OLEH:
LEMBAR PENGESAHAN
Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Anugerah-Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Keperawatan Dasar Profesi
pada An. P dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Eliminasi”
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Heru Suwardianto, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada
praktik profesi asuhan keperawatan dasar Profesi yang memberikan
kesempatan dan bimbingan kepada kami dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat
saya harapkan.
Kediri, 18 September
2020
Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Teori
1.1.1 Pengertian
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urin ataupun feses. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostatis melalui pembuangan feses dan urin (Wartoanah,
2016).
Eliminasi Urin adalah pengosongan kandng kemih yang lengkap (SLKI,
2018).
Eliminasi Fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan, kemudian dikeluarkan melalui anus
(Cynthia, Dea Laras 2013).
1.1.2 Etiologi
1. Usia
2. Diet
3. Asupan cairan
4. Aktivitas
5. Pengobatan
6. Gaya hidup
7. Penyakit
8. Nyeri
9. Kehamilan
1.1.3 Fisiologis
Saluran kencing adalah satu jenis untuk mengeluarkan kotoran beberapa
garam organis produk-produk buangan yang mengandung nitrogen dan air
disingkirkan dari aliran darah dikumpulkan dan dibuang atau dibuang atau
dikeluarkan melalui fungsi yang baik dari saluran urine.
1. Ginjal
Terletak di kanan dan di kiri tulang punggung, di belakang peritoneum dan
di belakang rongga perut.
2. Ureter
Adalah pengubung antara ginjal dari kandung kencing.
3. Kandung kencing
Adalah sebuah kantung dengan otot yang mulus yang berfungsi sebagai
penampung air seni.
4. Uretra
Ukurannya 13,7 – 16,2 cm terdiri dari 3 bagian : prostate, selaput, dan
bagian yang berongga. Ada tiga tahap pembentukan urine :
1) Proses filtrasi
Terjadi di Glomerolus adanya penyerapan darah, sedangkan
sebagian lagi (glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat),
ditampung oleh simpai bowman untuk diterusakan ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorbsi
Terjadi penyerapan kembali dari sampai bowman yaitu : glukosa,
sodium, klorida, fosfat dan beerapa ion bikarbomat pada tubulus atas
(obligat reabsorbsi) sodium dan ion bikarbonat pada tubulus bawah
(reabsorbsi fakultatif) sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyimpanan kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan keluar pada ginjal. Selanjutnya keluar.
Sedangkan fisiologis defekasi adalah
1. Mulut
Proses pertama dalam sistem pencernaan berlangsung di mulut.
2. Faring
Berfungsi dalam sistem pencernaan sebagai penghubung antara mulut
dan esophagus.
3. Esofagus
Pada saat menelan, makanan akan dipicu oleh gelombang peristaltic
yang akan mendorong masuk ke lambung.
4. Lambung
Di dalam lambung makanan yang masuk akan disimpan lalu
disalurkan ke usus halus.
5. Usus Halus
Usus halus merupakan tempat penyerapan berlangsung.
6. Usus Besar
Usus besar adalah organ penyimpan makanan.
7. Rektum dan anus
1.1.4 Klasifikasi
Eliminasi Urin
1. Gangguan eliminasi urin merupakan disfungsi eliminasi urin.
2. Inkontinensia urin berlanjut adalah pengeluaran urin tidak terkendali
dan terus menerus tanpa distensi atau perasaan penuh pada kandung
kemih.
3. Inkontinensia urin berlebih adalah kehilangan urin yang tidak
terkendali akibat overdistensi kandung kemih.
4. Inkontinensia urin fungsional adalah pengeluaran urin tidak terkendali
karena kesulitan dan tidak mampu mencapai toilet pada waktu yang
tepat.
5. Inkontinensia urin refleks adalah pengeluaran urin yang tidak
terkendali pada saat volume kandung kemih tertentu tercapai.
6. Inkontinensia urin stress adalah kebocoran urin mendadak dan tidak
dapat dikendalikan karena aktivitas yang meningkatkan tekanan intra
abdominal.
7. Inkontinensia urin urgensi adalah keluarnya urin tidak terkendali
sesaat setelah keinginan yang kuat untuk berkemih.
8. Retensi urin adalah pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
Eliminasi Fekal
1. Inkontinensia fekal adalah perubahan kebiasaan buang air besar dari
pola normal yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter
(tidak disadari).
2. Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai dengan
pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta kering dan banyak.
3. Diare adalah pengeluran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk.
1.1.5 Manifestasi Klinis
Eliminasi Urin
1. Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan.
2. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih.
3. Nokturia, disuria, hematuria.
4. ISK berulang, riwayat batu.
Eliminasi Fekal
1. Rasa ingin BAB
2. Rasa sakit di bagian rectum
3. Nyeri pada abdomen
4. Rasa tidak nyaman pada daerah abdomen
5. Feses disertai darah
6. Terdengar bunyi timpani di abdomen
7. Iritasi pada daerah sekitar anus
8. Diperlukan tenaga yang besar saat mengedan
9. Distensi pada lambung dan usus
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal, asam urat, kalsium oksalat, serpihan,
mineral, bakteri, pus, PH mungkin asam (meningkatkan sistim dan batu
asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium atau
batu kalsium fosfat).
2. Urine (24 jam)
Kreatinin, asam urat, kalsium, fofat, oksalat atau sistin mungkin
meningkat.
3. Kultur urine
Mungkin menunjukkan ISK (stapilococus auresus, proteus, klebsiola,
pesuodomonas)
4. BUN / Kreatinin Serum Urine
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urine) sekunder terhadap
tinggi batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia atau nekosis.
5. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
1.1.7 Penatalaksanaan
Eliminasi Urin
1. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine.
2. Menentukan pola berkemih normal pasien.
3. Menyelidiki keluhan kandung kemih penuh
4. Mengobservasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat
kesadaran
5. Memberikan posisi yang nyaman
6. Melakukan perawatan chateter
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Eliminasi Fekal
1) Menganjurkan untuk banyak minum atau cair
2) Mengadakan pola kebiasaan untuk BAB
3) Pemberian katartik atau laksatif ( pencahar ) untuk melunakkan feses
sehingga merangsang peristaltic dan BAB
4) Pemberian enema
5) Pemberian makanan yang adekuat untuk mengurangi resiko eliminasi
(diet tinggi serat dan sari buah)
6) Memperbanyak kegiatan fisik atau aktivitas
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengakajian
1.2.1.1 Amnanesa
Hal-hal yang harus dikaji antara lain :
1) Pola defekasi
a. Frekuensi (berapa kali per hari/minggu?)
b. Apakah frekuensi itu dapat berubah?
c. Apa penyebabnya?
2) Perilaku defekasi
a. Apakah klien menggunakan laksatif?
b. Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
3) Deskripsi feses
a. Warna
b. Tekstur
c. Bau
4) Diet
a. Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi klien?
b. Makanan apa yang biasa klien makan?
c. Makanan apa yang klien hindari/pantang?
d. Apakah klien makan secara teratur?
5) Stress
a. Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
b. Kopingapa saja yang klien gunakan dalam menghadapi stres?
c. Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif/negatif?
6) Pembedahan atau penyakit menetap
a. Apakah klien pernah menjalani tindakan bedah yang dapat mengganggu
pola defekasi?
b. Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi sistem
gastrointestinalnya?
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada posisi telentang, hanya bagian abdomen saja
yang tampak.
a. Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya, simetrisitas,
adanya distensi atau gerak peristaltik.
b. Auskultasi. Dengarkan bising usus, lalu perhatikan intensitas,
frekuensi, dan kualitasnya.
c. Perkusi. Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya distensi berupa cairan, massa, atau udara. Mulailah pada
bagian kanan atas dan seterusnya.
d. Palpasi. Lakukan palpasi untuk mengetahui konsistensi abdomen
serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen.
2. Rektum dan anus
a. Inspeksi. Amati daerah perianal untuk melihat adanya tanda-tanda
inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi,
hemoroid.
b. Palpasi. Palpasi dinding rektum dan rasakan adanya nodul, massa,
nyeri tekan. Tentukan lokasi dan ukurannya.
3. Feses.
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, warna, bau, dan
jumlahnya.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis : gangguan eliminasi urine
Gangguan eliminasi urin D.0040
Definisi
Disfungsi eliminasi urin
Penyebab
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnotik (mis. Operasi ginjal, operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Mobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun
Definisi
Mengidentifikasi dan megelola gangguan pola eliminasi urine
Tindakan
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejalan retensi atau inkontenensia urine
- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkotenensia urine
- Monitor eliminasi urine (frekuensi, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
- Catat waktu dan haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan jika perlu
- Ambil sampel urine tengah atau kultur
Edukasi
- Ajarkan tanda gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
- Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
- Anjurkan minum cukup
- Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaboasi pemberian obat supositoria uretra
Definisi
Menfasilitasi pemenuhan kebutuhan buang air kecil dan buang air besar
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kebiasan bab/bak sesaui usai
- Monito integritas kulit pasien
Terapeutik
- Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi
- Dukung penggunaan toilet/pispot
- Jaga privasi selama eliminasi
- Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
- Bersihkan alat bantu bak/bab
- Sediakan alat bantu
Edukasi
- Anjurkan bak/bab secara rutin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet
Eliminasi urine L.04034`
Definisi
Pengosongan kandung kemih yang lengkap
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun sedang meningkat
menurun meningkat
Sensasi
1 2 3 4 5
berkemih
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Desakan
berkemih 1 2 3 4 5
(urgensi)
Distensi
1 2 3 4 5
kandung kemih
Berkemih tidak
tuntas 1 2 3 4 5
(hesitency)
Volume residu
1 2 3 4 5
urine
Urine menetes 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5
Mengompol 1 2 3 4 5
Enuresis 1 2 3 4 5
Disuria 1 2 3 4 5
Anuria 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menurun sedang meningkat
menurun meningkat
Frekuensi Bak 1 2 3 4 5
Karakteristik
1 2 3 4 5
urino
Diagnosis : Konstipasi
Konstipasi D.0049
Definisi
Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses dan tidak tuntas serta
feses kering dan banyak
Penyebab
Fisiologis
1. Penurunan motilias gastrointestinal
2. Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi
3. Ketidakcukupan diet
4. Ketidakcakupan asupan serat
5. Ketidakcukupan asupan caira
6. Aganglionik
7. Kelemahan otot abdomen
Psikologis
1. Konfusi
2. Depresi
3. Gangguan emosional
Situasional
1. Perubahan kebiasan makan
2. Ketidakadekuatan toileting
3. Aktifitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
4. Penyalahgunaan laktasif
5. Efek agen farmakologis
6. Ketidakteraturan kebiasan defekasi
7. Kebiasaan menahan dorongan defekasi
8. Perubahan lingkungan
Definisi
Mengidentifikasi dan megelola gangguan pola eliminasi fekal
Tindakan
Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
- Monitor buang air besar
- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi
Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Jelaskan jenis makana yang membantu meingkatkan keteraturan
peristaltik usus
- Anjurkan mencatat warna, frekuensi konsistensi dan volume
- Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria anal
Manajemen konstipasi
1.04155
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pencegahan dan mengatasi sembelit
Tindakan
Observasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakterisrik feses
- Indentifikasi faktor resiko konstipasi
- Monitor tanda dan gejala ruptur usus
Terapeutik
- Anjurkan diet tinggu serat
- Lakukan masase abdomen
- Lakukan evaluasi feses secara manual
- Berikan emema dan irigasi
Edukasi
- Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan cairan
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi kosntipasi
Kolaborasi
- Konsultasi dengn tim medis tentang penurunan frekuensi suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar
Definisi
Proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran feses mudah dan
konsistensi frekuensi serta bentuk feses normal
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup
Cukup
Menurun sedang meningka meningkat
menurun
t
Kontrol 1 2 3 4 5
pengeluaran
fese
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Keluhan
defekasi lama 1 2 3 4 5
dan sulit
Mengejan saat
1 2 3 4 5
defekasi
Diistensi
1 2 3 4 5
abdomen
Terasa massa
1 2 3 4 5
pada rektal
Urgency 1 2 3 4 5
Nyeri
1 2 3 4 5
abdomen
Kram
1 2 3 4 5
abdomen
Cukup
Memburu Cukup
memburu sedang membaik
k membaik
k
Konsistensi
1 2 3 4 5
feses
Frekuensi
1 2 3 4 5
defekasi
Peristaltik usus
Diagnosa : Diare
diare D.0020
Definisi
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
Penyebab
Penyebab Situasional
11. Inflamasi gastrointestinal 1. Terpapar kontaminan
12. Iritasi gastrointestinal 2. Terpapar toksin
13. Proses infeksi 3. Penyalahgunaan laksatif
14. Malabsorpsi 4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (Agen
Psikologis tiroid, analgesic, pelunak
1. Kecemasan feses, ferosulfat, antasida)
2. Tingkat stress tinggi 6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
Definisi
Mengidendtifikasi dan mengelola diare dan dampaknya
Tindakan
Observasi
- Identifikasi penyebab diare mis inflamasi gastro, iritasi gastro
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala invaginasi seperti tangisan pada bayi
- Monitor warna volume frekuensi dan kosistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia mis tacikardi, nadi teraba lemah
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit daerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral mis oralit
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena miss RL, ringer asetat
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur
Edukasi
- Anjurkan makanan prosi keccil dan sering
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas pedas
- Anjurkan melanjutkan pemberian asi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas mis difenoksilat
- Kolaborasi pemberian obat antispasmotic miss papaverin
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
Pemantauan cairan
1.03121
Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan keseimbangan cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Montor hasil hasil pemeriksaan serum (BUN)
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda tanda hipovolemia
- Identifikasi tana tanda hipervolemia
- Identifikasi faktor ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
- Attur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
Definisi
Mengidendtifikasi dan mengelola keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat
ketidaksembgan cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor status hidrasi mis frekuensi nadi, kekuatan nadi dan akral
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan lab mis hematrokit, Na, K, Cl berat jenis
urine, BUN
- Monitor status hemodinamik
Terapeutik
- Catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan
- Berikan intravena
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian deuretik
Definisi
Mengidentifikasi dan megelola gangguan pola eliminasi fekal
Tindakan
Observasi
- Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
- Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
- Monitor buang air besar
- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi
Terapeutik
- Berikan air hangat setelah makan
- Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
- Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Jelaskan jenis makana yang membantu meingkatkan keteraturan
peristaltik usus
- Anjurkan mencatat warna, frekuensi konsistensi dan volume
- Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik
- Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria anal
Definisi
Proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran feses mudah dan
konsistensi frekuensi serta bentuk feses normal
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang meningkat
menurun meningkat
Kontrol
pengeluaran 1 2 3 4 5
fese
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Keluhan
defekasi lama 1 2 3 4 5
dan sulit
Mengejan saat
1 2 3 4 5
defekasi
Diistensi
1 2 3 4 5
abdomen
Terasa massa
1 2 3 4 5
pada rektal
Urgency 1 2 3 4 5
Nyeri
1 2 3 4 5
abdomen
Kram
1 2 3 4 5
abdomen
Cukup
Cukup
Memburuk memburu sedang membaik
membaik
k
Konsistensi
1 2 3 4 5
feses
Frekuensi
1 2 3 4 5
defekasi
Peristaltik
1 2 3 4 5
usus
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup
Cukup
Menurun Sedang meningka meningkat
menurun
t
Toleransi
terhadap 1 2 3 4 5
makanan
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
mual 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Dispepsia 1 2 3 4 5
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Distensi
1 2 3 4 5
abdomen
