Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sahzabilla Adinda Pradipta

No : 23
Kelas : XII IPS 1

Perlindungan hukum merupakan hak setiap warga negara Indonesia, artinya seluruh
warga negara Indonesia tanpa membedakan berdasarkan golongan tertentu, berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari sesuatu yang mengancam dirinya. Penegakan hukum
merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum, dan
kemanfaatan sosial menjadi kenyataan.
1. Makna Perlindungan Hukum
Indonesia sebagai negara hukum, segala sesuatunya harus berdasarkan pada hukum
(asas legalitas). Perlindungan hukum diberlakukan bagi setiap orang sebagai bentuk
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia terhadap ketentuan hukum yang mungkin
saja melanggar hak-hak individu. Setiap orang memiliki hak dan diperlakukan sama di
hadapan hukum. Semua masyarakat Indonesia mendapat perlindungan hukum karena
negara hukum melindungi segenap warga negara tanpa membeda-bedakannya.

Hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan (perintah dan


larangan) yang dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah untuk mengatur tingkah laku
manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus
dipatuhi oleh masyarakat. Sedangkan perlindungan adalah suatu proses cara perbuatan
untuk melindungi seseorang. Jadi perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan
pemerintah dan atau masyarakat kepada warga negara dalam melaksanakan fungsi, hak,
kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Perlindungan hukum juga dapat diartikan sebbagai upaya melindungi secara hukum
terhadap jiwa raga, harta benda seseorang, dan Hak Asasi Manusia (HAM), yang terdiri
atas hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak beragama, dan sebagainya. Dengan
demikian, pelanggaran hukum apapun yang dilakukan terhadap hal-hal tersebut di atas
akan dikenakan sanksi.
2. Makna Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukan upaya tegaknya atau berfungsinya


norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses perwujudan ide-
ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide kemanfaatan sosial) yang bersifat abstrak
menjadi kenyataan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum
sebagai berikut.
a. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan
sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu
yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap adanya kepastian
hukum masyarakat akan lebih tertib.
b. Kemanfaatan
Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak hukum harus
memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul keresahan di
salam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum.
c. Keadilan
Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat
setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat subjektif,
individualistis, dan tidak menyamaratakan.

Penegakan hukum tidak bisa dipisahkan dari badan peradilan (penegak hukum) dan
hukumnya sendiri. Ketiganya menjadi pilar yang saling menopang dan tidak bisa dipisahkan.
Hukum itu berguna bila ditegakkan oleh lembaga peradilan. Sebaliknya, penegakan hukum tidak
akan bisa berjalan jika tidak ada hukum sebagai landasan bagi lembaga peradilan dalam
menegakkan hukum. Tidak ada yang lebih utama dari ketiga hal itu. Maka dari itu, ketiganya
harus bekerja secara sinergis serta berjalan secara seimbang. Menurut Soerjono Soekanto,
perlindungan hukum pada dasarnya perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam
bentuk perangkan hukum.
Dengan demikian, suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hokum
apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warga negaranya
2. Jaminan kepastian hokum
3. Berkaitan dengan hak-hak warga negara
4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya

Prof. Dr. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penegakan hukum terdapat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi dan mempunyai arti sehingga penegakan hukum dapat berdampak
positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut. Terjadinya gangguan terhadap
penegakan hukum terjadi apabila ada ketidakserasian antara nilai, kaidah, dan pola
perilaku (“tritunggal”). Dalam hal terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan
dan menjelma dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah
yang akan dapat mengganggu kedamaian pergaulan hidup, maka penegakan hukum menjadi
tidaklah dapat diwujudkan. Artinya, penegakan hukum akan menjadi tidaklah berjalan
sebagaimana mestinya atau akan terganggu dalamm perjalanan dan penegakan hukumnya.
Masalah pokok penegakan hukum terletak kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya..
Berikut ini diuraikan secara garis besar maksud faktor-faktor itu:

1) Faktor hukumnya sendiri

Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin memungkinkan penegakannya. Sebaliknya
semakin tidak baik suatu peraturan hukum akan semakin sukarlah menegakkannya. Secara
umum dapatlah dikatakan bahwa peraturan hukum yang baik itu adalah peraturan hukum yang
berlaku secara yuridis, sosiologis, dan filosofis.

