Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidik Dalam Pendidikan Islam


“sebagaimana teori barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik denagn
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi efektif,
potensi kognitif , maupun potensi psikomotorik ”.
“Pendidik berarti juga orang deewasa yang bertanggung jawab
memberi perpotongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasan, mampu berdiri sendiri dan
memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya
sebagai hamba dan khalifah Allah swt. Dan mampu sebagai makhluk sosial ,
dan sebagai makhluk individu yang mandiri”.
Pendidikan pertama dan yang utama adalah orang tua sendiri yang
bertanggungjawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya,
karena sukses anaknya merupakan sukses orang tuanya juga.
Firman Allah swt. Dalam penggalan surat At Tahrim ayat 6 yang
berbunyi :

‫قُوا أَْن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلِي ُك ْم نَ ًارا‬


Artinya : peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

B. Status Pendidik Dalam Pendidikan Islam


Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
melurukannya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi
sebagaimana yang dilukiskan dalam hadist Nabi Muhammad saw. Bahwa :
“Tinta seorang ilmuan (ulama’) lebih berharga ketimbang darah para

1
syuhada”. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat
seorang Rasul.
Dalam hal ini Syaukari bersyair:

‫كاد امل َعلِّ ُم أَن يَكو َن َر ُس ْواًل‬


َ … ‫لم َعلِّ ِم َوفِِّه التَْب ِجْياًل‬
ُ
ِ‫قُم ل‬
ُ
Artinya : berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang
guru itu hampir saja merupakan seorang rasul.1

C. Tugas Pendidikan Dalam Pendidikan Islam


1. Sebagai pengajar (intruksional), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilaksanakan.
2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah
menciptkannya.
3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan kepada
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengorganisasian,
pengontrolan, dan pertisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.

Rustiyah menjabarkan peran Pendidik dalam interaksi pendidikan, yaitu :


1. Fasilitator, yakni menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan
peserta didik.
2. Pebimbing, yaitu memberikan bimbingan terhadap peserta didik dalam
interaksi belajar mengajar, agar siswa tersebut mampu belajar dengan
lancar serta berhasil secara efektif efisien.
3. Motivator, yakni memberikan dorongan dan semangat agar siswa mau
giat belajar.

1
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, PT. Bina Ilmu, Jakarta, 2004, hal 61

2
4. Organisator, yakn i mengorganisasikan kegiatan belajar peserta didik
maupun pendidik.
5. Manusia sumber, yaitu ketika pendidik dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan peserta didik, baik berupa pengetahuan (kognitif),
ketrampilan (afektif) maupun sikap (psikomotorik).2

D. Kompetensi Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Pendidik Islam yang professional harus memiliki kompetensi-kompetensi


sebagai berikut:
1. Penguasaan materi al Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan
pertanyaan, terutama pada bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
2. Pengauasaan strategi (mencakup pendekatan, ,etode dan teknik)
pendidikian Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.3
3. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam.
5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.
Adapun kompetensi-kompetensi menurut Muhaimin dan Abdul Mujib yang
dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir dalam bukunya yang berjudul
Ilmu Pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi personal religius.
kemampuan dasar pertama pendidik adalah menyangkut kepribadian
agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai yang hendak
ditransinternalisasakan kepada peserta didiknya.
2. Kompetensi sosial religius.
2
M. Muntahibun nafis, Ilmu Pendidikan Islam, Teras, Yogyakarta,2011,hal 108
3
Ibid., hal. 66

3
kemampuan dasar kedua pendidik adalah menyangkut kepedulian
terhadap    masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam.
3. Kompetensi profesional religius.
kemampuan dasar ketiga ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan
tugas keguruannya secara prifesional, dalam arti mampu membuat
keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu  
mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya
dalam perspektif Islam.

