Anda di halaman 1dari 23

BAB III

ATMOSFER DAN HIDROSFER

1. ATMOSFER
Atmosfer berasal dari kata atmo yang artinya udara dan sfera yang artinya
lapisan. Jadi atmosfer adalah lapisan udara atau gas yang menyelebungi bumi. Sedangkan
yang dimaksud dengan udara adalah seluruh gas yang tersusun dari berbagai zat yang
tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak dapat dilihat. Dengan kata lain Atmosfer
merupakan lapisan terluar dari bumi, berfasa gas yang mengelilingi permukaan bumi.
Lapisan ini terletak mulai dari permukaan laut dengan elevasi 0 meter sampai bagian atas.
Batas atas dari lapisan atmosfer tidak jelas, sehingga tidak dapat ditentukan batas antara
atmosfer dan ruang angkasa luar.
Berdasarkan perbedaan suhu vertikal, atmosfer bumi dapat dibagi menjadi lima
lapisan :
A. Troposfer
Troposfer merupakan lapisan yang berada paling bawah atau lapisan yang
terdekat dengan bumi. Lapisan ini memiliki ketebalan tidak merata, pada posisi kutub
memiliki ketinggian 8 km dan pada daerah ekuator memiliki ketinggian dari 18-19 km.
Pada lapisan ini, suhu udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian (elevasi).
Setiap kenaikan 100 meter, temperaturnya turun 0,5 oC. Dengan kata lain, troposfer
merupakan lapisan di mana udara berbalik. Lapisan udara yang tebal pada troposfer
dapat melindungi bumi dari sinar matahari sehingga suhu bumi tidak terlalu tinggi
pada siang hari dan tidak terlalu rendah pada malam hari. Lapisan ini dianggap sebagai
bagian atmosfer yang paling penting, karena berhubungan langsung dengan
permukaan bumi yang merupakan habitat dari berbagai jenis mahluk hidup termasuk
manusia. Pada lapisan inilah terjadi proses gerakan udara (angin), terbentuknya awan,
dan terjadinya hujan yang merupakan ciri unsur cuaca. Sebagain besar dinamika iklim
berlangsung pada lapisan troposfer.
Susunan kimia udara troposfer terdiri dari 78,03% nitrogen, 20,99 oksigen,
0,93% argon, 0,03% asam arang, 0,0015% nenon, 0,00015% helium, 0,0001% kripton,
0,00005% hidrogen, serta 0,000005% xenon. Walaupun troposfer hanya menempati
sebagian kecil saja dari atmosfer dalam. Akan tetapi, 90% dari semua masa atmosfer
berkumpul pada lapisan ini.  Di lapisan inilah terbentuknya awan, jatuhnya hujan,
salju, hujan es dan lain-lain, sehingga troposfer dinamakan juga lapisan cuaca.
Di dalam troposfer terdapat tiga jenis awan, yaitu awan rendah (cumulus),
yang tingginya antara 0 – 2 km; awan pertengahan (alto cumulus lenticularis),
tingginya antara 2 – 6 km; serta awan tinggi (cirrus) yang tingginya antara 6 – 12 km.
Empat lapisan yang terdapat di Troposfer yaitu
a. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan udara ini adalah 1 – 2 meter di atas permukaan bumi.  Keadaan di
dalam lapisan udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis
tanaman, ketinggian dari permukaan laut dan lainnya.  Keadaan udara dalam
lapisan inilah yang disebut sebagai iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan
tanaman dan juga jasad hidup di dalam tanah.
b. Lapisan Udara Bawah
Lapisan udara ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag,
planetary boundary layer).  Tebal lapisan ini 1 – 2 km.  Di sini berlangsung
berbagai perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.
c. Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
Lapisan ini disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2
– 8 km.  Di dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan
tegak.  Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu
yang berubah-ubah.
d. Lapisan Udara Tropopouse
Merupakan lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8
– 12 km di atas permukaan laut (dpl).  Pada lapisan ini terdapat derajat panas yang
paling rendah, yakni antara – 46 o C sampai – 80o C pada musim panas dan antara  –
o o
57 C sampai – 83 C pada musim dingin.  Suhu yang sangat rendah pada
tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan
atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum
mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair
(hujan) dan padat (salju, hujan es).
B. Stratosfer
Merupakan lapisan bagian dari atmosfer yang berada di atas lapisan troposfer
dari ketinggian 50 – 60 km. Lapisan ini terletak di antara lapisan troposfer dan inosfer.
Suhu akan semakin meningkat dengan bertambahnya ketinggian pada lapisan
stratosfer. Suhu pada bagian stratosfer hampir sama dengan suhu pada permukaan
bumi. Profil suhu pada lapisan stratosfer merupakan kebalikan dari lapisan troposfer.
Ciri penting dari lapisan stratosfer adalah keberadaan lapisan ozon yang
berguna untuk menyerap radiasi ultraviolet, sehingga sebagian besar tidak akan
mencapai permukaan bumi. Serapan radiasi matahari oleh ozon dan beberapa gas
atmosfer lainnya menyebabkan suhu udara pada lapisan stratosfer meningkat.  Lapisan
stratosfer tidak mengandung uap air, sehingga lapisan ini hanya mengandung udara
kering.
Pada lapisan stratosfer terdapat proses persenyawaan dan pengeluaran panas
sehingga lapisan stratosfer memiliki lapisan mesosfer. Batas antara troposfer dengan
lapisan stratosfer disebut tropopause yang bersuhu minimum, sedangkan batas antara
stratosfer dengan mesosfer disebut stratopause yang berimpit dengan bagaian atas
ozon bersuhu maksimum.
Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu :
1. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12 – 35 km dpl, dengan suhu udara – 50o
C  sampai -55o C.
2. Lapisan udara panas; terletak antara 35 – 50 km dpl, dengan suhu – 50o C
sampai + 50o C.
3. Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50 – 80 km dpl, dengan suhu
antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh sinar ultraviolet, pada ketinggian
30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga kadarnya akan meningkat dari 5
menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1 m3.

