Prinsip toleransi dalam perbedaan pendapat dalam arti yang umum.


D. Dalil Rujukan ASWAJA

Menurut Abdusshomad, dalam istilah masyarakat Indonesia, Aswaja adalah singkatan dari Ahlusunnah
wa Al-Jama’ah. Ada tiga kata yang membentuk istilah tersebut.

1. Ahl, berarti keluarga, golongan atau pengikut.

2. Al-Sunnah, yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oelh Rasulullah SAW. Maksudnya, semua yang
datang dari Nabi, berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Nabi (Fath al-Bari, juz XII, hal. 245)

3. Al-Jama’ah, yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah pada masa Khulafaur
Rasyidin. Kata Al-Jam’ah ini diambil dari sabda Rasulullah : “barang siapa yang ingin mendapatkan
kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jamaah (kelompok yang menjaga
kebersamaan)”. (HR. At-Tirmidzi (2091) dan Al-Hakim (1/77-78) yang menilainya sahih dan disetujui oleh
al Hafidzh al-Dzahabi)

Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari (1287-1336H/ 1871-1947) menyebutkan dalam kitabnya Ziyadat
Ta’liqat (hal 23-24) sebagai berikut: “Adapun ahlusunnah wal jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli
hadits, dan ahli fiqh. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi dan sunnah 5
Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al firqah an najiyah). Mereka
mengatakan bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu
pengikut madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali.”

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa Aswaja bukanlah aliran baru. Dalam pengamalan tiga sendi
utama ajaran Islam, Ahlusunnah wal Jama’ah mengikuti rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf.
Yakni:

1. Dalam bidang teologi (akidah/tauhid) tercerminkan dalam rumusan yang digagas oleh Imam Abu
Hasan al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi.

2. Dalam masalah fiqh terwujud dengan mengikuti madzhab empat, yakni Imam Hanafi, Imam Maliki,
Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali.

3. Bidang tasawwuf mengikuti Imam al-Junaid al Baghdadi. (w. 297 H/ 910M) dan Imam al-Ghozali.

E. Kilasan Sejarah ASWAJA di Indonesia

Aswaja kepanjangan dari “Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”. Artinya orang-orang yang menganut atau
mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan Wal Jama’ah berarti mayoritas umat atau mayoritas
sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yaitu: “Orang-orang yang
mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi wa ashabii), baik di
dalam syariat (5ilit Islam) maupun aqidah dan tasawuf.”

Untuk menegakkan prinsip-prinsip ajaran ahlu sunnah wal jama’ah dan prinsip dasar organisasi, maka
KH. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), dan juga merumuskan kitab I’tiqad
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Kedua kitab tersebut, kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang
dijadikan dasar dan rujukan sebagai warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang 5ilita,
keagamaan, dan po1itik. Khusus untuk membentengi keyakinan warga NU agar tidak terkontaminasi
oleh paham-paham sesat yang dikampanyekan oleh kalangan modernis, KH. Hasyim Asy’ari menulis
kitab risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang secara khusus menjelaskan soal bid’ah dan sunah. Sikap
lentur NU sebagai titik pertemuan pemahaman aqidah, fikih, dan tasawuf versi Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah telah berhasil memproduksi pemikiran keagamaan yang fleksibel, mapan, dan mudah
diamalkan pengikutnya.

F. Sistem Dakwah Ulama Aswaja Di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan umat muslim terbesar di dunia yang memiliki beragam suku,
budaya, ras, dan bahasa yang berbeda. Untuk berdakwah di Indonesia diperlukan beberapa strategi
dakwah yang sifatnya mengajak dan merangkul. Dengan demikian, dibutuhkan suatu organisasi yang
mewadahi dakwah tersebut, maka dibentuklah Nahdlatul Ulama (NU). NU merupakan bentukan dari
beberapa cabang organisasi dan memiliki satu tujuan, yang dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan
dan pembaharuan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum
tradisional. Yaitu pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran Islam puritan, termasuk gagasan untuk
melepaskan diri dari 5ilita ajaran bermazhab. Bagi para kiai pesantren yang merupakan basis pendiri dari
NU, menilai pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun
tidak dengan cara meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Karena
itulah, Jam’iyyah Nahdlatul Ulama saat itu cukup mendesak untuk segera didirikan.

Anda mungkin juga menyukai