Anda di halaman 1dari 3

Awal Pengaruh India Di Asia Tenggara

Oleh
Kevin Akbar (18407141008)
Ilmu Sejarah – A

Pengaruh India di Asia Tenggara hingga kini masih dapat kita jumpai dan kita rasakan.
Salah satunya adalah agama Hindu dan Buddha yang tersebar di berbagai negara kawasan
Asia Tenggara. Sebelum abad ke-13, agama Buddha dan Hindu adalah kepercayaan utama di
Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya
memeluk agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara)
umumnya lebih dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang di
semenanjung ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi negara-negara
Myanmar, Kamboja dan Vietnam.
Agama Buddha di Asia Tenggara sudah dimulai sejak abad ke-4 sampai abad ke-13.
Proses penyeberan agama Buddha di Asia Tenggara bisa dikatakan bersamaan dengan
penyebaran agama Hindu yakni abad ke-4. Persebaran agama dan kebudayaan Buddha ke
Asia Tenggara juga diawali oleh perdagangan. Mereka menggunakan jalur pantai timur
Sumatra dan berlabuh di pelabuhan-pelabuhan yang ada di sepanjang pantai timur Sumatra
tersebut. Setelah itu, mereka biasanya melanjutkan perjalanan ke Cina dan kembali ke India
melalui rute yang sama. Hubungan perdagangan tersebut lambat laun mulai berimbas pada
kebudayaan. Para pedagang Asia Tenggara melihat bahwa India memiliki kebudayaan yang
telah maju apabila dibandingkan dengan kebudayaan mereka. Karena terdorong untuk maju
seperti halnya India, maka para pedagang tersebut mempelajari kebudayaan India dan
mengajarkannya di tanah asalnya. Salah satu aspek yang mereka pelajari adalah agama Hindu
dan Buddha. Sejak saat itu, mulailah agama Hindu dan Buddha dikenal di kawasan Asia
Tenggara. Masuknya pengaruh agama Hindu dan Buddha akhirnya menyebabkan perubahan
terutama di bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Agama Hindu berkembang pula ke India bagian tengah dan selatan. dai kedua daerah
ini agama Hindu menyebar ke Srilanka, Cina Selatan, dan Kerajaan di kawasan Asia
Tenggara (seperti Kerajaan Funan di delta Mekhong, Lin-yi di sekitar Vietnam Selatan, Fyu
di Myanmar, Mon Dwarawati di Semenanjung Malaya, Chen-la dan Khmer di Kamboja,
Kutai dan Tarumanegara di Nusantara) dan kerajaan tersebut mengaut kepercayaaan Hindu-
Buddha. Hubungan dagang antara Asia Tenggara dengan India marak dilakukan karena
adanya perbedaan komoditas (barang dagangan) antara India dengan Asia Tenggara.
Sejumlah sumber menyebutkan bahwa para pedagang India terbiasa berlayar ke Indonesia
untuk membeli rempah-rempah dan menukarnya dengan kain yang mereka bawa dari
Hindustan. Kuatnya hubungan perdagangan antar India dan Asia Tenggara inilah yang
mempengaruhi kebudayaan di Asia Tenggara. Selain Kamboja, salah satu wilayah di Asia
Tenggara yang dipengaruhi oleh agama Hindu adalah Bali, Indonesia.
Banyak teori dan opini yang diberikan para ahli sejarah tentang masuknya agama
Hindu-Buddha ke Nusantara serta kawasan Asia Tenggra. Diantaranya yaitu Teori Brahmana
diungkap oleh J.C Van Leur. Dia menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
yang datang dibawa oleh golongan Brahmana. Golongan Brahmana adalah golongan agama.
Mereka sengaja diundang oleh penguasa waktu itu. Ini didasarkan pada pengamatan terhadap
sisa-sisa peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Terutama pada prasasti-prasasti yang
menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Di India bahasa Sansakerta hanya
digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang
mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Dalam teori kesatria menyatakan jika masuk agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
dibawa oleh kasta ksatri. Karena sekitar abad ke-4 hingga abad ke-6 di India sering terjadi
peperangan. Sehingga kasta ksatria yang terdiri dari kaum bangsawan ada yang mengalami
kekalahan, kemudian melarikan diri mencari daerah baru hingga ke Nusantara. Teori
Kesatrian ini dikemukan oleh sejarawan C.C Berg. Dalam Teori Waisya yang dikemukakan
oleh Prof. Dr. N. J. Krom. Dia mengatakan jika proses masuknya kebudayaan Hindu-Buddha
melalui hubungan dagang antara India dan Nusantara. Kaum Waisya yang berdagang ke
Nusantara mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan akan kembali.
Saat tiba di Nusantara biasanya mereka menetap sementara waktu, sekitar enam bulan.
Selama menetap, mereka memanfaatkan untuk menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha.
Dalam teori arus balik ini menyatakan banyak orang Nusantara serta orang Asia
Tenggara yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha.
Setelah kembali mereka menyebarkan ajaran Hindu-Buddha ke masyarakat. Teori ini
dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Teori arus balik di dukung dengan pendapat Van Leur.
Menurutnya orang-orang Nusantara memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan
India. Mereka penasaran dengan kebudayaan tersebut. Di sana, mereka menetap selama
beberapa waktu dan kemudian kembali pulang ke Nusantara.
Masuknya pengaruh kebudayaan India di Asia Tenggara, diawali dengan perhubungan
perdagangan yang timbal balik. Namun proses yang mengakibatkan mendalamnya
kebudayaan India truama diperankan oleh orang-orang Asia Tenggara sendiri, yang secara
aktif mau mendalami adat kebiasaan dan agama tersebut di India. Pengaruh India menyebar
di berbagai bidang di Asia Tenggara seperti politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Banyak
benda-benda serta bangunan yang bercorak Hindu-Buddha yang masih dapat kita jumpai di
kawasan Asia Tenggara yang menjadikan kawasan Asia Tenggara memiliki ciri khas
tersendiri.

Pertanyaan : Pada awalnya adakah reaksi dan penolakan terhadap penyebaran agama
Hinddu-Buddha di berbagai kawasan di Asia Tenggara? Bagaimana bentuk penolakan
tersebut.

Sumber :
Ari Welianto. (18-05-2020). "Teori Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara",
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/18/143000769/teori-masuknya-hindu-
buddha-ke-nusantara?page=all. Diakses pada 16 September 2020 pukul 20.42 WIB.

Fitri dan Halimah. (2019). Sejarah Terbentuknya Kawasan Asia Tenggara. UIN Sultan Syarif
Kasim Riau.
Soewadji Sjafei. Pengaruh Kebudayaan India Di Asia Tenggara.
http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/viewFile/10539/67546291. Diakses pada 16
September 2020 pukul 20.56 WIB.

Anda mungkin juga menyukai