C. Mesosfer
Mesosfer merupakan lapisan yang berada di atas lapisan stratosfer pada
ketinggian 50-80 km. Suhu di lapisan ini akan menurun seiring dengan meningkatnya
ketinggian.  Semakin ke atas, suhu udara di lapisan mesosfer semakin dingin.Suhunya
mula-mula naik, tetapi kemudian turun dan mencapai -72 oC di ketinggian 75 km. 
Suhu terendah terukur pada ketinggian antara 80 – 100 km yang merupakan batas
dengan lapisan atmosfer berikutnya, yakni lapisan mesosfer.  Daerah transisi antara
lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu terendah – 110 o C.
Lapisan ini berfungsi memantulkan gelombang radio dan televise (VHF dan UHF).
Lapisan ini berfungsi untuk melindungi bumi dari hujan meteor.

D. Termosfer
Lapisan termosfer adalah lapisan atmosfer yang paling panas dari pada lapisan
atmosfer yang lain (Katino, 2006: 31). Lapisan ini terletak di ketinggian antara 80 km
sampai batas antara atmosfer dengan angkasa luar sekitar 650 km. Suhu udara pada
lapisan termosfer dapat mencapai 1.500˚C. Suhu pada lapisan ini akan meningkat
dengan meningkaknya ketinggian. 
Pada lapisan ini terdapat lapisan ionosfer (ketinggian 80-450 km). Gas-gas
pada lapisan termosfer akan terionisasi, oleh karena itu lapisan ini sering disebut juga
lapisan ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksegen atomik di sini. 
Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer lainnya akan menghasilkan
panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu pada lapisan ini. 
Partikel-partikel ion yang dihasilkan pada lapisan ini berfungsi untuk
memantulkan gelombang radio, baik gelombang panjang maupun gelombang pendek.
Lapisan ini sangat penting dalam komunikasi. Gelombang radio dari belahan bumi
yang satu dapat diterima dibelahan lainnya, karena sinyalnya dipantulkan oleh lapisan
ionosfir. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu :
a. Lapisan Udara E
Terletak antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl.  Lapisan ini tempat
terjadinya proses ionisasi tertinggi.  Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara
KENNELY dan HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang
radio.  Suhu udara di sini berkisar – 70o C  sampai +50o C .
b. Lapisan udara F
Terletak antara 150 – 400 km.  Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara
APPLETON.
c. Lapisan udara atom
Pada lapisan ini, benda-benda  berada dalam bentuk atom.  Letaknya lapisan
ini antara 400 – 800 km.  Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari,
dan diduga suhunya mencapai 1200o C .

 
E. Eksosfer atau atmosfer luar
Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi.  Pada lapisan ini, kandungan
gas-gas atmosfer sangat rendah. Eksosfer terdiri dari gas helium dan hidrogen pada
perbandingan yang sama 50%. Batas antara eksosfer (yang pada dasarnya juga adalah
batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas.  Daerah yang masih termasuk eksosfer
adalah daerah  yang masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi.  Garis imajiner yang
membatasi eksosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause.

Gambar 3.1. Lapisan-lapisan atmosfer berdasarkan suhu.