Regurgitasi 1 2 3 4 5
Jumlah residu
1 2 3 4 5
cairan lambung
Cukup
Cukup
Memburuk memburu sedang membaik
membaik
k
Frekuensi BAB 1 2 3 4 5
Konsistensi
1 2 3 4 5
feses
Peristaltik usus 1 2 3 4 5
Jumlah feses 1 2 3 4 5
Warna feses 1 2 3 4 5
Definisi
Kemampuan saluran cerna untuk memasukkan dan mencerna makanan serta
menyerap nutrisi dan membuang zat sisa
Ekspetasi membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang meningkat
menurun meningkat
Asupan cairan 1 2 3 4 5
Haluaran urin 1 2 3 4 5
Kelembaban
mukosa 1 2 3 4 5
membran
Asupan
1 2 3 4 5
makanan
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
konfusi 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Cukup
sedang membaik
k memburuk membaik
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Denyut nadi
1 2 3 4 5
radia
Tekanan arteri
1 2 3 4 5
rata rata
Membran
1 2 3 4 5
mukosa
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Mata cekung 1 2 3 4 5
1.2.3 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi dapat dinilai dengan :
1) Kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
2) Tanda-tanda vital pasien normal
3) Keadaan umum pasien normal
4) Turgor kulit dan bising usus normal
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR PROFESI
1. BIODATA
Nama Pasien : An. P
Nama Panggilan : -
Umur : 4 tahun
Status : belum menikah
Agama : islam
Pendidikan : belum sekolah
Pekerjaan : belum bekerja
Penghasilan :-
Alamat : Jl. KH Achmad Dalan, kediri
Diagnosa Medis : diare akut
Tanggal MRS : 25 mei 2019
Tanggal Pengkajian: 25 september 2020
Golongan Darah : -
2. KELUHAN UTAMA
Keluarga pasien mengatakan anaknya mengalami BAB 5 kali, bab yang terjadi
disertai dengan kosistensi cair dan sedikit ampas, buang air besar 5 kali di
sertai muntah, pasien mengalami bab cair sebanyak 5 kali dan mengalami
muntah sebanyak 6 kali, pasien mengalami bab dengan konsistensi cair terjadi
sejak 1 hari yang lalu
GENOGRAM :
Ket:
: Laki laki
: Perempuan
: keturunan
: pernikahan
: pasien
X : meninggal
: tinggal serumah
d. Kebutuhan Oksigenasi
Keluarga pasien mengatakan selama dirumah pasien tidak pernah
mengalami sesak napas yang berarti, pasien tampak baik dalam hal
bernapas dan jarang terjadi permasalahan pada pernapasan. Selama
dirumah sakit pasien tidak mengalami sesak nafas, RR pasien sebanyak
22x/menit dan pasien tidak mengalami ganguan pernapasan. Tanda tanda
vital pasien yang telah dilakukan pengukuran dengan hasil normal dan
tidak ada gangguan pada tanda tanda vital pasien
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Leher dan Kepala
Kepala
Isnpeksi : rambut pasien tampak hitam, rambut tampak pendek dan terlihat
bersih, tidak nampak benjolan, bentuk kepala simetris, tampak kering, tidak
ada lesi di kepala pasien, tidak tampak luka bakar, tidak tampak bekas
jahitan, tidak tampak ketomben didaerah rambut pasien, kepala pasien
tampak normal dan tidak tampak tanda tanda ketidakabnormalan
Palpasi : saat di lakukan pemeriksaan, keluarga pasien mengatakan tidak
ada nyeri saat di lakukan penekanan pada daerah kepala, tidak teraba
benjolan yang terasa dan tidak teraba luka bekas jahitan yang berada di
daerah kepala pasien, tidak teraba penonjolan tulang tengkorak pada
pasien, tidak teraba pembengkakan.
Mata
inspeksi: mata kanan dan mata kiri tampak simetris, konjungtiva tampak
pucat, skelra berwarna putih, tidak nampak edema disekitar mata, reflek
pupil normal, tampak kehitaman diarea sekitar mata, pupil isokor, saat
dilakukan pemeriksaan reflek pupil, pupil dapat melebar saat di beri cahaya
dan dapat mengecil saat tidak diberi cahaya, pasien dapat membuka dan
menutup mata dengan baik
hidung
inspeksi :hidung tampak simetris, tampak bersih, tidak ada kelainan bentuk
pada hidung pasien, lubang hidung tampak simetris, pasien memiliki 2
buah hidung, tidak terdapat lesi maupun benjolan, tidak adanya tanda tanda
tumor pada daerah hidung, tidak tampak tanda tanda infeksi, tidak ada
sekret, pasien dapat bernapas dengan menggunakan hidung secara normal
telinga
saat dilakukan inspeksi telinga kanan dan kiri tampak simetris, telinga
tampak bersih, tidak tampak pendarahan, tidak terdapat edema maupun
benjolan, tidak tampak ketidaknormalan pada pendenganran. Saat
dilakukan palpasi tidak terapa benjolaan atau penonjolan tulang dan tidak
terdapat nyeri tekan.
Mulut
Saat dilakukan inspeksi pasien tidak tampak benebalan kulit mukosa bibir,
namun bibir pasien tampak kering,tidak tampak pendarahan, gigi tampak
bersih, lidah tampak bersih dan tidak tampak jamur jamur pada lidah
pasien, pasien dapat mengunyah makanan secara normal
Leher
Saat dilakukan inspeksi bentuk leher tampak simetris, tidak ada lesi
maupun peradangan, saat dilakukan palpasi tidak teraba benjolan maupun
penonjolan tulang yang terjadi pada pasien, tidak teraba luka bekas operasi
dan tidak terdapat nyeri tekan maupun pembesaran kelenjar tiroid.
b. Pemeriksaan Integumen
Inspeksi : kulit tampak sawo matang, pasien tidak tampak luka maupun
benjolan didaerah kulit, tidak ada tanda tanda kuning, kulit pasien tampak
agak elastis, tampak kering didaerah mukosa bibir, tidak teraba
pembengkakan, kulit tampak kencang, tidak tampak luka bekas operasi
maupun luka terbuka didaerah sekitar kulit pasien.
Palpasi : pemeriksaan palpasi pada kulit pasien tidak ada atau tidak teraba
benjolan di daerah kulit, pemeriksaan crt pada kuku 3detik dan turgor kulit
kurang elastis, pada daerah kulit tidak teraba bekas operasi maupun teraba
luka akibat trauma tumpul maupun luka terbuka.
e. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan palpasi: tidak tampak pulserasi pada jantung, tidak tampak
pembekakan yang tampak dari luar yang menandakan adanya ketidak
nornalan pada bentuk jantung, dan tidak tampak ictus cordis, saat dilakukan
palpasi jantung tidak terapa pulserasi pada ICS V sinistes, teraba ictus
cordis karena denyutan dinding thorax pada ICS V midclavikula sinister.
