Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

MATERI : BANK SYARIAH

Dosen Pengampuh : Dita Eka Periwi Sirait, SE,M.Si

Disusun Oleh :

Ainaya Aprilia Wardoyo 7173341001

Tianovida Siregar 7173341051

M.Iqbal Pratama 7173141018

Wita Utami 7173341056

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan
tugas Makalah Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Penulisan ini kami sajikan secara
ringkas dan sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disususun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Kreatif.

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan secara khusus saya berterimakasih kepada ibu dosen pengampu karena telah
memberikan bimbinganya kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini hingga selesai.

Medan , 25 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK..............................................1


KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian dan Sejarah Bank Syariah........................................................................................6
B. Fungsi dan Ciri-ciri Bank Syariah.............................................................................................8
C. Dasar hukum bank syariah.........................................................................................................9
D. Produk Bank Syariah...............................................................................................................10
E. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia...............................................................................15
BAB III................................................................................................................................................16
KESIMPULAN...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

Hal paling umum yang manjadi salah satu penggerak ekonomi konvensional adalah
riba atau interest. Suku bunga yang menjadi mesin penggerak perekonomian konvensional
memang menjadi rancu penggunaanya dalam sistem konvensional sendiri. Menurut
Adiwarman Karim, suku bunga sendiri pada awalnya merupakan rate of return bagi
kepemilikan modal, atau imbal jasa atas modal yang digunakan dalam proses produksi, bukan
merupakan sebuah keuntungan atau uang yang dipinjamkan kepada investor yang
menjalankan perekonomian. Namun seiring berjalannya waktu, riba atau interest akhirnya
lazim digunakan untuk menggerakan perekonomian, terutama institusi perbankan sebagai
sebuah medium of intermesdiary.
Dalam ekonomi islam, riba dapat diartikan sebagai sebuah tambahan atas pinjaman
yang diberikan kepada pihak peminjam terhadap pihak yang dipinjamkan tanpa keikhlasan
dari pihak yang meminjamkan. Ekonomi Islam kini menganggap bahwa interest rate sebagai
perannya dalam menggerakkan perekonomian konvensional sekarang dapat diubah dengan
rate on kapital, yaitu pendapatan atas modal barang dan jasa dalam proses produksi. Dengan
alasan ini, Adiwarman Karim menjelaskan bahwa perbankan Islam dapat menggerakan
perputaran kegiatan atau aktivitasnya dengan ikut masuk ke dalam proses produksi yaitu
dengan ikut atau berperan aktif dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu, maka dua produk
perbankan Islam yang sekarang ada terbentuk dari ide dasar ini. Mudharobah dan
musyarokah dapat dikedepankan sebagai dua produk Islam yang muncul dari ide dasar bahwa
perbankan Islam haruslah perbankan yang mengambil untung dari ikut berperannya mereka
dalam proses produksi dengan mendapat bagian dri bagi hasil pendataan atau dari untung
usaha yang didapatkan perusahaan yang menjadi rekan usahanya.
Selain produk Mudharobah dan Musyarokah, perbankan Islam juga menganut prinsip
dual system. Perbankan Islam selain berperan sebagai partner usaha juga dapat berperan
sebagai penjual dalam akad Mudharobah, ijarah, atau ishtinah. Dengan peran perbankan
Islam sebagai pedagang inilah maka perbankan Islam kini mendapatkan selisih keuntngan
yang sudah ditetapkan di awal dengan barang yang disepakati untuk diperjualbelikan. Akad
jual beli ini lah yang selama ini menjadi produk yang banyak di gunakan oleh institusi
syariah karena perhitungan dan sifat produknya yangg lebih mudah digunakan dalam buisnis
syariah. Dengan digunakannya produk Mudharobah, ijarah, atau istisna ini memang
membuat banyak orang awam merasa produk syariah menjadi mirip perbankan dengan
perbankan konvensional. Apalagi penempatan margin keuntungan yang jauh beda dengan
interest rate. Terlepas dari pembelaan bank syariah terhadap hal ini, kritik mengenai produk
yang berlandaskan akad jual beli ini patut menjadi perhitungan sendiri bagi perbankan
syariah.