Hukum yang dimaksudkan adalah Undang-Undang (“UU”) atau peraturan tertulis yang
berlaku umum dan dibuat oleh Pemerintah. Faktor hukum yang dimaksud adalah bermula dari
undang-undangnya itu sendiri yang bermasalah. Penegakan hukum yang berasal dari UU itu
disebabkan a). tidak diikutinya azas-azas berlakunya, UU b). belum ada peraturan pelaksanaan
yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan UU, c). Ketidak jelasan arti kata-kata dalam UU yang
akan berakibat  kesimpang siuran dalam penafsiran serta penerapannya. Disamping itu adalah
ketidakjelasan  dalam kata-kata yang dipergunakan dalam perumusan pasal-pasal tertentu.
Konsekuensi ini peraturan yang memuat pasal dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara
luas (multiinterpretasi) dan menyebabkan kesimpang siuran dalam penafsiran atau penerapannya
sehingga pada akhirnya menimbulkan konflik. Artinya, faktor hukum yaitu peraturan yang
memiliki ketidakjelasan kata-kata dalam perumusan pasal-pasalnya terbukti telah mempengaruhi
penegakan hukum terhadap sengketa di Indonesia. Masalah itu tumbuh karena meskipun UU
telah disahkan dan berlaku, tetapi hingga batas waktu tertentu belum juga dibuat peraturan
pelaksanaannya sebagai perintah Undang-undang, sehingga akibatnya beberapa pasal dari UU
tidak dapat dijalankan. Misalnya, salah satu kewajiban perusahaan melakukan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang diatur Pasal 74 ayat (3) dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang mengatur bahwa : ”Ketentuan lebih lanjut mengenai
tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Namun, hingga
sekarang ini Peraturan Pemerintah tersebut belumlah juga dibuat atau dikeluarkan oleh
Pemerintah. Akibat tiadanya Peraturan Pemerintah akan berdampak pada tidak dapat
dilaksanakan perintah dilakukannya Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut.

2) Faktor penegak hukum

Pihak-pihak yang terkait secara langsung dalam proses penegakan hukum yaitu kepolisian,
kejaksaan, peradilan, advokat, dan lembaga pemasyarakatan mempunyai peranan yang sangat
menentukan bagi keberhasilan usaha penegakan hukum dalam masyarakat.

Di dalam penegakan hukum diskresi sangat penting oleh karena:

1. Tidak ada perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya, sehingga dapat mengatur


semua perilaku manusia.
2. Adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang-undangan dengan
perkembangan-perkembangan di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum.
3. Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan sebagaimana yang dikehendaki
oleh pemmbentuk undang-undang.
4. Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan secara khusus.

. Yang dimaksudkan dengan penegak hukum itu adalah pihak-pihak yang langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam penegakan hukum mulai dari Polisi, Jaksa, Hakim, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Penasehat Hukum (Advokat) dan hingga petugas-petugas sipir
pemasyarakatan. Setiap profesi penegak hukum mempunyai wewenang atau kekuasaan tugas
masing-masing. Hakim berada dalam peranan yang sangatlah menentukan ketika suatu
keputusan diharapkan untuk lahir dan pelaksanaan tugas tersebut, hakim berada di dalam
kemandiriannya sendiri, sedangkan tugas dari penegak hukum yang lainnya adalah meyakinkan
dan menjelaskan kepada hakim apa dan bagaimanakah permasalahan hukumnya, sehingga akan
diperoleh suatu keyakinan hakim untuk dapat memutuskanya secara adil dan juga bijaksana.