Perkusi : batas jantung pada ICS II area aorta pada sebelah kanan dan
pulmonal pada sebelah kiri), ICS V mid sternalis kiri (pada area katup
trikuspid atau ventrikel kanan) ICS V mid clavikula kiri ( pada area katup
mitral). Batas jantung atas pada ICS II mid sternalis, kiri : ICS V
midclavikula kiri, Bawah : ICS V dan batas kanan pada ICS IV
midsternalis kanan
Auskultasi : bunyi jantung I pada ICS V garis midsternalis kiri, bunyi
jantung I pada ICS V pada garis midklavikula kiri, sedangkan bunyi
jantugn II pad ICS II garis sternalis kanan dan ICS II garis sternalis kiri.
Tidak ada suara jantung tambahan seperti murmur maupun galop.
f. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : pada abdomen tidak tampak luka jahit ataupun luka bakar, warna
kulit perut normal tidak ada ikterus, tidak tampak benjolan maupun
pembengkakan, perut tampak simetris, saat pasien bernapas terdapat
gerakan yang simetris pada saat isnpirasi dan ekspirasi yang menandakan
tidak ada kelumpuhan diafragma, tidak ada gerakan peristaltik yang terjadi.
Auskultasi : suara abdomen normal dan suara peristaltik usus atau bisisng
usus kurang dari 24x per menit, dan tidak ada kelainan pada saat dilakukan
auskultasi pada peristaltik usus.
Perkusi : tidak terjadi pembesaan organ, suara perkusi timpani yang
dominan karena adanya gas pada saluran pencernaan, perkusi pada daerah
episgastrum dan hipokondrium dengan bunyi timpani, terdapat suara pekak
pada dearah hati, dan suara pekak pada limfa pada ICS 9 dan ICS 11 di
garis aksila anterior kiri. Tidak ada gangguan maupun kelainan pada
perkusi abdomen
Palpasi : saat dilakukan palpasi terdapat nyeri dikarekan mual mualnya,
terdapat ketegangan otot, saat palpasi konsistensi abdomen terasa lunak dan
tidak terdapat adanya masa pada abdomen. Saat dilakukan perabaan hepar
tidak teraba hepar maupun pembesaran pada hepar, saat dilakukan palpasi
pasien mengatakan nyeri karena mual mual yang terjadi.
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
MMT pasien
5 5
5 5
0=paralisis total
1=tidak ada gerakan, terba / terlihat kontraksi otot
2=gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan bantuan/sokongan
3=gerakan nornal untuk melawan gravitasi
4=gerakan normal melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5= gerakan normal penuh melawan gravitasi dengan tahanan penuh
Kesimpulan : pasien dapat bergerak secara normal dan menentang gravitasi
secara penuh
i. Pemeriksaan Neurologi
Nilai kesadaran pasien compsomentis yaitu kesdaran normal sadar penuh
dan dapat menjawab semua pertanyaan tentang sekelilingnya
dengan gcs 15
Eyes = 4 dapat membuka mata secara spontan
Erbal 5= dapat berorientasi dengan baik
Motorik 6=dapat mengikuti perintah secara baik
Pemeriksaan refkel patela +/+
Reflek pupil +/+
Hitung Jenis
EO% L 0.0 1.0 - 5.0 % Turun
BASO% 0.1 <1 % Normal
NEUT% H 87.3 25.0 - 60.0 % Naik
LYMPH% L 8.5 25.0 - 50.0 % Turun
MONO% 4.1 1.0 - 5.0 % Normal
IG% 0.1 % Normal
EO# 0.00 0.00 - 0.40 10^3/uL Normal
BASO# 0.01 0.00 - 0.10 10^3/uL Normal
NEUT# H 8.43 1.50 - 7.00 10^3/uL Naik
LYMPH# L 0.82 1.00 - 3.70 10^3/uL Turun
MONO# 0.40 0.00 - 0.70 10^3/uL Normal
IG# 0.01 % Normal
PLT 312 217 – 497 10^3/uL Normal
PDW 9.7 9.0 - 17.0 fL Normal
MPV 9.5 6.8 - 10.0 fL Normal
P-LCR 19.2 13.0 - 43.0 % Normal
PCT 0.30 0.17 - 0.35 % Normal
2. Elektrolit
Na+ L 133 136 – 146 mmol/L Turun
K+ 4.0 3.5 - 5.0 mmol/L Normal
Ca+ 1.15 1.15 - 1.29 mmol/L Normal
3. Feses Warna Coklat Kuning Tidak normal
Konsistensi Cair Padat Tidak normal
Bensidine Negatif Negatif Normal
Lendir Positif Negatif Tidak normal
Eritrosit Negatif Negatif Normal
Leukosit Sedikit Negatif Tidak normal
Ova/parasit Negatif Negatif Normal
1. HCT adalah pengukuran kadar sel darah merah dalam darah. Pada pasien
dengan diare HCT akan menurun yang menandakan pasien mengalami
dehidrasi
2. MCV normal karena bagian untuk menunjukkan ukuran sel darah merah
atau eritrosit pada sampel darah masih baik pada tubuh pasien.
3. memiliki MCH karena MCH untuk menunjukkan berat rata-rata
hemoglobin yang ada di setiap sel darah merah, jumlah zat besi dalam
darah.
4. MCHC normal karena pasien tidak mengalami kelainan darah, sehingga
hasil MCHC normal pada pasien tersebut.