 
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Bank Syariah

Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan kelaziman dan tuntutan kehidupan di
samping juga ada dimensi ibadah, kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam bertujuan untuk:

 Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara cukup dan sederhana


 memenuhi kebutuhan keluarga
 memenuhi kebutuhan jangka panjang memenuhi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan
 memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah SWT

Dalam pencapaian tujuan tersebut, ajaran Islam memberikan panduan untuk menegakkan
asas keadilan dan menghapus eksploitasi dalam transaksi bisnis. Asas ini melarang semua bentuk
peningkatan kekayaan secara tidak adil. Salah satu yang tidak diperbolehkan dalam transaksi di
dalam ajaran islam adalah riba, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara bathil.

Warna Islam dalam dunia bisnis tersebut berpengaruh dalam aktivitas perbankan. Dalam
aktivitas perbankan, penerapan ajaran Islam tersebut diwujudkan dengan pelaksanaan aktivitas
perbankan berdasarkan prinsip syariah yang sejalan dengan pemikiran Islam mengenai aktivitas
ekonomi.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun
1991, Bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari
ikatan cendekiawan muslim Indonesia( icmi) dan beberapa Pengusaha Muslim. Pada saat pertama
didirikan terkumpul komitmen pembelian saham sebesar 84 miliar dan pada tanggal 3 November
1991 dalam acara silaturahmi Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen
modal disetor awal SEBESAR rp. 106.126.382.000. Dengan modal awal tersebut pada tanggal 1 Mei
1992, BMI mulai beroperasi, namun masih menggunakan UU Nomor 7 Tahun 1992, dimana
pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu. BMI sampai
september 1999 telah memiliki lebih 45 atlet yang tersebar di Jakarta Bandung Semarang Balikpapan
dan Makassar.
Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90an sehingga ekuitasnya hanya
tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan
pada periode 1999 sampai 2002 akhirnya dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan
bank syariah di Indonesia telah diatur dalam undang-undang yaitu UU Nomor 10 tahun 1998 tentang
perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas
penggunaan dana baik simpanan maupun pinjaman bank dapat dibedakan menjadi:

a. bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya Baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka Penyaluran dana nya memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentasi tertentu dari dana untuk
suatu periode tertentu presentasi tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun.
b. Bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik dalam penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyelenggaraan dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum Islam yang
bersumber dari Alquran dan Al Hadits. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah
dan larangan dalam Alquran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW. Larangan terutama berkaitan
dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Bank syariah telah lama berkembang
di luar negeri, seperti antara lain negara negara saudi arabia, Kuwait, Yordania, Iran, Turki,
Bangladesh, Malaysia dan Swiss. Al Baraka merupakan salah satu bank syariah yang telah
berkembang lama dan mempunyai kegiatan di beberapa negara.

Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif baru, yaitu baru pada
awal tahun 1990 an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar di
dunia. Pakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi
islam sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980.

Bank syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja di perbankan MUI yaitu dengan
dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia BMI yang akta pendiriannya ditandatangani tanggal 1
November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki
puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta Surabaya Bandung Makassar
dan kota lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran bank syariah di Indonesia khususnya
cukup menggembirakan. Di samping Bank BNI saat ini juga telah hadir bank syariah milik pemerintah
seperti Bank Syariah Mandiri BSM. Kemudian berikutnya berdiri bank syariah secara cabang dari
bank konvensional yang sudah ada seperti Bank BNI Bank BPD cabang Bank Syariah lain yang
direncanakan akan membuka cabang adalah BRI Bank Niaga dan Bank Bukopin.

Jadi yang dimaksud dengan bank syariah berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor
21 tahun 2008 tentang perbankan syariah yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
pembiayaan rakyat Syariah.

B. Fungsi dan Ciri-ciri Bank Syariah


a. Fungsi Bank Syariah
1) Manajemen Investasi

Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana yang dihimpun, karena
besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun
sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah.

Bank syariah bisa melakukan fungsi ini berdasarkan kontrak Mudharabah. Bank (di
dalam kapasitasnya sebagai seorang Mudharib yaitu seseorang yang melakukaninvestasi
dana-dana pihak lain.

2) Bank Investor

Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana pemilik
bank maupun dana rekening investasi)dengan jenis dan pla investasi yang sesuai dengan
Syariah.

Investasi yang sesuai dengan syariah tersebut meliputi akad Murabahah, sewa-menyewa,
musyarakah, akad Mudharabah, akad Salam atau Istisna, pembentukan perusahaan, dll.

3) Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional, seperti memberikan pelayanan kliring, transfer, inkaso,pembayaran gaji
dan sebagainya. Hal ini dapat diakukan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip
syariah.
Bank syariah juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya untuk memperoleh
imbalan atas dasar agency contract atau sewa. Contohnya letter of guarantee, wire
transfer,letter of credit.
4) Fungsi Sosial
Konsep perbankan syariah mengharuskan bank bank syariah memberikan
pelayanan sosial baik melalui card atau peminjaman kebajikan atau zakat dan dana
sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Disamping itu konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank-bank Islam
untuk memainkan peran penting di dalam pengembangan sumber daya manusianya
dan memberikan kontribusi bagi Kesejahteraan Sosial.

b. Ciri-ciri bank syariah


 Bagi hasil keuntungan disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan
dalam bentuk persentase yang besarnya tidak kaku atau bebas melakukan
tawar-menawar dalam batas wajar.
 Pengginaan persentase tetap dalam pembayaran dihindarkan karena persentase
tetap bersifat melekat pada sisa hutang meskipun batas waktu perjanjian dalam
berakhir.
 Dalam kontrak pembiayaan tidak menetapkan perhitungan berdasarkan
nominal pembiayaan yang ditetapkan di muka (fixed return) karena untung
rugi suatu proyek baru diketahui setelah proyek selesai.
 Ada dewan pengawas syariah yang mengawasi operasional bank dari sudut
Syariah.

C. Dasar hukum bank syariah


Undang – undang no.10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang – undang
no. 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa salah satu
bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai yang ditetapkan oleh bank Indonesia.
Pokok – pokok ketentuan yang ditetapkan bank Indonesia antara lain :
 Kegiatan usaha dan produk – produk bank berdasarkan prinsip syariah
 Pembentukan dan tugas dewan pengawas syariah
 Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.
Pasal ini merupakan revisi terhadap masalah yang sama pada undang – undang
nomor 7 tahun 1992 tentang perbanlan pasal 6 huruf M yang menetapkan bahwa salah
satu bentuk usaha bank umun adalah menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip – prinsip hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dengan
perarturan pemerintah.
Secara umum dengan di undangkannya UU nomor 10 tahun 1998 tersebut,
posisi bank bagi hasil ataupun bank atas dasar prinsip syariah secara tegas telah diakui
oleh undang – undang. Bank umum yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
melalui
 Pendirian kantor cabang atau kantor dibawah kantor cabang baru
 Pengubahan kantor cabang atau kantor dibwah cabang yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional menjadi yang melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah.
Bank umum yang sejak awal melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip
syariah tidak diperbolehkan melakukan kegiatan usaha secara konvensional. Bank
perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan secara konvenional begitu pula
sebaliknya.

D. Produk Bank Syariah


Sama seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga
menawarkan nasabah dengan bank konvensional adalah dalam produk perbankan.
Hanya saja bedanya denga bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik
terhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah
tentu sangat Islami., termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya.
Berikut ini jeis-jenis produk bank syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Al-wadi’ah (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan
titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki.
 Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si
penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan
yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kela¬laian atau
kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.
 Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik
uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan mengembalikan
uang tersebut secara utuh. Dengan demikian prinsip yad al-amanah (tangan
amanah) menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung).
 konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adhdhamanah pihak bank akan
menerima seluruh keuntungan dari pengguna uang, namun sebaliknya bila
mengalami kerugian juga harus ditanggung oleh bank.
 Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping jaminan keamanan uangnya
juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti intensif atau bonus untuk giro
wadiah. Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan jasa atas pemakain
uangnya berupa insentif atau bones, dengan catatan tanpa perjanjian terlebih
dahulu baik nominal maupun presentase dan ini murni merupakan kebijakna
bank sebagai pengguna uang.
 Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan
(mudharib) biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40%:60%
untuk simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan deposito.