3) Faktor sarana atau fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan
berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup tenaga manusia
yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang
cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, mustahil penegakan hukum akan
mencapai tujuannya. Sebagai contoh, membuktikan apakah suatu tanda tangan palsu atau tidak,
kepolisian didaerah tidak dapat mengetahui secara pasti karena tidak mempunyai alat untuk
memeriksanya, sehingga terpaksa dikirim ke Jakarta.

4) Faktor masyarakat

Bagian yang terpenting dari masyarakat yang menentukan penegakan hukum adalah kesadaran
hukum masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin
memungkinkan penegakan hukum yang baik. Sebaliknya semakin rendah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegakan hukum yang baik.
Kesadaran hokum merupakan suatu pandangan yang hidup dalam masyarakat. Pandangan itu
berkembang dipengaruhi oleh faktor agama,ekonomi,politik,dsb.Pandangan itu selalu berubah
karena itu hokum pun selalu berubah.  Masyarakat di Indonesia semakin lama, jumlah
masyarakat miskinnya semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari faktor masyarakat, maka
masalah kejahatan atau penegakan hukum ini ada di lapisan ini. Setiap stratifikasi sosial
memiliki dasar-dasarnya tersendiri, sehingga dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
pemberian pengetahuan hukum kepada masyarakat yang mungkin tidak begitu mengerti akan
hukum sehingga memudahkan mereka untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku di lingkungannya. Kesadaran hukum antara lain meliputi:

1. Pengetahuan tentang hukum


2. Penghayatan fungsi hukum
3. ketaatan terhadap hokum

5) Faktor Kebudayaan

Semakin banyak persesuaian antara peraturan perundang-undangan dan kebudayaan masyarakat,


maka akan semakin mudahlah menegakkannya. Sebaliknya apabila suatu peraturan perundang-
undangan tidak sesuai atau bertentangan dengan kebudayaan masyarakat, akan semakin sukar
untuk melaksanakan atau menegakkan peraturan hukum dimaksud. Kebudayaan (sistem) hukum
pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, maka nilai-nilai mana
merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap
buruk. Nilai-nilai tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua
keadaan ekstrim yang harus diserasikan. Pasangan nilai-nilai konservatisme dan nilai inovatisme,
senantiasa berperan di dalam perkembangan hukum, oleh karena di satu pihak ada yang
menyatakan bahwa hukum hanya mengikuti perubahan yang terjadi dan bertujuan untuk
mempertahankan status quo. 

Indonesia tengah mengalami krisis kepatuhan hukum karena hukum telah kehilangan
substansinya. Permasalahan hukum di Indonesia yang saat ini sedang terjadi disebabkan oleh
beberapa hal yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumny, inkonsistensi penegakan hukum,
intervensi kekuasaan maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan tersebut
adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat baik polisi, jaksa,
hakim maupun pemerintah (eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan.
Inkonsistensi penegakan hukum kadang melibatkan masyarakat itu sendiri dan dalam media
elektronik maupun media cetak. Inkonsistensi penegakan hukum ini secara tidak disadari telah
berlangsung dari hari ke hari. Contoh kecil dari Inkonsistensi penegakan hukum yang terjadi
pada saat berkendaraan dijalan raya dikota besar seperti di Jakarta yang memberlakukan aturan
"three-in-one". Aturan ini tidak akan berlaku bagi TNI dan Polri. Bahkan polisi yang bertugas
membiarkan begitu saja mobil dinas TNI  atau Polri yang melintas meski mobil tersebut
berpenumpang kurang dari tiga orang atau bahkan terkadang polisi yang bertugas memberikan
penghormatan apabila penumpangnya berpangkat lebih tinggi. Secara tidak disadari hal tersebut
merupakan diskriminasi terhadap masyarakat awam tapi sayangnya banyak masyarakat yang
tidak  menyadari hal tersebut.

