Dosen pengampu:
Kelompok 8:
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Area Perdagangan Bebas.................................................................................................6
2.2 Contoh Kerjasama Internasional........................................................................................................8
2.3 Keuntungan Perdagangan Bebas.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada prinsipnya manusia merupakan produsen sekaligus konsumen dari setiap produk yang
diciptakannya. Karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas, maka manusia tidak pernah
berhenti melakukan produksi suatu barang dan menggunakan produk yang dibutuhkannya.
Namun, segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan demi pemenuhan kebutuhan manusia yang
tidak terbatas ini rupanya mengalami kekurangan sehingga barang yang diperlukan kerap kali
tidak terdapat di sekitar wilayahnya, keadaan ini memaksa manusia untuk melakukan hubungan
kerja sama antar manusia-manusia lainnya baik dalam pengadaan sumberdaya, maupun hanya
untuk saling menukarkan barang kebutuhannya.
Kerja sama yang dilakukan manusia dengan manusia lainnya dengan cara melakukan
transaksi kita sebut dengan nama perdagangan. Perdagangan erat kaitannya dengan permintaan
dan penawaran yaitu usaha seseorang untuk menawarkan produk kepada seseorang lainnya demi
memperoleh keuntungan. Dalam hukum ekonomi kita mengenal adanya kaitan antara
“penawaran/ supplay” dan “permintaan/ demand”. Hukum ini menyatakan “Bila penawaran
terhadap suatku produk tetap/ turun sementara permintaan naik, maka harga produk akan naik/
mahal. Sebaliknya bila penawaran naik sementara permintaan turun, maka harga produk akan
turun/ murah”. Sebagai contoh misalkan stok sebuah kerudung Muslimah di pasaran terbatas
sementara banyak konsumen yang menyukai kerudung tersebut dan ingin membelinya, maka
harga kerudung tersebut akan melonjak tinggi. Tetapi jika kehadiran kerudung Muslimah tidak
terbatas dan diproduksi dalam jumlah besar sementara peminatnya kurang maka kerudung
tersebut akan mengalam penurunan harga demi mengimbangi agar lakunya kerudung tersebut.
Perdagangan pun dilakukan dalam hubungan regional antar negara yang umumnya kita
mengenal dengan kegiatan ekspor impor barang. Pelaksanaan perdagangan regional antar negara
dalam kaitannya masalah masuknya suatu produk ke suatu negara, tentunya harus melewat
sistematika perizinan yang prosesnya cukup rumit dengan penjagaan yang ketat dari beberapa
instansi yang menangani masalah tersebut. Instansi yang menangani perizinan masuknya barang
dari pelabuhan ialah Bea Cukai. Namun pada kenyataannya akhir-akhir ini banyak produk luar
yang masuk ke negara kita dengan bebas tanpa melewati izin lagi.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Area Perdagangan Bebas
Ide penyatuan ekonomi kawasan dimunculkan oleh Mundell (1961). Ia berpendapat
bahwa beberapa kawasan dapat bergabung menjadi satu dan mengadopsi satu mata uang yang
sama (single currency). Mundell mengusulkan suatu sistem dimana mata uang tidak
digambarkan oleh karakter suatu negara, tetapi oleh suatu area dimana mobilitas faktor-faktor
produksi memiliki derajat mobilitas yang tinggi. Dalam kawasan perdagangan bebas terjadi
perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota dengan negara-negara diluar anggota blok
perdagangan dalam melakukan perdagangan, sehingga akan memberikan dampak kreasi dan
dampak diversi bagi negara-negara anggota.
Area perdagangan bebas merupakan bentuk intregrasi ekonomi dengan kondisi seluruh
hambatan perdagangan dihapus bagi para anggotanya, tetapi tiap-tiap negara tetap memakai
hambatan dagangannya dengan negara bukan anggotanya. Contoh terbaiknya adalah European
Free Trade Association (EFTA), yang dibentuk pada 1960 oleh Inggris, Australia, Denmark,
Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss, North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang
dibentuk oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko pada 1993, dan Southern Common Market
(Mercosur) yang dibentuk oleh Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay pada 1991.
Secara teoritis, Salvatore (1997:338) dan Grifin dan Pustay (2002) mendefinisikan
kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area), yaitu dimana semua hambatan perdagangan tarif
maupun non-tarif diantara negara-negara anggota dihilangkan sepenuhnya, namun masing-
masing negara anggota tersebut masih berhak menentukan sendiri apakah mempertahankan atau
menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkan terhadap negara-negara diluar
negara.
