Anda di halaman 1dari 22

STROKE HEMORAGIK

DI SUSUN OLEH :

ASRIANDINI
201801008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
PRODI KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul ”Stroke Hemoragik” ini tepat
pada waktunya.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami menerima kritik dan saran yang membangun.Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
BAB III PENUTUP..................................................................................... 17
A. Kesimpulan...................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke disebabkan oleh
trombosis, embolisme serebral, iskemia, dan hemoragi serebral. Penderita
stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan hampir
semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf.
Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk
dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke
bukan hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih
produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, maka
sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi mengenai
penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat
agar terhindar dari penyakit stroke.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk
terkena serangan stroke dan 25% atau 125.000 meninggal dan sisanya
mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga
sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan
di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di
rumah sakit.
Berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa stroke masih merupakan
masalah utama dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk
mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang
mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekedar pelengkap, tetapi
sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang
terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke
yang cepat, tepat, dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang
ditimbulkan. Untuk itulah penulis tertarik untuk menulis laporan untuk

1
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan stroke khususnya
stroke dengan perdarahan atau stroke hemoragik.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain :
a) Mampu menjelaskan definisi dari Stroke Hemoragik.
b) Mampu menjelaskan etiologi dari Stroke Hemoragik.
c) Mampu menjelaskan patofisiologi dan pathway dari Stroke Hemoragik.
d) Mampu menjelaskanmanifestasi klinik dariStroke Hemoragik.
e) Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik.
f) Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Stroke Hemoragik.
g) Mampu menjelaskan komplikasi dari Stroke Hemoragik.
h) Mampu menjelaskan pencegahan pada pasien Stroke Hemoragik
i) Mampu menjelaskan pengobatan pada pasien Stroke Hemoragik
j) Mampu menjelaskan terapi komplementer pada pasien Stroke Hemoragik
k) Mampu memahami, menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien post dan pra operasi dengan Stroke Hemoragik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak. (Sudoyo Aru, dkk, 2009)
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan
harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
(Muttaqin, 2008)
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi. (Nurarif & Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan
otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub
arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak). (Nurarif & kusuma,2013)
2. Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan
intra cranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200
mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia,
wajah keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok.

3
Penyebab stroke hemoragik, yaitu:
a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
(Batticaca, 2008)
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk
massa atau hematoma yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat
dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.
Aneurisme paling sering didapat pada percabangann pembuluh darah
besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan piameter dan ventrikel otak, ataupun di dalam ventrikel
otak dan ruang sub arachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke
ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
inta kranial yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan
intra kranial yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina
dan penurunan kesadaran. Perdarahan sub arachnoid dapat
mengakibatkan vaso spasme pembuluh darah serebral. Vaso spasme

4
ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke
2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso
spasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika
kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai
bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kekurangan dari 20 mg %
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 %
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi serebral.
Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui
proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah otak.
(Price & Wilson, 2006)

5
Pathway

Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik

Peningkatan Thrombus/Emboli
tekanan sistemik di serebral

Aneurisma./APM Suplai darah ke


jaringan serebral
tidak adekuat
Perdarahan
arachnoid/ventrikel
Perfusi jaringan
serebral tidak
Vasospasme arteri adekuat
Hematoma serebral serebral/saraf
serebral
PTIK/Herniosis serebral
Iskemik/infork

Penurunan Penekanan sal


kesadaran pernafasan Defisit neurologi

Pola nafas Hemifer kanan Hemifer kiri


tidak efektif
Hemiparase/plegi kiri Hemiparase/plegi kanan
Area brocca

Defisit perawatan diri gg. mobilitas fisik


Kerusakan fungsi
nervous VII dan
nervous XII
Kerusakan
integritas kulit
Kerusakan
kemunikasi verbal

Resiko Resiko Resiko Resti nutrisi Kurang pengetahuan


aspirasi trauma jatuh < dari
Kebutuhan

6
4. Manifestasi Klinik (Nurarif & Kusuma, 2013)
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi
perdarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya
muncul tiba-tiba, tanpa peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala
mungkin sering muncul dan menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih
buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
a. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
b. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
c. Kesulitan menelan.
d. Kesulitan menulis atau membaca.
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
h. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan
motorik.
i. Mual atau muntah.
j. Kejang.
k. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
l. Kelemahan pada satu sisi tubuh.
(Batticaca, 2008)
5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Menurunkan kerusakan iskemik serebral.
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki

7
disritmia serta tekanan darah.
2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3) Pengobatan
a) Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan
perdarahan pada fase akut.
b) Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik atau embolik.
c) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
4) Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran
darah otak.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila
muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika
stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
3) Tanda-tanda vital usahakan stabil.
4) Bedrest.
5) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang
berlebih.
(Muttaqin, 2008)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal,
AGD, biokimia darah, elektrolit.
b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
c. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara

8
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
e. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
f. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid.
(Batticaca, 2008)
7. Komplikasi
a. Infark serebri.
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif.
c. Fistula caroticocavernosum.
d. Epistaksis.
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
f. Gangguan otak berat.
g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau
kardiovaskuler.
(Batticaca, 2008)
8. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pembatasan makanan garam dimulai dari masa mudah, membiasakan
makan makanan tanpa garam atau makan bayi rendah garam, berhenti
merokok, peningkatan kegiatan fisik seperti berjalan setiap hari sebagai
bagian dari program kebugaran
b. Pencegahan sekunder
Khususnya pada orang tua perawatan yang intensif untuk mempertahankan
tekanan darah selama tindakan pembedahan cegah jangan sampai
penderita diberi obat penenang berlebihan dan Istirahatlah ditempat tidur
c. Pencegahan tersier
penurunan berat badan apabila kegemukan, penghentian pemakaian
kontrasepsi oral pada wanita yang merokok karena resiko timbulnya
serebrovaskular pada wanita yang merokok dan menelan kontrasepsi oral

9
meningkat sampai 16 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok dan tidak menelan pil kontrasepsi

9. Pengobatan
pada kasus Stroke Hemoragik penanganan awal bertujuan untuk Mengurangi
tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk
pengobatan terhadap Stroke Hemoragik antara lain:
a. Obat obatan dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan tekanan di
otak, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kejang. Jika pasien
mengonsumsi obat antikoagulan atau antiplatelet, dokter akan memberikan
transfusi faktor pembekuan atau obat-obatan untuk membalik obat pengencer
darah tersebut
b. Operasi, selain dengan obat Stroke Hemoragik juga bisa ditangani dengan
operasi. Operasi yang dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak, dan
bila memungkinkan memperbaiki pembuluh darah yang pecah

10. Terapi komplementer


Akupuntur merupakan metode non invasif berupa penekanan pada titik
Akupunktur tanpa menggunakan jarum, Biasanya hanya menggunakan jari
atau benda tertentu yang dapat memberikan efek penekanan sehingga lebih
bisa diterima dan ditoleransi oleh pasien dibandingkan akupuntur yang
menggunakan jarum. Akupuntur bermanfaat dalam memperbaiki fungsi
ekstrimitas atas melalui efeknya untuk memperlancar pergerakan aliran qI
(energi vital) di dalam tubuh

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku,
agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan
tanggal pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab (nama,
umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan,

10
alamat).
b. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti
koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag
mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara/afasia, TTV meningkat, nadi bervariasi.
a) B1 (Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum,
sesak naps, penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan
frekuensi napas. Pada klien dengan kesadaran CM, pada
infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan,
palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang,
auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.
Tekanan darah biasanya terdapat peningkatan dan dapat

11
terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)
c) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis,
tergantung pada likasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran arean perfusinya tidak adekuat, dan aliran
darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak
dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya
d) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sememntara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan
mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia
urine yang berlanjut menunujukkan kerusakan neurologis
luas.
e) B5 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O 2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonojol karena klien stroke mengalami
masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi
serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar
pada tingkat latergi, stupor dan koma
3) Pengkajian Fungsi Serebral

12
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal dan hemisfer
4) Pangkajian Saraf Kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
5) Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh
6) Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang
setelah beberapa hari reflek fisiologian muncul kembali didahului
refleks patologis
7) Pengkajian Sistem Sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.
(Adib, M. 2009)
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Op:
a. Ketidakefektifan berfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK ( tekanan intra cranial)
b. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neouromuskuler
c. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
Post Op:
d. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post op