5. RDW-CV normal karena ukuran eritrosit pada pasien norml, sehingga
RDW-CV hasilnya normal
6. PLT normal karena sel darah merah dapat berperan dalam proses
pembekuan darah, sehingga hasil pletelet pada pasien tersebut normal.
7. PDW normal karena indikasi ukuran trombisit untuk menjadi tanda
pelepasan pletelet aktif masih dalam keadaan baik, hal ini lah PDW pada
pasien hasilnya normal
8. P-LCR normal karena rasio ukuran trombosit yang besar, sehingga pasien
tersebut P-LCR dalam keadaan normal.
9. PCT normal karena jumah trombosit pasien tidak lebih maupun tidak
kurang, hal ini dapat menjadi platelit crit pada pasien normal.
10. Na+ adalah elektrolit yang membantu menjaga keseimbangan cairan pada
tubuh melalui proses osmosis, pada penderita diare keseimbangan cairan
yang dikeluarkan melebihi batas wajar sehingga keseimbangan cairan pada
tubuh menurun yang mengakibatkan Na+ menurun
11. Eo% atau eosinofil merupakan salah satu komponen sel darah putih yang
memiliki peran dalam kekebalan tubuh. Eosinofil rendah pada pasien
desebabkan karena diare yang terjadi dan mual muntah yang terjadi
12. Neutropil atau neut merupakan bagian dari sel darah putih yang
memproduksi sistem imun. Neutrofil tinggi biasanya pada pasien diare
berhubungan dang agen infeksi
13. Limfosit merupakan salah satu jenis dari sel darah putih yang berfungsi
sebagai sel pertahanan dari virus atau bakteri. Pada orang dengan diare
mengalami limfosit rendah berhubungan dengan infeksi virus
14. Fese berwarna coklat menandakan adanya virus atau bakteri dalam saluran
cerna yang mengakibatkna diare
15. Konsistensi feses cair pada penderita diare disebabkan karena feses banyak
mengandung air dan kekurangan serat
16. Feses berlendir pada diare disebabkan karena lendir yang keluar
berhubungan dengan adanya virus atau bakteri yang menyebabkan diare
keluar
17. Feses terdapat leukosit pada diare disebabkan karena leukosit yang keluar
berhubungan dengan adanya virus atau bakteri yang menyebabkan diare.
Kediri, ...........................................
Pembimbing Klinik Ruangan, Tanda Tangan Mahasiswa
Endro N
ANALISA DATA
9. memberikan oralit
10. mengukur bising usus (12x/menit)
11. memberikan cairan intravena RL
Q6jam 500c
12. menganjurkan pasien untuk makan
sedikit sedikit tapi sering
EVALUASI KEPERAWATAN
P: intervensi dilanjutkan
Manajemen diare
1. Monitor warna volume frekuensi dan
kosistensi tinja
2. Monitor jumlah pengeluaran diare
3. Berikan asupan cairan oral mis oralit
4. Pasang jalur intravena
5. Berikan cairan intravena miss RL, ringer
asetat
6. Anjurkan makanan prosi keccil dan
sering
Pemantauan cairan
1. Monitor berat badan
2. Monitor elastisitas atau turgor kulit
3. Monitor intake dan output cairan
4. Dokumentasikan hasil pemantauan
Manajemen cairan
1. Monitor status hidrasi mis frekuensi nadi,
kekuatan nadi dan akral
2. Monitor berat badan harian
3. Catat intake output dan hitung balance
cairan 24 jam
4. Catat pengukuran berat badan harian
5. Berikan asupan cairan
6. Berikan intravena
EVALUASI KEPERAWATAN
0:
1. Bab pasien 1x dengan konsistensi lembek
berwarna kuning kecoklatan
2. Berat badan pasien 13 kg
3. Pasien sudah tidak muntah
4. Bising usus 12x/menit
5. Turgor kulit elastis
P: intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017 Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019 Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018 Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.
Wartonah, dan Tarwoto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Jakarta :
SalembaMedika.
Mubarak, Wahid Iqbal.2016.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta : EGC.
Gangguan Eliminasi
Gangguan IstirahatTidur
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Mei 2019 jam 08.00 WIB. Di Ruang Karunia RS
Baptis Kediri, kamar 8. Pasien dirawat sejak 24 Mei 2019. Nomor. Pasien An. P umur 4 tahun,
jenis kelamin laki-laki, agama Islam, pendidikan belum sekolah, alamat Jl. KH Achmad Dahlan,
Kediri. Nama ayah Tn. S umur 38 tahun, agama Islam, status pendidikan tamat S1, pekerjaan
swasta, alamat Jl. KH Achmad Dahlan, Kediri. Nama ibu Ny. Y umur 38 tahun, agama Islam,
status pendidikan tamat S1, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl. KH Achmad Dahlan, Kediri.
Alasan kunjungan, ibu pasien mengatakan pada tanggal 23 Mei 2019 malam hari An. P panas
dan muntah 1 kali, pukul 19.30 An. P dibawa periksa di IGD dan diberi obat paracetamol.
Kemudian An. P dibawa pulang ke rumah. Selama di rumah dari pukul 21.00 sampai pagi An. P
muntah 6 kali, dan BAB cair 1 kali, ibu pasien takut Anak tidak tidur sepanjang malam, An. P
dehidrasi kemudian pada tanggal 24 Mei 2019 pukul 07.00 An. P dibawa ke IGD, saat di IGD An.
P BAB cair 2 kali, pukul
12.30 An. P dirawat di Ruang Karunia Rumah Sakit Baptis Kediri dengan diagnosa medis
diare akut dengan tingkat dehidrasi sedang. Keluhan utama yang dialami responden I (An. P) ibu
pasien mengatakan anak BAB 5 kali dengan konsistensi cair disertai sedikit ampas sejak 1 hari
yang lalu.