2. Pembiayaan Dengan Bagi Hasil


a. Al-musyarakah (Partisipasi Modal)
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau le¬bih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak membe¬rikan dana atau amal dengan
kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Al-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan
proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan
dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesuai
dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang
dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti
pada lembaga keuangan modal ventura.
b. Al-mudharabah
Pengertian Mudharabah dapat didefinisikan sebagai sebuah akad atau
perjanjian diantara dua belah pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik modal
(shahib al-mal atau al-mal), memercayakan kepada pihak kedua atau pihak lain
(pengusaha), untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Apabila mengalami
kerugian maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian pengelola, maka sipengelolalah yang bertanggug jawab.Dan didalam
prktiknya mudharabah terbagi menjadi 2 macam, yakni:
a) mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain
yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha
dan daerah bisnis.
b) mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di
mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk
pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan mo¬dal kerja. Dana untuk kegiatan
mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau
tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial
yang dititipkan.
Dan keistmewaan dari sebuah mudharabah adalah pada peran ganda dari mudharib,
yakni sebagai wakil (agen) sekaligus mitra. Mudharib adalah wakil dari rabb al- mal
dalam setiap transaksi yang ia lakukan pada harta mudharabah. Mudharib kemudian
menjadi mitra dari rabb al-mal ketika ada keuntungan.

c. Al-muzara’ah
Pengertian AI-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap
untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Dalam dunia perbankan ka¬sus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang plantation
atas dasar bagi hasil panen.
Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan
penggarap menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu. Keuntungan diperoleh dari hasil
panen dengan imbalan yang telah disepakati.
d. Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza’arah yaitu penggarap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pe¬meliharaan dengan menggunakan
dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil
panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap.

3. Bai’al Murabahah
Pengertian Bai’al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih
dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang
diinginkannya.
Sebagai con¬toh harga pokok barang “X” Rp 100.000,-. Keuntungan yang
diharap¬kan adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-.
Kegiatan Bai’al-Murabahah ini baru dilakukan setelah ada kesepa¬katan dengan
pembeli, baru kemudian dilakukan pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan
Bai’al-Murabahah pada pembiayaan pro¬duk barang-barang investasi baik dalam
negeri maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama
L/C.

4. Bai’as-Salam
Bai’as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemu¬dian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus
diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran
harus dalam bentuk uang.

5. Bai’al Istishna’
Bai’ Al istishna’ merupakan bentuk khusus dari akad Bai’as¬salam, oleh
karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna’ mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as-
salam. Pengertian Bai’ Al istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen (pembuat ba¬rang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat
lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan
tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran
per bulan atau di belakang.
6. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas ba¬rang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing,
baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.

7. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan
yang telah disepakati oleh si pem¬beri mandat.

8. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung ke¬pada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.
Dalam dunia perbankan dapat di¬lakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan
seseorang.

9. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang ber¬utang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban
utang dari satu pihak kepada lain pi¬hak. Dalam dunia keuangan atau perbankan
dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.

10. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan
seperti jaminan utang atau gadai.
E. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi tahun 1998 telah
menenggelamkan bank – bank konvensioanl dan banyak yang dilikuidasi karena
kegagalan system bunganya. Sedangkan perbankan yang menerapkan system syariah
dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Hingga tahun 1998 praktis bank syariah tidak
berkembang. Baru setelah dikeluarkannya dual Banking System melalui UU nomor
10/1998, perbankan syariah mulai menggeliat naik.
Tidak hanya iu, di tengah – tengah krisis keuangan global yang melanda dunia
pada penghujung akhir tahun 2008. Lembaga bank syariah kembali membuktikan
daya tahannya dari terpaan krisis, lembaga – lembaga syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamya
dll.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini untuk
menunjukan perbankan syariah benar – benar kebal terhadap krisis dan mampu
tumbuh dengan signifikan. Perlu langkah strategis untuk merealisasikannya, upayanya
yaitu pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang
unit usaha syariah atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah.
BAB III

KESIMPULAN

Kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari landasan dan prinsip-
prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah untuk menyempurnakan
dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja berorientasi pada profitabilitas tapi
juga bagaimana perbankan islam itu sendiri mengedepankan etika dan moral dalam berbisnis
di dunia perbankan yang dapat menciptakan sebuah kegiatan perbankan yang efisien dan
efektip (bebas dari Riba, Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat berimplikasi pada pembangunan
ekonomi, kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi yang sehat dan menghilangkan
paradigma dzalim.

Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagai mana kita mengembangkan dan
menerapkan kegiatan perbankan islam pada masyarakat dunia, sehingga tidak ada kata alergi
ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan islam. Harapan kita bahwa
sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia bisnis baik yang basis finansial, Investasi,
perbankan, real, pasar modal, pasar barang dll. Yang hanya menguntungkan sebagian pihak
dan dipihak lain tertidas.

Mari kita jadikan Perbankan islam sebagai sarana untuk menciptakan dunia bisnis
baru yang bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Diktat BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Anda mungkin juga menyukai