Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara


Keputusan merupakan salah satu objek studi penting dalam Hukum
Administrasi, terutama karena keputusan objek sengketa yang menjadi kompetensi
absolut peradilan administrasi menurut UU No. 5 Tahun 1986. Selain itu keputusan
merupakan salah satu instrumen yuridis pemerintah untuk melakukan tindakan-
tindakan. Istilah keputusan merupakan terjemahan dari istilah beschikking yang
berasal dari bahasa Belanda, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut dengan istilah
acte administratif dan dalam bahasa Jerman disebut verwaltungsakt. Keputusan tata
usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman, Otto Meyer,
dengan istilah verwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di Belanda dengan nama
beschikking oleh van Vollenhoven dan C.W. van der Pot, yang oleh beberapa penulis,
seperti AM. Donner, H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, dan lain-lain, dianggap
sebagai “de veder van het moderne beschikkingsbegrip”, (bapak dari konsep
beschikking yang modern).1
Di Indonesia istilah beschikking diperkenalkan pertama kali oleh WF. Prins.
Istilah beschikking ini ada yang menerjemahkannya dengan ketetapan, seperti E.
Utrecht, Bagir Manan, Sjachran Basah, dan lain-lain, dan dengan keputusan seperti
WF. Prins, Philipus M. Hadjon, SF. Marbun, dan lain-lain. Djenal Hoesen dan
Muchsan mengatakan bahwa penggunaan istilah keputusan barangkali akan lebih
tepat untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dengan istilah ketetapan. 2
Menurutnya, di Indonesia istilah ketetapan sudah memiliki pengertian teknis yuridis,
yaitu sebagai ketetapan MPR yang berlaku ke luar dan ke dalam. Seiring dengan
berlakunya UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, istilah beschikking itu diterjemahkan dengan keputusan.
Istilah beschikking sudah sangat tua dan dari segi kebahasaan digunakan
dalam berbagai arti. Meskipun demikian, dalam pembahasan ini istilah beschikking
hanya dibatasi dalam pengertian yuridis, khususnya HAN. Menurut H.D. van
Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking merupakan keputusan pemerintahan untuk
hal-hal yang bersifat konkret dan individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak
dulu telah dijadikan instrumen yuridis pemerintahan yang utama.3
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa beschikking
(keputusan), ialah suatu perbuatan hukum publik yang bersegi satuu, yang dilakukan
oleh alat pemerintah (dalam arti sempit) berdasarkan kekuasaan atau kewenangan
istimewa dengan maksud terjadi perubahan hubungan hukum. Keputusan Tata Usaha
Negara merupakan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual dan final,
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1
angka 3 UU No.5 Tahun 1986). 

B. Unsur-Unsur Keputusan Tata Usaha Negara


Berdasarkan beberapa definisi, tampak ada beberapa unsur yang terdapat
dalam beschikking, yaitu : a) pernyataan kehendak sepihak; b) dikeluarkan oleh organ
pemerintahan; c) didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik; d)
ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan individual; e) dengan maksud
untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang administrasi.4 Berdasarkan Pasal 1
angka 3 UU No. 5 tahun 1986 keputusan didefinisikan sebagai; “suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan
final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”. 5
Berdasarkan definisi ini, unsur-unsur KTUN sebagai berikut:
A. Penetapan tertulis;
B. Dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN;
C. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
D. Bersifat konkret, individual, dan final;
E. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

C. Pengaruh Keputusan Tata Usaha Negara Terhadap Pelaksanaan Fungsi


Pemerintahan
Agar suatu Keputusan TUN sah maka dalam pembuatan keputusan TUN oleh
Pejabat TUN harus memperhatikan beberapa ketentuan, baik yang berupa syarat
formil maupun syarat materiil. Selain itu juga harus memperhatikan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, mengutamakan kepentingan umum, serta harus dihindari
suatu keputusan yang sifatnya sewenang-wenang serta penyalahgunaan wewenang
dari pejabat TUN.
Keputusan TUN sangat mempengaruhi pelaksanaan fungsi pemerintahan.
Suatu keputusan TUN yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan maka akan
memperlancar pelaksanaan fungsi pemerintah yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Suatu KTUN yang baik akan dapat menciptakan
good dan clean government
KTUN yang tidak mengutamakan kepentingan umum maka akan menghambat
jalannya fungsi pemerintahan karena akan mendapat banyak reaksi dari warga
masyarakat yang merasa dirugikan oleh keputusan TUN tersebut, sehingga jalannya
pemerintahan akan terhambat karena banyaknya pengaduan dari masyarakat yang
menginginkan KTUN tersebut ditinjau ulang ataupun dicabut. Selain itu KTUN dapat
dibatalkan maupun batal demi hukum apabila KTUN tersebut tidak memenuhi syarat
syarat materiil maupun formal, serta menyimpang dari tujuan negara.

Anda mungkin juga menyukai