Riwayat kehamilan pada saat prenatal yaitu responden I (An. P) merupakan kehamilan yang
ketiga. Ibu mengatakan saat masa kehamilan tidak mengalami masalah kehamilan. Saat Natal, ibu
mengatakan An. P lahir secara normal dibantu oleh bidan di rumah sakit, lahir dengan berat 3.1 kg
dan panjang 49 cm, bayi langsung menangis saat lahir. Saat Post Natal, ibu mengatakan An. P
mendapat ASI eksklusif sampai usia 2 tahun, tali pusat lepas pada hari keempat.
Riwayat penyakit masa lalu, An. P pernah menderita diare, demam, batuk, pilek saat umur 3
tahun. Saat menderita diare, An. P dirawat di rumah sakit pada bulan September 2018. Saat An. P
demam, ibu pasien memberikan paracetamol. Saat An. P batuk, pilek ibu pasien memberikan
hufagrip. An. P tidak pernah dilakukan tindakan operasi. An. P tidak pernah mengalami alergi
terhadap obat maupun makanan. An. P tidak pernah mengalami kecelakaan. Saat ini An. P berusia
4 tahun dan telah mendapat imunisasi BCG saat usia 3 bulan, Hepatitis 1 saat lahir, Hepatitis 2 saat
usia 1 bulan, Polio 1 saat usia 2 bulan, Polio 2 saat usia 4 bulan, Polio 3 saat usia 6 bulan,
DPT 1 saat usia 2 bulan, DPT 2 saat usia 4 bulan, DPT 3 saat usia 6 bulan, dan campak saat
usia 9 bulan.
Keluarga pasien mengatakan kakek dari An. P memiliki riwayat penyakit Hipertensi.
Keluarga yang lain tidak memiliki penyakit menurun seperti Diabetes, Asma, dan tidak memiliki
penyakit menular seperti Diare, TBC, dan HIV/AIDS.
Diagnosa medis diare akut, selama di rumah sakit An. P tidak dilakukan operasi, status
nutrisi nafsu makan sedikit menurun, makan habis ½ porsi, saat An. P makan tampak mual, status
hidrasi An. P BAB 5 kali konsistensi cair disertai sedikit ampas (650 ml), BAK 6 kali (600 ml).
Obat-obatan yang didapat di rumah sakit yaitu Zinc 1x5 cc PO, Paracetamol 6 cc Q 6 jam prn,
Lacidofil 1x1 sach, Oralit 1 sachet (200 ml) bila BAB cair, Inj Ondancentron 2,5 mg, Vometa
3x2,5 cc prn. Selama di rumah sakit An. P lebih sering berbaring di tempat tidur, duduk di tempat
tidur sambil bermain. An. P tidak dilakukan pemeriksaan X-ray.
Tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu tubuh 36,8 oC, denyut nadi 88 x/menit, tekanan darah 90/60
mmHg, pernafasan 22 x/menit, berat badan sebelum sakit 14 kg, berat badan sekarang 13 kg, tinggi badan
89 cm.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada An. P tanggal 24 Mei 2019 yaitu: Tabel
4.1 Pemeriksaan Penunjang Responden I
Pokok Bahasan : DIARE
Waktu : 30 menit
Sasaran : Keluarga An. P
Hari/Tanggal : jumat, 18 september 2020
Tempat : Ruang karunia
1. Tujuan
1.1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan anggota keluarga mampu mencegah diare berulang pada An. P
1.2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan anggota keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian diare.
b. Menjelaskan penyebab diare
c. Menjelaskan gejala klinis diare
d. Menjelaskan pengobatan di rumah/penatalaksanaan di rumah
e. Menjelaskan kapan dibawa ke sarana kesehatan
f. Menjelaskan pencegahan terhadap diare
g. Menjelaskan cara menbuat larutan oralit
2. Pokok Bahasan
Tanda dan gejaka diare
3. Sub Pokok BahasanMenjelaskan pengertian diare.
a. Menjelaskan pengertian diare.
b. Menjelaskan penyebab diare
c. Menjelaskan gejala klinis diare
d. Menjelaskan pengobatan di rumah/penatalaksanaan di rumah
e. Menjelaskan pencegahan terhadap diare
f. Menjelaskan cara menbuat larutan oralit
4. Metode
a. Diskusi
b. Ceramah
5. Media
Leaflet
6. Pelaksanaan Kegiatan
3 5 menit 1. Mengajukan 3
pertanyaan tentang
materi penyuluhan Berdiskusi
2. Memberikan kesimpulan Memperkatikan
tentang penyuluhan dan Ceramah
3. Salam penutup mendengarkan
Menjawa
b salam
7. Evaluasi
Struktur : menyiapkan materi penyuluhan, meminta ijin dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan,
melakukan kontrak waktu dan tempat untuk melakukan penyuluhan
Proses : saat penyuluh mulai memberikan penyuluhan, sasaran mendengarkan, bersikap kooperatif,
terdapat timbal balik
8. Lampiran
Materi
LAMPIRAN
1. MATERI
1.1. Pengertian
Buang air besar dalam sehari lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3x pada anak dengan kondisi
berak cair / encer. Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan jenis tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir.
1.2. Penyebab Diare
Penyebab diare banyak disebabkan oleh kuman dan keracunan makan
a) Faktor infeksi
a. Infeksi saluran pencernaan.
b. Infeksi diluar saluran pencernaan.
b) Faktor gangguan proses penyerapan makanan diusus terhadap:
a. Karbohidrat / hidrat arang seperti beras, roti.
b. Lemak, seperti daging, minyak, dll.
c. Protein seperti daging, kacang-kacangan, dll.
c) Faktor makanan
Makanan basi, keracunan, alergi.
d) sebab lain, seperti:
a. Faktor psikologis: rasa takut & cemas serta stress.
b. Menurunnya kekebalan / daya tahan tubuh.