Namun apabila dinegara anggota FTA tidak terjadi hubungan dagang yang insentif
dikawasan tersebut tetapi lebih banyak berdagang dengan negara diluar anggota FTA, akan
terjadi penurunan volume perdagangan sehingga akan menurunkan kesejahteraan masyarakat
negara anggota dalam kawasan FTA.
Perkembangan penting terjadi pada bulan november 1993, ketika Amerika Serikat,
Kanada, dan Meksiko menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas Utara (NAFTA, North
American Free Trade Agreement) yang mulai berlaku secara efektif tanggal 1 Januari 1994.
Diharapkan perjanjian tersebut akan dapat membebaskan perdagangan barang dan jasa diseluruh
kawasan Amerika Utara. NAFTA juga dapat menghilangkan barbagai bentuk hambatan non-tarif
seperti kuota impor.
Meksiko merupakan mitra dagang terbesar ketiga Amerika Serikat setelah Kanada dan
Jepang. Setiap tahunnya, Meksiko mengekspor produknya senilai 36 miliar dollar ke Amerika
Serikat, dan mengimpor berbagai produk tetangganya yang jauh lebih kaya itu hingga senilai 40
miliar dollar. Dampak terbesar nampaknya akan terjadi pada hubungan dagang antara Amerika
Serikat dan Meksiko. Amerika Serikat sendiri kelihatannya tidak akan memperolah banyak
menfaat dari dibebaskannya perdagangan dengan Meksiko. Meskipun demikian, Amerika
Serikat tetap bergabung dalam NAFTA dan ingin memastikan kepentingan-kepentingan bisnis
terlindungi.
1. NAFTA akan mendorong tumbuhnya sektor ekspor karena NAFTA membuka pasar yang
sangat besar bagi para pengusaha, khususnya para pengekspor di Meksiko.
2. NAFTA akan mencegah terjadinya pelarian modal dari Meksiko ke negara-negara
tetangganya di Utara. Tanpa adanya NAFTA, sejumlah besar modal dari Meksiko akan
terbang ketempat-tempat lain yang diaggap lebih aman dan menguntungkan, khususnya
Amerika Serikat.
3. NAFTA juga akan mendorong reformasi struktural yang lebih cepat dalam perekonomian
domestik Meksiko. Struktur dasar perekonomian Meksiko memang perlu direformasi secara
besar-besaran setelah mengalami kelumpuhan sepanjang dasawarsa 1980-an akibat pukulan
krisis utang internasional dan melonjaknya proteksionisme diberbagai negara yang menjadi
pasar tujuan ekspornya.
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk
antar negara tanpa pajak ekspor impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas
juga dapat didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang dibuat
pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang
berada di negara yang berbeda.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara
ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya
saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi
dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. ASEAN Free Trade
Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea
masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN.
Perkembangan terakhir AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea
masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines,
Singapura,Thailand,Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Sebagai Con toh :
Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia
melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang
usaha, tiap bangsa akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri.
Namun dalam konsep perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan non-tarif bagi negara – negara ASEAN melalui skema CEPT-AFTA.
AFTA Sendiri dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di
Singapura tahun 1992. Pada pelaksanaan perdagangan bebas khususnya di Asia Tenggara yang
tergabung dalam AFTA proses perdagangan tersebut tersistem pada skema CEPT-AFTA.
Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif
dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN
sehingga dalam melakukan perdagangan sesama anggota, biaya operasional mampu di tekan
sehinnga akan menguntungkan.
Dalam skema CEPT-AFTA barang – barang yang termasuk dalam tarif scheme adalah semua
produk manufaktur, termasuk barang modal dan produk pertanian olahan, serta produk-produk
yang tidak termasuk dalam definisi produk pertanian. (Produk-produk pertanian sensitive dan
highly sensitive dikecualikan dari skema CEPT).
Dalam skema CEPT, pembatasan kwantitatif dihapuskan segera setelah suatu produk
menikmati konsesi CEPT, sedangkan hambatan non-tarif dihapuskan dalam jangka waktu 5
tahun setelah suatu produk menikmati konsensi CEPT.
Tujuan AFTA
Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan
meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN.
Manfaat AFTA
1. Manfaat langsung,
Manfaat langsung lain dari perdagangan bebas adalah tersedianya barang yang lebih
beragam. Kesejahteraan sebuah masyarakat akan meningkat bila mereka memiliki beragam jenis
barang untuk dipilih. Selain itu, keragaman jenis barang juga menguntungkan produsen karena ia
membuka kesempatan bagi tumbuhnya produksi barang-barang yang dibutuhkan untuk
memproduksi jenis barang yang lebih beragam dan lebih murah ongkos produksinya.