3. Intervensi/Rencana Tindakan
Pre Op:
a. Monitor TIK:
1) Monitor tanda tanda peningkatan TIK
2) Berikan informasi kepada pasien atau keluarga pasien mengenai
bentuk peningkatan TIK

13
3) Monitor neurologis:
4) pantau ukuran pupil, kesimetrisan dan reaktivitas
5) Monitor tingkat kesadaran dengan GCS
6) Monitor gangguan visual: diplopia, nistagmus, penyempitan lapang
pandang, penglihatan kabur dan ketajaman visual
7) Monitor balutan drainase kraniotomi
8) Monitor gerakan motorik
9) Monitor tanda tanda vital
10) Pengaturan hemodinamik

b. Monitor neurologis
1) Terapi latihan ambulasi
2) Pengaturan posisi neurologis
3) Bantuan perawatan diri
4) Peningkatan latihan
c. Identifikasi resiko
1) Monitor tanda tanda vital
2) Menejemen lingkungan keselamatan
3) Terapi latihan ambulasi
Post Op:
d. Lakukan menejemen nyeri
1) Monitor tanda tanda vital
2) Manajemen lingkungan kenyamanan
e. Kontrol infeksi:
1) Monitor tanda tanda infeksi
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
3) Jaga lingkungan aseptik yang optimal
4) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
5) Anjurkan pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
keluar dari ruangan pasien
6) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
f. Perawatan daerah sayatan:

14
1) Periksa daerah sayatan (luka) terhadap Kemerahan, bengkak,
2) Monitor proses penyembuhan luka
3) Bersikan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
(perawatan luka) dan bersikan area selang Drainase
4) Gunakan kapas steril untuk Pembersihan luka jahitan
5) Jelaskan prosedur pada keluarga pasien mengenai kondisi kulit /
luka Post Op
6) Pemberian obat kulit:
7) Berikan obat di atas kulit sesuai kebutuhan

4. Evaluasi
a. S: Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas op
P: nyeri bertambah pada saat bergerak
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, terasa panas
R: Kepala kiri atas
S: 7
T: Hilang timbul
O: pasien nampak kesakitan
pasien nampak memegang kepala
pasien mendapatkan terapi tramadol 50 mg per delapan jam
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Kaji karakteristik nyeri
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
monitor tanda tanda vital
kolaborasi dengan pemberian Analgesik
berikan pengetahuan kepada pasien mengenai nyeri
b. S: -
O: -
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Monitor tanda tanda infeksi

15
cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
jaga lingkungan aseptik yang normal
pastikan teknik perawatan luka yang tepat
anjurkan pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah keluar
dari ruangan pasien
berikan terapi antibiotik yang sesuai
c. S: -
d. O: Keadaan luka nampak baik
tidak ada perdarahan
Terdapat 11 Jahitan
tidak ada pus
luka nampak tertutup kasa steril
tidak ada kemerahan pada luka
Tidak ada pembengkakan
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Periksa kondisi luka bekas op
periksa daerah sayatan (luka) terhadap kemerahan dan bengkak
monitor proses penyembuhan luka
bersikan daerah sekitar sayatan dengan pembersihan yang tepat
gunakan kapas steril untuk Pembersihan luka jahitan
jelaskan kondisi muka atau keadaan kulit pada keluarga pasien
berikan terapi obat yang sesuai indikasi
monitor jahitan pada luka (hasil pemeriksaan lab)
Pasien mendapat terapi antibiotik caffriaxone 2gr/12 jam

BAB III

16
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi. (Nurarif & Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub
arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak). (Nurarif & kusuma,2013)

B. SARAN
Untuk para pembaca disarankan menjaga kesehatan dengan pola hidup
yang sehat, rutin memeriksakan tekanan darah, rajin berolahraga untuk
menghindari terjadinya serangan stroke.

DAFTAR PUSTAKA

17
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung,
dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Batticaca, F. B. 2008. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan
Keperawatan Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4.
Jakarta: Interna Publishing.
Sylvia, A. Price &Lorraine, M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2014. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

18
19

Anda mungkin juga menyukai