1.3. Tanda dan Gejala Diare
Gejala Klinis
a) Berak lembek / cair, sehari lebih dari 3 kali.
b) Kadang bercampur lendir atau darah.
Tanda – tanda lainya:
Dehidrasi/kekurangan cairan.
Bahayanya:
a) Panas tinggi, kejang – kejang / step.
b) Kurang gizi /gangguan gizi.
c) Gangguan kesadaran / tidak sadar.
1.4. Pengobatan di rumah/penatalaksanaan di rumah:
Penanganan diare di rumah/tanpa dehidrasi:
a) Beri minum lebih banyak dari biasanya.
b) Berikan makanan, teruskan ASI;
i. bayi kurang dari 6 bulan yang diberikan susu formula (beli) dapat diteruskan dengan
mengencerkan duakali lipat lebih encer.
ii. anak lebih dari 6 bulan, makanan diteruskan yang bergizi, lunak, mudah dicerna & tidak
merangsang.
c) Bawa ke petugas kesehatan bila diare bertambah sering & banyak, sering muntah, sangat haus,
malas minum/makan, demam atau tinja berdarah atau tidak membaik dalam 3 hari serta
menunjukkan gejala yang serius.
d) Kapan dibawa ke sarana kesehatan?
i. Bila berak cair dengan jumlah lebih dari normal, rasa haus bertambah, air kencing sedikit, muntah
berulang (Dehidrasi ringan)
ii. Tegangan kulit menurun/ kulit jadi kendur, demam, ubun-ubun cekung, mata cowong, tidak dapat
makan & minum seperti biasanya (Dehidrasi sedang).
iii. Kesadaran menurun, kejang, terdapat darah pada kotoran (Dehidrasi berat).
e) Jenis Cairan yang tepat diberikan:
a. Cairan rumah tangga: air tajin, kuah sayur, air kecap, dll.
b. LGG (Larutan Gula Garam)
c. Oralit.
1.5. Pencegahan
1. Bayi hanya diberikan ASI saja sampai dengan umur 6 bulan.
2. Hindari penggunaan susu botol.
3. Memperbaiki cara menyiapkan & menyimpan makanan pendamping ASI.
4. Menggunakan air bersih dan matang untuk minum.
5. Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum & sesudah menyiapkan makanan & minuman.
6. Membuang tinja, termasuk tinja bayi secara benar (menggunakan jamban / WC).
7. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara :
8. Memberikan ASI minimal 2 tahun pertama.
9. Meningkatkan status gizi.
Oralit:
Berikan oralit dosis pemeliharaan sesuai umur.
1.6. EVALUASI HASIL
1. Pasien dapat menjelaskan pengertian diare
2. Pasien dapat menjelaskan penyebab diare
3. Pasien dapat menjelaskan gejala klinis diare
4. Pasien dapat menjelaskan pengobatan di rumah/penatalaksanaan di rumah
5. Pasien dapat menjelaskan pencegahan terhadap diare
6. Pasien dapat menjelaskan cara menbuat larutan oralit
Daftar Pustaka
Ball Jane dan Bindler Ruth. 2005. Pediatric Nursing, Appleton and Lange.
Barnard Scipien Chard Howe. 2003. Pediatric Nursing Care. The C.V. Mosby Company.
Sunoto dan kawan-kawan. 2010. Pendidikan Medik Pemberantasan Diare. Departemen Kesehatan RI Ditjen
PPM & PLP.
Ramaiah,safitri. 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Popular
Penyakit celiac
sehari, dengan atau penyakit
tinja yang lebih yang
menyebabkan
cair tubuh menolak
protein gluten.
ENDRO NOPFANTIYANTO
AKAS PENYEBAB
(01.3.20.00445)
DIARE
STIKES RUMAH SAKIT
GEJALA
Intoleransi
BAPTIS KEDIRI
terhadap DIARE
PRODI KEPERAWATAN
makanan, seperti
PENDIDIKAN PROGRAM
PROFESI NERS PROGRAM
laktosa dan Feses
fruktosa.
PROFESI lembek dan
TAHUN AJARAN 2020/2021 Alergi makanan. cair.
Efek samping
dari obat-obatan Nyeri dan
Apa itu DIARE? tertentu. kram perut.
Infeksi bakteri,
virus, atau Mual dan
Diare adalah parasit. muntah.
kondisi yang Penyakit usus.
Nyeri
ditandai dengan Pasca operasi
batu empedu.
kepala.
meningkatnya
frekuensi buang Radang pada
saluran
air besar (BAB) pencernaan,.
Kehilangan minuman yang
sudah dimasak
nafsu
hingga matang
makan. sempurna, serta
Haus terus- menghindari
makanan dan
menerus.
minuman yang
Darah pada tidak terjamin
kebersihannya.
feses.
PENCEGAHAN
DIARE PENGOBATAN
DIARE
1. Selalu mencuci
tangan, terutama Konsumsi banyak cairan untuk
sebelum dan setelah menggantikan kehilangan
makan, setelah cairan, baik melalui oral
maupun melalui intravena.
menyentuh daging
yang belum dimasak,
setelah dari toilet, atau
setelah bersin dan
batuk, dengan Pemberian obat yang dapat
melawan infeksi bakteri.
menggunakan sabun
dan air bersih.
2. Mengonsumsi
makanan dan