1.1. Komposisi Atmosfer


Udara yang terdapat di dalam lapisan atmosfer hanya tampak satu macam bahan,
tetapi terdiri dari berbagai bahan berupa gas dan partikel-partikel halus. Komposisi dari
atmosfer tidaklah tetap dari waktu ke waktu maupun di setiap tempat. Gas yang terdapat
di dekat permukaan bumi berupa udara kering (dry air) dan lapisan lembab.
Udara kering mengandung gas-gas nitrogen 78%, oxigen 21 %, argon 0,9 % dan
karbon dioksida 0,03 %. Seluruh jumlah gas tersebut sekitar 99,99%, sedangkan sisanya
sekitar 0,01% yang terdiri dari gas helium, neon, krypton dan xenon. Gas-gas tersebut
dikelompokkan sebagai gas-gas inert yang merupakan hasil reaksi kimia. Helium
merupakan gas yang terjadi sebagai hasil dari proses radioaktif.
Lapisan lembab merupakan udara yang mengandung sejumlah uap air. Kadar uap
air dalam lapisan atmosfer tidak sama di setiap tempat, sangat tergantung pada suhu.
Pada suhu 0oC daerah pada lapisan atmosfer mengandung kadar uap air lebih dari 5
gram/m3 H20 dan pada suhu 40oC tidak mengandung kadar uap air kurang dari 55
gram/m3. Pada daerah yang beriklim lembab, volume kadar uap air mencapai 5%,
sedangkan pada daerah yang beriklim kering, volume kadar uap air hanya 0,01%. Jumlah
air dalam lapisan atmosfer adalah 15 x 1015 kg. Air sangat penting sebagai sumber air di
bumi.

1.2. Fungsi Atmosfer


Atmosfer yang terdiri dari gas-gas dan uap air yang terkandung di dalamnya
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Oksigen sangat diperlukan untuk pernafasan
dan reaksi dengan bahan bakar menimbulkan panas dan sumber energi yang dibutuhkan
oleh kehidupan manusia. Gas nitrogen dan asam arang diperlukan oleh tumbuhan dan
menghasilkan oksigen. Atmosfer juga berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
sirkulasi air.
Siklus air terjadi dalam lapisan atmosfer. Energi dari matahari akan menguapkan
sebagian air permukaan. Air memiliki massa yang ringan, maka air mudah naik ke atas
dalam bentuk uap. Uap air yang terkondensasi menjadi awan dan turun kembali ke
permukaan bumi sebagai hujan. Proses yang terjadi di atas disebut sirkulasi air.

Gambar 3.2. Sirkulasi air yang terjadi dalam lapisan atmosfer.

Lapisan ozon yang terdapat dalam lapisan atmosfer berfungsi untuk menyari ng
sinar ultra violet yang sampai ke permukaan bumi. Apabila sinar ultra violet tidak
disaring, maka jumlah sinar tersbut yang sampai ke permukaan bumi akan melebihi
ambang batas yang diperlukan bagi kehidupan manusia. Dampak yang ditimbulkan
apabila sinar ultra violet yang melebihi ambang batas maka akan menimbulkan kanker
kulit dan membunuh bakteri-bakteri pembusuk yang diperlukan oleh manusia.
Rusaknya lapisan ozon dalam beberapa tahun belakangan ini merupakan
pembicaraan dan mencemaskan negara-negara di dunia. Masalahnya adalah
membesarnya lubang pada lapisan ozon di atas Antartika dari tahun ke tahun. Penyebab
membesarnya lubang pada lapisan ozon disebabkan oleh limbah gas berupa
chlorofluorocarbon (CFC). CFC biasanya dipergunakan pada alat pendingin dan pengisi
kaleng semprot (spray) yang dibuat dan dibuang oleh manusia. Rusaknya lapisan ozon
juga disebabkan juga dari sisa bahan bakar pesawat yang tinggi (concord)
Gas-gas pada CFC pada atmosfer bagian bawah secara kimiawi tidak aktif.
Sebagian dari gas tersebut naik ke lapisan ozon, dimana sinar matahari memecahnya
unsur-unsurnya. Atom-atom chlorida yang terbebaskan, melalui serangkaian reaksi yang
kompleks mengubah ozon menjadi oksigen. Pecahnya ozon menjadikan konsentrasi ozon
makin berkurang di angkasa.
Selain fungsi diatas, atmosfer berfungsi sebagai melindungi bumi dari jatuhnya
batuan meteor dan benda angksa lainnya. Lapisan atmosfer juga berfungsi memantulkan
gelombang radio dan bunyi yang dapat digunakan dalam sistem telekomunikasi.
Atmosfer juga berfungsi sebagai tempat terjadinya cuaca dan iklim. Lapsian atmosfer
sangat penting bagi kehidupan karena pada lapisan atmosfer berfungsi mendistribusikan
air ke berbagai wilayah permukaan bumi, serta menyediakan okisgen dan karbon
dioksida.