. Berikut ini beberapa kasus inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia yang


dikelompokan berdasarlan beberapa alasan yang banyak ditemui oleh masyarakat awam baik
melalui pengalaman pencari keadilan itu sendiri maupun peristiwa lain yang bisa diikuti melalui
media cetak dan media elektronik.
a.      Tingkat kekayaan seseorang.
Tingkat kekayaan seseorang dapat memperingan masa tahan seseorang yang melakukan
pelanggaran. Pelaku pelanggaran bisa menyewa pengacara mahal yang bisa mementahkan
dakwaan kejaksaan untuk memperingan masa tahanannya atau jika perlu pelaku dapat membayar
hakim atau jaksa agar memperingan masa tahanannya. Sebaliknya dengan pelaku pelanggaran
yang tidak memiliki uang yang banyak maka pelaku hanya bisa membayar pengacara
semampunya atau tidak sedikit pula yang mereka hanya pasrah menerima putusan hakim.

b.       Tingkat Jabatan Seseorang


Mari kita simak kasus berikut ini. Kasus Ancolgate berkaitan dengan studi banding keluar negri
yang diikuti oleh sekitar 40 orang anggota DPRD DKI Komisi D. Dalam studi banding tersebut
anggota  DPRD yang berangkat memanfaatkan dua sumber keuangan yaitu SPJ anggaran yang
diperoleh dari anggaran DPRD DKI sekitar 5,2 M dan uang saku dari PT. Pembangunan Jaya
Ancol sekitar 2,1 M. Dalam kasus ini 9 orang staf Bapedal DKI Bambang Sungkono dan Kepala
Dinas Tata Kota DKI Ahmadin Ahmad tidak dikenai tindakan apapun. Penyelesaian masalah ini
dilakukan setelah media cetak dan media elektronik menemukan ketidaksesuaian dalam masalah
pendanaan studi banding tersebut. Penyelesaian secara administratif ini seakan dilakukan agar
dapat mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Rasa ketidakadilan masyarakat
terurik ketika sanksi ini hanya dikenalan pada pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun terkesan
mengulur-ulur janji untuk mengusut kasus ini sampai ke pejabat tinggi DKI yaitu Gubernur
Sutiyoso (saat itu) yang sebagai komisaris PT. Pembangunan Jaya Ancol ikut bertanggungjawab.
c.        Nepotisme
Terdakwa Letda (Inf) Agus Isrok anak mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Jendral
(TNI) Subagyo H.S. diperingan hukumannya oldh mahkamah militer dari empat tahum penjara
menjadi dua tahun penjara. Disamping itu, terdakwa juga dikembalikan ke kesatuannya selama
dua minggu sambil menunggu dan berpikir terhadap vonis mahkamah militer tinggi. Putusan ini
terasa tidk adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba lainnya yang terjadi di Indonesia
yang didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika. Disamping itu, proses pengadilan ini juga
memperlihatkan eksklusivitas hukum militer yang diterapkan pada kasus narkoba. Jelas sekaki
kasus ini mengesankan adanya diskriminasi hukum bagi keluarga bekas pejabat.

Kesimpulannya penegakan  hukum  adalah  proses  dilakukannya  upaya  untuk  tegaknya  atau
berfungsinya  norma-norma  hukum  secara  nyata  sebagai  pedoman  perilaku  dalam  lalu
lintas  atau  hubungan-hubungan  hukum  dalam  kehidupan  bermasyarakat  dan  bernegara.

Aparatur  penegak  hukum  mencakup  pengertian  mengenai  institusi  penegak hukum  dan 
aparat  (orangnya)  penegak  hukum.  Dalam  arti  sempit,  aparatur  penegak hukum  yang 
terlibat  dalam  proses  tegaknya  hukum  itu,  dimulai  dari  saksi,  polisi, penasehat  hukum, 
jaksa,  hakim,  dan  petugas  sipir  pemasyarakatan. 

Anda mungkin juga menyukai