E. Kode Etik Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan


kemanusiaan (hubungan relationships) antara pendidik dan anak didik, orang
tua dan anak didik, koleganya, serta dengan atasanya.4 Suatu jabatan yang
melayani orang lain selalu memerlukan kode etik, demikian pula jabatan
pendidik mempunyai kode etik tertentu yang harus dikenal dan dilaksanakan
oleh setiap pendidik. Bentuk kode etik suatu lembaga pendidikan tidak harus
sama tetapi secara instrinsik mempunyai kesamaan isi yang berlaku umum.
Pelanggaran kode etik akan mengurangi nilai dan kewibawaan identitas
pendidik.
Al Ghazali merumuskan kode etik denagn 17 bagian yaitu :
1. Menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap yang terbuka
dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang.
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap sesam.
5. Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.
6. Menghilangkan aktifitas yang tidak berguna dan sia-sia.
4
Ibid., hal. 69

4
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi anak didik yang rendah tingkat
IQ nya, serta membinanya sampai pada taraf maksimal.
8. Meninggalakan sifat marah.
9. Memperbaiki sikap anak didiknya, dan bersikap lemah lembut terhadap
anak didik yang kurang lancer berbicaranya.
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada anak didik yang belum
mengerti atau mengetahui.
11. Berusaha memperhatikan pernyataan-pernyataan anak didik walaupun
pernyataannya itu tidak bermutu.
12. Menerima kebenaran dari anak didik yang membantahnya.
13. Menjadi kebenaran sebagai acuan proses pendidikan walaupun kebenaran
itu datangnya dari anak didik.5
14. Mencegah anak didik mempelajari ilmu yang membahayakan.
15. Menanamkan sifat ikhlas pada anak didik, serta terus menerus mancarai
informasi guna disampaikan pada anak didiknya yang akhirnya mencapai
tingkat taqarrub kepada Allah swt.
16. Mencegah anak didik mempelajari ilmu fardlu kifayah sebelum
mempelajari ilmu fardli’ain.
17. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan kepada anak didik.

Kemudian Muhammad Athiyah Al Abrasyi menambahkan kode etik tersebut


sebagai berikut:
1. Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik
sehingga ia menyayangi anak didiknya seperti menyayangi anaknya
sendiri.
2. Adanya komunikasi yang aktif anatara pendidik dan anak didik. Pola
komunikasi dalam interaksi dapat terapkan ketika terjadi proses belajar
mengajar.
5
Ibid., hal. 70

5
3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didiknya. Pemberian
materi pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya.
4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian anak
didik, misalnya hanya memprioritaskkan anak yang memilik IQ tinggi.
5. Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian dan kesempurnaan.6
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal yang
diliuar kewajibanya.
7. Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan materi lainnya
(menggunakan pola integrited curriculum).
8. Memberi bekal anak didik denagn ilmu yang mengacu pada futuristic,
karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami oleh pendidikan.
9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat,
tanggung jawab, dan kemampuan dan mengatasi problema anak didik,
serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.7

F. Keutamaan Mengajar
1. Perbuatan mendidika atau mengajar adalah perintah oyang wajib
dilaksanakan, dan barang siapa mengelak dari kewajiban ini akan
mendapatkan konsekuensi tersendiri.
2. Perbuatan mendidik atau mengajar adalah perbuatan yang terpuji dan
mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah.
3. Perbuatan mendidik atau mengajar adalah merupakan kebajikan jariyah
yang akan mengalir pahala selama ilmu yang diajarkan tersebut masih
diamalkan orang yang belajar tersebut.
4. Perbuatan mendidik atau mengajar adalah amal kebajikan yang dapat
mendatangkan magghfirah dari Allah.

6
Ibid., hal. 71
7
Ibid., hal. 72

6
5. Perbuatan mendidik atau mengajar adalah perbuatan yang sangat mulia,
karena mengolah organ manusia yang mulia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

7
sebagaimana teori barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik denagn mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi efektif, potensi kognitif ,
maupun potensi psikomotorik
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
melurukannya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi
sebagaimana yang dilukiskan dalam hadist Nabi Muhammad saw
Tugas Pendidikan Dalam Pendidikan Islam

Sebagai pengajar (intruksional), Sebagai pendidik (educator), Sebagai


pemimpin (managerial).

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat dan kami sampaikan. Kami menyadari
bahwa pada makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik dalam penulisan,
pencarian data ataupun dalam penyampaian. Untuk itu kami mohon saran dan
kritik yang konstruktif guna perbaikan pada makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi kita semua, baik di dunia maupun
di akhirat

Anda mungkin juga menyukai