1.3. Polusi Udara


Polusi atau pengotoran udara berupa gas dan butiran padat yang sangat halus
yang disebabkan oleh manusia maupun alam. Penyebab utama polusi adalah gas-gas
oksida karbon, nitrogen dan sulfur yang merupakan sisa pembakaran bahan bakar fosil
dan batu bara. Sisa pembakaran tersebut baik berasal dari kendaraan maupun industri.
Smog atau smoke dan fog adalah istilah polusi udara di daerah padat (urban) atau
industri. Istilah smog dipergunakan oleh Des Veaux untuk daerah industri di London-
Inggris, yang berkabut tebal bercampur dengan asap sisa pembakaran batubara dari
industri-industri. Gas-gas ini selain membahayakan pernafasan, juga membentuk asam di
udara dan terbawa hujan turun ke permukaan sebagia hujan asam.
Butiran padat berupa asap, jelaga dan debu. Asap dapat berasal dari pembakaran
hutan yang dilakukan petani untuk pembukaan ladang. Polusi berbentuk padat selain
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan batu bara, juga berasal dari material hasil
erupsi gunung api yang tersembur dan bercampur dengan gas-gas dan uap air jauh ke
angkasa sebagai debu volkanik yang sangat halus.

1.4. Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit terutama planet atau satelit
yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca terjadi
karena dua hal yaitu secara alami dan akibat aktivitas manusia.
Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari
dirubah menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi.
Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali
sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkannya
kembali ke permukaan bumi, sehingga panas dari gelombang radiasi tersebut tersimpan
di permukaan bumi yang menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata tahunan bumi.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh seluruh penghuni bumi. Karena tanpa
adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin. Suhu rata-rata planet
bumi sudah meningkat sekitar 33°C menjadi 15°C dari suhu awal yang -18°C. Jika tidak
ada efek rumah kaca ini maka permukaan bumi akan tertutup oleh lapisan es, namun jika
berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global.
Gambar 3.3. Efek Rumah Kaca

Penyebab
Ada tiga faktor utama tingginya emisi gas rumah kaca, yakni kerusakan hutan dan
lahan, penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan limbah. Ini
harus dikendalikan agar emisi gas rumah kaca bisa diturunkan. Efek rumah kaca
disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya
di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran
bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui
kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di
atmosfer, 25% diserap awan dan 45% diserap permukaan bumi dan 5% dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk
radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah
yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk
dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di
bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang
dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2) serta beberapa
senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut
memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Gas rumah kaca


Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek
rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi
dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer
akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak
kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan
dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida) dan
pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman
untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan
melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Meningkatnya suhu
permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di
bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya,
sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang
dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi
kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan
pengaruh yang sangat besar.
 Uap air
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab
terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi
secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi
konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya
temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik
akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan
kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air
mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya
temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer.
Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan).
Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang
dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO 2[1]. Perubahan
dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui
terbentuknya awan.

 Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika
mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan
bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama,
jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat
perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. 
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di
atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih
cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281
molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007,
konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika
prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi
540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa
konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum
revolusi industri.

 Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca.
Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak
bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan
transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat
keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah
metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat. Metan berasal dari gas
alamiah, pertambangan batubara, kotoran hewan dan tumbuhan yang telah
membusuk. Hal yang paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan yang
membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metan terbentuk dari
pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu membusuk
dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat, metan yang
tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di kawasan itu.

 Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama
dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat
menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah
meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.

 Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22)
terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi,
perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa
negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media
pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan
ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-
20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti
peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi
yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas
ke udara. Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan
dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun
2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di
atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas
ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong
langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-
gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri
penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