Keuntungan adanya AFTA yaitu Indonesia bisa memasukkan barang dagangan ke negara lain
tanpa syarat2 yang susah.
Kerugian adanya AFTA yaitu barang dari LN terutama China lebih murah sehingga dapat
menyebabkan barang domestik tidak laku.Ujung2nya PHK tenaga kerja dan penggangguran
meningkat.
Perdagangan bebas memicu para pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produksi
karena adanya persaingan yang lebih luas, yaitu pasar internasional. Agar bisa bersaing dan
bertahan di sektor tersebut, para pelaku usaha harus membuat terobosan yang inovatif dan
kreatif, serta meningkatkan kualitas. Dengan begitu, produk yang dihasilkan oleh para pelaku
dari suatu negara pun semakin tinggi kualitasnya dan siap bersaing di pasar global.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa perdagangan bebas bukan
hanya terpaku pada barang atau jasa, namun juga tenaga kerja dan modal. Jadi perusahaan luar
yang mendirikan cabang di negara lain bisa menyerap tenaga kerja yang ada di negara tersebut
sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu, tenaga kerja yang kompeten juga bisa
mendapatkan pekerjaan di negara lain dan tidak terbatas hanya di negaranya saja.
Perdagangan bebas memang dapat meningkatkan kualitas produk suatu negara, namun
dengan catatan negara tersebut bisa dan siap untuk bersaing. Jika negara tersebut tidak bisa
bersaing dalam menciptakan produk yang inovatif dan berkualitas, maka tidak menutup
kemungkinan pelaku usaha dalam negeri malah akan jadi tersingkir. Dengan adanya kemudahan
keluar masuk produk dari luar negeri juga semakin mempersempit pasar yang bisa dimasuki oleh
para pelaku usaha dalam negeri. Kalau sudah begitu maka industri dalam negeri pun akan
mengalami kesulitan untuk tumbuh, dan lambat laun bisa gulung tikar.
Adanya kemudahan untuk bekerja di pasar yang lebih luas memang memberikan
keuntungan bagi negara-negara tertentu, namun tidak bagi negara berkompetensi rendah.
Misalnya saja di negara berkembang yang tingkat pendidikannya masih rendah, maka akan sulit
bagi tenaga kerjanya untuk bisa terserap di negara lain. Bahkan mungkin mereka akan kesulitan
juga mendapatkan pekerjaan di negerinya sendiri dengan kedatangan tenaga kerja yang lebih
berkompetensi dari negara-negara lain. Hal ini kemudian membuat meningkatkan jumlah
pengangguran di suatu negara, yang kemudian berpengaruh juga pada tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakatnya.
Ketika suatu negara kesulitan dalam bersaing di pasar global dan menciptakan produk
yang berkualitas, maka tidak menutup kemungkinan tingkat impor yang lebih tinggi dibanding
ekspor. Eskpor yang rendah berarti pendapatan negara ikut rendah juga, sedangkan pengeluaran
negara tetap atau bisa jadi meningkat. Kalau sudah begitu, pendapatan nasional negara tersebut
akan berkurang dan bisa menambah hutang negara yang ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada
penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor atau hambatan
perdagangan lainnya.
2. AFTA Sendiri dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke
IV di Singapura tahun 1992
3. Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN
dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik
investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN
4. AFTA memiliki tiga manfaat yaitu : manfaat langsung, manfaat tidak langsung,
dan manfaat intelektual dan moral.
5. Keuntungan adanya AFTA yaitu Indonesia bisa memasukkan barang dagangan
ke negara lain tanpa syarat-syarat yang susah.
6. Kerugian adanya AFTA yaitu barang dari LN terutama China lebih murah
sehingga dapat menyebabkan barang domestik tidak dibeli.Ujung-ujungnya PHK
tenaga kerja dan penggangguran meningkat.
3.2 Saran
Agar suatu Negara tidak mengalami keterpurukan dalam kegiatan pasar bebas perlu
adanya strategi pasar yang baik salah satunya adalah memikirkan bagaimana agar konsumen
dapat meminati produk dalam negeri sehingga produk dalam negeri dapat bersaing dan memilki
peminat dengan bangga terhadap produk asli buatan lokal. Salah satu cata adalah dengan
menggerakan dan mendukung kegiatan industry dalam negeri dalam menghasilkan produk-
produk yang berkualitas dan bersaing.
DAFTAR PUSTAKA
https://tessaneechanekonomiislam.blogspot.com/2019/05/makalah-integrasi-ekonomi-custom-
union.html
https://lshintya.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-perdagangan-bebas.html
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/contoh-perdagangan-bebas
https://www.simulasikredit.com/inilah-keuntungan-dan-kerugian-dari-perdagangan-bebas/