Selain karbon dioksida, ada dua gas lagi yang dikhawatirkan mempercepat
pemanasan global lebih buruk lagi. Keduanya adalah metan dan nitrogen triflorida yang
berasal dari tanaman purba dan teknologi layar flat-panel. Menurut para pengamat
lingkungan, kedua gas tersebut menimbulkan efek rumah kaca seperti karbon dioksida.
Bahkan, kedua gas tersebut memberi efek hampir sama dari yang disebabkan
karbondioksida. Penelitian terbaru menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek
kedua gas tersebut semakin meningkat di luar perkiraan. Para pengamat cuaca juga
terkejut dengan peningkatan tersebut.
Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon
dioksida. Gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbon
dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer.
Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan
global.
Para ilmuwan telah berupaya untuk mempelajari bagaimana proses tersebut akan
bermula. Saat ini data yang terkumpul masih berupa data awal, belum ada kesimpulan.
Tetapi para ilmuwan tersebut mengatakan apa yang mereka lihat di awal ini adalah
permulaan pelepasan metan di kutub utara. Dalam delapan tahun terakhir kadar metan
di atmosfer masih stabil yang diperkirakan setiap 40 menit oleh monitor pengawas
dekat tebing di tepi laut. Tetapi pada 2006 hasilnya menunjukkan terjadinya
peningkatan. Jumlah gas metan di udara melonjak dari sekitar 28 juta ton pada Juni
2006 hingga Oktober 2007. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 5,6 miliar ton metan di
udara. Jika hal ini terus terjadi, maka akan buruk efeknya. Saat kadar metan terus
meningkat, tentunya akan mempercepat perubahan iklim.
Kadar nitrogen triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat
beberapa tahun terakhir dan 30 kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut
hanya menyumbang 0,04 persen dari total efek pemanasan global yang disebabkan oleh
karbondioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai semacam pembersih pada industri
manufaktur televisi dan monitor komputer serta panel. Nitrogen triflorida yang dihitung
dengan skala bagian per triliun di udara selama ini memang dianggap ancaman tak
berarti.
Menurut profesor geofisika Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal
untuk mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang diremehkan mengingat
jumlahnya yang tak terlalu besar. Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah
satu gas yang lebih berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada
karbondioksida. Sedangkan metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari karbondioksida
per basis molekul. Karbondioksida masih menjadi gas yang paling berbahaya karena
kadarnya yang sangat tinggi dan pertumbuhannya yang cepat. Menurut penelitian
sebuah survei di musim panas, menemukan kadar metan di Laut Siberia timur
meningkat dari 10.000 kali lebih tinggi dari kadar normalnya. Peningkatan dua gas
tersebut adalah fenomena baru.

Dampak
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-
rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti
sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar
tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap
atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon
dioksida. Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan
upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat
kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global. Jika kecenderungan emisi karbon
dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam
waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi
sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh
nafkah mereka. Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon
dioksida di atmosfer dalam waktu kurang dari 50 tahun.
Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius
merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan
dari udang besar hingga rumput laut. Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai
ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya
temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh
ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies
pendatang.

Pencegahan
Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca,
sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa tercapai. Penurunan emisi gas
rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020 mendatang, antara lain melakukan
upaya pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi dan transportasi, serta
pengolahan limbah. Penurunan gas rumah kaca di Indonesia bisa diturunkan hingga 41
persen, bila mendapatkan dukungan dari luar negeri. Kalau ada dukungan dari luar
negeri, maka penurunan emisi bisa bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen
penurunannya.
Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan
sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan
liar, pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat. Penggunaan energi ramah
lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas
rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu
penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak
berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan
pencemar.

Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai
pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk
mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau
bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah
emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca
global antara 0,02 °C dan 0,28 °C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework
Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja
PBB tentang Perubahan Iklim). Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997,
dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999.
Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang
dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

2. Hidrosfer
Hidrosfer berasal dari kata “Hidro” yang berarti air dan “Sphaira/sphere” yang
berarti lapisan/selubung. Jadi hidrosfer adalah lapisan air yang mengelilingi bumi.
Perbandingan luas daratan dan perairan di bumi adalah 28:72, dimana luas perairan jauh
lebih besar dibandingkan daratan. Hidrosfer bukan hanya lapisan air yang tampak di
permukaan tetapi lapisan air yang terdapat di dalam pori-pori batuan batuan maupun di
dalam rekahan-rekahan di bawah permukaan bumi. Ilmu yang mengkaji perairan disebut
hidrologi. Hidrologi adalah cabang geografi fisik yang mempelajari sumber air dengan
penekanan pada terhadapnya, sifat-sifatnya, kualitas dan kuantitasnya menurut ruang dan
waktu (Sardiman, dkk. 2004: 31).
Selain air berada dalam fase cair, air juga terdapat dalam fase padat sebagai es
dan salju yang berada di kutub dan puncak-puncak yang tinggi. Di atas garis batas salju,
terdapat salju meskipun di sekitar khatulistiwa. Pada umumnya, di atas 4000 m di atas
permukaan laut. Seperti pegunungan salju di puncak Pegunungan Jaya Wijaya di Irian
Barat.
Air yang terdapat di permukaan bumi dinamakan air permukaan. Lapisan air
permukaan bumi meliputi lautan, laut, sungai, salju/gletset. Sedangkan air yang terdapat di
bawah permukaan bumi dinamakan air bawah permukaan. Contoh air di bawah
permukaan adalah air tanah. Jumlah air di bumi tidak terhitung besarnya, diperkirakan
sebanyak 1,36 x 1012 km3. Perbandingan jumlah air di bumi yaitu di perairan laut 97,2%,
perairan darat (tawar) 2,8%, di lapisan es/gletser 2,15%, 0,65% yang terdapat dalam
danau, sungai, air tanah dan lain-lain.
2.1. Laut
Laut merupakan bagian terbesar dari hidrosfer yang menutupi 71% permukaan
bumi. Laut berbeda dengan samudera karena berdasarkan luasnya. Misalnya Samudera
Pasifik jauh lebih luas dibandingkan dengan laut Jawa.
Pada dasarnya yang dimaksud dengan laut adalah masa air asin yang
menggenangi sebagian besar permukaan bumi. Secara langsung maupun tidak, laut
sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi. Berat jenis air laut adalah
1,027, disebabkan oleh larutan garam-garam air laut rata-rata mempunyai kandungan
garam dan berbagai jenis mineral dengan konsentrasi yang relatif lebih tinggi
dibandingkan air sungai atau danau, yaitu sekitar 35%.  Hal inilah yang mengakibatkan
organisme laut memiliki struktur tubuh maupun kondisi fisiologis yang sangat berbeda
dengan organisme yang hidup di air tawar.
Garam NACl merupakan jenis garam yang terbanyak, yang lainnya terdiri dari
garam-garam chlorida, sulfat, bikarbonat, bromida dan fluorida. Unsur kalsium dalam air
laut merupakan bahan pembuat rumah bagi organisme yang hidup di laut.
Garam-garam ini terlarut dalam air sungai.  Air hujan yang jatuh di daratan
meresap ke dalam tanah dan ke dalam lapisan-lapisan di bawahnya, melarutkan garam-
garam yang dapat dilarutkan dan semua ini diangkut sebagai larutan yang amat encer
yang mengalir ke laut.
Kemudian air diuapkan, melalui peredarannya lagi dan garam tinggal di
samudera.  Pada dasarnya, kandungan garam kapur yang dilarutkan oleh air hujan sangat
besar, akan tetapi kandungan garam kapur di laut amat sedikit.  Hal ini dikarenakan
jasad-jasad laut membutuhkan banyak garam kapur untuk menyusun tubuhnya.
Berdasarkan pembentukannya, laut terdiri dari :
a. Laut Transgresi (laut yang meluas), terjadi karena adanya perubahan permukaan laut
secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya
permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian daratan yang
rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh laut jenis ini
adalah laut Jawa, laut Arafuru dan laut Utara.
b. Laut Ingresi, adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut.
Oleh karena itu laut ini juga sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar
laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah
penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, lubuk Sulawesi,
lubuk Banda dan lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah penurunan
di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya palung Mindanau yang
dalamnya 1.085 m, palung Sunda yang dalamnya 7.450 m, palung Jepang yang
dalamnya 9.433 m serta palung Mariana yang dalamnya 10.683 m (terdalam di
dunia).
c. Laut Regresi, adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya
pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur dan lain-lain) yang dibawa oleh sungai-
sungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara
pulau Jawa.
Menurut letaknya, laut terdiri dari :
 Laut tepi (laut pinggir), adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-
olah terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya laut
Cina Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina.
 Laut pertengahan, adalah laut yang terletak di antara benua-benua. Lautnya dalam dan
mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya laut Tengah di antara benua Afrika-Asia
dan Eropa, laut Es Utara di antara benua Asia dengan Amerika dan lain-lain.
 Laut pedalaman, adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan.
Contohnya laut Kaspia, laut Hitam dan laut Mati.
Morfologi dibawah laut terdiri dari :
 Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya
muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau. Contoh: gunung
Krakatau.
 Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak
runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak
sampai kepermukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
 Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi
bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
 Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut
dalam. Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
 Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena
ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
 Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi
karena ingresi. Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.

Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke
tempat lain baik secara vertikal (gerakan ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke
samping). Berdasarkan letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus
bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah
adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Suhu dari laut mempengaruhi arus
laut. Berdasarkan suhunya, arus laut dibedakan menjadi dua yaitu arus panas dan arus
dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui.
Sedangkan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang
dilaluinya.
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal
yang dikenal dengan upwelling dan sinking di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling
adalah suatu proses massa air yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai
200 meter. Angin yang mendorong lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di
bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang
berada di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan
atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan
dengan suhu air permukaan lainnya.
Sinking merupakan proses kebalikan dari upwelling, yaitu gerakan air yang
tenggelam ke arah bawah di perairan pantai. Gelombang laut memiliki bentuk
gelombang Osilasi, gelora (Surf atau Breaker), gelombang translasi, swash dan back-
swash.
Zona “Lithoral”, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di wilayah ini
pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan.
Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayah pasang surut.
Zona “Neritic” (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut
dhingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari
sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan
maupun tumbuhan-tumbuhan.
Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman
antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh
karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di zona meritic. D.
Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman
lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-
tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas.

Pasang surut laut


Pasang surut yang terjadi pada hidrosfer, terutama di laut, adalah naik dan
turunnya permukaan air secara periodik. Salah satu penyebabnya adalah adanya gaya
tarik gravitasi bulan. Belahan bumi yang terdekat dengan bulan akan tertarik oleh bulan
lebih kuat dari pada belahan yang terjatuh. Oleh karena gaya sentrifugal perputaran bumi
seimbang dengan gaya gravitasi bulan pada pusat bumi, maka arah gaya di belahan yang
jauh dari bulan akan menjauhi bulan. Sebaliknya pada belahan yang terdekat dengan
bulan berarah ke bulan. Gaya-gaya diferensial tersebut cenderung membuat bumi
lonjong menjadi lonjong yang searah dengan garis antara pusat bumi dan pusat bulan.
Oleh karen bumi jauh lebih padat dari lautan, makanya permukaan laut di belahan bumi
terdekat dengan bulan akan naik sehingga terjadi pasang naik. Sebaliknya, pada belahan
yang jauh dari bulan, maka permukaan laut akan turun sehingga terjadi pasang surut.

2.2. Sungai dan Danau


Sungai
Sungai adalah aliran air dalam alur kecil atau besar searah dengan lereng ke
tempat yang lebih rendah. Cekungan tempat sungai-sungai mengalir disebut daerah
aliran sungai (drainage basin). Besarnya aliran air tergantung pada jumlah air yang
datang dari hulu dan pengaruh iklim, vegetasi dan kondisi geologi setempat.
Jumlah (volume) air yang melalui suatu tempat tiap satuan waktu (m 3/detik)
disebut kuat arus (discharge). Kuat arus disebut juga dengan istilah debit. Debit diukur
atau dihitung dengan mengalikan kecepatan arus dengan luas penampang sungai.
Kecepatan arus tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah air, gradient
sungai dan kondisi salurannya. Lurus atau berbelok-belok, dinding atau dasar sungainya
berelief halus dan kasar. Apabila kuat arus lebih besar dari pada kapasitas saluran yang
dilaluinya, maka air akan meluap dan terjadilah banjir.
Sungai sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia baik untuk memenuhi
kebutuhan akan air maupun sebagai media transportasi. Selain itu sungai berfungsi
sebagai sumber nutrisi. Pada zaman dahulu, pusat kehidupan berawal dari tepi sungai,
yang kemudian menjadi berkembang.
Berdasarkan sumber airnya, sungai terbagi menjadi 3 yaitu sungai hujan, sungai
gletser, dan sungai campuran. Sungai hujan adalah sungai yang airnya berasal dari air
hujan. Sungai gletser yaitu sungai yang airnya berasal dari pencairan es dan gletser.
Sungai campuran yaitu sungai yang airnya berasal dari hujan dan es/gletser.
Berdasarkan ketersediaan airnya, sungai terdiri dari :
a. sungai permanen (episodik), yang aliran airnya selalu banyak sepanjang waktu,
b. sungai non permanen (periodik), yang aliran airnya berair banyak pada musim hujan
dan berair sedikit pada musim kemarau.
Aliran air sungai membentuk pola aliran sebagai berikut :
a. pola aliran dendriktik
b. pola aliran rektangular
c. pola aliran trellis
d. pola aliran radial sentrifugal
e. pola aliran radial sentripetal
Dalam geologi, energi air merupakan faktor penting dalam proses denudasi.
Sungai memegang peranan penting dalam membentuk permukaan bumi. Selain
mengerosi daerah yang dilalui juga membawa sedimen yang kemudian diendapkan di
tempat yang lebih rendah, di darat maupun di laut.
Danau
Berbagai peristiwa yang terjadi di sepanjang sejarah geologi seperti pensesaran
atau erosi dan pengendapan oleh angin dan es menghasilkan depresi-depresi alamiah
yang lantainya lebih rendah dari muka air. Air tergenang dalam depresi-depresi ini akan
terbentuk danau.
Danau merupakan suatu cekungan yang terletak di ketinggian, luas dan
kedalamannya sangat bervariasi, tergantung pada asal mula kejadiannya. Danau berperan
sebagai tempat penampungan air sementara. Kelebihan air di danau akan dialairkan ke
tempat yang lebih rendah atau ke laut.
Energi air di danau hampir nol, sehingga sebagian besar sedimen terendapkan.
Oleh karena air danau tenang, endapan sedimen di danau berbutir halus sampai sangat
halus.

2.3. Siklus Hidrologi


Sejumlah persediaan air yang mencukupi sangat diperlukan bagi kehidupan. Daur
atau siklus persediaan air di bumi yang tiada hentinya disebut siklus hidrologi. Sistem
hidrologi dimotori oleh panas matahari, dimana atmosfer merupakan perantara yang
penting antara laut dan daratan. Air yang ada di laut dan daratan menguap dan naik ke
atmosfer. Air yang naik ke atas berupa uap air sehingga terbentuk udara yang lembab.
Udara lembab akan terbawa oleh udara yang bergerak yaitu angin. Udara tersebut
terbawa sangat jauh dan terjadinya proses yang kompleks dan mengalami proses
kondensasi sehingga terbentuk awan jenuh. Awan jenuh yang mengandung uap air akan
terjadi presipitasi (hujan). Air yang jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan atau
salju. Presipitasi yang jatuh ke laut akan menguap kembali dan mulai terjadi siklusnya.
Air atau hujan yang sampai ke darat, sebagian air akan meresap ke tanah
(percolation), bergerak ke bawah, mengalir di bawah permukaan dan akhirnya keluar
sebagai mata air. Air tersebut selanjutnya mengalir ke danau, sungai atau langsung ke
laut. Sebagian lagi air mengalir di permukaan sebagai runoff.
Apabila tanah sudah jenuh, maka tanah tidak sanggup lagi menyerap air. Air yang
jatuh ke tanah langsung mengalir. Selain air meresap ke bawah dapat langsung menguap
kembali.
Apabila terjadi hujan berupa es atau salju pada daerah dataran tinggi, es tersebut
akan tertahan agak lebih lama sebagai es atau salju abadi. Jika suatu saat es akan mencair
dan menguap. Semua salju dan es ini akan mencair dan melepaskan semua airnya,
sehingga permukaan air laut akan naik beberapa puluh meter. Jumlah yang air beredar
dalam siklus hidrologi ini besar, yaitu lebih dari 100 juta biliun galon per tahun. Salju
dan gletsyer merupakan penimbunan air yang besar di daratan. Air ini dipergunakan oleh
manusia untuk kehidupan. Sebagian air dalam tanah diserap tumbuhan dan dikembalikan
ke atmosfer melalui proses transpirasi.
Secara umum siklus hidrologi terbagi menjadi 3 jenis yaitu : siklus pendek, siklus
sedang dan siklus panjang.
a. Siklus pendek
Proses pada siklus pendek meliputi : a. laut terjadi penguapan b. kondensasi
(pembentukan awan) c. presipitasi (hujan) d. dialirkan melalui permukaan (sungai
dan run off) e. kembali ke laut
b. Siklus sedang
Proses siklus sedang meliputi : a. laut terjadi penguapan b. kondensasi (pembentukan
awan) c. presipitasi (hujan) d. air meresap kedalam tanah dan menjadi air tanah
(freatik ataupun artesis) e. air dialirkan melalui aliran air tanah dan air permukaan
(sungai dan run off) f. kembali ke laut.
c. Siklus panjang
Proses siklus panjang meliputi : a. laut terjadi penguapan b. kondensasi
(pembentukan awan) c. awan terangkat ke tempat tinggi atau terkenan penurunan
suhu secara spontan d. presipitasi (hujan) dalam bentuk kristal air (salju) e. tumpukan
salju mencair menurunkan bongkah gletser dan mencair menjadi air f. air meresap
kedalam tanah dan menjadi air tanah (freatik ataupun artesis) g. air dialirkan melalui
aliran air tanah dan air permukaan (sungai dan run off) h. kembali ke laut

3. Sistem Hidrologi dan Lingkungan


Siklus hidrologi berlangsung sebagai satu kesatuan. Atmosfer berhubungan dengan
sungai dan danau yang saling berhubungan dengan air tanah dan tentunya semua itu
berhuhungan dengan laut.

Anda mungkin juga menyukai